BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (pengetahuan, kecakapan, ketrampilan, dan nilai-nilai) dengan aktivitas kejiwaan

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SD NEGERI BUMI I LAWEYAN SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendidikan manusia bisa menyikapi keadaan perkembangan zaman

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya saat ini pendidikan anak usia dini. baik dalam aspek fisik-motorik, kognitif, bahasa, moral dan agama, sosial

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF ROLE PLAYING DENGAN CD INTERAKTIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua.

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya (IQ), namun juga ditentukan oleh bagaimana seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah dan sekitarnya. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen sumber daya manusia hanya akan terselenggara dengan efisien

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Globalisasi merupakan suatu sifat yang tidak bisa dihindari dan di

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Proses pendidikan formal adalah suatu proses yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Juanita Sari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan yang terus mengalami perubahan, dan bagaimana mengambil inisiatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan yang sangat pesat. Di usia ini sangat penting untuk meletakkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini peranan sumber daya manusia berkembang semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perilaku hidup bersih dan sehat yang selanjutnya dalam penilitian ini

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktivitas siswa dan memperoleh prestasi yang lebih baik bila

BAB II. Tinjauan Teoritis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. (SISDIKNAS), UU RI No.20 Tahun 2003 beserta penjelasannya,(bandung: Nuansa Aulia, 2008), h.114

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, h. 16), menjelaskan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

1. PENDAHULUAN. menghadapi persaingan yang semakin ketat pada era globalisasi dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri individu dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan belajar dalam keluarga adalah merupakan lingkungan belajar yang pertama bagi anak untuk mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, ilmu pengetahuan dan teknologi pun berdampak pada pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam menumbuhkan motivasi, minat, dan disiplin siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keluarga yang kokoh akan menghasilkan anak-anak yang kokoh juga.

Judul BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan manusia dengan kemampuan berbeda-beda dengan rencana yang. kesialan atau kekurangan dengan istilah cacat.

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE KEEP ON LEARNING SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menetap dari hasil interaksi dan pengalaman lingkungan yang melibatkan proses

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

Bab 5. Ringkasan. Bangsa Jepang merupakan bangsa yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Hal ini terjadi adanya kemajuan dalam tehnologi

BAB I PENDAHULUAN. mengubah atau mengembangkan karakter individu. Karakter yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan seseorang berbuat sesuatu (Purwanto, 1998). Motivasi

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pertama. Sekolah juga sebagai salah satu lingkungan sosial. bagi anak yang dibawanya sejak lahir.

Oleh Mike Akta Buana. Absatrak. Kata Kunci : Keaktifan dan Hasil Belajar, Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan interpersonal sangat dibutuhkan oleh setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Fak. Keperawatan USU Medan

PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Dinas pendidikan pemuda dan olahraga memiliki kebijakan mutu yaitu

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa sekolah, tugas mereka adalah belajar. Ini merupakan salah

TINJAUAN PUSTAKA. A. Aktualisasi Diri Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian

BE SMART PARENTS PARENTING 911 #01

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan siswa dalam belajar. Guru harus mampu berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB. II LANDASAN TEORITIS. 2015), ialah pelajar perguruan tinggi. Didalam struktur pendidikan Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perbincangan mengenai rendahnya mutu pendidikan di Indonesia bukanlah hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Astri Yulianti, 2013

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MENJELANG BATAS AKHIR MASA STUDI. Retno Kasih Kusumastuti Sonny Andrianto

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah usaha untuk memperoleh hal-hal baru dalam tingkah laku (pengetahuan, kecakapan, ketrampilan, dan nilai-nilai) dengan aktivitas kejiwaan sendiri. Dari pernyataan tersebut tampak jelas bahwa sifat khas dari proses belajar adalah memperoleh sesuatu yang baru, yang dahulu belum ada, sekarang menjadi ada, yang semula belum diketahui sekarang diketahui, yang dahulu belum dimengerti, sekarang dimengerti (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan menurut Slavin (2000), belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha memperoleh sesuatu yang baru dengan adanya interaksi antara stimulus dan respon yang mengakibatkan perubahan perilaku seseorang. Unsur-unsur dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan pendidik kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, perubahan akibat belajar dapat terjadi dalam berbagai bentuk perilaku, dari arah kognitif, efektif, dan atau psikomotor (wikipedia.com). 1

2 Belajar merupakan elemen yang penting dalam mendukung perkembangan intelektual anak oleh sebab itu membangun budaya belajar (learning culture) pada diri anak, baik di rumah maupun sekolah sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan perkembangan otak sangat pesat ketika usia 0-6 tahun, kemudian berangsur berkurang hingga usia 8 tahun, sehingga pada usia ini atau selambatnya 9 tahun anak sudah menjadi pembelajar mandiri (self starter) dan berhenti pada usia 12 tahun, artinya sesudah usia 12 tahun yang harus kita lakukan adalah mengoptimalkan fungsi otak. Untuk membangun budaya belajar pada anak-anak yang kuat dapat melakukan dengan: membuat aktivis belajar menjadi momen menyenangkan, menciptakan kegiatan yang dapat membuat anak menjadi kaya dengan pengalaman, membangun nilai spritual yang kuat untuk membentuk integritas anak, membangun budaya membaca yang kuat dan membangun visi anak dengan menciptakan alasan yang kuat bagi anak untuk berbuat (reason for being). Inilah sumber motivasi yang menggerakan anak untuk terus-menerus lebih baik dan belajar lebih gigih (Duniasikecil.com). Visi besar yang dibangun pada diri anak memacu motivasi anak untuk belajar, mencari ilmu, dan melakukan berbagai hal baru untuk menemukan kesedian untuk melakukan usaha dalam mencapai tujuan tertentu, yang disebabkan oleh adanya kebutuhan tertentu. Atau dorongan dan semangat untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi belajar adalah kesediaan, dorongan, dan semangat untuk melakukan kegiatan belajar pada berbagai tempat dan waktu yang ada.

3 Dalam proses belajar mengajar, motivasi belajar sangat besarnya pengaruhnya bagi keberhasilan siswa di sekolah. Bagi siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai keinginan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga boleh jadi siswa yang memiliki intelegensi yang cukup tinggi menjadi gagal karena kekurangan motivasi belajar, sebab hasil belajar akan optimal bila terdapat motivasi yang tepat. Pada kenyataannya, motivasi belajar pada siswa di sekolah antara siswa yang satu dengan yang lain berbeda. Salah satu yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah ketika ada siswa mengalami kesulitan dalam belajarnya. Pada siswa yang menghadapi kesulitan dalam mengikuti pelajaran tidak seharusnya dibiarkan begitu saja, melainkan diberikan dorongan agar siswa tersebut tetap termotivasi dalam belajarnya. Di sinilah peran guru dan orang tua untuk dapat memotivasi belajar siswa sehingga siswa dapat lebih bersemangat dalam belajarnya sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Untuk itu dengan adanya motivasi, selain untuk meningkatkan prestasi belajar, diharapkan juga meningkatkan ketrampilan dan kreativitas anak didik karena fungsi motivasi itu sendiri adalah sebagai pendorong, penggerak, dan pengarah perbuatan belajar (Pidarta, 2004). Motivasi belajar dapat dipengaruhi dari diri sendiri (intrinsik), yang didasari oleh adanya kebutuhan untuk belajar, dan dari luar diri sendiri (ekstrinsik) yaitu motivasi yang berasal dari keluarga (terutama orang tua), sebagai lingkungan terdekat anak. Motivasi belajar intrinsik perlu ditumbuhkan untuk menanamkan kepada anak bahwa belajar adalah sebuah kebutuan, bukan

4 sekedar kewajiban. Jika kesadaran itu telah timbul, maka anak akan melakukan kegiatan belajar dengan kesadarannya sendiri, tanpa perlu ada paksaan dari pihak manapun, atau hanya pada saat akan ujian, sedangkan untuk menumbuhkan belajar intrinsik pada anak dapat melakukannya dengan memberikan penghargaan pada setiap perkembangan yang berhasil dicapai anak dalam kegiatan belajarnya, mendengarkan keluh kesah anak mengenai kegiatan belajar yang dilakukannya, memberikan hukuman yang mengandung pelajaran, memberi perhatian pada halhal yang dilakukan anak pada saat ia belajar, dan meluangkan waktu untuk menemani anak belajar (Dhiean, 2006). Peran orang tua merupakan komponen penting dalam pendidikan anak. Hal ini menuntut adanya kontak secara langsung yang dapat diwujudkan dalam bentuk dukungan orangtua pada anaknya. Menurut Johnson dan Johnson (dalam Indie, 2009), dukungan sosial didefinisikan sebagai keberadaan orang lain yang dapat disajikan untuk memberikan bantuan, semangat, penerimaan, dan perhatian, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan individu. Baron dan Byrne (1997) mendefinisikan dukungan sosial sebagai suatu bentuk pemberian rasa nyaman, baik secara fisik maupun secara psikologis oleh keluarga atau teman dekat dalam menghadapi tekanan-tekanan atau masalah tertentu. Seseorang yang mendapatkan rasa nyaman akan lebih efektif dalam menghadapi tekanan-tekanan atau masalah tertentu. Dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang memiliki hubungan berarti bagi individu, misalnya: orangtua atau keluarga, teman, pasangan hidup, rekan kerja, saudara, dan tetangga (Thoits, 1986). Sedangkan House dan Kahn

5 (dalam Indie, 2009), menyebutkan bentuk-bentuk dukungan sosial, yaitu adanya dukungan emosional berupa penghargaan, cinta, dan kepercayaan, perhatian dan kesediaan untuk mendengarkan. Kemudian dukungan informatif, yaitu berupa nasehat, sugesti, arahan langsung, dan informasi. Selain itu juga ada dukungan instrumental, yaitu berupa bantuan uang, kesempatan, dan modifikasi lingkungan serta dukungan penilian, yaitu umpan balik dan membandingkan dengan orang lain. Penilaian positif terhadap anak akan meningkatkan rasa percaya diri akan kemampuan yang dimiliki anak. Sehingga siswa termotivasi untuk belajar lebih giat. Dengan demikian, motivasi belajar siswa dan dukungan orangtua merupakan dua faktor yang dapat dijadikan sebagai prediktor keberhsilan siswa dalam belajar. Tidak semua orangtua memiliki perhatian yang sama terhadap pendidikn anaknya, ada yang perhatiannya baik, misalnya menyediakan fasilitas belajar yang dibutuhkan anak., dan menemani anaknya belajar dengan memberikan bimbingan secara intensif, ada juga yang bersikap acuh, artinya perkembangan anak diserahkan sepenuhnya kepada guru dan anak itu sendiri. Berkenaan dari perhatian orang tua tersebut, tidaklah cukup jika orang tua sekedar menyediakan dan melengkapi fasilitas fisik saja, sebab lengkapnya fasilitas fisik belum tentu menjamin seorang anak belajar dengan giat. Orangtua hanya dapat memberikan fasilitas fisik saja tanpa diikuti perhatian yang lain yang ditunjukan kepada anak setiap hari khususnya dalam bentuk kesedian menemani anak pada saat belajar, memungkinkan anak di dalam menggunakan fasilitas tersebut tidak untuk kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan belajarnya (Suhaeli, 2008).

6 Dukungan orang tua pada saat siswa belajar dapat mendukung motivasi siswa dalam belajar. Hubungan keluarga yang harmonis antara ayah, ibu dan anak-anak merupakan dambaan bagi setiap siswa, anak akan bertanya kepada orang tua jika menemui hal-hal yang belum diketahuinya, sebaliknya orang tua selalu menanyakan perkembangan belajarnya setiap saat. Keluarga yang harmonis selalu tercipta komunikasi dua arah antara anak dan orang tua. Antara anak dengan anak, anak dengan orang tua dan antara ayah dan ibu. Keluarga yang harmonis akan selalu memberikan masukan-masukan kepada anggota keluarga, jika dalam anggota keluarga menemui suatu kesulitan. Termasuk juga dalam hal pelajaran di sekolah, seorang kakak akan dengan senang hati memberikan jalan keluar jika ada adiknya yang megalami kesulitan belajar. Suasana yang menyenangkan dalam keluarga tersebut, juga dapat mempengaruhi motivasi belajar anak karena anak dapat belajar dengan tenang sehingga pada akhirnya juga akan berhasil dalam proses belajar mengajarnya (Astuti, 2007). Berdasarkan data base siswa tahun pelajaran 2011/2012 SD Negeri Bumi 1 Laweyan Surakarta pada tanggal 15 Nopember 2011, diperoleh data siswa kelas V sebanyak 32 siswa. Pekerjaan orangtua siswa antara lain: sebagai wiraswasta, Pegawai Negeri Sipil, buruh, Polisi/TNI, dan guru. Pekerjaan dan tuntutan ekonomi yang tinggi di era yang serba modern ini membuat orangtua siswa di SD Negeri Bumi 1 Laweyan Surakarta khususnya, harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari. Sehingga waktu yang diluangkan untuk keluarga sangat terbatas untuk memperhatikan dan memantau aktivitas belajar anak, akibatnya anak belajar sesuai kemampuannya

7 dan dalam kesehariannya digunakan anak untuk berain dengan temannya, bermain playstation, games di komputer maupun internet. Selain itu kebanyakan orangtua siswa juga masih belum mampu untuk menyediakan fasilitas-fasilitas belajar, seperti halnya buku-buku pelajaran tambahan. Beranjak dari latar belakang masalah di atas, timbul rumusan masalah: Apakah ada hubungan antara dukungan orang tua terhadap motivasi belajar anak?. Dari pertanyaan tersebut menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian dengan judul: Hubungan Antara Dukungan Orangtua Dengan Motivasi Belajar Anak di SD Negeri Bumi I Laweyan Surakarta. B. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan orangtua dengan motivasi belajar anak di SD Negeri Bumi I Laweyan Surakarta. 2. Untuk mengetahui sumbangan efektif dukungan orangtua dengan motivasi belajar anak di SD Negeri Bumi I Laweyan Surakarta. 3. Untuk mengetahui tingkat dukungan orang siswa di SD Negeri Bumi I Laweyan Surakarta. 4. Untuk mengetahui motivasi belajar anak di SD Negeri Bumi I Laweyan Surakarta. 5. Untuk mengetahui tingkat/kategorisasi dukungan orang tua dan motivasi belajar anak di SD Negeri Bumi I Laweyan Surakarta.

8 C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Penelitian ini memberikan gambaran tentang hubungan antara dukungan orangtua dengan motivasi belajar anak, sehingga dapat menjadi tambahan kepustakaan yang dapat memperkaya khasanah keilmuan khususnya psokologi pendidikan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Kepala Sekolah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam membuat kebijakan sebaik-baiknya yang berkaitan dengan permasalahan siswa terutama masalah dukungan orangtua terhadap motivasi belajar siswa. b. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat digunakan guru dalam memberikan motivasi belajar kepada siswa, karena dengan adanya motivasi yang diberikan oleh guru siswa akan lebih memiliki semangat dalam belajarnya. c. Bagi orangtua Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada orangtua siswa dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. d. Bagi Siswa Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada siswa dalam upaya meningkatkan motivasi belajar.