TANGGUNG JAWAB PERUM PEGADAIAN TERHADAP PENJUALAN (LELANG) BARANG GADAI

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

GADAI DAN HAK KEBENDAAN TINJAUAN YURIDIS GADAI SEBAGAI HAK KEBENDAAN UNTUK JAMINAN KREDIT

KAJIAN PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG DI PEGADAIAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan secara tepat dan cepat menyalurkan dana tersebut pada

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

PERJANJIAN KREDIT DENGAN SISTEM REKENING KORAN DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURAKARTA

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari kegiatan pembangunan yang terdahulu, bahwa pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

BAB III PERLINDUNGAN BAGI PEMILIK BENDA DAN KREDITUR PENERIMA GADAI APABILA OBJEK GADAI DIJAMINKAN OLEH PIHAK YANG BUKAN PEMILIK BENDA

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

PELAKSANAAN PENANGGUNGAN ( BORGTOCHT ) DALAM PERJANJIAN KREDIT. ( Studi Kasus di PD. BPR BANK PASAR Kabupaten Boyolali )

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab

BAB I PELAKSANAAN LELANG TERHADAP BENDA JAMINAN SEBAGAI. AKIBAT WANPRESTASI (Study Kasus di Perum Pegadaian Jepara)

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan. Perbankan, dalam pasal 1 angka 2 dinyatakan bahwa:

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing.

PELAKSANAAN PERJANJIAN YANG DIBUAT ANTARA PEMBERI GADAI DAN PENERIMA GADAI PADA PERUM PEGADAIAN CABANG COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR.

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penyaluran dana kemasyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif atas dasar

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara seperti meminjam dari berbagai sumber dana yang ada. sehingga dapat mengakibatkan pemborosan.

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dana merupakan salah satu faktor penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN. A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa upaya

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH KHASANAH, SIDOHARJO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menyebar ke bagian Asean lainnya termasuk Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menentu terutama bagi lapisan masyarakat tingkat menengah ke bawah.

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DAN TATA CARA PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA BANK BTN DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. penjaminan lain seperti pada hak tanggungan dan jaminan fidusia.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB III PEMBAHASAN. Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk,

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. membayar berbagai kebutuhan masyarakat. Uang merupakan hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. menutupi semua kebutuhan mereka, termasuk kebutuhan yang bersifat dadakan.selain untuk

Transkripsi:

TANGGUNG JAWAB PERUM PEGADAIAN TERHADAP PENJUALAN (LELANG) BARANG GADAI (Study Kasus Perum Pegadaian Cabang Cokronegaran Surakarta) Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata Satu (S-1) Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : QURROTU AINI C 100 050 155 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan perekonomian yang tidak menentu yang melanda masyarakat Indonesia saat ini, menimbulkan berbagai persoalan menyangkut kebutuhan masyarakat. Untuk itu dalam rangka pembangunan nasional, pemerintah berusaha meningkatkan kebutuhan ekonomi dan menciptakan situasi dan kondisi yang baik dan sehat dalam perkembangan dunia usaha, dengan maksud agar masyarakat dapat menciptakan suatu lapangan usaha sendiri sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan. Untuk membuka lapangan usaha tidak hanya dibutuhkan bakat dan kemauan keras untuk berusaha saja, namun juga diperlukan adanya modal usaha yang cukup. Hal ini menjadikan kendala dalam masyarakat khususnya bagi kalangan ekonomi lemah. Untuk itu, mereka memerlukan adanya lembaga pengkreditan yang menyediakan dana pinjaman. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah mendirikan lembaga-lembaga pengkreditan perbankkan dan non perbankkan. Lembaga perbankan adalah lembaga yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa keuangan lainnya. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh 2

3 pihak ketiga maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral. 32 Yang termasuk dalam lembaga perbankkan adalah bank. Menurut pasal 1 angka 2 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Bank adalah : Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan pengertian lembaga non perbankan dapat ditemukan dalam pasal 1 angka 4 Keputusan Presiden Nomor 61 tahun 1988 tentang lembaga pembiayaan, yaitu : Lembaga Keuangan Bukan Bank adalah badan usaha yang melakukan kegiatan dibidang keuangan yang secara langsung menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat berharga dan menyalurkannya kedalam masyarakat guna membiayai investasi perusahaan-perusahaan. Salah satu lembaga pengkreditan yang didirikan pemerintah yang termasuk dalam non perbankkan adalah lembaga jaminan pegadaian yang berupa Persahaan Umum (perum) Pegadaian. Dibandingkan dengan lembaga Perbankkan (Bank), perum pegadaian memilliki kemudahan antara lain sebagai berikut : 1. prosedur dan syarat-syarat administrasi yang mudah dan sederhana; 2. nasabah cukup memberikan keterangan-keterangan singkat tentang identitas dan tujuan penggunaan kredit; 32 Muhammad Djumhana, 2000, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, hal. 82. 3

4 3. waktu yang relatif singkat; 4. pinjaman yang langsung cair; 5. bunga yang lebih rendah. Hal tersebut merupakan kabijaksanaan pegadaian dalam usaha memasyarakatkan gadai, sebagaimana maksud dan tujuan Perum Pegadaian. Adapun maksud dan tujuan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama golongan ekonomi lemah ke bawah melalui penyediaan dana atas dasar hukum gadai dan jasa di bidang keuangan lainnya berdaarkan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya; 2. Menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktik riba dan pinjaman tidak wajar lainnya. 33 Apabila dilihat dari fungsi dan kegiatan usahanya, maka pegadaian tersebut merupakan salah satu lembaga non bank yang fokus kegiatannya adalah pembiayaan. Ada 2 (dua) hal yang membuat pegadaian menjadi lembaga keuangan non bank. Pertama, transaksi pembiayaan yang diberikan mirip dengan pinjaman melalui kredit bank, namun diatur terpisah atas dasar hukum gadai dan bukan dengan peraturan mengenai pinjam-meminjam biasa. Kedua, pegadaian Indonesia secara legal dimonopoli oleh hanya satu badan usaha saja, yaitu Perum Pegadaian. 34 Tujuan dan kamudahan Perum Pegadaian ini menyebabkan pegadaian dekat dengan masyarakat khususnya bagi kalangan ekonomi lemah, sebagai pilihan utama masyarakat untuk mengatasi masalah keuangan tanpa harus menimbulkan masalah lain. Hal ini sesuai dengan motto Perum Pegadaian, yaitu : Mengatasi Masalah Tanpa Masalah. Berbeda dengan lembaga Perbankan, dalam perbankan pinjaman yang akan dilakukan oleh para pemberi gadai harus melewati prosedur yang 33 H. Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 37. 34 Y. Sri Susilo, Sigit Triandaru dan A. Totok Budi Santoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain,, Jakarta : Salemba Empat, 2000, hal. 179. 4

5 rumit, memakan waktu yang relatif lama dan harus adanya kelengkapan dokumen, yang membuat masyarakat kesulitan untuk memenuhinya. Debitur juga harus memberikan keterangan serinci mungkin tentang penggunaan uang. Begitu pula dengan jaminannya, tidak semua barang bisa dijadikan jaminan di bank. Dengan didirikannya pegadaian, masyarakat tidak perlu takut kehilangan barang-barang berharganya, hanya dengan menjaminkan barangnya masyarakat dapat memperoleh pinjaman. Pinjaman itu tidak terbatas, hanya saja besar jumlah pinjaman tergantung pada nilai jaminan barang-barang berharga yang diberikan. Semakin besar nilainya semakin besar pula nilai pinjamannya, demikian sebaliknya. Dalam menentukan besar pinjaman, maka barang-barang perlu ditaksir lebih dahulu. Untuk menaksir nilai jaminan, pihak Perum Pegadaian mempunyai ahli-ahli taksir. Nilai taksiran pasti lebih rendah dari nilai pasar, maka dengan mudah pihak Perum Pegadaian melelang barang jaminan yang diberikan nasabah dibawah harga pasar. Disamping itu Perum Pegadaian juga mempunyai timbangan dan alat ukur tertantu, misalnya untuk mengukur karat emas atau gram emas. Tujuan akhir dari penilaian ini adalah unuk menentukan besarnya jumlah pinjaman yang diberikan. 35 Perum Pegadaian menyediakan pinjaman uang atas dasar hukum gadai. Gadai merupakan suatu perjanjian utang menggunakan jaminan dengan menguasai bendanya. Gadai adalah perjanjian riil, oleh karena, sebagaimana 35 Mariam Darul Badrulzaman, Bab-bab tentang Credietverband, Gadai & Fidusia, Bandung : Alumni, hal 70. 5

6 ditentukan dalam pengertian gadai itu sendiri, gadai hanya ada mana kala benda yang akan digadaikan secara fisik telah dikeluarkan dari kekuasaan pemberi gadai. Pengeluaran benda yang digadaikan dari kekuasaan pemberi gadai ini bersifat mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar 36. Mengenai hak gadai ini diatur dalam buku II titel 20 KUH Perdata. Berdasarkan pasal 1150 KUH Perdata memberikan definisi tentang Gadai. Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang diberikan kepadanya oleh debitur atau orang lain atas namanya untuk menjamin suatu hutang, dan yang memberikan kewenangan kepada kreditur untuk mendapat pelunasan dari barang tersebut terlebih dahulu dari kreditur-kreditur lainnya, terkecuali biaya-biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk memelihara benda itu, biayabiaya mana harus didahulukan. Selain gadai adapula usaha-usaha lain yang ditawarkan dalam Perum Pegadaian. Adapun usaha-usaha yang ditawarka Perum Pegadaian adalah sebagai berikut : 1. penyaluran uang pinjaman berdasarkan jaminan fidusia; 2. pelayanan jasa titipan; 3. pelayanan jasa sertifikasi logam mulia dan batu adi; 4. unit toko emas; 5. industri perhiasan emas; 6. usaha-usaha lain yang menunjak tujuan adanya Perum Pegadaian. 37 Mengenai hal jaminan, biasanya perum pegadaian telah menetapkan ada beberapa barang berharga yang dapat diterima untuk digadaikan. Jenisjenis barang berharga yang dapat diterima dan dijadikan barang jaminan oleh perum pegadaian adalah semua barang bergerak: 36 Kartini Muljadi-Gunawan Widjaya, Seri Hukum Harta Kekayaan: Hak Istimewa, Gadai, dan Hipotek, Jakarta : Kencana, 2005, hal. 77. 37 H. Salim HS, Loc. Cit, 6

7 1. Benda bergerak berwujud, yaitu benda yang dapat dipindah-pindahkan. Misalnya : emas, arloji, sepeda motor dan lain-lain. 2. Benda bergerak yang tidak berwujud. Misalnya : piutang atas bawa, piutang atas tunjuk hak memungut hasil atas benda dan atas piutang. Untuk memperoleh pinjaman dalam perum pegadaian harus ada jaminan benda yang akan digadaikan, dalam hal ini adalah benda bergerak, sesuai dengan jaminan barang gadai adalah barang bergerak maka harus ada hubungan nyata antara barang gadai dengan pemegang gadai. Barang gadai harus diserahkan oleh pemberi gadai kepada pemegang gadai, jadi disini pemegang gadai menguasai barang gadai sampai pelunasan hutangnya. Penyerahan dapat dilakukan dengan penyerahan nyata dan dengan adanya penyerahan tersebut terpenuhilah syarat Inbezitstelling (keharusan penguasaan benda ditangan kreditur), maka tercipta hak gadai. Pemegang gadai mempunyai hak retensi, yang mana dengan adanya hak tersebut pemegang gadai berhak untuk menahan benda jaminan tersebut sampai pada hutang pemberi gadai tersebut lunas. Karena benda gadai merupakan benda bergerak maka harus ada hubungan yang nyata antara benda dan pemegang gadai. Fungsi dari barang jaminan tersebut adalah merupakan suatu jaminan atas berlangsungnya hubungan utang-piutang. Apabila pihak pemberi gadai wanprestasi, yaitu tidak melunasi, tidak mencicil kreditnya sampai tenggang waktu yang telah ditentukan maka pegadaian mempunyai hak untuk 7

8 mengambil pelunasan piutangnya sendiri dengan jalan menjual barang tersebut dengan kekuasaan sendiri atau melelang barang tersebut. dijelaskan bahwa: Dalam Buku II titel 20 pasal 1155 ayat (1) KUH Perdata, telah Apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain, maka si berpiutang adalah berhak jika si berhutang atau si pemberi gadai cidera janji, setelah tenggang waktu yang ditentukan lampau, atau jika tidak telah ditentukan suatu tenggang waktu, setelah dilakukannya suatu peringatan untuk membayar, menyuruh menjual barang gadainya dimuka umum menurut kebiasaankebiasaan setempat serta atas syarat-syarat yang lazim berlaku, dengan maksud untuk mengambil pelunasan jumlah piutangnya beserta bunga dan biaya dari pendapatan penjualan tersebut. Berdasarkan pasal tersebut dapat dijelaskan bahwa sebelum lelang dilakukan, pegadaian harus memberikan somasi atau peringatan terlebih dahulu kepada pemberi gadai. Pelelangan yang akan dilakukan pegadaian juga harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Barang gadai tersebut dilelang pada waktu yang telah ditentukan oleh Kepala Perum Pegadaian. Benda gadai tersebut dilelang sendiri oleh Perum Pegadaian. Apabila terjadi kelebihan atau ada sisa uang penjualan barang gadai setelah dikurangi bunga, biaya perawatan dan biaya lelang, maka sisanya tersebut harus dikembalikan kepada Debitur (pemberi gadai). Meskipun pegadaian mempunyai hak utuk mengambil pelunasan piutangnya dengan cara menjual barang gadai yang dikuasainya melalui pelelangan umum, tetapi dalam prakteknya mengalami hambatan baik secara yuridis, administratif maupun dalam masalah tehnis. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik mengkaji lebih lanjut mengenai tanggung jawab perum pegadaian cabang Cokronegaran 8

9 Surakarta terhadap penjualan (lelang) barang gadai, dalam sebuah penelitian berbentuk skripsi dengan judul : TANGGUNG JAWAB PERUM PEGADAIAN TERHADAP PENJUALAN (LELANG) BARANG GADAI (Study Kasus Perum Pegadaian Cabang Cokronegaran Surakarta). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dari pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan untuk menjadi pedoman dalam penelitian maupun pembahasannya. Adapun perumusan permasalahan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan pelelangan atas barang jaminan gadai di perum pegadaian cabang Cokronegaran Surakarta? 2. Apa saja hambatan yang timbul pada pelaksanaan pelelangan atas barang jaminan gadai di perum pegadaian cabang Cokronegaran Surakarta? Dan bagaimana solusinya? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut diatas, penelitian ini mempunyai tujuan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pelelangan atas barang jaminan gadai di Perum Pegadaian Cabang Cokronegaran Surakarta. 9

10 2. Untuk mengetahui hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pelelangan atas barang jaminan gadai di Perum Pegadaian Cabang Cokronegaran Surakarta dan cara menyekesaikan hambatan tersebut. D. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan ada manfaatnya, yaitu : 1. Secara Teoritis a. memberikan sumbangan pemikiran atau masukan bagi dunia akademi mengenai tanggung jawab Perum Pegadaian terhadap pelaksanaan lelang barang jaminan gadai; b. memberi gambaran nyata tentang pelaksanaan lelang di Perum Pegadaian cabang Cokronegaran Surakarta; 2. Secara Praktis a. menambah pengetahuan dan kemampuan penulis dalam menganalisis dan memecahkan masalah hukum perdata, khususnya mengenai pelelangan terhadap barang jaminan gadai di Perum Pegadaian; b. memberi jawaban atas permasalahan yang diteliti; c. hasil penelitian diharapkan dapat menambah masukan kepada semua pihak yang membutuhkan tentang pelelangan di Perum Pegadaian. E. Metode Penelitian Menurut Soerjono Soekanto, definisi penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruktif yang dilakukan 10

11 secara metodologi, sistematis dan konsisten. Metodologi berarti sesuai dengan metode atau cara-cara tertentu. Sistematis artinya berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dengan suatu kerangka tertentu. Penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan. Sebelum seseorang melakukan penelitian ia dituntut untuk dapat menguasai dan menerapkan metodologi dengan baik. 38 Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini adalah: 1. Metode Pendekatan Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis. Metode pendekatan yuridis sosiologis adalah metode pendekatan yang bertujuan memaparkan suatu penyataan yang ada dilapangan berdasarkan asas-asas hukum, kaidah-kaidah hukum atau perundang-undangan yang berlaku dan ada kaitannya dengan permasalahan yang dikaji. 39 Dikatakan yuridis karena dalam pengadaan pendekatan objek yang diteliti. Maka pengadaan prinsip-prinsip dan asas-asas hukum yang digunakan khususnya hukum perdata. Dikatakan sosiologis karena gadai, barang jaminan gadai dan pelelangan barang gadai pada dasarnya merupakan masalah sosial. 2. Jenis Penelitian 1998. hal 97. 38 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta. UI Press. 1992. hal. 6. 39 Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta : Gholia, 11

12 Jenis penelitian adalah diskriptif kualitatif, karena dalam penelitian berusaha memberikan gambaran secara umum dan menyeluruh tentang objek yang diteliti. Suatu penelitian diskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang diteliti mungkin tentang manusia, keadaan dan gejala-gejala lain. 40 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan keterangan lebih lanjut tentang pelaksanaan lelang di Perum Pegadaian dan hambatan-hambatan serta solusinya. 3. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Perum (Perusahaan Umum) Pegadaian Cabang Cokronegaran Surakarta. Memilih lokasi ini karena penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang pelaksanaan lelang di Perum Pegadaian tersebut. 4. Sumber Data Untuk melengkapi penelitian, penulis memerlukan sumber data sebagai pendukung kelengkapan penulisan penelitian ini. Sumber data yang digunakan penulis adalah : a. Sumber Data Primer Sumber data yang diperoleh secara langsung dari lapangan atau lokasi penelitian yang meliputi keterangan atau data yang diperoleh dari Perum Pegadaian Cabang Cokronegaran Surakata. 40 Soejono Soekanto, Op.Cit, hal. 10 12

13 b. Sumber Data Sekunder Sumber data secara langsung mendukung sumber data primer yang diperoleh melalui studi kepustakaan, yaitu berupa buku, literatur, perundang-undangan dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah gadai dan lelang. 5. Metode Pengumpulan Data Untuk dapat melakukan penelitian, diperlukan adanya suatu data yang jelas dan lengkap. Data tersebut dapat diperoleh dengan metode pengumpulan data, metode ini diperlukan agar data yang dikumpulkan benar-benar valit dan memiliki nilai kebenaran yang tinggi. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Study Kepustakaan Digunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yang dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku, literatur dan karya ilmiah yang brhubungan dengan masalah ini. b. Wawancara Yaitu metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan tanya jawab kepada pejabat atau karyawan Perum Pegadaian cbang 13

14 Cokronegaran Surakarta, untuk memperoleh data secara langsung mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pokok permasalah. c. Observasi Observasi adalah cara bagaimana melakukan pengamatan artinya mengamati, melihat, meninjau atau mengawasi dalam pengumpulan data-data yang dilakukan dalam penelitian hukum sebagaimana juga dalam ilmu-ilmu sosial. 41 6. Metode Analisis Data Dalam suatu penulisan analisis data merupakan tahap yang paling penting karena dapat menentukan kualitas hasil penelitian. Dalam menganalisis data, data dikerjakan sedemikian rupa dan disusun secara sistematis sebagai bahan dalam analisis data, sampai berhasil penyimpulan kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan dalam penelitian yang dilaksanakan. Mengingat pentingnya analisis data, maka penelitian ini penulis memilih analisa data yang bersifat kualitatif. Adapun yang dimaksud kualitatif adalah : Suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data diskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan responden secara tertulis atau lisan dan juga perilaku nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. 42 F. Sistematika Penelitian 41 Hilman Hadi Kusumo, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum, Bandung : Mandar Maju, 1995, hal. 76. 42 Soejono Soekanto, Op Cit. hal. 250 14

15 Penelitian ini disusun dengan menggunakan uraian sistematis, sehingga mendapatkan gambaran yang lebih terarah dan jelas pemehamannya terhadap permasalahan yang diteliti. Adapun sistematika penulisan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Metode Penelitian F. Sistematika Penelitian BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Jaminan 1. Pengertian Jaminan 2. Syarat dan Manfaat Jaminan 3. Penggolongan Jaminan B. Tinjauan Umum tentang Gadai 1. Pengertian Gadai 2. Objek dan Subjek Gadai 3. Hak dan Kewajiban Penerima Gadai 4. Hak dan Kewajiban Pemberi Gadai 5. Hapusnya Gadai 15

16 6. Pelelangan Barang Gadai BAB III : Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Pelaksanaan Pelelangan Barang Jaminan Gadai di Perum Pegadaian Cabang Cokronegaran Surakarta B. Kendala yang timbul dalam Pelaksanaan Lelang dan Penyelesaiannya di Perum Pegadaian Cabang Cokronegaran Surakarta BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran 16