I. PENDAHULUAN. kriminalitas nya tidak hanya dilakukan orang dewasa namun anak-anak pun saat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. harapan-harapan dari orang tua dan negara ini berada. Dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Orang tua dapat menanamkan benih

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. serasi, selaras dan seimbang. Pembinaan dan perlindungan anak ini tak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

I. PENDAHULUAN. usahanya ia tidak mampu, maka orang cenderung melakukanya dengan jalan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. ada juga kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak. Anak yaitu seorang yang belum berumur 18 tahun dan sejak masih dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat diimbangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pandangan hukum terhadap narapidana anak di Indonesia tidak

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

I. PENDAHULUAN. sangat strategis sebagai penerus suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, anak

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan karunia Tuhan yang senantiasa membawa perubahan dan

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

Oleh : Didit Susilo Guntono NIM. S BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

2018, No bersyarat bagi narapidana dan anak; c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, tidak lepas dari kaidah hukum yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

No berbangsa, yang salah satunya disebabkan oleh meningkatnya tindakan asusila, pencabulan, prostitusi, dan media pornografi, sehingga diperlu

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

WAWANCARA. Pewawancara : Dame Hutapea (Mahasiswa Fak. Hukum Universitas Esa Unggul)

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

I. PENDAHULUAN. ketuntasan belajar siswa. Moral merupakan nilai yang berlaku dalam suatu

2016, No Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pem

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

I. PENDAHULUAN. Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan merupakan instansi pemerintah daerah

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia tahun, korban berusia 6 12 tahun sebanyak 757 kasus (26 %)

MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan potensi

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2011, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lemba

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan tersebut terjadi dikarenakan berbagai macam faktor yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM

I. PENDAHULUAN. dalam kandungan. Anak sebagai sumber daya manusia dan bagian dari generasi muda, sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti dikatakan Kartono (2007) bahwa crime adalah kejahatan dan criminal

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan.

: MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BAB I PENDAHULUAN. boleh merampas hak hidup dan merdeka tersebut.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daniati, 2013

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5493

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22 ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang...

Peranan Pembimbing Kemasyarakatan dalam Pengadilan Anak di Pematangsiantar. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. generasi-generasi muda menjadi generasi yang cerdas. Maksud dari generasigenerasi

2017, No Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor

Harkristuti Harkrisnowo Direktur Jenderal HAM Kementrian Hukum dan HAM RI

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial. Dalam kenyataannya, kenakalan remaja merusak nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak. Penangannanya melalui kepolisian kejaksaan Pengadilan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

TATA CARA PELAKSANAAN DIVERSI PADA TINGKAT PENYIDIKAN DI KEPOLISIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kasus kriminalitas di Indonesia semakin meningkat, bahkan pelaku kriminalitas nya tidak hanya dilakukan orang dewasa namun anak-anak pun saat ini menjadi pelaku kriminalitas. Tindak kriminalitas yang melibatkan anak-anak semakin menghawatirkan. Selain intensitasnya yang besar, jenis kriminalitas nya semakin beragam dengan kualitas kriminalitas yang bertambah tinggi dan para pelakunya semakin usia muda. Terbukti, sejumlah kasus kekerasan yang menimpa anak-anak bermunculan di berbagai daerah di Indonesia yang diduga berhubungan dengan tayangan Smack Down. 1 Beberapa di antaranya, bahkan sampai kehilangan nyawa. Tengok saja kasus kematian Reza Ikhsan Fadilah, kasus yang terjadi pada tahun 2006. Bocah kelas tiga sebuah sekolah dasar di Bandung, Jawa Barat, ini di-smack tiga kawannya yang lebih senior. Tubuh korban dibanting dan kepalanya dihujam ke lantai dan hingga ahirnya korban meninggal sebulan kemudian. 2 Sampai kasus penculikan Raisya Ali (5 tahun) putri salah satu Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIMPI) Ali Said, bulan Oktober 2007 silam yang 1 http://www.suarakarya-online.com/news. Diakses tanggal 12 Juli 2011 Pukul: 13:00:07 2 http://buser.liputan6.com/read/133530/posting_komentar. Diakses tangal 12 Juli 2011 Pukul 13:10: 20

2 menjadi perhatian publik, sebab tiga dari lima tersangka penculikan masih berstatus pelajar di salah satu SMA Negri di Jakarta 3 Pertumbuhan anak seringkali dihadapkan pada situasi di mana anak harus berhadapan dengan hukum, karena tindakannya yang telah melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Anak-anak yang melakukan pelanggaran aturan atau kepatutan dalam masyarakat inilah yang sering dikatakan sebagai anak nakal. Namun yang terjadi akhir-akhir ini kenakalan anak semakin menjurus kepada tindakan kejahatan. Bahkan cenderung semakin meningkat kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak di bawah umur (Achir, 2000: 46). Pembinaan dan pengembangan generasi muda dilakukan antara lain melalui upaya-upaya untuk meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, menanamkan kesadaran berbangsa dan bernegara, memperluas wawasan ke masa depan, memperkokoh kepribadian dan disiplin, mempertinggi budi pekerti, mengembangkan kemandirian, kepemimpinan, ilmu, keterampilan dan semangat kerja keras dan kepeloporan serta partisipasi mengisi pembangunan (Soedjono, 1995: 16). Harapan masa depan yang bertumpu pada generasi muda di satu pihak, dan kenyataan dimana kondisi sebagai generasi muda yang masih mengkawatirkan di lain pihak, menyebabkan pemerintah merasa perlu memikirkan langkah-langkah yang perlu diambil untuk menyelamatkan generasi muda yang telah mengalami krisis moral ini. Menyadari sebab-sebab tindakan kriminal yang dilakukan anak- 3 http://www.suarakarya-online.com/news diakses tanggal 12 juli 2011Pukul:14:20:10

3 anak tersebut serta dengan berorientasi ke masa depan mereka, maka pemerintah menganggap perlu untuk memberikan pendidikan, bimbingan atau pembinaan serta perhatian khusus kepada mereka (Kartanegara, 1995: 21). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, pengertian anak dalam Pasal 1 (1) adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Adapun anak nakal menurut Pasal 1 (2) adalah anak yang melakukan tindak pidana atau anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupuan menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menimbang bahwa Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan kesempatan yang sama untuk mendapatkan perlindungan hukum. Setiap anak merupakan tunas, potensi dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara ada masa depan. Setiap kelak diharapkan mampu memikul tanggung jawab tersebut dan untuk itu perlu mendapat kesempatan yang seluasluasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial serta berakhlak mulia sehingga perlu dilakukan upaya perlindungan dan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi (Widoyanti, 2006: 38).

4 Berdasarkan hal tersebut di atas, agar hak-hak anak dapat terjamin serta anak merasa terlindungi, maka seorang anak didampingi oleh pembimbing kemasyarakatan, baik selama menjalani proses persidangan hingga ia dinyatakan bersalah dan dimasukkan ke dalam penjara untuk kemudian dilakukan pembinaan. Pasal 34 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak menyebutkan bahwa pembimbing kemasyarakatan bertugas: a. Membantu memperlancar tugas penyidik, penuntut umum dan hakim dalam perkara anak nakal, baik di dalam maupun di luar sidang anak dengan membuat laporan hasil penelitian kemasyarakatan. b. Membimbing, membantu dan mengawasi anak nakal yang berdasarkan putusan pengadilan dijatuhi pidana bersyarat, pidana pengawasan, pidana denda, diserahkan kepada negara dan harus mengikuti latihan kerja atau anak yang memperoleh pembebasan bersyarat dari lembaga pemasyarakatan. Pembimbing kemasyarakatan harus mempunyai kecakapan dan keahlian tertentu yang harus dipenuhi sesuai dengan tugas dan kewajibannya atau mempunyai keterampilan teknis dan jiwa pengabdian di bidang usaha kesejahteraan sosial. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Pasal 8 Ayat (1) dan (2) tentang Pemasyarakatan dijelaskan bahwa: (1) Yang dimaksud petugas kemasyarakatan adalah pejabat fungsional penegak hukum yang melaksanakan tugas di bidang pembinaan, pengamanan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan. (2) Pejabat fungsional dimaksud dalam ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Menteri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5 Berdasarkan prariset yang dilakukan pada tanggal 10 Januari 2011 di Balai Pemasyarakatan Kelas II A Bandar Lampung, diperoleh data sebanyak 120 anak yang bermasalah dengan hukum dari berbagai kasus, dengan rincian sebagai berikut: 1) Bulan Januari terdapat 11 klien anak 2) Bulan Februari terdapat 18 klien anak 3) Bulan Maret terdapat 12 klien anak 4) Bulan April terdapat 14 klien anak 5) Bulan Mei terdapat 8 klien anak 6) Bulan Juni terdapat 8 klien anak 7) Bulan Juli 3 klien anak 8) Bulan Agustus 6 klien anak 9) Bulan September 6 klien anak 10) Bulan Oktober 10 klien anak 11) Bulan November 10 klien anak 12) Bulan Desember 13 klien anak Secara terperinci uraian kasus kejahatan dan pelanggaran yang dilakukan anak tersebut adalah sebagai berikut: 1) Kasus kejahatan kekerasan sebanyak 19 kasus 2) Kasus asusila sebanyak 8 kasus 3) Kasus perjudian sebanyak 2 kasus 4) Kujahatan pembunuhan sebanyak 2 kasus 5) Kasus penganiayaan sebanyak 5 kasus 6) Kasus kejahatan pencurian sebanyak 145 kasus

6 7) Kasus perampokan sebanyak 16 kasus 8) Kejahatan penggelapan sebanyak 4 kasus 9) Kejahatan penipuan sebanyak 3 kasus 10) Narkotika sebanyak 21 kasus 11) Sajam sebanyak 4 kasus 12) Perbuatan tidak menyenangkan 1 kasus 13) Pornografi sebanyak 1 kasus 14) Perlindungan anak sebanyak 12 kasus 15) Kelalaian sebanyak 6 kasus (Sumber: Prariset pada Balai Pemasyarakatan Kelas II A Bandar Lampung 10 Januari 2010) Pembimbing kemasyarakatan pada Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II A Bandar Lampung sesuai dengan tugasnya dituntut untuk mengupayakan perkembangan kepribadian klien (anak) sebagai pelaku kejahatan sehingga mereka memiliki kepribadian yang baik. Upaya tersebut dilaksanakan oleh pembimbing kemasyarakatan dengan cara menerapkan pola komunikasi yang terbuka dengan klien (anak), sehingga pesan-pesan yang disampaikan akan dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh anak tersebut. Batasan usia anak yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada ketentuan Pasal 1 (1) Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, yaitu seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun. Alasan pemilihan pola komunikasi terbuka sebagai kajian penelitian ini didasarkan pada pendapat Susanto (2000: 79), yang menyatakan bahwa pola komunikasi sangat menentukan keberhasilan seseorang sebagai komunikator

7 dalam menyampaikan pesan kepada orang lain sebagai komunikan. Pola komunikasi yang diharapkan adalah pola komunikasi terbuka (open communication), yaitu diterapkan cara komunikasi yang demokratis, sehingga komunikan mempunyai kesempatan untuk mengeluarkan pesan komunikasi seperti; pendapat, masukan, interupsi maupun saran kepada komunikator. Dalam konteks ini arus pesan yang terjadi bersifat dua arah dan timbal balik antara pihakpihak yang melakukan penelitian. Pola komunikasi terbuka ini pada pelaksanaannya merupakan bentuk dari komunikasi antarpribadi. Menurut Effendy (2003: 18), bahwa komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi yang efektif, karena dalam prosesnya komunikasi yang dilakukan oleh komunikator dan komunikan berlangsung dalam konteks tatap muka (face to face communication), sehingga akan lebih menjamin kredibilitas dan keefektivannya. Corak komunikasi bersifat pribadi, yaitu mengenai kepentingan pribadi, yakni mengenai kepentingan pribadi pelaku komunikasi dan juga menyangkut seluruh anggota kelompok sesuai dengan pesan dan kedudukannya dalam kelompok. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang paling ampuh dalam mengubah sikap, pandangan dan perilaku (to change attitude, opinion and behaviuor) dibandingkan dengan komunikasi kelompok atau komunikasi bermedia. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Balai Pemasyarakatan Kelas II A Bandar Lampung, dengan alasan yaitu Balai Pemasyarakatan Kelas II A Bandar Lampung merupakan lembaga yang menampung anak-anak yang bermasalah dengan hukum. Pada lembaga ini terdapat pembimbing masyarakat khusus anak, yang

8 bertugas membantu anak yang bermasalah dengan hukum, agar setelah melalui pembinaan akan diperoleh jati dirinya untuk menjadi manusia yang lebih baik, yang berguna bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. (Sumber: Prariset pada Balai Pemasyarakatan Kelas II A Bandar Lampung 10 Januari 2010) B. Rumusan Masalah Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penerapan pola komunikasi terbuka pembimbing kemasyarakatan dengan klien (anak) di Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II A Bandar Lampung? 2. Bagaimanakah perkembangan kepribadian klien (anak) di Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II A Bandar Lampung? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis penerapan pola komunikasi terbuka pembimbing kemasyarakatan dengan klien (anak) di Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II A Bandar Lampung 2. Untuk menganalisis perkembangan kepribadian klien (anak) di Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II A Bandar Lampung

9 D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitan ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan studi dalam rangka mengetahui pola komunikasi antar pribadi pembimbing kemasyarakatan terhadap perkembangan kepribadian klien (anak) di Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II A Bandar Lampung. 2. Secara Praktis a. Sebagai bahan masukan bagi keluarga mengenai pola komunikasi antar pribadi pembimbing kemasyarakatan terhadap perkembangan kepribadian klien (anak) di Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II A Bandar Lampung. b. Untuk melengkapi dan memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Komunikasi pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.