PENGARUH PROSES PENUAAN ARTIFISIAL PADA BERAS TERHADAP SIFAT SIFAT FISIKA-KIMIA ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sifat Mekanik (Kuat Tekan) Beras Gambar 2. Kerapatan enam varietas beras

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA PADA PEMBUATAN MAKANAN TRADISIONAL EMPEK-EMPEK PALEMBANG BERBAHAN BAKU DAGING, KULIT DAN TULANG IKAN GABUS

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

METODOLOGI PENELmAN. asam sitrat, FeCI^, NajCOj, KSCN, KI, EM-4 produksi PT. Songgolangit, benih sawi

BAB I PENDAHULUAN. mencapai ton, beras ketan diimpor dari Thailand dan Vietnam, sedangkan

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU TERHADAP KADAR AMILOSA DAN MUTU TANAK BERAS ANALOG TALAS NASKAH PUBLIKASI

KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI MAKANAN RINGAN LADU DENGAN MENGGUNAKAN INOVASI TEKNOLOGI DI DESA BANJAREJO DUSUN LAJU KECAMATAN NGANTANG

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

OPTIMASI PROSES DAN FORMULA PADA PENGOLAHAN MI SAGU KERING (Metroxylon sagu)

PENGUJIAN MUTU BERAS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENDAHULUAN. penduduk sehingga terjadi masalah hal ketersediaan pangan. Ketergantungan pada

PERBAIKAN MUTU KERIPIK JAGUNG DENGAN PENAMBAHAN KACANG KEDELAI DAN PERLAKUAN PERENDAMAN PADA LARUTAN KAPUR

METODOLOGI PENELITIAN

Beras SNI 6128:2015. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di komersialkan

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

SNI 6128:2008. Standar Nasional Indonesia. Beras. Badan Standardisasi Nasional

SIFAT-SIFAT FISIK DAN PARAMETER SPESIFIK KUALITAS DAGING

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

PENGARUH PROSES PENGGARAMAN TRADISIONAL TERHADAP RASIO KEKERASAN DAN KEMASIRAN TELUR ASIN

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

METODE Lokasi dan Waktu Materi Rancangan Percobaan Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program

PENGARUH PROPORSI TAPIOKA DAN TEPUNG BERAS MERAH TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BERAS MERAH SKRIPSI

BAB 7 PERUBAHAN SIFAT BENDA. Kamu dapat menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.

PEMBUATAN PULP DARI SERAT LIDAH MERTUA (Sansevieria) DENGAN MENGGUNAKAN PROSES SODA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Pemanfaatan umbi-umbian di Indonesia belum

FORMULASI MI KERING SAGU DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH KONSENTRASI SENYAWA PHOSPAT DAN PERBANDINGAN AIR PEREBUSAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG INSTAN HANJELI (Coix lacryma-jobi L.).

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

PENGARUH PEMBERIAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP PRODUKSI KORNET DAGING AYAM

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa Indonesia adalah beras, karena beras merupakan. makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

BAB III METODE PELAKSANAAN

TINJAUAN PUSTAKA. Buah labu kuning atau buah waluh (Jawa Tengah), labu parang (Jawa Barat),

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR OPTIMUM DOPED DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Desember 2016 di

Prinsip-prinsip Pengoperasian Retort

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITAN. Medan Area jalan Kolam No1 Medan, Sumatera Utara, dengan ketinggian 20 m

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah Pasir ini berada di Kecamatan Pasir Sakti,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

SIFAT FISIKOKIMIA TEPUNG PREGELATINISASI BERAS MERAH DAN KETAN HITAM DENGAN VARIASI WAKTU PENGUKUSAN SKRIPSI

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan gurami

PENGARUH SUHU TERHADAP KADAR VITAMIN C PADA PEMBUATAN TEPUNG TOMAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

Cara uji kimia - Bagian 1: Penentuan kadar abu pada produk perikanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

TEKSTUR CAKE BERAS KETAN HITAM DENGAN VARIASI LAMA PENYIMPANAN SUHU DINGIN SKRIPSI OLEH: ONNY MELIANA

PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang,

Umumnya bungkil kedelai didatangkan dari beberapa negara seperti Amerika, Argentina, Brazil, Cina dan India., sehingga mutu dan komposisinyapun sangat

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

III. TATA CARA PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 April 2014 pada areal lahan

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian

UJI BERAT JENIS TANAH ASTM D ERLENMEYER

Transkripsi:

PENGARUH PROSES PENUAAN ARTIFISIAL PADA BERAS TERHADAP SIFAT SIFAT FISIKA-KIMIA Ashadi Hasan 1, Sajeev Rattan Sharma 2, dan Tarsem Chand Mittal 2 1 Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas, Padang, Indonesia 2 Department of Processing and Food Engineering, Punjab Agricultural University, Ludhiana, India Email: ashadi_hasan@yahoo.com ABSTRAK Penuaan beras secara alami telah banyak dilakukan orang dengan cara menyimpan beras di tempat penyimpanan beberapa bulan. Untuk mendapatkan nasi dengan citarasa yang baik. Penuaan artifisial dapat meningkatkan mutu dari beras tanak. Penuaan alami akan mengkonsumsi waktu yang lama. Sedangkan penuaan artifisial atau penuaan buatan hanya membutuhkan beberapa menit saja, untuk mendapatkan mutu tanak yang sama dengan penuaan alami. Perubahan sifaf sifat fisika-kimia terjadi selama perlakuan diberikan pada beras. Penelitian ini dilakukan di Punjab Agricultural University dengan menggunakan varietas PR-116 pada bulan Januari sampai Februari 2011. Pada beras dilakukan perlakuan panas dengan menggunakan oven dan dipanaskan dalam waktu tertentu. Perubahan untuk warna beras (L-Value) yang paling rendah adalah 9,92%, Penyerapan air pada saat penanakan meningkat secara signifikan jika diberikan perlakuan panas pada beras. Padatan yang terlarut dalam air tanak menurun seiring dengan meningkatnya temperatur perlakuan. Rasio perpanjangan beras setelah ditanak meningkat setelah diberikan perlakuan panas. Kata kunci : penuaan artifisial, penuaan alami, sifat fisika-kimia PENDAHULUAN Di India, beras termasuk yang banyak dibudidayakan. Sekitar 64 juta acres setiap tahunnya. Dan, area yang ditanami beras umumnya adalah area yang basah, khususya di daerah West Bengal, Madras, Bihar, Uttar Pradesh, Madhya Pradesh, Assam, and Orissa.Tetapi didaerah Punjab, yang merupakan daerah yang tidak membudidayakan beras secara tradisional, telah membuat terobosan dengan memproduksi beras dengan jumlah yang besar setelah 45 tahun kebelakang. Sehingga sekarang, Punjab merupakan daerah pemasok beras untuk negara India. Di India, Produksi beras meningkat dengan signifikan beberapa tahun yang lalu, dan sepertiga produksi beras di dunia di produksi dari India (Singh et al., 2005). Negara negara berkembang telah menghitung kebutuhan beras yang tinggi semenjak 40 tahun kebelakang ini. Dari tahun 19 sampai 2000, konsumsi beras pertahunnya meningkat, rata rata 2 %. Dibandingkan dengan negara maju yaitu 1%. Dahulunya sekitar tahun 1960-an sampai 19-an, konsumsi beras menurun, tetapi dengan meningkatnya perkembangangan negara, maka konsumsi beras juga meningkat. Untuk meningkatkan kualitas dari beras yang sudah ditanak, maka penuaan dapat dilakukan. Sifat fisika-kimia dari beras dan sifat sifat setelah perendaman berubah selama penyimpanan, walaupun dalam kondisi yang stabil. Cara kerja yang pasti tidak diketahui, namun, bukti bukti menunjukan bahwa nilai dari sifat sifat tersebut meningkat setelah penyimpanan dari satu, dua sampai empat bulan penyimpanan setelah panen. Para pengusaha mengetahui hal ini. Banyak pengusaha tidak menggunakan beras yang baru, sebelum menyimpannya lebih dari 60 hari. Sifat sifat penanakan dan sifat sifat nasi untuk dimakan berubah secara dramatis sesuai dengan penyimpanannya setelah pemanenan dan fenomena ini dinamakan dengan penuaan beras. Sifat sifat fisika dan kimia akan berubah seperti, kandungan air, ukuran dari beras, solubelitas, dan kekentalan. Beras yang baru dipanen, jika dimasak akan lengket, ini dikarenakan penyebaran dari tepung granular didalan air penanakan (Gujral dan Kumar, 2003). Penyimpanan secara alami dari padi selama 3 4 bulan setelah panen akan mengubah kualitas nasi (Banu et al., 2002). Karena kelamaan menyimpan, maka serangan hama akan terjadi, untuk itu diperlukan penuaan secara artifisial. Proses penuaan buatan ini dilakukan dengan cepat dan singkat, tetapi dengan hasil yang sama dengan penuaan alami. Suhu perlakuan yang tepat selama proses akan

mengurangi kelengketan nasi setelah dimasak. Penuaan artifisial ini dapat dilakukan pada padi dan beras (Gujral dan Kumar, 2003). METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan penelitian terdiri dari beras kepala, yaitu beras lokal PR-116. Peralatan yang digunakan adalah oven, timbangan, container tabung plastik, dan thermometer. B. Prosedur Penelitian Beras kepala ditimbang seberat masing masing 250 gram, yaitu beras lokal (PR- 116). Beras ini diberikan perlakuan panas dengan dimasukan kedalam oven. Suhu didalam oven dibedakan menjadi,, dan derjat Celcius selama 1,2,3, dan 4 jam. Beras kepala yang sudah ditimbang tadi dimasukan kedalam kontainer tabung plastik yang tahan terhadap suhu panas (Scott Duran), dengan kapasitas 250 ml. Botol yang sudah diisi dengan beras di tutup rapat dan tidak masuk angin. Botol tersebut dimasukan kedalam oven yang sudah dihidupkan dengan pengontrolan suhu sesuai dengan rencana. Pengontrolan suhu dilakukan dengan thermometer yang telah tersedia pada oven. Setelah perlakuan panas pada beras, maka beras yang sudah diperlakukan di letakan di tempat kondisi biasa, selama 24 jam, sehingga dingin sempurna. Setelah itu beras tersebut di masukan kedalam plastik untuk segera di tanak, dan dilakukan uji kualitas. C. Analsisi Data Analisis data dilakukan menggunakan analisis variansi (ANOVA) 2 faktor tanpa ulangan yaitu suhu dan waktu, diolah dengan Microsoft Excell 2007. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan panas kepada beras, pada waktu dan suhu yang berbeda. Beras yang dipanaskan adalah beras utuh (beras kepala). Beras kepala diberikan perlakuan panas pada suhu o C sampai o C dengan waktu yang berbeda dari 1 jam sampai 4 jam. Hasil dari perlakuan kepada beras ini dapat dilihat pada penjelasan di bawah. A. Warna Hasil foto dari beras yang didapat setelah perlakuan panas dengan kombinasi temperatur yang berbeda ditunjukan pada Gambar 1 sampai 4. Pada hasil penelitian jelas menunjukan peningkatan perlakuan kepada temperature panas dan waktu, akan menunjukan hasil warna yang menurun. Seperti tingkat keputihan beras menurun.. L-value yan tertinggi (,23) terdapat pada perlakuan o C dan L- value yang kecil (63,1) didapat pada temperatur o C. Lama waktu perlakuan juga berpengaruh ke warna beras. L-value akan menurun, jika perlakuan panas dinaikan (Gambar 5). Karena temperatur yang panas dan waktu yang lama akan mengakibatkan warna yang gelap pada beras. Secara statistik, ini dapat dilihat bahwa temperatur dan waktu sangat berpengaruh signifikan terhadap warna dari beras. Gambar 1. (L-value) Perlakuan pada Suhu o C, pada 4 Perlakuan yang Berbeda 64

L- value Gambar 2. (L-value) Perlakuan pada Suhu o C, pada 4 Perlakuan yang Berbeda Gambar 3. (L-value) Perlakuan pada Suhu o C, pada 4 Perlakuan yang Berbeda Gambar 4. (L-value) Perlakuan pada Suhu o C, pada 4 Perlakuan yang Berbeda Gambar 5. Pengaruh Perlakuan Panas terhadap Beras B. Waktu Tanak Optimum Waktu tanak tergantung juga kepada varietasnya masing masing dan perlakuan yang dilakukan kepada berasnya. Informasi yang didapat dalam penelitian ini untuk waktu tanak beras dengan perlakuan waktu dan temperature yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6. Waktu tanak optimum 65

Penyerapan air (g/g) Waktu Tanak Optimum (menit) yang terkecil adalah (12,71) dengan perlakuan suhu o C dan waktu tanak optimum yang paling lama adalah (22,91 ) perlakuan pada suhu o C. Waktu juga berefek kepada waktu optimum tanak tetapi temperatur lebih banyak berefek.. Hasil dari riset sesuai dengan Cheigh et al., (1978). Rata rata waktu tanak, terbatas oleh reaksi dari komponen air di dalam beras, pada temperatur yang tinggi. Setelah diuji statstik pada level signifikan 5%, waktu tanak mempunyai pengaruh yang signifikan, sedangkan waktu tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. Waktu (jam) Gambar 6. Pengaruh Perlakuan Panas terhadap Beras untuk Waktu Tanak Optimum. C. Penyerapan air Penyerapan air umumnya tergantung kepada varietas dan perlakuan yang dilakukan pada padi sebelumnya dan pada saat penanakan beras. Hasil dari penelitian mengindikasikan bahwa tren dari penyerapan air meningkat terhadap waktu pemanasan. Tetapi peningkatan tidak terlalu besar. Contoh pada perlakuan derjat celcius, penyerapan air meningkat dari 1,9785 g/g sampai 2,325 g/g dengan durasi dari 1 sampai 4 jam (Gambar 7). Secara statistik, suhu dan lama pemanasan mempunyai efek yang signifikan terhadap penyerapan air pada level signifikan 5%. Gambar 7. Pengaruh perlakuan panas terhadap penyerapan air pada beras D. Padatan Dalam Air Pada Gambar 8 menunjukan bahwa padatan didalam air berelasi terbalik dengan suhu perlakuan dan waktu perlakuan.pada perlakuan dengan suhu derjat celcius, bervariasi sampai suhu derjat celcius yaitu dari 1,1% dan 1,3%. 66

Rasio Perpanjangan Beras Padatan terlarut (%) Beras yang dipanaskan lebih tahan terhadap perpecahan didalam air pada saat menanak. Sedangkan pada beras yang tidak diperlakukan sama sekali, padatan yang terlarut dalam air meningkat. Secara statistik, ditemukan bahwa suhu dan waktu perlakuan mempunyai efek yang signifikan terhadap padatan terlarut dalam air, pada level signifikan 5%. Gambar 8. Pengaruh perlakuan panas terhadap padatan terlarut didalam air E. Rasio Perpanjangan Beras Tanak Hasil dari penelitian terhadapa rasio perpanjangan dari beras tanak/nasi dapat dilihat pada Gambar 9. Suhu dan waktu mempunyai efek yang positif terhadap rasio perpanjangan beras ini setelah di tanak. Rata rata rasio perpanjangan beras ini meningkat dari 3,64 sampai 4,47 ketika suhu meningkat dari derjat celcius sampai derjat celcius. Juliano (1985) menjabarkan bahwa tingginya perpanjangan beras disebabkan oleh pecahnya sel endosperm dari beras, pada beras yang diperlakukan dalam penelitian ini akan mempertahankan keutuhannya. Faruq et al (2003) melaporkan bahwa suhu dan waktu akan berpengaruh kepada rasio perpanjangan nasi. Secara statistik, didapat bahwa watu dan suhu berpengaruh signifikan terhadap rasio perpanjangan pada level signifikan 5%. Gambar 9. Pengaruh perlakuan panas terhadap rasio perpanjangan beras tanak F. Kekerasan Kekerasan dari nasi umumnya tergantung kepada jenis, apakah jenis padi tersebut kasar atau halus dalam teksturnya. Data hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 10. 67

Kekerasan (g) Waktu (menit) Gambar 10. Pengaruh perlakuan panas terhadap beras pada kekerasan nasi Penelitian ini menyingkap bahwa kekerasan memiliki korelasi yang positif terhadap suhu dan waktu perlakuan yang diberikan selama penelitian. Pada penelitian ini didapat bahwa kekerasan pada beras tanak meningkat. Positif korelasi dengan suhu perlakuan dan waktu. Untuk suhu derjat celcius, kekerasan meningkat dari 48,83 g hingga 13885 gram,untuk perlakuan pada jam pertama hingga jam keempat.. Sama halnya dengan perlakuan pada suhu derjat celcius hingga derjat celcius, kekerasan meningkat dari 3305,3 gram hingga 00 gram. Meningkatnya kekerasan merupakan konsekuensi dari kehilangan air selama perlakuan. Secara statistik, waktu dan temperatur mempunyai efek yang signifikan terhadap kekerasan pada level signifikan 5%. IV. KESIMPULAN Penuaan buatan dapat meningkatkan mutu dari beras tanak. Perubahan sifaf sifat fisika-kimia terjadi selama perlakuan suhu dan waktu. Penelitian ini dilakukan di Punjab Agricultural University dengan menggunakan varietas PR-116 pada bulan Januari sampai Februari 2011. Penelitian dilakukan dengan 2 faktor perlakuan yaitu suhu dan waktu. Hasil dari penelitian diolah dengan Analysis Variance (ANOVA) dua faktor yang tersedia pada microsoft Excell 2007. Untuk warna beras (L-Value) yang paling rendah adalah 9.92%, Penyerapan air meningkat secara signnifikan jika diberikan perlakuan panas pada beras. Padatan yang terlarut dalam air menurun seiring dengan meningkatnya temperatur perlakuan. Rasio perpanjangan beras setelah ditanak meningkat setelah diberikan perlakuan panas. UCAPAN TERIMAKASIH Penelitian ini merupakan bagian dari thesis dari Ashadi Hasan untuk mendapatkan gelar Master of Technology dari Punjab Agricultural Univerity, Ludhiana, India. Penelitian ini didanai oleh Punjab Agricultural University, yang berkolaborasi dengan ICCR (Indian Council for Cultural Relations). DAFTAR PUSTAKA Banu B N, Ferdous N and Kabir K A (2002). Shelf Life of Rice on Nutitional Quality. Wisward Project Information Bangladesh Rice Research Institute, Gazipur, Bangladesh. Cheigh H S, Kim S K, Pyun Y R and Kwon T W (1978). Kinetic Studies on Cooking of Rice of Various Polishing Degrees. Korean J Food Sci Tech 10: 52-56. Faruq G, Mohamad O, Hadzim M and Meisner C A (2003). Optimization of Aging Time and Temperature For Four Malaysian Rice Cultivars. Pakistan Journal of Nutrition 2: 124-31. Gujral H S and Kumar V (2003). Effect of Accelerated Aging on Physicochemical and Textural Properties of Brown and Milled Rice. J Food Engineering 59: 117-21. 68

Juliano B O (Ed). (1985). Rice: Chemistry and Technology (2 nd ed). St. Paul, Minnesota, USA: American Association of Cereal Chemists. Singh N, Kaur L, Sodhi N S and Sekhon K S (2005). Physicochemical, Cooking and Textural Properties of Milled Rice from Different Indian Rice Cultivars. Food Chemistry 89: 253-59. 69