BAB I PENDAHULUAN. masih dihadapkan pada berbagai masalah diantaranya masih banyaknya balita

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB III METODE PENELITIAN. Latar atau tempat penelitian ini berlokasi di desa Limehe Timur

BAB I PENDAHULUAN. gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian. kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp 700 miliar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

PERAN KELOMPOK DASA WISMA DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA (Studi di Desa Manawa Kecamatan Patilanggio Kabupaten Pohuwato)

UNGGULAN UTAMA RW SIAGA KESEHATAN

BAB V STATUS GIZI BALITA DAN LINGKUNGAN RENTAN GIZI DI DESA PECUK. A. Gambaran Status Gizi Baik Balita di Desa Pecuk

BAB I PENDAHULUAN. cukup makan, maka akan terjadi konsekuensi fungsional. Tiga konsekuensi yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. daerah pemukiman penduduk, persawahan, dan perkebunan dengan batas-batas

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status

BAB 1 PENDAHULUAN. Perancangan sistem..., Septiawati, FKM UI, Univerasitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. waktu satu tahun per kelahiran hidup.

STUDI TENTANG MANAJEMEN SISTEM PELAKSANAAN PENAPISAN GIZI BURUK DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

PROGRAM KERJA TIM PENGGERAK PKK KELURAHAN SESETAN TAHUN No Program Kegiatan Jadwal Anggaran Ket. 1 Bidang Organisasi

PROGRAM PERBAIKAN GIZI MAKRO

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. 1) Angka Kematian Bayi waktu satu tahun per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN menjadi 228 kasus pada Angka kematian bayi menurun dari 70

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB V POTRET BURAM PEREMPUAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT WONOREJO. A. Profil Gerakan Perempuan dan Lingkungan Hidup di Wonorejo

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GRAFIK CAKUPAN TEMPAT BEROBAT BILA ANGGOTA KELUARGA SAKIT

VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM REVITALISASI Identifikasi SWOT pada Revitalisasi Posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

ARIS SETYADI J

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006). kesehatan ditingkat desa. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik. penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal tersebut maka

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari kesimpulan yang mencerminkan hasil yang didapatkan dari penelitian

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diupayakan pencapaiannya oleh pemerintah. Upaya ini sebagai langkah

PENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PERLINDUNGAN SOSIAL RUMAH TANGGA MISKIN DALAM MENGOPTIMALKAN STATUS GIZI DAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

MATA KULIAH. Asuhan Kebidanan Komunitas WAKTU DOSEN. Pengembangan Wahana/Forum PSM, Berperan Dalam Kegiatan TOPIK

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

BAB III METODE PENELITIAN

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. mikro disebabkan karena kurangnya asupan vitamin dan mineral essensial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

BAB I PENDAHULUAN. ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih dengan risiko

INDIKATOR PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA ( PKK )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit TB paru di Indonesia masih menjadi salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

UPTD PUSKESMAS KAMPAR KIRI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak

Daya tahan rendah Mudah sakit Kematian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, tentunya banyak menghadapi masalah kesehatan masyarakat (Rihardi, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

Dalam Pokok bahasan ini akan diuraikan secara ringkas berbagai pendekatan dan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang. berdampak terhadap meningkatnya populasi Lanjut Usia (Lansia).

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

HUBUNGAN FREKUENSI KEHADIRAN ANAK USIA 1-3 TAHUN (BATITA) DALAM PENIMBANGAN DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI ANAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penduduknya berasal dari berbagai kecamatan, yaitu kecamatan Batudaa, Tibawa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini diarahkan untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KONSUMSI ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN AKTIVITAS FISIK POLISI DALMAS DI POLRES WONOGIRI

II. TINJAUAN TEORITIS

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terpenuhinya gizi balita merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) dimasa depan, namun pada pencapaiannya masih dihadapkan pada berbagai masalah diantaranya masih banyaknya balita yang belum terpenuhi gizinya sesuai kebutuhannya (kurang gizi). Kekurangan gizi akan menyebabkan beberapa efek serius seperti; kegagalan pertumbuhan fisik, menurunnya perkembangan kecerdasan, menurunkan produktifitas, menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit serta meningkatkan resiko terserang penyakit yang berakibat pada kematian. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan perhatian yang lebih untuk kondisi kesehatannya. Olehnya peran ibu dalam meningkatkan status gizi balita sangat menentukan kehidupan masa depan anak, sebab ibu merupakan orang yang paling bertanggung jawab terhadap tumbuh kembangnya anak terutama dalam memberi asupan gizi seimbang bagi balitanya. Begitu pentingnya peran ibu dalam memperbaiki gizi balitanya, maka dari itu perlu ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya terutama dalam mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan pemenuhan status gizi balita. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan pengetahuan ibu rumah tangga tentang peningkatan gizi balita adalah melalui peran serta ibuibu rumah tangga dalam kegiatan kelompok Dasa Wisma. Melalui kegiatan 1

2 kelompok Dasa Wisma ibu rumah tangga dapat mengakses informasi banyak hal seperti sanitasi atau kesehatan lingkungan, sumber-sumber penyebab penyakit, pengendalian terhadap penyakit baik upaya preventif maupun upaya kuratif. Selain itu kelompok Dasa Wisma juga melakukan kegiatan lainnya seperti arisan, pembuatan jamban, sumur, mengembangkan dana sehat (PMT, pengobatan ringan, membangun sarana sampah dan kotoran). Secara umum kegiatan yang dilakukan oleh kelompk Dasa Wisma hakikatnya adalah terciptanya sistem kewaspadaan dan kesiapsiagaan dini di masyarakat terhadap ancaman muncul atau berkembangnya penyakit atau masalah kesehatan yang disebabkan antara lain oleh status gizi, kondisi lingkungan dan prilaku masyarakat. Hasil pemantauan tersebut oleh ketua Dasa Wisma diinformasikan kepada petugas kesehatan atau unit yang bertanggung jawab untuk dapatnya diambil tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien. Pontoh (2006:17) mengemukakan bahwa Dasa Wisma adalah unit komunitas terkecil yang terbentuk dari warga sipil yang terorganisir yang dikelola secara transparan dan saling memberi informasi yang menyangkut kehidupan bersama, serta merupakan wadah kegiatan masyarakat yang memiliki peran sangat penting dalam pelaksanaan program-program pemerintah di bidang kesehatan yang berada dalam naungan kegiatan gerakan PKK di tingkat desa. Dari pengertian tersebut dapatlah dikatakan bahwa sebagai unit organisasi terkecil, terstruktur dan terdepan pada lapisan masyarakat, kelompok Dasa Wisma merupakan wadah bagi masyarakat khususnya ibu-ibu rumah tangga untuk memperoleh berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan terutama menyangkut masalah peningkatan gizi balita. Artinya kegiatan tersebut meru-pakan strategi pergerakan dan pemberdayaan ibu-ibu rumah tangga untuk

3 meningkatkan kesadaran dalam memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan yang tersedia, serta mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memenfaatkan sumber daya yang dimiliki masyarakat dalam membangun kemandirian di bidang kesehat-an. Berdasarkan konsep tersebut dapatlah dikatakan bahwa program kegiatan Dasa Wisma merupakan bentuk kegiatan Pendidikan Luar Sekolah, karena di dalamnya mengandung unsur pembinaan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang dilaksanakan di luar pendidikan formal. Selanjutnya, partisipasi masyarakat terhadap program kelompok Dasa Wisma menjadi syarat mutlak dalam pencapaian tujuan program. Olehnya, dalam merancang setiap program kegiatan harus dapat menjaring keikutsertaan semua kalangan. Tidak hanya ibu-ibu dari kalangan ekonomi menengah ke atas, tetapi juga ibu-ibu dari kelompok masyarakat miskin. Partisipasi masyarakat merupakan kunci suksesnya program kelompok Dasa Wisma yang mencakup perencanaan kebijakan dan program serta rancangan tata ruang dan wilayah (Yoseph, 2006:147). Diharapkan dengan adanya berbagai macam program kegiatan yang dilaksanakan kelompok Dasa Wisma, akan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat serta untuk menjaring dan mengorganisir kasus kurang gizi yang marak terjadi akhir-akhir ini di masyarakat. Di sadari atau tidak keberadaan Dasa Wisma merupakan sebuah usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kesehatan ibu dan anak. Namun di era globalisasi yang semakin meningkat, kebutuhan masyarakatpun semakin meningkat. Anggapan masyarakat bahwa kegiatan

4 kelompok Dasa Wisma hanya membuang-buang waktu saja, dengan alasan masih ada kegiatan yang lebih penting dari pada itu yakni kegiatan proses produksi untuk menopang kebutuhan keluarga. Nampaknya, faktor ekonomi serta faktor pendidikan merupakan indikator penyebab minimnya partisipasi masyarakat terhadap kegiatan atau program kelompok Dasa Wisma, seperti halnya yang terjadi di desa Limehe Timur Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo. Dari observavsi awal yang peneliti lakukan di desa Limehe Timur pada bulan Oktober 2012, diperoleh data bahwa minimnya partisipasi masyarakat terhadap kegiatan kelompok Dasa Wisma terlihat ketika pelaksanaan Posyandu yang rutin dilaksanakan setip bulan, hanya sebagian ibu rumah tangga yang mengikutkan anaknya dalam program tersebut. Dari 95 jumlah anak balita yang tercatat di desa Limehe Timur, hanya 50 sampai dengan 60 orang ibu yang rutin membawa anak balita mereka ke Posyandu (Data Puskesmas Kecamatan Tabongo tahun 2012). Kondisi tersebut menggambarkan masih kurangnya pemahaman orang tua terhadap arti pentingnya kesehatan bagi anak. Padahal melalui Posyandu, sang ibu dapat mengontrol pertumbuhan serta perkembangan fisik anak-anaknya. Posyandu merupakan wadah dimana ibu-ibu dapat berkonsultasi dengan kader kesehatan, sehingga dapat mengakses informasi mengenai cara meningkatkan kesehatan anak atau pun memenuhi gizi balita mereka. Dalam kasus lain, berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari hasil pandataan kader posyandu Desa Limehe Timur tahun 2012, terdapat 2 balita yang dinyatakan menderita penyakit kurang gizi (Cacah Jiwa Desa Limehe Timur

5 Tahun 2012). Kasus ini terlihat biasa saja dalam pandangan masyarakat bahkan diremehkan oleh orang tua penderita, karena sering terjadi di Desa Limehe Timur. Banyak faktor pemicu kasus kurang gizi pada anak balita. Hadi (2005:Online), berpendapat bahwa faktor-faktor penyebab kurang gizi balita adalah: 1) anak kurang mendapat asupan gizi seimbang dalam waktu yang cukup lama, 2) anak menderita penyakit infeksi. Anak yang sakit, asupan gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya gangguan penyerapan akibat infeksi. Selain itu, penyebab terjadinya kasus kurang gizi balita adalah tidak cukupnya persediaan pangan di rumah tangga, pola asuh kurang memadai, sanitasi (kesehatan lingkungan) kurang baik serta akses pelayanan kesehatan terbatas (Yosep, 2006:143). Dari pendapat-pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa kasus gizi buruk yang terjadi di Desa Limehe Timur, di latar belakangi oleh rendahnya pendidikan orang tua dan lemahnya ekonomi orang tua. Jika diamati dari tingkat kehidupan masyarakat di desa Limehe Timur, umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani, sedangkan wanita sebagain besar bekerja sebagai ibu rumah tangga. Latar belakang pendidikan masyarakat desa Limehe Timur sebagian besar adalah lulusan Sekolah Dasar atau sekitar 50,6 % dari 1062 jiwa jumlah penduduk, bahkan tidak sekolah sebanyak 37,7 %. Hanya 11,3 % yang lulusan SLTA dan sekitar 0,4% yang tamatan Perguruan Tinggi (Data Cacah Jiwa Desa Limehe Timur Tahun 2012). Hal ini membawa implikasi pada tingkat kesadaran terhadap kesehatan masih cukup rendah karena dipengaruhi oleh basis pendidikan mereka.

6 Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah desa khususnya melalui jaringan sampai di tingkat Dasa Wisma untuk mengatasi kasus kurang gizi tersebut, yaitu dengan memberikan perhatian serta pemberdayaan masyarakat khususnya ibu rumah tangga miskin di bidang kesehatan, membantu memperlancar pelaksa-naan Posyandu, membantu suksesnya program ASI Eksklusif, menyelenggarakan pembinaan pada ibu-ibu tentang status gizi baik pada balita, mensosialisasikan serta melakukan usaha-usaha preventif untuk menaggulangi status gizi kurang atau lebih anak, memasyarakatkan 10 program PKK, mengorganisir pemanfaatan pekarangan rumah dengan program apotik hidup, menggalakkan program Bersih itu Sehat, serta sosialisasi program kesehatan pangan keluarga. Namun dari usaha-usaha tersebut, belum memberikan hasil yang maksimal. Peran serta masyarakat untuk terlibat langsung dalan kegiatan kelompok Dasa Wisma tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Jika hal ini berlangsung terus menerus maka kasus gizi buruk yang terjadi di desa Limehe Timur akan terulang dan terus terulang kembali. Kondisi ini tentu akan berakibat fatal bagi masyarakat Desa Limehe Timur untuk melahirkan manusia-manusia yang tangguh dan berkualitas di masa depan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti ingin menggali informasi secara mendalam melalui penelitian di lapangan dengan memformulasikan judul: Peranan Dasa Wisma Dalam Membina Ibu-Ibu Rumah Tangga di Desa Limehe Timur Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo.

7 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan dasa wisma dalam membina ibu-ibu rumah tangga di Desa Limehe Timur Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peranan dasa wisma dalam membina ibu-ibu rumah tangga di Desa Limehe Timur Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan Pendidikan Luar Sekolah di masyarakat khususnya dalam bidang Kesehatan. 2) Sebagai sarana bagi peneliti untuk mengangkat masalah yang aktual dihadapi masyarakat untuk selanjutnya diupayakan alternatif pemecahannya dalam rangka membentuk sikap ilmiah. 2. Manfaat praktis 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pengambilan kebijakan terutama dalam bidang kesehatan dan gizi masyarakat serta bermanfaat bagi kelompok Dasa Wisma yang diteliti.

8 2) Untuk memberikan informasi ilmiah kepada Pemerintah Daerah khususnya pemerintah desa Limehe Timur sebagai penentu kebijakan atau pengambilan keputusan mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan Dasa Wisma dalam bidang kesehatan dan gizi masyarakat.