KAJIAN PENINGKATAN LAYANAN SISTEM PERPIPAAN AIR MINUM PERKOTAAN MOJOSARI KABUPATEN MOJOKERTO Sutanto Kusumo 1*), Nieke Karnaningroem 2) 1) Program Magister Teknik Prasarana Lingkungan Permukiman Jurusan Teknik Lingkungan ITS, email: paul_sutanto@yahoo.com 2) Jurusan Teknik Lingkungan ITS, email: nieke@enviro.its.ac.id ABSTRAK Perkotaan Mojosari sebagai ibukota Kabupaten Mojokerto memiliki 74,1% penduduk dengan akses air minum dengan penggunaan ledeng sebanyak 10,35%. Untuk mencapai sasaran MDGs (sistem perpipaan sebesar 57,4%) dan sasaran nasional bidang air minum (sistem perpipaan sebesar 32%) terdapat beberapa kendala. Masyarakat merupakan pihak yang berpotensi meningkatkan pembangunan bidang air minum tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi masyarakat perkotaan Mojosari dalam upaya peningkatan cakupan layanan sistem perpipaan dari aspek teknis, sosial dan finansial. Penelitian dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data sekunder pada dinas/intansi terkait, observasi lapangan, pembagian kuesioner dan wawancara. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan stratified random sampling berdasarkan tingkat ekonominya. Sasaran penelitian adalah penduduk dan pejabat di 14 desa/kelurahan dalam wilayah perkotaan Mojosari. Pengolahan data hasil penelitian dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Sebanyak 74,6% responden mengelola sumber airnya secara individual dan sisanya berlangganan PDAM. Dilihat dari kondisi masyarakat secara umum, pengelolaan air secara komunal merupakan satu pilihan yang dapat dipertimbangkan. Model lembaga semacam koperasi air minum yang menawarkan sistem bagi hasil dapat dikembangkan sebagai bentuk kelembagaan pengelolaan air komunal. Kata kunci: Perkotaan Mojosari Kabupaten Mojokerto, penyediaan air minum, potensi masyarakat. PENDAHULUAN Perkotaan Mojosari yang terletak di wilayah Kecamatan Mojosari dan Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto, memiliki air permukaan maupun air tanah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air (Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang (DPU CKTR) Kab. Mojokerto, 2010). Dengan potensi tersebut, akses air penduduk perkotaan Mojosari Kabupaten Mojokerto pada tahun 2010 dengan akses air minum dari ledeng sebanyak 10,35% ( Dinas Kesehatan Kab. Mojokerto, 2010). Untuk tingkat pelayanan air dengan jaringan perpipaan, perkotaan Mojosari belum mencapai sasaran bidang air minum MDGs untuk akses air minum perpipaan pada 2015 sebesar 57,4%. Dari aspek lingkungan, peningkatan jumlah dan aktivitas penduduk di perkotaan Mojosari akan berpengaruh terhadap kualitas sumber air yang ada. Semakin padat jumlah penduduk semakin besar pula resiko pencemaran terhadap lingkungan. Kendala pembiayaan merupakan satu masalah yang paling pokok. Hasil perhitungan kemampuan keuangan di Kabupaten Mojokerto untuk bidang Cipta Karya masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dana untuk pembangunan infrastruktur hingga tahun 2014 (DPU CKTR Kab. Mojokerto, 2010). Pihak yang berpotensi untuk meningkatkan pembiayaan bidang air minum D-4-1
tersebut adalah masyarakat. Penerimaan retribusi dari masyarakat mencapai 64,4% (28,7 milyar rupiah) dari total PAD atau 3,52% dari total penerimaan pendapatan Kab. Mojokerto pada tahun 2009 dengan proyeksi pertumbuhan 11% per tahunnya (DPU CKTR Kab. Mojokerto, 2010). Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Melakukan identifikasi potensi/peranan penduduk perkotaan Mojosari dalam upaya peningkatan cakupan pelayanan air minum sistem perpipaan; b. Merumuskan alternatif upaya untuk meningkatkan cakupan pelayanan air minum perpipaan di perkotaan Mojosari dilihat dari aspek sosial, teknis dan finansial/pembiayaan Potensi Masyarakat dalam Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Menurut Peraturan Pemerintah Nomor: 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif. Penyelenggara pengembangan SPAM dapat berbentuk badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Potensi masyarakat dalam SPAM dapat diidentifikasi dengan 2 (dua) indikator yaitu: a. ATP (Ability To Pay) Untuk menghitung ATP masyarakat, Metode Household Budget dapat digunakan. Metode ini menggunakan perbandingan antara pendapatan/alokasi dana untuk air terhadap total pendapatan dari objek ATP =...(1) Keterangan: ATP = Kemampuan membayar I = Pendapatan responden (Rp./bulan) P = Persentase pendapatan untuk air per bulan T = Total kebutuhan air setiap bulan (m 3 /bulan) b. WTP (Willingness To Pay) Dalam menghitung kemauan membayar (WTP), dilakukan pengelompokan dalam jumlah angka terhadap kesediaan/partisipasi untuk membiayai sesuatu. Jumlah angka tersebut selanjutnya dikelompokkan ke dalam kelas sehingga diperoleh jumlah kelas dengan persamaan berikut: K = 1 + 3,322 log n...(2) Keterangan: K = Jumlah kelas n = Jumlah angka yang terdapat dalam data (sampel) Pendekatan untuk mengetahui besarnya interval kelas, didapatkan dengan persamaan berikut: i = 1 +3,322 log atau i =...(3) Keterangan: i = Interval kelas jarak = Selisih antara kesediaan membayar tertinggi dan kesediaan membayar terendah Perhitungan WTP adalah sebagai berikut: D-4-2
WTP =...(2.4) Keterangan: WTP = Kemauan membayar AWPi = Kemauan membayar rata-rata ni = Banyaknya responden yang bersedia membayar AWPi N = Banyaknya orang yang diwawancarai sebagai sampel k = Jumlah kelas Peran serta didefinisikan sebagai kesediaan membantu keberhasilan program sesuai kemampuannya tanpa mengorbankan kepentingan dirinya sendiri. Peran serta masyarakat dalam bidang air minum merupakan keterlibatan masyarakat/ikut serta bertanggungjawab baik secara pasif atau aktif, secara individu, kelompok dan/atau masyarakat (Depkimpraswil, 2002). Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) merupakan salah satu bentuk sistem penyediaan air minum yang diprakarsai dan dikelola secara berkelanjutan oleh masyarakat sendiri. Masyarakat bertindak sebagai pemrakarsa, pemilik, pengelola sekaligus pengguna prasarana air minum (Departemen PU, 2005a). Dalam PAM BM terdapat lembaga penentu kebijakan dan kegiatan yang akan dilaksanakan secara bersama berdasarkan kesepakatan. Di dalam PAM BM terdapat 2 (dua) bentuk kelembagaan yaitu (Departemen PU, 2005b): a. Badan Musyawarah Air Minum (Bamus AM), terbentuk sebagai lembaga pengelola awal hasil kesepakatan bersama masyarakat pengguna air minum. Badan ini memiliki fungsi pengambilan keputusan dan pengawasan semua pelaksanaan kegiatan PAM BM. Struktur organisasi Bamus AM adalah sebagaimana pada Gambar 2.1. Gambar 1 Struktur Organisasi Bamus AM b. Badan Pengelola Air Minum (Bapel AM), merupakan badan bentukan Bamus AM yang berfungsi sebaga badan pelaksana harian PAM BM sehingga Bapel AM bertanggungjawab kepada Bapel AM. Penyelenggaraan PAM BM ini dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu: 1. Tahap persiapan, meliputi kegiatan penjajagan awal, mobilisasi masyarakat, pembentukan kelembagaan serta penyusunan dan pengusulan proposal. 2. Tahap Perencanaan Kegiatan pada tahap ini antara lain: persiapan perijinan, perencanaan fisik berupa lokasi dan teknologi yang akan digunakan, pengadaan barang dan perencanaan pembiayaan. 3. Tahap pembangunan Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan pembangunan fisik prasarana PAM BM. 4. Tahap pengelolaan dan pengembangan D-4-3
METODE Penelitian dilakukan di 14 desa/kelurahan di wilayah perkotaan Mojosari. Metode observasi, kuesioner dan indepth interview digunakan dalam penelitian ini terhadap 63 responden masyarakat dan 9 responden perangkat desa/kelurahan. Hasil yang didapat selanjutnya akan dianalisis secara deskriptif-kuantitatif. Kerangka penelitian yang digunakan sebagaimana pada Gambar 1. Ide Penelitian Eksisting Gap Kondisi Ideal Perumusan Masalah Target bidang air minum: - MDGs Tahun 2015 - Target Kabupaten Perumusan Tujuan Studi Pustaka Penyusunan Metode Penelitian Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder Analisis Data Pembahasan Potensi Masyarakat Perumusan Upaya Kesimpulan & Saran Gambar 2 Kerangka Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagian besar responden (74,6%) menggunakan sumur sebagai sumber air dan 25,4%menggunakan PDAM. Responden yang tertarik melakukan penyambungan sebanyak 22,2%. Responden yang tidak tertarik melakukan penyambungan disebabkan karena memiliki sumber air yang masih baik (42,9%) dan alasan biaya yang mahal (23,8%). Sebagian besar responden memiliki penghasilan rata-rata diatas Rp. 2 juta perbulan dengan pengeluaran untuk kebutuhan air sebesar Rp. 25.000,- sampai Rp. 50.000,-. Sebanyak 44,4% kepala desa/kelurahan menyatakan bahwa lembaga pengelola air perlu dibentuk di wilayahnya untuk mengelola penyediaan air bagi masyarakat di wilayahnya sedangkan 55,6% kepala desa/kelurahan menyatakan tidak perlu. Sebanyak 44,4% responden menyatakan sebaiknya lembaga pengelola air tersebut berada di tingkat desa/kelurahan. Bentuk lembaga berupa paguyuban lebih disukai (33,3%). Kepemilikan lembaga tersebut berupa saham (55,6%) dan iuran (33,3%). D-4-4
30 27% 31,7% 30,2% 25 20 15 10 5 - Penghasilan 19% 15,9% 15,9% > Rp. 2 juta Rp. 1,5 juta- 2 juta Pengeluaran 22% 22% Rp. 1 juta - Rp. 1,5 juta Rp. 500 ribu - Rp. 1 juta 10% 6,3% < Rp. 500 ribu Gambar 3 Distribusi Pendapatan dan Pengeluaran Responden (Sumber: Hasil Pengolahan Data Survey, 2011) 50.0 40.0 47,6% 30.0 20.0 10.0 0.0 7,9% PDAM 14,3% PDAM+Sumur 3,2% PDAM+Galon Sumur 27,0% Sumur+Galon Gambar 4 Sistem Penyediaan Air Responden (Sumber: Hasil Pengolahan Data Survey, 2011) Peluang untuk meningkatkan cakupan layanan perpipaan di perkotaan Mojosari terletak pada pihak masyarakat baik yang belum memiliki prasarana maupun yang memiliki prasarana air minum non perpipaan. Potensi peningkatan cakupan layanan mencapai 25,9% untuk masyarakat yang belum terlayani prasarana air minum dan masyarakat pengguna sumber air non perpipaan sebesar 53,1%. Gambar 5 Kondisi Cakupan Layanan Sistem Perpipaan Perkotaan Mojosari D-4-5
Aspek Sosial Rata-rata penghasilan responden (I) sebesar Rp. 1.625.397, - dengan persentase pengeluaran untuk kebutuhan air (P) sebesar 0,070 dan rata-rata kebutuhan air responden (T) sebanyak 57,81 m 3 /bulan didapatkan nilai ATP sebagai berikut: ATP = =...,, / = Rp. 1.974,97,-/m 3 Perhitungan WTP rekening air dapat dilihat pada Tabel 1. No. Kesediaan membayar (Rp.) Tabel 1 Perhitungan WTP Biaya rekening Air Responden (orang) WTPi (Rp.) WTP a b c d e = (c*d)/i f = e*iii 1 10rb - 25rb 6 17500 1666,7 29.146.667 2 25rb - 50rb 4 37500 2381,0 41.638.095 3 50rb - 75rb 2 62500 1984,1 34.698.413 4 100rb -150rb 2 125000 3968,3 69.396.825 Total 10.000 174.880.000 Sumber: Hasil perhitungan, 2011 PDAM memiliki anggapan bahwa cakupan pelayanannya di perkotaan Mojosari sebesar 19,83% tersebut telah jenuh/telah maksimal sehingga kawasan perkotaan Mojosari belum menjadi daerah sasaran usaha pengembangan PDAM. Saat ini PDAM lebih fokus pada usaha perbaikan pelayanan. Di sisi lain, potensi pencemaran lebih tinggi terjadi pada sumur/sumur pompa masyarakat yang dibangun di daerah perkotaan Mojosari yang memiliki kepadatan penduduk sebesar 33 jiwa/ha. Sebagian besar responden (49,2%) memiliki tangki septik yang tidak layak dari segi jarak tangki septik dari sumber airnya (kurang dari 10 meter). Hal ini menyebabkan potensi tingkat penyebaran mikroorganisme dari tangki septik ke sumber air menjadi lebih tinggi. Berdasarkan semua hal diatas, terlihat bahwa responden memiliki kemampuan secara finansial dan memiliki potensi sumber air tanah yang masih baik dari segi kualitas, kuantitas dan kontinyuitasnya, namun responden kurang memiliki kemauan untuk terlibat dalam pembiayaan SPAM. Potensi masyarakat ini dapat dikembangkan menjadi pembiayaan pengelolaan air minum berbasis masyarakat (PAM BM). Gambar 6 Struktur Organisasi PAM BM D-4-6
Di dalam PAM BM, ada 2 (dua) jenis lembaga yang dibe ntuk masyarakat yaitu Badan Musyawarah Air Minum (Bamus AM) sebagai pemegang fungsi legislatif dan Badan Pengelola Air Minum (Bapel AM) sebagai eksekutif dan bertanggun gjawab kepada Bamus AM. Gambar 6 Tahapan Penyelenggaraan PAM BM Sumber dana utama berasal dari swadaya masyarakat, sumber dana lain dapat berasal dari pemerintah/dana stimulan dan pihak ketiga sebagai investor/penyandang dana yang telah mendapatkan persetujuan Bamus AM. Investasi masyarakat selain dana dapat berupa tenaga, hasil bumi, lahan dan lainnya yang dapat dikonversikan sebagai uang (Departemen PU, 2005c). Aspek Teknis Sumber air di perkotaan Mojosari berupa air tanah baik air tanah dalam maupun air tanah dangkal secara kualitas berpotensi menerima cemaran dari limbah industri dan limbah rumah tangga. Namun secara kuantitas, kontinyuitas dan keterjangkauan relatif tidak ada masalah. Dalam implementasi PAM BM, diusulkan sistem modul penyediaan air minum bagi 40 KK yang terdiri atas: a. Sumur gali, diameter minimum 80 cm dilengkapi dengan struktur dinding atas dan dinding bawah serta lantai sumur minimum 100 cm b. Reservoir, 2 kompartemen dengan dimensi: Tinggi 2 meter, panjang 4 meter dan lebar 2 meter c. Perpipaan, terdiri atas pipa transmisi diameter 3 sepanjang 110 meter dan pipa distribusi dengan diameter 1,5 sepanjang 700 meter dan 2 sepanjang 900 meter d. Pompa, diperlukan 1 unit pompa degan head 20,59 m dan daya 0,059 KW D-4-7
Aspek Finansial Sistem modul diatas memerlukan biaya mulai dari tahap persiapan, perencanaan pembangunan hingga operasi dan pemeliharaan sebesar Rp. 318.773.343,- dengan harga pokok air sebesar Rp. 9,27,-. Sumber dana pelaksanaan PAM BM tersebut dapat berasal dari simpanan sukarela anggota koperasi air minum PAM BM, dari pemerintah daerah melalui kegiatan pembangunan prasarana air minum dan/atau dari pihak ketiga selaku investor yang telah disetujui Bamus AM. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain: 1. Masyarakat perkotaan Mojosari memiliki potensi dalam aspek pembiayaan/finansial namun kurang memiliki kemauan untuk memberikan dananya dalam bidang penyediaan air minum. Nilai ATP masyarakat sebesar Rp. 1.974,97 dan WTP iuran bulanan rekening air sebesar Rp. 10.000,-. Alasan utama masyarakat perkotaan Mojosari untuk tidak memiliki sistem perpipaan air minum adalah karena sumber airnya masih baik dan tidak bersedia menambah beban pengeluaran tambahan. 2. Pengembangan Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PA M BM) yang terwujud dalam bentuk koperasi air minum merupakan salah satu upaya peningkatan cakupan pelayanan air minum di perkotaan Mojosari. Untuk mengembangkan PAM BM diperlukan kerjasama yang baik antara masyarakat konsumen dan pemerintah/pihak ketiga. Saran 1. Perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai potensi integrasi sistem perpipaan masyarakat dan PDAM; 2. Perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk merumuskan strategi pengembangan sistem perpipaan air minum di perkotaan Mojosari; 3. Perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai keterpaduan pembangunan air minum dan sanitasi Perkotaan Mojosari. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia. (2005a). Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM). Volume 1. Pedoman Umum. Pd T-05-2005-C. Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia. (2005b). Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM). Volume 3. Kelembagaan. Pd T-07-2005-C. Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia. (2005c). Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM). Volume 4. Pembiayaan. Pd T-08-2005-C. Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto. (2010). Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto Tahun 2010. Kabupaten Mojokerto. Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Mojokerto. (2010). Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Mojokerto Tahun 2010-2014. Kabupaten Mojokerto. Trijoko, (2010a). Unit Air Baku Dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Graha Ilmu. D-4-8
Trijoko, (2010b). Unit Produksi Dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Graha Ilmu. World Health Organization, UNICEF. (2006). Meeting the MDG Drinking Water And Sanitation Target : The Urban And Rural Challenge of The Decade. WHO Press. Switzerland. D-4-9