PERNIKAHAN PASANGAN BEDA AGAMA NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya alam yang dimiliki, tetapi juga kaya akan kebudayaan. Dengan latar

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

PERNIKAHAN BEDA AGAMA DALAM PANDANGAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

Oleh : TIM DOSEN SPAI

BAB I PENDAHULUAN. muda (youth) adalah periode kesementaraan ekonomi dan pribadi, dan perjuangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH NASKAH PUBLIKASI. derajat S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia terdiri dari multi etnik dan agama. Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/1436 H

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

NOVIYANTI NINGSIH F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana di nyatakan dalam UU

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Allah SWT. Perkawinan adalah cara yang dipilih oleh. sebagaimana tercantum didalam Al-Qur an surat An-nur ayat 32 :

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan,

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkanya. Perkawinan sebagai jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

Mam MAKALAH ISLAM. Pernikahan Beda Agama Perspektif Undang-Undang Perkawinan

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

Qawwãm Volume 9 Nomor 2, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu masuk islam karena pilihan, tentunya mengalami pergulatan batin

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang

BAB I PENDAHULUAN. mengarungi suka duka hidup di dunia bersama sama. Setelah akad nikah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kodrat manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN UKDW

MANAJEMEN KONFLIK ANTARPRIBADI PASANGAN SUAMI ISTRI BEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

Transkripsi:

PERNIKAHAN PASANGAN BEDA AGAMA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan Oleh : Intan Pratiwi F. 100 090 186 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

PERNIKAHAN PASANGAN BEDA AGAMA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan Oleh : Intan Pratiwi F. 100 090 186 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 ii

PERNIKAHAN PASANGAN BEDA AGAMA Intan Pratiwi Nanik Prihartanti Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta intan.pratiwi95@ymail.com Abstraksi Pernikahan beda agama merupakan pernikahan yang menarik perhatian masyarakat di negara ini. Meskipun pernikahan ini dianggap berbeda dengan kebiasaan masyarakat pada umumnya, namun pada kenyataanya fenomena pernikahan beda agama masih dijumpai. Setiap agama tentunya menghendaki pernikahan atas dasar kesamaan iman yang dimiliki pasangan yang akan menikah. Pernikahan beda agama dapat menimbulkan berbagai masalah seperti tekanan dari pihak keluarga, terjadi perbedaan persepsi mengenai sesuatu karena kerangka acuan yang berbeda, kerinduan kesamaan aqidah serta pendidikan agama pada anak. Selain itu pernikahan beda agama rentan akan konflik berkenaan dengan nilai yang ada dalam agama maupun masyarakat. Sehingga seseorang yang memutuskan untuk menikah dengan seorang yang beda agama dihadapkan pada resiko dari segi agama, psikologis maupun sosiokultural. Pertanyaan penelitian ini adalah mengapa seseorang memutuskan untuk menikah dengan pasangan beda agama dan bagaimanakah pengelolaan masalah yang muncul pada pernikahan beda agama. Informan penelitian berjumlah 2 orang, dengan ciri-ciri a) terdiri dari 1 orang laki-laki dan 1 orang wanita, b) 1 orang menjalani pernikahan dengan pasangan yang beda agama, 1 orang pernah menjalani pernikahan beda agama namun bercerai. Metode yang digunakan fenomenologi dengan pendekatan kualitatif. Menggunakan wawancara untuk mengumpulkan data. Data yang diperoleh dari wawancara kemudian di analisis dengan analisis deskriptif. Hasil analisis dan pembahasan menunjukkan bahwa 1) pengambilan keputusan menikah beda agama didasarkan emosi, rasa cinta terhadap pasangan dan rasa ingin hidup bersama, tanpa memikirkan dampak atas keputusan tersebut, 2) cara untuk menikah dengan mengikuti agama dari satu pihak terlebih dahulu, setelah menikah kembali ke agama semula, 3) banyak masalah yang muncul setelah menikah, pelaku pernikahan beda agama mengalami konflik batin perasaan bersalah, perselisihan terus-menerus, tekanan pihak keluarga, kerinduan kesamaan iman, pemilihan agama pada anak. Kata kunci : pernikahan beda agama, pengambilan keputusan, masalah v

1 PENDAHULUAN Menikah merupakan saat terpenting dalam siklus kehidupan manusia (Andayani & Ardhianita, 2005). Pernikahan merupakan hal yang dianjurkan agama untuk dilakukan bagi yang telah mampu. Dalam pandangan agama Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia menjelaskan bahwa menikah itu adalah perintah agama dan untuk menyempurnakan ibadah. Keanekaragaman yang ada di wilayah Indonesia baik beragam suku budaya maupun agama, menimbulkan fenomena yang saat ini makin berkembang di masyarakat, salah satunya adalah menikah dengan pasangan beda agama. Moerika (2008) menyatakan adanya keinginan untuk menikah akan menjadi lebih kompleks apabila individu tersebut dihadapkan pada kenyataan bahwa pasangannya berbeda keyakinan dengan dirinya. Perkawinan antar agama adalah merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita, yang karena berbeda agama, menyebabkan tersangkutnya dua peraturan yang berlainan mengenai syarat-syarat dan tata cara pelaksanaan perkawinan sesuai dengan hukum agamanya masingmasing, dengan tujuan untuk membentuk keluarga bahagia dan kekal bedasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Rusli & Tama, 1986). Di Negara Indonesia, menikah dengan perbedaan agama ataupun keyakinan belum diperbolehkan, dan juga tidak dibenarkan oleh Undang-Undang. Menurut UU Perkawinan No. 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 1 (dalam o.s Eoh, 2001) perkawinan hanya sah bila dilaksanakan menurut agama dan kepercayaannya masing-masing. Pernikahan ini mensyaratkan kesamaan agama dalam melaksanakan perkawinan. Perkawinan secara Islam dilayani dan dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA), sedangkan perkawinan bagi umat Kristen, Katholik, Hindu dan Buddha dicatatkan di Kantor Catatan Sipil. Namun pada kenyataan, fenomena perkawinan pasangan yang memiliki perbedaan agama masih dijumpai. Hal ini terlihat pada penikahan yang terjadi di kalangan

2 publik figur (artis) yang merupakan sorotan perhatian masyarakat diantaranya Nia Zulkarnain (Islam) dengan Ari Sihasale (non-islam). Beberapa artis lain yang telah lebih dahulu menikah beda agama antara lain Jamal Mirdad (Islam) dengan Lidya Kandau (non-islam), Katon Bagaskara (non-islam) dengan Ira Wibowo (Islam), Dewi Yul (Islam) dengan Ray Sahetapi (non-islam), Rio Febrian (non-islam) dengan Sabria Kono (Islam), Andre Hehanusa (non-islam) dengan Cut Rizki Teo (Islam), Sebastian Paredes (non-islam) dengan Shanty (Islam). Pada pasangan beda agama dalam kesehariannya, pasangan akan lebih berhati-hati dalam menghadapi permasalahan khususnya yang menyangkut dengan keyakinan yang dianut masing-masing karena mereka membawa ajaran agama dan aturan yang berbeda. Pasangan berbeda agama menyesuaikan diri terhadap anggota keluarganya sendiri dengan adanya perbedaan yang dimiliki sehingga sikap toleransi terhadap agama lain sangat diperhatikan. Berdasarkan uraian diatas maka timbul pertanyaan Apakah latar belakang pasangan beda agama memutuskan untuk menikah dan bagaimanakah pengelolaan masalah yang muncul pada pernikahan beda agama. Berdasarkan rumusan masalah tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pernikahan Pasangan Beda Agama. METODE PENELITIAN Gejala penelitian yang akan diteliti oleh penulis adalah Pernikahan Pasangan Beda Agama, dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif yaitu fenomenologi. Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini berjumlah 2 orang, dengan kriteria 1 orang yang menjalani pernikahan beda agama kemudian bercerai, dan 1 orang yang menjalani pernikahan beda agama hingga saat ini. Alat pengumpul data. Dengan menggunakan wawancara kepada informan penelitian secara langsung. Data hasil wawancara kemudian dianalisis dengan cara sebagai berikut :

3 1. Membuat transkip verbatim wawancara Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara. Hasil wawancara direkam melalui tape recorder kemudian ditulis dalam transkip secara lengkap untuk memudahkan dalam menganalisis. Transkip wawancara yang sudah dibuat kemudian dicari pernyataan mengenai individu-individu mengalami topik ( fenomena ). 2. Membuat deskripsi pernyataan dari pengalaman individu dan mengelompokkannya Menulis pernyataan dilakukan untuk emahami pemaknaan individu terhadap peristiwa yang terjadi dilakukan untuk membantu membuat kesimpulan yang ditarik dari keputusan yang umum menjadi kesimpulan yang bersifat khusus. Kategori yang telah diperoleh kemudian dideskripsikan dengan tujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan tentang penyesuaian diri yang digunakan oleh subjek. 3. Pembahasan hasil penelitian Hasil penggambaran yang diperoleh kemudian dilakukan pembahasan dengan menghubungkan dengan teori yang berkaitan dengan penyesuaian diri yang dilakukan pada pasangan beda agama. Pertanyaan Penelitian Setelah membahas uraianuraian di atas, maka penulis merumuskan pertanyaan penelitian, adalah : 1. Mengapa memutuskan untuk menikah dengan pasangan beda agama? 2. Bagaimanakah pengelolaan masalah yang muncul pada pernikahan pasangan beda agama? HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Keputusan untuk menikah dengan pasangan beda agama Negara Indonesia mengakui adanya lima agama dan kepercayaan yang mendukung interaksi antar masyarakat yang berbeda agama. Dimana manusia sebagai makhluk sosial, yang tentunya saling membutuhkan satu dengan lainnya

4 untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Keadaan ini sesuai dengan peristiwa yang diceritakan informan, dimana tempat bertemunya informan dengan pasangan terjadi di dalam kereta, serta di sebuah perusahaan tempat bekerja. Tempat-tempat tersebut merupakan area publik yang memberi peluang interaksi individu satu dengan yang lain yang berbeda keyakinan agamanya. Adanya interaksi yang bisa saja terjalin menjadi suatu hubungan yang mendekatkan individu satu dengan yang lain yang berbeda agama berlanjut ke hubungan pernikahan. Perkembangan zaman saat ini mendukung seseorang bebas mengeluarkan pendapat, bebas untuk berperilaku termasuk juga kebebasan dalam bergaul maupun memilih pasangan. Hal ini dapat mengakibatkan terjadi pergeseran pola pikir menjalin hubungan tidak satu agama terjadi. Pola pikir tersebut yang mendorong seseorang memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhannya, salah satunya kebutuhan untuk menikah. Keinginan tersebut menyebabkan seseorang untuk berperilaku, sesuai dengan pendapat Riyono (2012) bahwa perilaku manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh motivasi, kekuatan motivasi terdiri atas unsur R.U.H (Risk avoidance, uncertainty tolerance, dan hope reliance). R.U.H, sejatinya bersifat subjektif, dapat diibaratkan seperti atom yang memiliki waktu paruh tertentu. Dalam waktu tersebut atom meluruh dan mengeluarkan energi yang disebut nuclear force sehingga manusia mencari kestabilan dengan memancarkan energi. Maka untuk mencapai kestabilan, manusia akan berada dalam proses pencarian Anchor. Hasil dari wawancara kedua informan, alasan yang melatarbelakangi informan memilih pasangannya menjadi pendamping hidup dikarenakan cinta. Cinta merupakan alasan untuk melakukan pernikahan, cinta merupakan Anchor (others) dari kedua informan. Apabila terpenuhi maka menimbulkan kenyamanan, apabila belum terpenuhi tentunya seseorang

5 akan melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pandangan Islam sebagai agama mayoritas terbesar di negara ini, menunjukkan adanya larangan pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang memiliki perbedaan agama. sesuai dengan pendapat Syuhud (2012) secara umum, Allah melarang perkawinan campur antar dua orang yang berbeda agama. Dalam QS Al Baqarah ayat 2:221 Allah berfirman Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-nya (perintah-perintah-nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. Hukum di negara Indonesia juga menyiratkan adanya larangan untuk menikah dengan perbedaan agama, seperti yang tertera pada undang-undang perkawinan no. 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 1 (dalam Eoh, 2001) perkawinan hanya sah bila dilaksanakan menurut agama dan kepercayaannya masing-masing. Pernikahan ini mensyaratkan kesamaan agama dalam melaksanakan perkawinan. Perkawinan secara Islam dilayani dan dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA), sedangkan perkawinan bagi umat Kristen, Katholik, Hindu dan Buddha dicatatkan di Kantor Catatan Sipil. Adanya larangan mengenai pernikahan beda agama tersebut, yang membuat kedua informan menempuh kesepakatan diantara kedua belah pihak. Jalan yang digunakan pasangan yang memiliki perbedaan agama untuk dapat menikah adalah mengalah dan menyetujui agama pihak lain. Setelah pernikahan berlangsung maka masing-masing dapat kembali menganut

6 kepercayaan yang diyakininya. Kesepakatan tersebut dilakukan oleh kedua informan untuk dapat bersatu dengan pasangannya secara sah dimata hukum dan agama. 2. Pengelolaan masalah yang muncul pada pernikahan pasangan beda agama Sulitnya mendapatkan izin dari orangtua karena akan menjalani pernikahan beda agama, perselisihan terus-menerus dengan pasangan, penyesalan setelah menikah, pemilihan agama pada anak, pendapat negatif dari lingkungan mengenai status pernikahan beda agama yang dijalani, dan keuangan merupakan masalah yang diungkapkan informan AP dalam wawancara. Hasil yang didapat dalam wawancara dengan informan AM memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dengan informan AP. Persamaan yang terdapat pada kedua informan adalah rasa rindu akan iman yang sama, kesepakatan yang dilakukan sebelum berlangsungnya pernikahan, serta pemilihan pasangan yang didasarkan pada rasa cinta. Perbedaan dari kedua informan adalah konflik batin perpindahan agama yang dilakukan oleh informan AM yang harus mengikuti keyakinan pasangan yang dianggap tidak sesuai dengan hatinya, yang tidak dirasakan informan AP karena pasangannya yang mengikuti agamanya, hal ini didukung dengan pendapat Nurcholis & Monib (2009) mengenai permasalahan yang dapat muncul dalam pernikahan beda agama salah satunya subjektivitas keagamaan. Informan AM merasa agama merupakan kepercayaan dari dalam hati, tidak bisa untuk dipaksakan. Permasalahan di dalam sebuah hubungan pernikahan memerlukan upaya pengelolaan masalah dari pasangan yang menjalani hubungan tersebut. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi suatu permasalahan tidak dapat mengandalkan satu pihak saja, melainkan kedua belah pihak. Usaha dari kedua informan menyelesaikan konflik berbeda. Ada yang langsung mengkomunikasikan dengan pasangan dan ada yang memilih berpikir sendiri terlebih dahulu hingga menemukan solusi dari masalah yang terjadi. Hal tersebut

7 merupakan salah satu cara penyesuaian diri sesuai dengan pernyataan Fatimah (2006) yang menjelaskan penyesuaian diri adalah suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungannya atau proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungannya. Menyatukan pandangan diantara dasar keyakinan yang berbeda tidak mudah. Agama dianggap sebagai sumber utama konflik pada pernikahan mereka, maka pasangan beda agama berusaha tidak memperdebatkan agama dalam hubungan pernikahan mereka. Dalam usaha untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pernikahan, ada hal-hal yang tidak dapat diselesaikan dengan baik. Kematangan berpikir maupun psikologis berpengaruh pada pasangan yang telah menikah untuk dapat mengatasi masalah yang ada, sesuai dengan pendapat Sunarto dan Hartono (2002) salah satunya menyebutkan perkembangan dan kematangan, khususnya kematangan intelektual, sosial, moral, dan emosional, penentu psikologis, termasuk di dalamnya pengalaman, belajarnya, pengkondisian, penentuan diri (self determination), frustasi, dan konflik merupakan hal yang mempengaruhi seseorang menyesuaikan diri. Kegagalan menyesuaikan diri dalam suatu hubungan pernikahan dapat terjadi pada pasangan yang telah menikah termasuk pasangan beda agama. Kematangan dalam berpikir dan berperilaku sangat diperlukan dalam hubungan pasangan beda agama. Penikahan yang dijalani kedua informan merupakan gambaran pernikahan pasangan beda agama yang terjadi dalam kehidupan sosial saat ini. Keberhasilan dalam pernikahan dicapai apabila telah berhasil memenuhi syarat yang mendukung, seperti yang telah dijelaskan oleh Go & Maramis (1990) hubungan yang ideal dalam sebuah pernikahan yang mempengaruhi keberhasilan sebuah hubungan pernikahan dapat dilihat dengan adanya : a) perasaan

8 kebersatuan, b) perasaan dimengerti oleh pasangannya, c) perasaan terlibat (belonging), d) memiliki keinginan dan kesediaan berbagi (sharing) dengan pasangan, e) saling berpatisipasi. Kurangnya perasaan bersatu dengan pasangan, tidak tercapainya perasaan dimengerti oleh pasangan, yang menyebabkan informan AP dan pasangannya memutuskan untuk mengakhiri hubungan pernikahan keduanya. Perasaan yang sama dirasakan informan AM dengan pasangannya, tidak tercapainya perasaan dimengerti pasangan serta kurangnya kesediaan berbagi dengan pasangan, lebih memilih untuk sendiri-sendiri dalam memecahkan masalah membuat hubungan pernikahan belum bisa dikatakan berhasil. Anak merupakan faktor utama yang menjadi penguat informan AM untuk tetap mempertahankan pernikahan hingga saat ini. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian maka dapat diambil kesimpulan, alasan dari seseorang memutuskan untuk menikah dengan pasangan yang memiliki perbedaan agama adalah rasa cinta. Keinginan untuk saling memiliki, saling membutuhkan yang mendorong seseorang memilih pasangan hidupnya. Perkembangan zaman memberikan dampak pergeseran pola pikir serta kebiasaan masyarakat saat ini, yang mendukung kebebasan untuk memilih pasangan tanpa menjadikan agama sebagai dasar pemilihan pasangan hidup. Cara yang digunakan pasangan beda agama untuk dapat melangsungkan pernikahan yang sah dimata hukum maupun agama adalah dengan membuat kesepakatan perpindahan keyakinan untuk mengikuti keyakinan dari salah satu pihak. Dengan perpindahan tersebut dianggap dapat membuat pasangan tersebut sama dengan pasangan lain pada umumnya. Namun perpindahan agama yang dianut dari lahir bukan merupakan hal yang mudah. Terutama perpindahan tersebut memiliki tujuan sementara, bukan karena mempercayai ajaran agama tersebut.

9 Konsekuensi dari setiap tindakan yang dilakukan tentunya ada positif dan negatifnya. Positifnya pernikahan dapat berlangsung dan keinginan bersama dapat terwujud. Konsekuensi negatif yang akan muncul dari kehidupan pernikahan beda agama adalah konflik batin yang dialami seseorang yang merasa bersalah atas perpindahan agama yang dilakukan. Keputusan untuk kembali pada agama yang sebelumnya dianut juga menimbulkan ketidaknyamanan pada pasangan. Kerinduan akan kesamaan aqidah akan dirasakan. Pemilihan agama pada anak, serta kebingungan anak akan agama yang akan dianut menjadi hal yang menimbulkan masalah pada pernikahan beda agama. Membutuhkan pengelolaan masalah yang tepat pada setiap pasangan yang menjalani hubungan beda agama tersebut. Kehidupan pernikahan akan berhasil apabila toleransi dan penerimaan terhadap perbedaan dilakukan kedua belah pihak, namun menjadi satu kegagalan yang dapat menimbulkan masalah apabila kurang adanya penerimaan tersebut. Komunikasi, saling berbagi, adanya untuk tidak mementingkan kepentingan sendiri, kematangan serta penyesuaian pernikahan merupakan cara yang dianggap dapat mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan kesimpulan diatas maka hubungan penikahan memiliki masalah tersendiri dalam perjalanannya, begitu juga hubungan penikahan pasangan beda agama yang memiliki berbagai konsekuensi besar karena melibatkan prinsip yang mendasar yang nantinya diterima oleh pasangan tersebut. Banyak hal negatif yang telah dijelaksan dalam penelitian ini yang nantinya terjadi dalam kehidupan rumah tangga pasangan beda agama. Pembahasan mengenai agama adalah hal yang menjadi sumber permasalahan dapat terjadi. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka saran penelitian ini adalah : 1. Kepada calon pasangan yang memiliki agama yang berbeda, diharapkan penelitian ini dapat

10 memberikan gambaran mengenai dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari pernikahan dengan pasangan beda agama. Sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. 2. Kepada orangtua yang membesarkan putra dan putri menjadi seorang individu yang menjadi bagian dari masyarakat sosial. Orangtua diharapkan lebih menanamkan pendidikan agama maupun moral bagi putra dan putrinya untuk membekali diri nantinya. Diharapkan lebih selektif saat putra maupun putri memilih pasangan hidup, lebih menjadikan kesamaan agama hal yang utama dalam sebuah pernikahan. 3. Bagi peneliti selanjutnya, lebih memanfaatkan data yang ada secara maksimal. Lebih menggali secara mendalam mengenai pernikahan beda agama yang terjadi di negara ini, dengan menambahkan jumlah informan, memilih informan yang memiliki usia yang tidak jauh berbeda serta lebih mengusahakan mengambil data dari keduanya (suami dan istri) sehingga dapat dilakukan kroscek untuk mendukung validitas data penelitian. Melihat semakin besar potensi pernikahan pasangan beda agama berkembang saat ini. DAFTAR PUSTAKA Ardhianita,I & Andayani, B. (2005). Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari Berpacaran dan Tidak Berpacaran. Jurnal psikologi.vol. 32. No. 2. Hal. 101-111. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Eoh, O. S. (2001). Perkawinan Antar Agama Dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Grafindo Persada Fatimah, N. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung : Pusaka Setia Go, P & Maramis, W.F. (1990). Marriage Encounter dan Kerasulan Awam. Malang : Dioma Moerika, M. (2008). Proses pengambilan keputusan pada individu dewasa muda yang

11 melakukan konversi agama karena pernikahan. Skripsi. Universitas Indonesia, Jakarta. Nurcholis, A & Monib, M. (2009). Kado Cinta bagi Pasangan Nikah Beda Agama. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Riyono, B. (2012). Motivasi dengan Perspektif Psikologi Islam. Yogyakarta: Quality Publishing Syuhud, F. (2012). Pernikahan Beda Agama Dalam Islam. http://www.fatihsyuhud.net/2 012/11/pernikahan-bedaagama-dalam-islam/. Diakses tanggal 25 september 2013 Yulianto, B. S. (2000). Perselingkuhan: Dapatkah ditiadakan?. Indonesian psychological journal. Vol.15 No.4. hal.368-379. Surabaya : Universitas Airlangga Rusli & Tama, R. (1986). Perkawinan Antar Agama dan Masalahnya. Bandung : Pionir Jaya Saputra, A. (2013). Penyebab Perceraian Jamal Mirdad Dan Lidya Kandou. Artikel. Diakses tanggal 25 september 2013. Liputan6.com Sunarto, H & Hartono, B. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rineka cipta