BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mia Rosalina, 2013

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena

PERANAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. Pd. **)

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang. Dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. unsur yang penting untuk pembaharuan pendidikan. Bagaimanapun baiknya kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. guru dan siswa. Proses ini akan berkembang lebih baik dan mencapai hasil yang

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP)

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak kalangan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator. Pertama,

SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1

I. PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar

Profil Keterampilan Mengajar Mahasiswa Calon Guru Melalui Kegiatan Induksi Guru Senior

BAB I PENDAHULUAN. terdapat jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang berkualitas, tidak hanya dari sisi itelektulitas saja melainkan juga

1. PENDAHULUAN. tuntutan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi bila ingin mencapai suatu keberhasilan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah komponen yang berperan penting sebagai modal utama

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I GURU DALAM FROFESINYA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang bertugas untuk mendidik siswa menjadi manusia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan semakin banyak menghadapi masalah yang perlu. mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak baik pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti

diidentikkan dengan pendidikan formal. Pendidikan formal diupayakan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi guru. Namun,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not

II. TINJAUAN PUSTAKA. diharapkan. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti bautan, sifat, dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan

Arif Rahman ( ) Eny Andarningsih ( ) Nurul Hasanah ( ) Rahardhika Adhi Negara ( )

BAB I PENDAHULUAN. menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB II TIJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P., 2015 PENGARUH PEMBERIAN TUNJANGAN PROFESI TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMPN SE-RAYON 03 KABUPATEN GARUT

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB II KAJIAN TEORI. yang siap akan tugas dan tanggung jawabnya. Mahasiswa dibina dengan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.menurut (Farida

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Istilah Pendidikan merupakan kata yang tidak asing lagi untuk hampir

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

USAHA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU

BAB I PENDAHULUAN. Guru Sekolah Dasar merupakan ujung tombak keberhasilan dalam. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas, nampaknya harus

SIMULASI TENTANG CARA PENGISIAN SKP DOSEN TETAP YAYASAN. KOPERTIS WILAYAH I SUMATERA UTARA 29.d 30 JANUARI 2018

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Ditampilkan melalui unjuk kerja. Kepmendiknas No. 045/U/2002 yang dikutip oleh Farida (2008: 17) menyebutkan bahwa: Kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu. Jadi kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran (Farida: 2008). Dalam Undangundang Guru dan Dosen No. 14/2005 dan peraturan pemerintah No. 19/2005 dinyatakan bahwa Kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional dan sosial. Pendidikan jasmani yang dirumuskan dalam dokumen yang diterbitkan Kantor Menpora (1997: 28) adalah sebagai berikut Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan fisik, kecerdasan dan pertumbuhan watak. Lebih lanjut Lutan (2000:11) menjelaskan: Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk

meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual dan emosional. Berdasarkan KTSP Materi mata pelajaran Penjas SMP/MTs meliputi 7 ruang lingkup yaitu: pengalaman mempraktikkan keterampilan dasar permainan dan olahraga; aktivitas pengembangan; uji diri/senam; aktivitas ritmik; akuatik (aktivitas air); dan pendidikan luar kelas (outdoor) disajikan untuk membantu siswa agar memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien, dan efektif. Adapun implementasinya perlu dilakukan secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan, yang pada gilirannya siswa diharapkan dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri dan menghargai manfaat aktivitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup seseorang. Dengan demikian, akan terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup aktif. Salah satu tanggung jawab penting dari guru dalam mengajar adalah menemukan cara-cara mengajar yang dapat memberi sumbangan terhadap pencapaian tujuan dan program sekolah secara menyeluruh. Oleh karena itu tujuan program pendidikan jasmani harus seuai dengan tujuan keseluruhan program sekolah, misalnya membantu siswa agar belajar, mempunyai sifat positif terhadap dirinya sendiri, sekolah, dan bekerja sama dengan orang lain dalam mencapai tujuan. Suherman (2009:18) menjelaskan sebagai berikut: Pengajaran pendidikan jasmani dapat dikatakan berhasil manakala programnya sesuai dengan keseluruhan program sekolah. Untuk mengimplementasikan hal di atas tentu dibutuhkan guru yang mempunyai kompetensi. Guru penjas yang berkompetensi adalah guru yang

memiliki kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Berdasarkan isi Pasal 10 kompetensi yang harus dimiliki seorang guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan atau keterampilan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadian adalah guru memiliki kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk komunikasi dan interaksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Merujuk pada paparan di atas, terdapat empat dimensi kompetensi yang juga harus dimiliki oleh guru pendidikan jasmani yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Uraian selanjutnya mengenai kompetensi guru pendidikan jasmani hanya akan difokuskan pada kompetensi pedagogik dan profesional sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik (UU No. 14/ 2005 Pasal 10 Ayat 1). Dalam Standar Kompetensi Guru Pemula bidang studi Pendidikan Jasmani (2005: 14-15) kompetensi pedagogik memiliki beberapa faktor (sub-kompetensi) yaitu: (1)Memahami peserta didik, (2)Merancang pembelajaran, (3)Melaksanakan pembelajaran, (4)Melaksanakan evaluasi hasil belajar, (5)Mengembangkan peserta didik, dan (6)Memberikan pelayanan pertolongan pertama pada

kecelakaan dan pencegahan cedera. Dengan demikian kompetensi pedagogik guru pendidikan jasmani diartikan sebagai kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani, evaluasi hasil belajar pendidikan jasmani, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Keempat kompetensi tersebut di atas (pedagogi, profesional, sosial dan personal) dalam prakteknya merupakan satu kesatuan yang utuh (holistik) yang dapat diperoleh melalui pendidikan akademik sarjana atau diploma empat, pendidikan profesi ataupun melalui pembinaan dan pengembangan profesi guru. Pembinaan dan pengembangan profesi guru dalam jabatan dapat dimanfaatkan baik untuk pengembangan kompetensi maupun untuk pengembangan karir guru. Guru merupakan salah satu komponen sistem pendidikan yang memiliki peran penting dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dalam UU No 14 tahun 2005 yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Tugas utama guru cukup kompleks dan berat, oleh sebab itu untuk menjamin tingkat keberhasilan guru dalam menjalankan tugas utamanya guru harus berkualitas atau mempunyai kompetensi yang memadai. Menurut Hasibuan (2005:70) ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan antara lain sebagai berikut: 1)

Produktivitas kerja. Melalui pendidikan dan pelatihan maka produktivitas kerja pegawai akan meningkatkan, kualitas produksi semakin baik, karena technical skill dan managerial skill pegawai yang semakin baik. 2) Efisiensi. Pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi tenaga kerja, waktu, bahan baku dan mengurangi ausnya mesin-mesin. 3) Pelayanan. Pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik dari pegawai kepada perusahaan atau instansi, karena pemberian pelayanan yang baik merupakan daya tarik yang sangat penting. 4) Moral. Melalui pendidikan dan pelatiahan maka moral para pegawai akan lebih baik karena keahlian dan ketrampilan sesuai dengan pekerjaannya sehingga mereka antusias untuk menjalankan tugasnya dengan baik. 5) Karir. Dengan pendidikan dan pelatihan, kesempatan untuk meningkatkan karir pegawai akan semakin besar, karena keahlian, ketrampilan dan prestasi kerjanya lebih baik. Promosi ilmiah biasanya di dasarkan kepada keahlain dan prestasi kerja seseorang. 6) Konseptual. Dengan pendidikan dan pelatihan pimpinan akan semakin cakap dan cepat dalam mengambil keputusan yang lebih baik. 7) Kepemimpinan. Dengan pendidikan dan pelatihan kepemimpinan seseorang akan lebih baik, hubungan antar teman sekerja akan menjadi luas, motivasinya akan lebih terarah sehingga pembinaan kerja sama vertikal dan horizontal semakin harmonis. 8) Balas jasa. Dengan pendidikan dan pelatihan, maka balas jasa (gaji, upah, insentif) pegawai akan meningkat karena prestasi kerja mereka semakin baik. Dari penjelasan teori di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa guru yang sudah tersertifikasi akan mempunyai kelebihan di antaranya: a) produktivitas

kerja. Melalui pendidikan dan pelatihan maka produktivitas kerja pegawai akan meningkatkan, kualitas produksi semakin baik, karena technical skil dan managerial skill pegawai yang semakin baik. b) Pelayanan. Pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik dari guru kepada peserta didik atau instansi, c) Moral. Melalui pendidikan dan pelatiahan maka moral para guru akan lebih baik karena keahlian dan ketrampilan sesuai dengan pekerjaannya sehingga mereka antusias untuk menjalankan tugasnya dengan baik. d) Karir. Dengan pendidikan dan pelatihan, kesempatan untuk meningkatkan karir pegawai akan semakin besar, karena keahlian, ketrampilan dan prestasi kerjanya. e) Konseptual. Dengan pendidikan dan pelatihan pimpinan akan semakin cakap dan cepat dalam mengambil keputusan yang lebih baik. f) Konseptual. Dengan pendidikan dan pelatihan pimpinan akan semakin cakap dan cepat dalam mengambil keputusan yang lebih baik. g) Kepemimpinan. Dengan pendidikan dan pelatihan kepemimpinan seseorang akan lebih baik, hubungan anatar teman sekerja akan menjadi lues, motivasinya akan lebih terarah sehingga pembinaan kerja sama vertikal dan horizontal semakin harmonis. B. Masalah Penelitian Adapun yang menjadi permasalahan adalah ketika sekolah/ madrasah yang tidak mempunyai guru yang berkualifikasi tidak sesuai dengan pelajaran yang diampu, mengajar tidak sesuai dengan keahliannya maka, pembelajaran yang berlangsung hanya sebagai formalitas untuk memenuhi tuntutan kebutuhan yang sifatnya administratif. Sehingga kompetensi guru dalam hal ini tidak menjadi prioritas utama. Dengan pemahaman tersebut, kontribusi untuk siswa menjadi

kurang terperhatikan bahkan terabaikan. Sehingga yang menjadi imbasnya adalah siswa sebagai anak didik tidak mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal. Padahal siswa ini adalah sasaran pendidikan yang dibentuk melalui bimbingan, keteladanan, bantuan, latihan, pengetahuan yang maksimal, kecakapan, keterampilan, nilai, sikap yang baik dari seorang guru. Maka hanya dengan seorang guru profesional hal tersebut dapat terwujud secara utuh, sehingga akan menciptakan kondisi yang menimbulkan kesadaran dan keseriusan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, apa yang disampaikan seorang guru akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Sebaliknya, jika hal di atas tidak terealisasi dengan baik, maka akan berakibat ketidakpuasan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Tidak kompetennya seorang guru dalam penyampaian bahan ajar secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil dari pembelajaran. Karena proses pembelajaran tidak hanya dapat tercapai dengan kemauan, melainkan faktor utamanya adalah kompetensi yang ada dalam pribadi seorang guru. Standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Keterbatasan pengetahuan guru dalam penyampaian materi baik dalam hal metode ataupun penunjang pokok pembelajaran lainnya akan berpengaruh tidak hanya terhadap hasil pembelajaran, melainkan juga terhadap pendidikan nasional secara umum, sebagaiman disebut dalam Undang - undang no 14 tahun 2005 Tentang guru dan Dosen:. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan

martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk menjadi guru yang profesional sudah barang tentu seorang guru harus mempunyai kompetensi. Dalam Undang Undang no 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa Kompetensi adalah: seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. C. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : 1. Apakah efektifitas sertifikasi guru pendidikan jasmani dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan? 2. Apakah sertfikasi guru penjas hanya efektif meningkatkan kompetensi guru yang berlatar belakang pendidikan yang linier? D. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah efektifitas sertifikasi dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan. 2. Untuk mengetahui apakah sertifikasi guru penjas hanya efektif meningkatkan kompetensi guru yang berlatar belakang pendidikan yang linier?

E. Kegunaan Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai latar belakang pendidikan guru sebagai suatu hal yang perlu diperhatikan dalam rangka melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru : Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi untuk dapat : 1. Membantu dalam pencapaian tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2. Sebagai bahan informasi untuk di bentuknya Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pendidikan jasmani 3. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman dalam ruang lingkup yang lebih luas guna menunjang profesinya sebagai guru. b. Bagi Instansi Terkait: 1. Mengetahui gambaran secara kasar latar belakang pendidikan guru pendidikan jasmani yang sudah tersertifikasi

2. Mengetahui perbedaan kompetensi antara guru penjas yang berlatar belakang pendidikan penjas dengan guru penjas yang berlatar belakang bukan pendidikan jasmani 3. Sebagai bahan pertimbangan untuk melaksanakan penataran/ diklat guru untuk meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan belajar mengajar. c. Bagi Peneliti Memperoleh wawasan dan pemahaman baru mengenai salah satu aspek yang penting dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia saat ini yaitu latar belakang pendidikan guru harus sesuai dengan pendidikan yang diampunya. F. Batasan Penelitian Untuk menghindari timbulnya bias, maka penulis membatasi penelitian ini untuk mengkaji : 1. Mengkaji pengaruh latar belakang pendidikan guru penjas terhadap efektifitas sertifikasi guru penjas. 2. Mengkaji sejauh mana latar belakang pendidikan guru penjas berpengaruh terhadap efektifitas sertifikasi guru penjas. 3. Mengkaji apakah sertifikasi guru penjas hanya efektif untuk meningkatkan kompetensi guru yang berlatar belakang pendidikan yang linier. Populasi penelitian adalah semua guru penjas yang mengikuti program Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) yang diselenggarakan LPTK rayon 136 Universitas Siliwangi tahun 2012 dari tanggal 30 Oktober sampai dengan 28 Desember yang terbagi ke dalam 3 gelombang yang berjumlah 29 orang, yang

bertempat di Hotel Pajajaran Kota Tasikmalaya. Sampel penelitian sebanyak 29 orang dengan perincian sebagai berikut: a. 14 orang guru penjas yang berlatar belakang pendidikan penjas. b. 15 orang guru penjas yang berlatar belakang pendidikan bukan penjas. 4. Penelitian ini bersifat ex post facto 5. Lokasi penelitian adalah di Rayon LPTK 136 Universitas Siliwangi sebagai panitia penyelenggara Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) tahun 2012. G. Anggapan Dasar Tujuan utama diterapkannya program sertifikasi guru, termasuk terhadap guru pendidikan jasmani adalah meningkatkan kualitas guru sehingga kualitas pendidikan semakin meningkat. Faktor guru diyakini memegang peran yang sangat strategis dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru yang berkualitas berpengaruh besar terhadap efektivitas pembelajaran (Suherman, 2007; Rink, 2002) dan pada gilirannya mempengaruhi prestasi anak didik (Siedentop & Tannehill, 2000). Keberadaan guru yang bermutu merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Salah satu kebijakan yang dikembangkan adalah intervensi langsung menuju peningkatan mutu dan memberikan jaminan dan kesejahteraan hidup guru yang memadai dengan melaksanakan sertifikasi guru. Sebagaimana rencana pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), program sertifikasi diberlakukan untuk semua guru, baik guru yang berstatus pegawai negeri sipil maupun guru yang berstatus non-

pegawai negeri sipil (swasta). Sampai saat ini, ada sekitar 2,3 juta guru di Indonesia (www.pmptk.net). Terhadap jumlah guru tersebut, pemerintah melalui Depdiknas secara bertahap akan melakukan sertifikasi guru, dimulai tahun 2007 sebanyak 190.450 guru, terdiri atas 20.000 guru SD dan SMP yang sudah didaftar pada tahun 2006 dan 170.450 guru SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB yang didaftar pada tahun 2007. Program tersebut diharapkan rampung pada tahun 2015 (www.sertifikasiguru.org). Sasaran program sertifikasi guru ini adalah semua guru yang telah memenuhi persyaratan kualifikasi akademik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 9, dan PP Nomor 19 tahun 2005 Pasal 28 ayat (2) yaitu minimal sarjana atau diploma empat (S1/D-IV) yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan. Artinya, guru dengan kualifikasi di bawah sarjana atau D4 tidak dapat disertifikasi. Pelaksanaan sertifikasi guru merupakan komitmen pemerintah, dalam hal ini Depdiknas, untuk mengimplementasikan amanat Undang-undang Nomor 14 tahun 2005, yakni mewujudkan guru yang berkualitas dan profesional. Pertanyaannya, sampai sejauh mana program sertifikasi mampu menjadi instrumen untuk meningkatkan kompetensi guru? Adakah jaminan bahwa ketika guru lolos sertifikasi dengan sendirinya adalah guru yang berkualitas? Tidak mudah untuk menjawab pertanyaan tersebut. Mengingat banyak variabel yang mempengaruhinya, mulai dari sistem dan mekanisme sertifikasi, asesor, hingga gurunya sendiri sebagai pihak yang akan dinilai. Untuk mengetahui kualitas seorang guru, Windham (1990:24) menyampaikan pendapat sebagai berikut:

The characteristic of teachers that from the basis for the most commonly uses indicators of teacher quality are: formal educational attainment, teacher training attainment, age experience, attrition/turnover, specialization, ethnic/nationality, subject mastery, verbal ability, attitudes teacher available measures. Dari apa yang disampaikan oleh Windham (1990:24) diketahui bahwa pendidikan formal tertinggi yang dicapai oleh guru sangat berpengaruh terhadap kualitas guru tersebut. Selain pendidikan formal, kualitas guru juga dipengaruhi oleh usia, pengalaman, kemampuan verbal, kepribadian dan beberapa faktor yang lain. Oleh sebab itu, guru harus berusaha meningkatkan potensi dirinya dengan terus belajar, baik secara formal maupun informal. H. Hipotesis Dari anggapan dasar di atas, maka penulis mengajukan hipotesis: 1. Latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap efektifitas program sertifikasi guru. 2. Sertifikasi hanya efektif untuk guru yang mempunyai latar belakang pendidikan yang linier.