PENGARUH NILAI PERUSAHAAN TERHADAP KEPEMILIKAN BLOCKHOLDER: PERUSAHAAN DI BEI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan pengelolaan perusahaan Pemisahan ini sejalan dengan teori

BAB 1 PENGANTAR. Perusahaan yang mempunyai tujuan untuk memaksimumkan kemakmuran. pemegang saham seringkali mengalami hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998).

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. antara manajer ( agent) sebagai pengelola dengan pemegang saham ( principal)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, STRUKTUR KEPEMILIKAN, DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DALAM PERSPEKTIF TEORI AGENSI DAN TEORI SIGNALING

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pemberian wewenang oleh pemegang saham kepada manajer untuk bekerja demi

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan. kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. struktur kepemilikan dan control contestability pada perusahaan non-keuangan di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pemulihan salah satu di bidang industri manufaktur asing. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimalkan nilai

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menjadi harapan yang diinginkan oleh pihak internal perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer perusahaan dan

BAB II TEORI AGENSI, PERATURAN BAPEPAM VIII G.7, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, NILAI PERUSAHAAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

LANY INDRIANA WIYONO Jurusan Manejemen Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. melimpahkan kepada pihak lain yaitu manajer sehingga menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan negara-negara lain, baik di dunia, dikawasan Asia,

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengurangi konflik keganenan dapat melalui kebijakan dividen.

Nurlaila

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengenai struktur kepemilikan, struktur modal, corporate

BAB I PENDAHULUAN. Djemat, dan Soembodo (2003) juga menemukan bahwa rata-rata sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, kesadaran dunia internasional mengenai dampak berbahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan

BAB 1 dikarenakan tidak adanya pengawasan (monitoring) yang ketat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

kepentingan pemegang saham mungkin bertentangan. Hal tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. saham (Brigham dan Gapenski 1996). Semakin tinggi nilai perusahaan

UTANG DAN NILAI PERUSAHAAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik

Shella Febri Priatama ABSTRAKSI

HUBUNGAN STRUKTUR KEPEMILIKAN, TINGKAT UTANG, DIVIDEN, DAN NILAI PERUSAHAAN DALAM MENGURANGI KONFLIK KEAGENAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pihak manajemen dengan penentuan membagikan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. (shareholder) dengan jalan memaksimalkan kekayaan pemilik.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. konflik kepentingan antara prinsipal dan agen, kontrak yang tidak lengkap, serta

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis yang semakin ketat. Kinerja perusahaan, terutama perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adanya penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini dibahas,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Jensen & Smith 1984 ; Fama and French 1998).

Pengaruh Keputusan Investasi, Pendanaan, Kebijakan Dividen, Kepemilikan Manajerial, Dan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (pemilik modal) dan agen (pihak yang mengelola perusahaan) dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah pihak yang menjalankan dan mengendalikan jalannya perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. saham, dengan pembagian dividen atau perolehan capital gain (Mahfoedz. dan Naim, 1996 dalam Purbandari, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. seringkali membuat adanya konflik kepentingan antara kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, karena Corporate Governance merupakan tata kelola. Minow, 2001). Isu mengenai CG ini mulai mengemuka, khususnya di

Bab I PENDAHULUAN. Konsep corporate governance telah menjadi topik pembicaraan dan

Perusahaan dalam membiayai kegiatan operasional dan berbagai. perencanaan usaha tentu akan memerlukan dana yang relatif besar.

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder (Brigham. karena pemilik modal memiliki banyak keterbatasan.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tagihan, cicilan hutang berikut bunganya, pajak, dan juga belanja modal (capital

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Free cash flow adalah bentuk lain ukuran arus kas. Pengertian free cash

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan kesejahteraan shareholder (pemegang saham). Banyak pemegang

THEORY OF THE FIRM: MANAGERIAL BEHAVIOR, AGENCY COSTS AND OWNERSHIP STRUCTURE

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG (Studi pada Perusahaan Manufakur Bursa Efek Indonesia)

BAB 1 PENDAHULUAN. seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. struktur kepemilikannya memiliki hak untuk memilih dewan komisaris UKDW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerja atau investasi pada aset. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik

BAB I PENDAHULUAN. dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk. agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di Indonesia akan memberikan pengaruh positif terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan yang berbeda dengan perusahaan-perusahaan di Eropa atau

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian terkait hubungan antara struktur kepemilikan dengan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB І PENDAHULUAN. Pengelolaan Perusahaan lazimnya bertujuan untuk memakmurkan pemiliknya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

ABSTRAK. Kata kunci: kepemilikan institusional, komposisi dewan komisaris, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, leverage, manajemen laba

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan pribadi manajer. Dengan wewenang yang dimiliki, manajer dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah agensi timbul dari adanya pemisahan antara kepemilikan dan

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

Keyword : Insider Ownership, debt policy, dividen policy, opportunistic behaviour, Fixed Asset, Risk, Size, Growth, Profit.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Utang Pada Perusahaan Manufaktur Periode

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan meskipun mereka memiliki kepemilikan saham di perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek, salah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kas tertentu sebagai sebuah syarat ketika perusahaan melakukan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. timbul antara prinsipal (atau Equity Ownership of Outside Blockholders) dan agen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan kepentingan masing-masing. Pada teori agensi ( agency theory ) yang

BAB I PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder. Kartika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang

Transkripsi:

243 PENGARUH NILAI PERUSAHAAN TERHADAP KEPEMILIKAN BLOCKHOLDER: PERUSAHAAN DI BEI 2005-2008 Vivi Ariyani Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Widya Mandala Madiun ABSTRACT Value of firms may affect blockholder ownership, when a blockholder wants to retain a large shareholding on the basis of alignment of incentives. This study examines the influence of firm value measured with a simple Tobin's Q to the blockholder ownership (measured from the fraction of shares controlled by large shareholders) of the 53 companies in Indonesia in the period 2005-2008. By using regression, the study found that there was the influence of firm value toward blockholder ownership in Indonesia. It is consistent with the results of the research conducted by Myers and Majluf, 1984; La Porta et al., 2000 stating that firm value has a positive effect on blockholder ownership. Key words: value of firms, blockholder ownership A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Manajemen sebagai pengelola perusahaan melalui keputusan investasi, pendanaan, dan likuiditas dituntut untuk mengoptimalkan kemakmuran pemegang saham dengan memaksimumkan nilai perusahaan baik berupa dividen maupun harga saham di pasar modal. Pemisahan kepemilikan dan kendali manajemen suatu perusahaan modern dalam perusahaan diungkapkan pertama kali oleh Berle dan Means (1932) yang mengamati korporasi-korporasi besar di Amerika Serikat. Konsekuensi dari pemisahan fungsi kepemilikan dan kontrol adalah konflik keagenan (Jensen dan Mecking, 1976). Masalah ini dikarenakan kepentingan pemilik (principal) dan manajemen (agent) tidak selalu sejalan. Seorang agent (orang yang menerima tugas atau wewenang) tidak selalu bertindak sesuai dengan keinginan principal (orang yang memberi tugas dan wewenang), dikenal dengan nama agency problem. Menurut Berle dan Means (1932), apabila struktur kepemilikan semakin tersebar, para pemegang saham akan semakin kehilangan power untuk melakukan kontrol terhadap manajer. Karena kepentingan pemilik dan manajer (agent) tidak selalu sejalan, manajer dalam menggunakan sumber daya perusahaan menjadi tidak efisien dan membuat kinerja perusahaan rendah. Berdasarkan teori Berle dan Means ini, Jensen dan Meckling (1976) bahwa semakin besar konsentrasi kepemilikan oleh manajemen maka semakin

244 Widya Warta No. 02 Tahun XXXV I/ Juli 2012 ISSN 0854-1981 meningkatkan kecenderungan manajemen untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan sehingga konflik keagenan dapat ditekan. Argumen ini disebut sebagai argumen konvergensi. Ada hubungan positif antara konsentrasi kepemilikan manajemen dengan nilai perusahaan. La Porta et al. (1999) menemukan bahwa di kawasan Asia Tenggara sebagian besar perusahaan mempunyai pemegang saham pengendali (controlling shareholders) yang bertindak sesuai kepentingannya dan mengabaikan kepentingan pemegang saham lainnya. Claessens et al. (2002) meneliti tentang kepemilikan dan kendali pada perusahaan di Asia Timur. Mereka menemukan konflik keagenan yang terjadi di kawasan Asia Timur adalah konflik keagenan antar pemegang saham, dalam hal ini konflik antara pemegang saham mayoritas dengan minoritas. Pada saat large shareholder ingin tetap menjaga kepemilikannya agar memungkinkan untuk menjamin nilai yang diperoleh maksimal (Zeckhouser and Pound, 1990) atau untuk menghindari penerbitan ekuitas yang terlalu banyak, maka nilai pasar yang lebih tinggi memungkinkan untuk mendanai investasi pada tingkat tertentu dengan jumlah saham yang lebih sedikit kepada pemilik luar (La Porta et al., 2000) atau untuk menghindari penerbitan ekuitas yang terlalu banyak (Myers and Majluf 1984). Situasi ini mengimplikasikan efek positif dari nilai perusahaan pada kepemilikan large shareholder (blockholder). Blockholder dapat meminimalkan residual lost dari agency problem ketika blockholder mempunyai preferensi yang kuat untuk tetap mempertahankan kontrol (pengendalian) dan insentif kuat untuk menjamin maksimalisasi nilai pemegang saham (the incentive alignment hypothesis proposed by Zeckhouser and Pound, 1990), karena nilai pasar yang tinggi memungkinkan untuk membiayai level investasi yang tersedia dengan menjual saham dalam jumlah kecil ke outside owner (La Porta et al., 2000). Hal ini memberikan penjelasan adanya pengaruh yang positif antara nilai perusahaan terhadap blockholder ownership. Myers and Majluf (1984) dalam hipotesis Pecking-order menunjukkan adanya pengaruh positif nilai perusahaan terhadap blockholder. Hal inilah yang mendorong penulis melakukan penelitian mengenai pengaruh nilai perusahaan terhadap kepemilikan blockholder di Indonesia. 2. Rumusan Masalah Apakah nilai perusahaan berpengaruh terhadap kepemilikan blockholder? 3. Tujuan Penelitian Untuk menguji pengaruh nilai perusahaan terhadap kepemilikan blockholder.

245 4. Manfaat Penelitian a. Hasil penelitian ini dapat melengkapi bukti empiris bagi perkembangan teori keagenan dan struktur kepemilikan di Indonesia. b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi para peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut mengenai topik ini. B. Teori dan Pengembangan Hipotesis 1. Kepemilikan Blockholder Berle dan Means (1932) menyebutkan bahwa ketersebaran kepemilikan yang tinggi menyebabkan pemegang saham kehilangan kontrol dalam mengawasi perilaku manajemen. Pada struktur kepemilikan tersebar, biaya untuk melakukan pengawasan lebih besar daripada manfaat yang didapat. Klaim residu yang kecil menyebabkan pemegang saham pada struktur kepemilikan tersebar enggan melakukan upaya monitoring. Hal ini menyebabkan mekanisme pengawasan tidak berjalan. Salah satu cara untuk menekan konflik keagenan dan biaya keagenan adalah dengan melakukan peningkatan kepemilikan manajerial dalam perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menyebutkan bahwa kepemilikan manajerial dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena kepentingan antara manajemen dan pemegang saham menjadi sejajar. Semakin besar kepemilikan manajerial maka semakin kecil keinginan manajemen untuk menyalahgunakan sumber daya dari value maximization (Berle dan Means, 1932). Penelitian dari Morck et al. (1988) menemukan bahwa kepemilikan manajerial yang semakin tinggi akan mendorong manajemen untuk melakukan entrenchment sehingga kinerja perusahaan menurun. Hal ini dilakukan manajemen karena kekayaan manajemen semakin terikat dengan kekayaan perusahaan. Selain itu kendali manajemen yang semakin kuat terhadap perusahaan karena proporsi kepemilikan yang besar menyebabkan manajemen akan bertindak demi kepentingan sendiri sehingga merugikan pemegang saham lainnya. Kepemilikan manajerial yang terlalu tinggi juga menyebabkan manajemen terlalu menjauhi risiko (risk averse), seperti diungkapkan oleh Fama dan Jensen (1983). Proyek-proyek berisiko yang profitabel cenderung dijauhi, sehingga kinerja perusahaan turun. Jensen dan Meckling (1976) berargumen bahwa konflik keagenan terjadi karena adanya pemisahan kepemilikan dan kendali. Semakin terkonsentrasi kepemilikan pada satu orang atau perusahaan maka kendali akan semakin kuat sehingga kecenderungan konflik keagenan dapat ditekan. Argumen ini disebut sebagai argumen convergence of

246 Widya Warta No. 02 Tahun XXXV I/ Juli 2012 ISSN 0854-1981 interest. Pengawasan aktif tersebut akan menyebabkan manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Semakin tinggi pemegang saham mayoritas memiliki insentif untuk mengawasi dan memonitor jalannya perusahaan. Sehingga biaya untuk melakukan pengawasan lebih kecil dibandingkan manfaat yang didapatkan berupa peningkatan kinerja perusahaan. Pound (1988) menggunakan argumen entrenchment seperti yang diungkapkan oleh Mork et al., (1988), yang diartikan sebagai perilaku manajerial yang bertentangan dengan pemegang saham, untuk menjelaskan perilaku pemegang saham institusional yang bertentangan dengan pemegang saham lainnya. Pound (1988) menemukan bahwa kepemilikan institusional yang tinggi akan berkolaborasi dengan manajemen sehingga akan merugikan pemegang saham lain sehingga meningkatkan konflik keagenan. La Porta et al. (1999) menemukan bahwa di kawasan Asia Tenggara sebagian besar perusahaan mempunyai pemegang saham pengendali yang bertindak sesuai kepentingannya dan mengabaikan kepentingan pemegang saham lainnya. Claessens et al. (2002) menemukan bahwa konflik keagenan yang terjadi di kawasan Asia Timur adalah konflik keagenan antar pemegang saham, dalam hal ini konflik antara pemegang saham mayoritas dengan minoritas. Beberapa perusahaan publik di Indonesia merupakan perusahaan holding yang sebagian besar dimiliki oleh institusi (large shareholder) yang seringkali merupakan representasi dari pendiri (founders) perusahaan sehingga kemungkinan tindakan bahaya moral (moral hazard) dan perquisites dapat terjadi melalui afiliasi dengan anak perusahaan, yang pada akhirnya merugikan pemegang saham publik. Fenomena ini sesuai dengan penelitian Claessens et al. (2002) tentang kepemilikan dan kendali pada perusahaan di Asia Timur. Suranta et al. (2003) dengan data sebelum krisis ekonomi 1997 menemukan bahwa komposisi kepemilikan di Indonesia terdiri atas kepemilikan institusional (large shareholder) dengan proporsi rata-rata kepemilikan 48,2 % sedangkan publik hanya 31,5 %. Komposisi kepemilikan saham tercermin dari adanya kepemilikan saham dalam jumlah besar (large shareholder) yang dimiliki oleh baik tunggal maupun beberapa pemegang saham non-publik ataupun nonpublik lainnya yaitu individu, manajer, komisaris, dan koperasi; dan pemegang dalam jumlah kecil yang dimiliki oleh pemegang saham publik (outside shareholders atau outsiders) yang mempunyai saham melalui pembelian di pasar modal secara terbuka. Konsentrasi kepemilikan yang tinggi dapat diindikasikan terdapatnya kepemilikan blockholder dalam perusahaan. Blockholder merupakan pemegang saham yang mempunyai porsi kepemilikan lebih dari 5 % sehingga memiliki incentive lebih besar untuk memonitor dan mengontrol tindakan manajer (pengelola perusahaan) daripada pemilik saham yang lebih kecil persentasenya. Kepemilikan blockholders diukur oleh seberapa besar

247 fraksi saham yang dimiliki termasuk kepemilikan saham oleh owners yang besarnya lebih dari 5 %; baik saham yang dipegang oleh manajemen, direktur dan keluarganya, saham yang dipegang oleh perusahaan lain atau sering disebut institusional atau saham yang dipegang oleh dana pensiun. 2. Nilai Perusahaan McConnel dan Servaes (1990) menguji hubungan antara Tobin s Q sebagai proksi dari nilai perusahaan dan kepemilikan oleh manajemen (insider) dan kepemilikan saham yang besar oleh institusi (blockholders) dari dua sampel cosssection yang berbeda, satu untuk tahun 1976 dan yang lain untuk tahun 1986, dengan menggunakan data lebih dari 1000 perusahaan. McConnel dan Servaes menggunakan metode regresi Ordinary Least Square (OLS) dan menemukan hubungan yang signifikan positif antara Tobin s Q dengan kepemilikan manajemen dan hubungan yang positif tetapi tidak signifikan antara Tobin s Q dengan kepemilikan institusi. Blockholder dapat meminimalkan residual lost dari agency problem ketika blockholder mempunyai preferensi yang kuat untuk tetap mempertahankan kontrol (pengendalian) dan insentif kuat untuk menjamin maksimalisasi nilai pemegang saham (the incentive alignment hypothesis proposed by Zeckhouser and Pound, 1990), karena nilai pasar yang tinggi memungkinkan untuk membiayai level investasi yang tersedia dengan menjual saham dalam jumlah kecil ke outside owner (La Porta et al, 2000). Hal ini memberikan penjelasan adanya pengaruh yang positif antara nilai perusahaan terhadap blockholder ownership. Myers and Majluf (1984) dalam hipotesis Pecking-order menunjukkan adanya pengaruh positif nilai perusahaan terhadap blockholder. 3. Teori dan Pengembangan Hipotesis Pada saat large shareholder ingin tetap menjaga kepemilikannya agar memungkinkan untuk menjamin maksimalisasi nilai yang diperolehnya (Zeckhouser and Pound, 1990) atau untuk menghindari penerbitan ekuitas yang terlalu banyak, maka nilai pasar yang lebih tinggi memungkinkan untuk mendanai investasi pada tingkat tertentu dengan jumlah saham yang lebih sedikit kepada pemilik luar (La Porta et al., 2000) atau untuk menghindari penerbitan ekuitas yang terlalu banyak (Myers and Majluf, 1984). Situasi ini mengimplikasikan efek positif dari nilai perusahaan pada kepemilikan large shareholder (blockholder). Blockholder dapat meminimalkan residual lost dari agency problem ketika blockholder mempunyai preferensi yang kuat untuk tetap mempertahankan kontrol

248 Widya Warta No. 02 Tahun XXXV I/ Juli 2012 ISSN 0854-1981 (pengendalian) dan insentif kuat untuk menjamin maksimalisasi nilai pemegang saham (the incentive alignment hypothesis proposed by Zeckhouser dan Pound, 1990), karena nilai pasar yang tinggi memungkinkan untuk membiayai level investasi yang tersedia dengan menjual saham dalam jumlah kecil ke outside owner (La Porta et al., 2000). Hal ini memberikan penjelasan adanya pengaruh yang positif antara nilai perusahaan terhadap blockholder ownership. Selain itu Myers and Majluf (1984) dalam hipotesis Pecking-order menunjukkan adanya pengaruh positif nilai perusahaan terhadap blockholder. maka diajukan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis: Nilai perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepemilikan blockholder. 4. Model Penelitian Berikut adalah model penelitian pengaruh nilai perusahaan terhadap kepemilikan blockholder Nilai Perusahaan Blockholder C. Metodologi 1. Sumber Data dan Sampel Penelitian Sumber data penelitian adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI dari tahun 2005-2008, sedangkan sampel yang digunakan adalah perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di BEI dari tahun 2005-2008. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan metode purposive sampling dengan tipe judgement sampling dengan kriteria: a. Perusahaan-perusahaan non keuangan yang terus-menerus terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada setiap tahun pengamatan. b. Perusahaan yang telah mempublikasikan laporan keuangan pada setiap tahun pengamatan. c. Perusahaan tidak melakukan Stock Split pada setiap tahun pengamatan. 2. Variabel Dependen dan Independen Penelitian ini rasio Tobin s Q adalah proksi dari nilai perusahaan sebagai variabel independen dan kepemilikan blockholder sebagai variabel dependen.

249 a. Tobin s Q Tobin s Q didefinisikan sebagai rasio nilai pasar perusahaan dibandingkan dengan replacement cost dari asetnya. Kesulitan dalam memperoleh data yang aktual dan akurat dalam perhitungan Tobin s Q mendorong Chung dan Pruitt (1994) untuk mengembangkan perhitungan Tobin s Q yang lebih simpel, dinamakan approximate Tobin s Q ratio. Korelasi antara Tobin s Q ratio dan approximate Tobin s Q ratio mencapai 0.97 (Anderson et al., 2004). Approximate Tobin s Q ratio dituliskan dalam rumus: Tobin MV Equity + BV Equity sq = BV of Total asset b. Kepemilikan Blockholders Kepemilikan blockholders diukur oleh seberapa besar fraksi saham (closely held shares) yang dimiliki termasuk kepemilikan saham oleh owners yang besarnya lebih dari 5 %; saham yang dipegang oleh manajemen, direktur dan keluarganya, shares held in trust, saham yang dipegang oleh perusahaan lain (atau saham yang dipegang oleh dana pensiun. Ukuran ini menggunakan ukuran kepemilikan blockholder yang lebih luas daripada studi-studi sebelumnya, karena juga melibatkan kepemilikan insiders (manajer) dan juga pemilik saham besar di luar perusahaan (large outside investor), bahwa kesalahan pengukuran adalah kecil jika kepemilikan manajerial kurang dari 5 %, dan jika lebih dari itu maka manajer harus dianggap sebagai blockholder. Perhitungan kepemilikan blockholder dapat menggunakan rumus : Persentase total kepemilikan blockholder OS = 100 persentase total kepemilikan blockholder 3. Analisis Regresi Analisis regresi bertujuan untuk menemukan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Model regresi sebagai berikut: OS = α1 + β1q + β2chsize + β3chlev + ε Ket: Q : rasio Tobin s Q OS : kepemilikan blockholder Size : Size Lev : P Lev ε : Error term

250 Widya Warta No. 02 Tahun XXXV I/ Juli 2012 ISSN 0854-1981 D. Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian ini menguji pengaruh nilai perusahaan terhadap kepemilikan blockholder dengan menggunakan variabel size dan leverage sebagai variabel kontrol. Berikut adalah hasil pengujian hipotesis : Tabel 4.6 Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Dependen QS Konstanta 0,011 (11,165) 0,000 *** TQ 0,027 (3,165) 0,002 *** Lev 0,002 (-1,047) 0,296 lnsize 0,001 (-3,625) 0,000 *** Keterangan : *** Signifikan pada level α = 1% * * Signifikan pada level α = 5% * Signifikan pada level α = 10% Hipotesis dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin s Q berpengaruh terhadap kepemilikan blockholder terdukung, karena koefisien TQ bernilai positif dan signifikan pada α 1 %. Hal ini menjelaskan bila perusahaan memiliki nilai perusahaan yang tinggi mendorong kenaikan kepemilikan blockholder. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa nilai perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepemilikan blockholder. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Myers dan Majluf (19840; La Porta et al. (2000) yang menyatakan bahwa nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap kepemilikan blockholder. Pada saat large shareholder ingin tetap menjaga kepemilikannya agar memungkinkan untuk menjamin maksimalisasi nilai yang diperolehnya (Zeckhouser dan Pound, 1990) atau untuk menghindari

251 penerbitan ekuitas yang terlalu banyak, maka nilai pasar yang lebih tinggi memungkinkan untuk mendanai investasi pada tingkat tertentu dengan jumlah saham yang lebih sedikit kepada pemilik luar (La Porta et al., 2000) atau untuk menghindari penerbitan ekuitas yang terlalu banyak (Myers dan Majluf, 1984). Situasi ini mengimplikasikan efek positif dari nilai perusahaan pada kepemilikan large shareholder (blockholder). Blockholder dapat meminimalkan residual lost dari agency problem ketika blockholder mempunyai preferensi yang kuat untuk tetap mempertahankan kontrol (pengendalian) dan insentrif kuat untuk menjamin maksimalisasi nilai pemegang saham (the incentive alignment hypothesis proposed by Zeckhouser dan Pound, 1990), karena nilai pasar yang tinggi memungkinkan untuk membiayai level investasi yang tersedia dengan menjual saham dalam jumlah kecil ke outside owner (La Porta et al., 2000). Hal ini memberikan penjelasan adanya pengaruh yang positif antara nilai perusahaan terhadap blockholder ownership. E. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, bahwa nilai perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepemilikan blockholder. Hal ini menjelaskan bahwa apabila nilai perusahaan meningkat akan mendorong kenaikan kepemilikan blockholder. Nilai pasar perusahaan yang lebih tinggi memungkinkan untuk mendanai investasi pada tingkat tertentu dengan jumlah saham yang lebih sedikit kepada pemilik luar. Situasi ini mengimplikasikan efek positif dari nilai perusahaan pada kepemilikan large shareholder (blockholder). 2. Saran Penelitian ini hanya menggunakan periode 2005-2008, sehingga penelitian selanjutnya diharapkan menambah periode penelitian. Selain itu penelitian selanjutnya disarankan menambah variabel size sebagai variabel yang mempengaruhi kepemilikan blockholder, karena berdasarkan hasil penelitian ini dan hasil penelitian sebelumnya variabel size berpengaruh positif signifikan terhadap kepemilikan blockholder.

252 Widya Warta No. 02 Tahun XXXV I/ Juli 2012 ISSN 0854-1981 DAFTAR PUSTAKA Berle, A. dan G. Means. 1932. The Modern Corporation and Private Property. New York: Macmillan Publishing. Dipublikasikan kembali pada tahun 1968. Claessens, S., Djankov, S., Fan, J., dan Lang L. (2002), Disentangling the incentive and entrenchement effects of large shareholders. Journal of Finance. 57 (6): 2741-2771. Chung, Kee H. dan Stephen W. Pruitt, 1994. A Simple Approximation of Tobin s Q, Financial Management, 23, 70-74. Fama, E. dan M. Jensen. 1983. Separation of Ownership and Control. Journal of Law and Economics, vol. 26, pp.301 325. Jensen, M. dan W. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency Cots and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, vol. 3, pp.305-360. La Porta et al. 1999. Corporate ownership around the world. The Journal of Finance, 54(2): 471-519. La Porta et al. W. 2000. Investor protection and corporate valuation. Journal of Financial Economics, 58: 3-27. McConnell, J. J., dan Servaes. 1990. Additional evidence on equity ownership and corporate value. Journal of Financial Economics, 27(2): 595-612. Morck et al. 1988. Management Ownership and Market Valuation: An Empirical Analysis. Journal of Financial Economics, vol.5, pp.293-315. Myers, S. C., dan Majluf, N. S. 1984. Corporate financing and investment decisions when firms have information investors do not have. Journal of Financial Economics, 13: 187-222. Pound, J., 1988. Proxy Contest and The Efficiency of Shareholder Oversight, Journal of Financial Economics 20, 237-265.

253 Suranta et al. 2003. Analisis hubugan struktur kepemilikan manajerial, nilai perusahaan dan investasi. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, vol.6, pp 54-68. Zeckhouser, R., & Pound, J. 1990. Are large shareholders effective monitors? An investigation of share ownership and corporate performance. In G. R.