SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD) Oleh :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Salah satunya pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang. SD Negeri 2 Tambakboyo mempunyai visi sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

B A B I PENDAHULUAN. khususnya proses pembelajaran di sekolah terus di lakukan seiring dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. kritis baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya, termasuk juga didalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan khususnya, pelajaran akuntansi sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat berperan dalam mengembangkan sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. peradaban dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Menurut undang undang

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan suatu upaya

Publikasi Karya Ilmiah. Oleh : QOUMI GHONIN HAMIDAH A PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

PENGARUH AKTIVITAS SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRA KURIKULER DAN KEDISIPLINAN MENGIKUTI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak. negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. memahami pengertian dasar tentang IPA yang saling berkaitan dengan

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif baik oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai kata kunci untuk menguak kemajuan bangsa. Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan bidang pendidikan merupakan bagian yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) memasukkan keterampilan-keterampilan berpikir yang harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagaimana dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk. mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

PENERAPAN CREATIVE APPROACH BERBASIS PICTORIAL RIDDLE APPROACH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sasaran Pendidikan adalah manusia. Pendidikan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemakaian seragam sekolah terhadap siswa di dalam suatu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan pendapat diatas, menegaskan bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan guru dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik

Transkripsi:

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR ILMIAH DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG GAYA, GERAK DAN ENERGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TOYS DAN TRICK SISWA KELAS V SDN BANGKLE 05 KEC. BLORA KAB. BLORA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD) Oleh : KHOIRIYATIN FITRIANA A510081012 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem Pendidikan Nasional bertujuan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Merujuk dari tujuan Sisdiknas tersebut maka tujuan pendidikan sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipehuhi serta ditingkatkan, khususnya kualitas sumber daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Semua usaha ini akan berhasil jika pihak yang terkait dengan pendidikan akan bekerja sama dan menyatukan visi dan misi yang sama untuk peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan nasional akan menjadi barometer sumber daya manusia terutama generasi penerus. Apabila kita menginginkan generasi penerus yang kreatif, mandiri, inovatif, dan demokratis yang bertumpu pada akhlak mulia seperti yang tertera pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang berbunyi : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar dapat menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada 1

2 Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Untuk merealisasikan hal tersebut di atas, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar bertujuan untuk: (1) memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasar keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-nya; (2) mengembangkan pengetahuan dan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan dan masyarakat; (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan; dan (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan. Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga Ilmu Pengetahuan Alam bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat lebih mendalam tentang alam sekitar.

3 Jika pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dilakukan hanya dengan bersifat tekstual, maka akan menimbulkan salah konsep, pengetahuan hafalan serta kemampuan semu pada siswa. Untuk itu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar dikembangkan pembelajaran yang memberdayakan siswa. Sebuah pembelajaran yang tidak hanya mengharuskan peserta didik untuk menghafal fakta-fakta tetapi pembelajaran yang mendorong siswa untuk kreatif, aktif, dan mengkonstruksikan di benak mereka sendiri. Dalam pembelajaran IPA untuk memperdayakan siswa agar mempunyai kemampuan berpikir ilmiah banyak hambatan maupun kendala sehingga fakta nyata sehari-hari menyatakan bahwa tingkat kemampuan berpikir ilmiah siswa Sekolah Dasar masih rendah. Hal ini dapat kita lihat pada nilai rata-rata sikap ilmiah dalam Nilai Ulangan Harian maupun Nilai Ulangan Akhir Semester masih rendah. Disamping itu ketika anak kita beri pertanyaan yang mengacu pada kemampuan berpikir ilmiah anak kesulitan menjawab dan ketika dalam proses pembelajaran pada umumnya siswa jarang bertanya. Faktor utama yang mempengaruhi hal tersebut di atas adalah faktor dari guru, siswa, maupun sarana dan prasarana yang menunjang. Guru dalam memberikan atau mentransfer ilmu atau materi dalam pembelajaran IPA mungkin hanya mengejar aspek pengetahuan saja dan mengesampingkan sikap dan ketrampilan ilmiah. Guru dalam pembelajaran kurang optimal dalam menggunakan media atau alat peraga yang mengacu pada kemampuan

4 sikap dan ketrampilan ilmiah. Selain itu penggunaan metode dan strategi pembelajaran guru masih menggunakan pembelajaran konvensional. Itu semua dapat membuat siswa hanya duduk, dengar, dan catat sehingga proses pembelajaran kurang mengaktifkan siswa yang dampaknya menjadi bosan. Hal tersebut di atas juga dialami oleh siswa kelas V SD Negeri Bangkle 05 Kecamatan Blora Kabupaten Blora. Bahwa nilai kemampuan sikap dan ketrampilan ilmiah siswa kelas V semester I tahun 2009/2010 SD Negeri Bangkle 05. Untuk itu penelitian yang berbentuk kaji tindakan pada pembelajaran IPA ini berupaya menyajikan semacam terapi secara strategis terhadap pembelajaran IPA agar tingkat kemampuan berpikir ilmiah siswa akan menjadi lebih baik. Pada hakekatnya permasalahan yang pokok di dalam penelitian ini dirumuskan dan disajikan dari berbagai permasalahan yang ada di lapangan dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Permasalahan tersebut dipecahkan di lapangan dengan menyesuaikan situasi dan kondisi serta fasilitas sumber belajar yang dimiliki sekolah dan guru yang terkait. Oleh karena itu permasalahan di lapangan perlu dirumuskan seperlunya. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Kurang maksimalnya pembelajaran IPA yang berpusat pada siswa.

5 2. Media yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang menarik bagi siswa. 3. Motivasi belajar siswa rendah. 4. Arena belajar selalu di dalam kelas. 5. Pemilihan strategi belajar yang kurang memperhatikan keberadaan lingkungan siswa. 6. Siswa lebih banyak menghafal dan mengandalkan aspek kognitif sehingga ketika menemui pertanyaan yang mengarah pada kemampuan berpikir ilmiah hasilnya masih rendah. C. Pembatasan Masalah Ruang lingkup penelitian ini menitik beratkan pada peningkatan kemampuan berpikir dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menggunakan Model Pembelajaran toys dan trick pada siswa kelas V SD Negeri Bangkle 05 Kecamatan Blora Kabupaten Blora Semester 1 tahun pelajaran 2009/2010. Berpikir ilmiah dalam pembelajaran IPA merupakan kegiatan siswa ketika menentukan fenomena alam yang ditemukan baik dalam soal maupun dalam kehidupan sehari-hari dapat mengemukakan pendapat secara ilmiah atau sesuai ilmu pengetahuan. Toys adalah segala mainan anak yang dapat dimanfaatkan untuk menghadirkan fenomena alam sedang trick adalah segala usaha untuk memancing proses berpikir siswa melalui teka-teki tanpa memberi jawaban

6 ilmiah terlebih dahulu. Model Pembelajaran toys dan trick terdapat tiga kegiatan yang dilakukan dalam proses kegiatan belajar mengajar yaitu Predict, Observe, dan Explain atau disebut juga KBM POE. D. Rumusan Masalah Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa pada intinya permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dan diambil dari berbagai permasalahan yang ditemukan di lapangan. Permasalahan pokok yang dirumuskan adalah : Apakah dengan menggunakan model pembelajaran toys dan trick kemampuan berpikir ilmiah dalam pembelajaran IPA tentang gaya, gerak dan energi siswa kelas V SD Negeri Bangkle 05 Kecamatan Blora Kabupaten Blora dapat meningkat? Permasalahan yang telah dikemukakan pada rumusan masalah di atas dapat teratasi dengan menyusun beberapa langkah yang akan diambil, yaitu: a. Membuat rencana pembelajaran IPA dengan menggunakan Model Pembelajaran toys dan trick. b. Membuat rencana kegiatan siswa yang mengacu pada Model Pembelajaran toys dan trick. c. Menyediakan media pembelajaran yang berupa mainan siswa yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan. d. Melaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan Model Pembelajaran toys dan trick, penilaian proses, refleksi dan revisi sebanyak tiga siklus.

7 e. Membuat tes berupa soal yang mengacu pada kemampuan berpikir ilmiah tiap siklus. f. Membuat kriteria penilaian kegiatan belajar kemampuan berpikir ilmiah. g. Melakukan analisis kemajuan siswa dalam kemampuan berpikir ilmiah daripada tiga siklus. h. Melaksanakan tes kemampuan berpikir ilmiah pada siswa dalam pembelajaran IPA Sekolah Dasar. E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan hal-hal yang berguna bagi kemajuan pendidikan yiatu : 1. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan berpikir ilmiah dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan Model Pembelajaran toys dan trick siswa kelas V SD Negeri Bangkle 05 Kecamatan Blora Kabupaten Blora. 2. Menemukan langkah-langkah untuk mengorganisasi pelaksanaan pembelajaran IPA Sekolah Dasar melalui Model Pembelajaran toys dan trick. 3. Mengkaji kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan Model Pembelajaran toys dan trick. 4. Mencari solusi yang tepat untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam menerapkan Model Pembelajaran toys dan trick pada mata pelajaran IPA.

8 F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi dunia pendidikan yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat berguna bagi peneliti agar dapat mengembangkan ilmu yang telah di dapat dalam bangku kuliah diterapkan dalam kehidupan di masyarakat terutama dalam pengembangan dunia pendidikan. Selain itu juga sebagai sumbangan pemikiran dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran di Sekolah Dasar terutama pelajaran IPA dan umumnya mata pelajaran yang ada di Sekolah Dasar. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Model Pembelajaran toys dan trick, dapat memotivasi siswa agar kemampuan berpikir ilmiah meningkat sehingga nilai prestasi belajar IPA siswa kelas V akan lebih baik. Model Pembelajaran toys dan trick menimbulkan respon positif bagi siswa kelas V Sekolah Dasar sehingga siswa senang terhadap pembelajaran IPA. b. Bagi Guru Penelitian ini, dapat memperluas wawasan guru Sekolah Dasar terutama dalam mengetahui, memilih, dan menggunakan model pembelajaran yang tepat terutama pembelajaran IPA.

9 c. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini, bias sebagai salah satu acuan dan motivasi bagi Sekolah dasar dalam usaha mengembangkan model pembelajaran sehingga akan berdampak pada peningkatan dan kemajuan sekolah dalam prestasi belajar. G. Indikator Pencapaian Tujuan Untuk mengatur ketercapaian tujuan penelitian ini, maka peneliti menentukan standar batasan pencapaian target pada tiap siklus yaitu: 1. Siklus pertama, target yang diharapkan peneliti adalah nilai kemampuan berpikir ilmiah siswa > 6,00 mencapai prosentase60,00% dengan nilai rata-rata 55,00. 2. Siklus kedua, target yang diharapkan penelitia adalah nilai kemampuan berpikir ilmiah siswa > 6,00 mencapai 70,00% dengan nilai rata-rata 60,00. 3. Siklus ketiga, target yang diharapkan peneliti aalah nilai kemampuan berpikir ilmiah siswa > 6,00 mencapai prosentase 80,00% dengan nilai rata-rata 70,00.