BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman serba modern saat ini, manusia bekerja menjadi lebih hemat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. negatif terhadap kehidupan. Dilihat dari dampak positif, teknologi membuat

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB VI PEMBAHASAN. mahasiswa usia tahun dengan kurang aktivitas fisik. Mahasiswa usia tahun pada prodi D-IV Fisioterapi seluruhnya

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. kelompok usia lanjut (usila/lansia) (Badriah, 2011). Secara alamiah lansia

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Di era modern sekarang ini, aktivitas yang dilakukan manusia sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kerusakannya (WHO, 2016). Sebagai penyebab utama disabilitas jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) dalam darahnya. Yang dicirikan dengan hiperglikemia, yang disertai. berbagai komplikasi kronik (Harmanto Ning, 2005:16).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak di ikuti oleh meningkatnya kesadaran akan kesehatan. Temuan

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

hiperkolesterolemia, asam urat, dan lain-lain. Pada tahun 2003 WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. bidang lainnya yang telah memberikan kemudahan dan perubahan pada pola

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, salah satunya kehidupan sosial ekonomi dunia. Sejak pertengahan 2007,

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perhitungan pengukuran langsung dari 30 responden saat pre-test.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman serba modern saat ini, manusia bekerja menjadi lebih hemat waktu, tenaga, dan disertai peningkatan taraf hidup. Tetapi dengan perkembangan teknologi mempunyai dampak negatif, yang membuat manusia jarang beraktivitas fisik, gaya hidup yang berubah dan kelebihan asupan nutrisi (Lau et al., 2007). Perubahan aktivitas fisik ini menyebabkan kurangnya gerak pada anggota gerak tubuh, dan obesitas, banyak mengkonsumsi makanan yang berlemak dan siap saji dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan (WHO, 2003). Kesehatan merupakan modal yang penting dalam menjalani berbagai kegiatan untuk memenuhi segala kebutuhan dalam persaingan hidup guna memperoleh kehidupan yang lebih baik, aktivitas seperti itu tentunya akan menguras tenaga, baik fisik ataupun pikiran. Kondisi tubuh yang sehat diharapkan dapat mengatasi rasa lelah yang timbul, karena kelelahan yang dialami dapat menyebabkan menurunnya aktivitas, konsentrasi, berkurangnya kewaspadaan, gangguan keseimbangan pada tubuh, menimbulkan kegelisahan dan kebingungan, serta dapat memacu timbulnya penyakit dan infeksi, sehingga daya tahan tubuh terhadap penyakit menjadi berkurang (Gorner et al., 2006). Hasil penelitian di Indonesia menurut laporan (Riskesdas, 2007) diketahui bahwa secara nasional hampir separuh penduduk Indonesia berumur > 10 Tahun (48,2%) kurang melakukan aktivitas fisik. Berdasarkan 33 Provinsi tempat dilakukannya survei nasional ini diketahui 16 provinsi dengan aktivitas fisik yang 1

2 kurang dimana provinsi Sumatera utara merupakan salah satu provinsi dengan kurang aktivitas fisik yaitu 52,1%. Berdasarkan karakteristik responden diketahui kelompok umur usia 15-24 tahun dengan persentase kurang aktivitas fisik (52%). Dengan tingkat pendidikan tamat SMA (52,6%) dan tamat perguruan tinggi (60,3 %) sesuai dengan hasil survey Riskesdas tahun 2007 secara nasional. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia usia 10 tahun keatas kurang melakukan aktivitas fisik salah satunya adalah wilayah sumatera utara (Riskesdas, 2007). Aktivitas fisik normal pada laki-laki adalah sekitar 38 Mets dan pada perempuan 35 Mets per minggu, Mets merupakan ratio perkalian energi expenditure dengan resting energi dalam kilocalories, dan rata-rata menurut waktu yang digunakan untuk aktivitas fisik standart normal adalah 60-150 menit per minggu (Loitz et al., 2009). Perubahan aktivitas fisik harian ini terus menerus menyebabkan kurangnya gerak, banyak mengkonsumsi makanan berkarbohidrat tinggi dan yang berlemak dan siap saji dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan (WHO, 2003). Kurangnya aktivitas fisik merupakan penyebab faktor resiko dari berbagai penyakit non-infeksi seperti obesitas yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan tubuh, penyakit jantung koroner sebanyak 21,5%, stroke iskemik 11%, kanker usus 16%, kanker payudara 10%, dan diabetes mellitus tipe 2 (Gorner et al., 2006). Pada usia muda khususnya ternyata aktivitas fisik yang rendah dapat meningkatkan berat badan dan berpengaruh pada naiknya Indeks Massa Tubuh

3 (Lopes et al., 2012). bukan hanya berpengaruh pada naiknya IMT tetapi akibat kegemukan akan mempengaruhi kekuatan otot, sehingga jika otot tersebut lemah dan massa tubuh bertambah maka akan terjadinya masalah keseimbangan tubuh saat berdiri maupun berjalan, dan masalah kardiovaskuler (Davis et al., 2006). Keseimbangan tubuh biasanya dipengaruhi oleh kelemahan otot ekstremitas, stabilitas postural, dan juga gangguan secara fisiologis dari salah satu indera (visual, vestibular, taktil, dan proprioceptive) yang ada didalam tubuh kita, selain itu factor lain seperti obesitas (Jonathan, 2012). Sebanyak 35% orang dewasa berusia 40 tahun atau lebih tua di Amerika Serikat 69 juta orang mengalami beberapa bentuk gangguan vestibular menurut National Institute on Deafness and Other Communication Disorders (NIDCD), 4% lebih (8 juta) orang dewasa Amerika melaporkan mas alah kronis dengan keseimbangan. Sedangkan factor obesitas di Indonesia sendiri 18,8% penduduk dengan usia > 15 tahun mengalami obesitas Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi Obesitas Sentral Pada Penduduk Umur > 15 Tahun diatas prevalensi nasional. Prevalensi terbanyak didapat pada provinsi, Sumatera Utara, dan Jakarta (Riskesdas, 2007). Di Amerika overweight di tempat kerja adalah kekhawatiran. Statistik terbaru menunjukkan bahwa sekitar 85% persen karyawan manufaktur kelebihan berat badan atau obesitas. Overweight dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan termasuk peningkatan risiko jatuh. Orang dewasa gemuk setengah baya dan lebih tua memilik gangguan keseimbangan yang meningkatkan resiko terjatuh

4 dua kali lebih sering (27%) dibandingkan mereka dengan berat badan normal (15%) setiap tahun. Dan sekali mereka jatuh, mereka yang kelebihan berat badan dan obesitas adalah 15% sampai 79% lebih mungkin untuk mendapatkan perawatan medis di rumah sakit (Cawley, 2008). Obesitas dan kelebihan berat badan (overweight) merupakan faktor resiko berbagai penyakit kronik, di antaranya diabetes melitus tipe 2, penyakit jantung koroner dan pembuluh darah, hipertensi, strok dan beberapa jenis kanker. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2010 menunjukkan angka kelebihan berat badan dan obesitas pada penduduk dewasa di atas usia 18 tahun besarnya 21,7%. Prevalensi obesitas lebih tinggi di daerah perkotaan dibandingkan dengan pedesaan, dan juga lebih tinggi pada kelompok yang berpendidikan lebih tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi kegemukan dan obesitas pada perempuan lebih tinggi (26,9%) dibandingkan dengan laki-laki (16,3%). Di sumatera utara sendiri pada laki-laki berjumlah (21,3%) dan pada perempuan (30,2%) dari total jumlah penduduk berusia 18 tahun keatas. Semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, terdapat kecenderungan semakin tinggi pula prevalensi obesitas (Riskesdas, 2010). Program latihan peningkatan keseimbangan ada berbagai macam program diantaranya yang dipakai Single Leg Stand, Core Stability, Balance Board Exercise, Resistance Training, dan lain-lain. Latihan keseimbangan tubuh biasanya secara spesifik melatih kekuatan anggota gerak bawah, tetapi dalam keseimbangan sistem indera juga bekerja, seperti sistem visual, vestibular, tactile dan proprioceptif (Mackintosh, 2007).

5 Tujuan diberikannya latihan keseimbangan adalah, agar terhindar dari jatuh, cidera, dan agar aktivitas sehari-hari bisa terlaksana tanpa mengalami gangguan. Latihan core stability baik untuk meningkatkan keseimbangan seseorang dan merupakan suatu program latihan untuk dapat memperbaiki keseimbangan diantaranya dengan latihan penguatan kontrol keseimbangan, berjalan pada permukaan yang berbeda dan penguatan otot-otot core pada umumnya (Kahle, 2009). Keseimbangan tubuh yang baik tercipta jika tubuh sehat, otot-otot yang menopang kuat, yaitu otot-otot core atau abdomen dan pelvic, serta anggota ekstremitas bawah kuat dan juga sistem Visual, Vestibular, Tactile dan Proprioceptive yang baik tidak mengalami gangguan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Samson, 2005) dengan menggunakan Standing Stork Test (SST) nilai keseimbangan yang baik pada usia 15-30 tahun adalah 26 39 detik. Latihan core stability selama 4 minggu dapat meningkatkan keseimbangan dan permorma para athlete. Core stability tidak hanya digunakan sebagai pengobatan tetapi core stability digunakan juga sebagai program latihan fisik sesorang untuk usia muda maupun lansia agar lebih aktif secara fisik dalam waktu yang lebih lama dari pada mereka yang hanya mendapat perawatan lainya (Dendas., 2010). Latihan balance board berfungsi untuk meningkatkan kekuatan otot pada anggota tubuh bagian bawah (lower extremity), melatih fungsi visual, vestibular, dan somatosensory yang pada akhirnya akan meningkatkan keseimbangan seseorang dan juga mampu untuk mencegah terjadinya sprain ankle pada atlet

6 (Verhagen, 2005). Biasanya balance board yang digunakan merupakan jenis wobble board dikarenakan mudah dipergunakan dan biasanya dipakai oleh fisioterapi dan instruktur olahraga untuk digunakan sebagai alat ukur keseimbangan dinamik dan untuk melatih keseimbangan pada pasien dan atlet. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti latihan core stability dan latihan balance board terhadap peningkatan keseimbangan pada mahasiswa usia 18-24 tahun. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apakah latihan balance board dapat meningkatkan keseimbangan pada mahasiswa usia 18-24 tahun? 1.2.2 Apakah kombinasi latihan core stability dan balance board dalam meningkatkan keseimbangan pada mahasiswa usia 18-24 tahun? 1.2.3 Apakah latihan kombinasi core stability dan balance board lebih baik dalam meningkatkan keseimbangan dibandingkan dengan balance board saja pada mahasiswa usia 18-24 tahun? 1.3 Tujuan penelitian. 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui kombinasi latihan core stability dan balance board dapat lebih meningkatkan keseimbangan dibandingkan dengan balance board saja pada mahasiswa usia 18-24 tahun.

7 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mengetahui latihan balance board dalam meningkatkan keseimbangan pada mahasiswa usia 18-24 tahun. 1.3.2.2 Mengetahui kombinasi pelatihan core stability dan balance board dalam meningkatkan keseimbangan pada mahasiswa usia 18-24 tahun. 1.3.2.3 Mengetahui latihan kombinasi core stability dan balance board lebih baik dalam meningkatkan keseimbangan dibandingkan dengan balance board saja pada mahasiswa usia 18-24 tahun? 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Keilmuan (Teoritis) 1.4.1.1 Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari, mengidentifikasi dan mengembangkan teori-teori yang didapat dari perkuliahan. 1.4.1.2 Menambah sumber referensi ataupun bahan perbandingan bagi kegiatan yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi pelayanan kesehatan. 1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Memberikan gambaran tentang manfaat latihan core stability dan balance board terhadap peningkatan keseimbangan mahasiswa usia 18-24 tahun.

8 1.4.2.2 Memberikan gambaran bahwa aktivitas fisik rendah mempengaruhi keseimbangan mahasiswa usia 18-24 tahun. 1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat 1.4.3.1 Memberikan informasi kepada masyarakat akan pentingnya aktivitas fisik, dan pengaruhnya bagi kesehatan yang akan mengakibatkan obesitas dan menyebabkan gangguan keseimbangan. 1.4.3.2 Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat latihan core stability dan balance board dalam meningkatkan keseimbangan. 1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti 1.4.4.1 Manfaat bagi peneliti dengan adanya tesis ini akan memberikan pengetahuan sejauh mana pemberian latihan Core Stability dan Balance Board untuk meningkatkan keseimbangan pada mahasiswa usia 18-24 tahun.