BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (World Health

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. menjadi 4 tipe (American Diabetes Association, 2014):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (ADA, 2014; Harrison, 2012; WHO, 2016). melitus diklasifikasikan menjadi 4 tipe: 1) Diabetes melitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus timbul akibat perubahan gaya hidup sedenter yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diambil dari peserta senam Kelompok Persatuan Diabetes Indonesia

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS YANG MELAKUKAN SENAM DIABETES

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus Type II

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan fisik

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Senam Aerobik merupakan aktifitas fisik yang mudah dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2013

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat. mengidentifikasi sekumpulan kelainan metabolik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini. sudah membahayakan (Setiabudi, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Diabetes Melitus Tipe 2 a. Definisi Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik kronis dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (World Health Organization, 2016)(American Diabetes Association, 2014)(Harrison, 2012). Menurut ADA tahun 2014 diabetes melitus diklasifikasikan menjadi 4 tipe (American Diabetes Association, 2014): 1) Diabetes melitus tipe 1 2) Diabetes melitus tipe 2 3) Diabetes melitus tipe lain 4) Diabetes kehamilan atau diabetes mellitus gestasional Diabetes mellitus tipe 2 (DM-2) atau disebut sebagai Non-Insulin- Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) merupakan salah satu tipe DM akibat dari insensitivitas sel terhadap insulin (resistensi insulin) serta defisiensi insulin relatif yang menyebabkan hiperglikemia. DM tipe ini memiliki prevalensi paling banyak diantara tipe-tipe lainnya yakni melingkupi 90-95% dari kasus diabetes (American Diabetes Association, 2014). 9

10 b. Etiologi DM-2 merupakan penyakit heterogen yang disebabkan secara multifaktorial (Ozougwu, et al., 2013). Umumnya penyebab DM-2 terbagi atas faktor genetik yang berkaitan dengan defisiensi dan resistensi insulin serta faktor lingkungan seperti obesitas, gaya hidup sedenter dan stres yang sangat berpengaruh pada perkembangan DM-2 (Colberg, 2010; Harrison, 2012; Kaku, 2010). c. Faktor resiko pada DM 1) Faktor resiko yang dapat dimodifikasi seperti berat badan, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, diet tidak sehat dan seimbang, riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT <140-199 mg/dl) atau Gula Darah Puasa Terganggu (GDPT <140 mg/ dl) (Depkes, 2008). 2) Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi yakni usia dan jenis kelamin (Depkes, 2008). Menurut Sujaya (2009) risiko terjadinya diabetes meningkat seiring dengan usia terutama pada kelompok usia lebih dari 40 tahun. Seseorang yang berusia lebih dari 45 tahun berisiko 14,99 kali bila dibandingkan dengan kelompok usia 15-25 tahun (Irawan, 2010). Hal tersebut dikarenakan pada kelompok tersebut mulai terjadi proses aging yang bermakna sehingga kemampuan sel β pankreas berkurang dalam memproduksi insulin (Sujaya, 2009 dalam Trisnawati, 2013). Selain itu terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35% yang

11 berhubungan dengan peningkatan kadar lemak dalam sel-sel otot tersebut sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin (Trisnawati, 2013). Data dari IDF menyebutkan bahwa di wilayah Western Pacific dimana Indonesia masuk didalamnya, kelompok usia 40-59 tahun merupakan kelompok paling banyak menderita DM-2 dengan distribusi sebanyak 27% laki-laki dan 21% perempuan (IDF, 2015). Namun data tersebut sedikit berbeda dengan penelitian oleh Indriyani (2007) yang menyatakan bahwa angka prevalensi penderita DM-2 dikelompok usia 40-70 tahun pada perempuan menunjukkan angka yang lebih tinggi daripada laki-laki (59,1% dan40,9%), sedangkan pada laki-laki lebih banyak terjadi pada usia yang lebih muda (Indriyani, 2007). Hal ini dipicu oleh fluktuasi hormonal yang membuat distribusi lemak menjadi mudah terakumulasi dalam tubuh sehingga indeks massa tubuh (IMT) meningkat dengan persentase lemak yang lebih tinggi (20-25% dari berat badan total) dengan kadar LDL yang tinggi dibandingkan dengan laki-laki (jumlah lemak berkisar 15-20% dari berat badan total) (Irawan, 2010; Karinda, 2013; Jelantik, 2014). Kondisi tersebut mengakibatkan penurunan sensitifitas terhadap kerja insulin pada otot dan hati sehingga perempuan memiliki faktor risiko sebanyak 3-7 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki yaitu 2-3 kali terhadap kejadian DM (Indriyani, 2007; Karinda, 2013; Fatimah, 2015).

12 d. Patofisiologi Patofisiologi pada DM-2 disebabkan oleh dua hal yaitu penurunan respon jaringan perifer terhadap insulin (resistensi insulin) dan penurunan kemampuan sel β pankreas untuk mensekresi insulin sebagai respon terhadap beban glukosa (disfungsi sel β) (Guyton, 2007; Harrison, 2012; Kaku, 2010). Resistensi insulin mengganggu penggunaan glukosa oleh jaringan yang sensitif insulin yakni otot, hepar dan adiposa serta meningkatkan produksi glukosa hepatik yang keduanya berefek hiperglikemia. Resistensi insulin merupakan bagian dari serangkaian kelainan dan sering disebut sebagai sindrom metabolik atau syndrome X yang ditandai dengan adanya obesitas sentral, hipertrigliseridemia, kadar Low Density Lipoprotein (LDL) tinggi, kadar HDL rendah, hiperglikemia, serta hipertensi (Harrison, 2012; Guyton, 2007). DM-2 sering dikaitkan dengan peningkatan konsentrasi insulin plasma (hiperinsulinemia) sebagai upaya kompensasi sel β terhadap adanya resistensi insulin (Guyton, 2007). Gangguan sekresi insulin akibat disfungsi sel β merupakan kondisi penurunan produksi insulin yang responsif terhadap glukosa. Disfungsi sel β ini umumnya terjadi secara progresif (Kaku, 2010). Disamping gangguan produksi insulin serta resistensi insulin, DM- 2 dikarakteristikkan dengan adanya abnormalitas metabolisme lipid yang dapat menyebabkan abnormalitas profil lipoprotein terkait

13 resistensi insulin dan dikenal sebagai dislipidemia diabetik (Harrison, 2012). Patogenesis dislipidemia pada DM-2 bersifat multifaktorial. Resistensi insulin yang terjadi pada DM-2 meningkatkan aliran asam lemak bebas ke hepar dan berperan utama dalam munculnya trias dislipidemia diabetik yang khas yakni konsentrasi trigliserida dan LDL yang tinggi serta rendahnya kadar HDL (Chehade, 2013). e. Komplikasi Secara umum komplikasi diabetes melitus dibagi menjadi dua yakni komplikasi akut dan komplikasi kronik. Terdapat dua bentuk komplikasi akut pada DM yaitu hipoglikemi dan hiperglikemi. Keadaan gawat darurat hiperglikemia terdiri dari Keto Asidosis Diabetik (KAD), Hiperosmolar Non Ketotik (HNK) dan Asidosis Laktat (AL) (Soegondo,et al., 2015). Kronik DM pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh tubuh (angiopati diabetik). Angiopati dibagi 2 yaitu makroangiopati (makrovaskular) dan mikroangiopati (mikrovaskular) (IDF, 2015). Penyakit kardiovaskuler dan Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu bentuk komplikasi makroangiopati dan menjadi penyebab utama kematian pada diabetes, akuntansi di sebagian besar populasi untuk 50% atau lebih dari semua kematian diabetes, dan banyak kecacatan. Jenis-jenis penyakit kardiovaskuler yang menyertai diabetes meliputi angina, infark miokard (serangan jantung), stroke, penyakit arteri perifer, dan congestive heart failure (CHF) (IDF, 2015).

14 Di hampir setiap negara berpenghasilan tinggi, diabetes adalah penyebab utama kebutaan, gagal ginjal dan amputasi ekstremitas bawah. Diabetes juga sekarang salah satu penyebab utama kematian, terutama karena risiko nyata peningkatan penyakit jantung koroner dan stroke (penyakit kardiovaskular) (IDF, 2015). f. Penatalaksanaan Penatalaksanaan DM dikenal dengan empat pilar penatalaksanaan DM terdiri atas edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, serta intervensi farmakologis (Ndraha, 2014; Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI, 2011; Yunir, 2010). 2. Kadar Trigliserida a. Definisi Beberapa senyawa kimia di dalam makanan dan tubuh diklasifikasikan sebagai lipid. Lipid ini meliputi (1) Lemak netral yang dikenal juga dengan trigliserida; (2) fosfolipid; (3) kolesterol; dan (4) beberapa lipid lain yang kurang penting. Trigliserida dipakai dalam tubuh terutama untuk menyediakan energi bagi berbagai proses metabolik, suatu fungsi yang hampir sama dengan fungsi karbohidrat. Akan tetapi, beberapa lipid terutama kolesterol, fosfolipid, dan sejumlah kecil trigliserida, dipakai untuk membentuk semua membran sel dan untuk melakukan fungsi-fungsi sel lain (Guyton, 2007). Lebih dari 95% seluruh lipid di dalam plasma berada dalam bentuk lipoprotein. Lipoprotein ini merupakan partikel kecil, lebih kecil dari

15 kilomikron tapi komposisinya secara kualitatif sama yaitu mengandung trigliserida, kolesterol, fofolipid, dan protein. Konsentrasi lipoprotein dalam plasma rata-rata sekitar 700 mg/dl. Lipoprotein dapat dipecahkan menjadi unsur tunggal penyusunnya sebagai berikut: Tabel 1. Kadar unsur tunggal penyusun lipoprotein mg/dl plasma Trigliserida 160 Kolesterol 180 Fosfolipid 160 Protein 200 Sumber: Guyton (2007) Berikut adalah Klasifikasi Trigliserida (satuan dalam mg/l): Tabel 2. Kadar trigliserida Trigliserida Kurang dari 150 Normal 150-199 Batas normal tertinggi 200-499 Tinggi Sama dengan atau lebih dari 500 Sangat tinggi Sumber: Yayasan Jantung Indonesia (2003) Setidaknya tujuh hormon yang disekresi oleh kelenjar endokrin berpengaruh nyata terhadap pemakaian lemak. Apabila insulin tidak tersedia, glukosa tidak memasuki sel lemak dan sel hati secara memuaskan, sehingga hanya asetil-koa dan NADPH yang diperoleh dari glukosa untuk keperluan sintesis lemak, kemudian kekurangan glukosa dalam sel lemak sangat mengurangi α-gliserofosfat dan menyulitkan jaringan untuk membentuk trigliserida. Pelepasan epinefrin, norepinefrin, kortikotrpin, glukokortikoid dapat secara langsung mengaktifkan trigliserida lipase peka-hormon yang terdapat

16 jumlah berlebihan dalam lemak, dan hormon ini menyebabkan pemecahan trigliserida yang sangat cepat dan mobilisasi asam lemak, selain itu ada juga hormon pertumbuhan dan hormon tiroid (Guyton, 2007). b. Hubungan Trigliserida pada DM tipe 2 Resistensi insulin pada DM tipe 2 memiliki beberapa efek pada metabolisme lemak. Keadaan resistensi insulin, hormon sensitif lipase di jaringan adiposa akan menjadi aktif sehingga lipolisis TG di jaringan adiposa semakin meningkat. Keadaan ini akan menghasilkan FFA yang berlebihan. FFA akan memasuki aliran darah, sebagian akan digunakan sebagai sumber energi dan sebagian akan dibawa ke hati sebagai bahan baku pembentuk TG. Di hati FFA akan kembali menjadi TG kembali dan menjadi bagian dari VLDL.VLDL yang dihasilkan pada keadaan resistensi insulin akan sangat kaya dengan TG (Thevenod, 2008). Kadar TG yang tinggi pada DM karena hiperglikemia merupakan manifestasi gangguan metabolisme karbohidrat, apabila tidak tertanggulangi, maka segera diikuti gangguan metabolisme lemak atau dislipidemia. Dislipidemia adalah suatu kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar TG dan kolesterol yang disebabkan oleh diabetes terutama diabetes tidak terkontol (Thevenod, 2008). Diabetik dislipidemia dihubungkan dengan peningkatan kolesterol TG, LDL dan penurunan HDL. Hipertrigliserida merupakan perubahan lipoprotein pada DM tipe 2. Perubahan tersebut disebabkan

17 hiperglikemia dan resistensi insulin sehingga (1) produksi berlebih VLDL TG (2) pembersihan tidak sempurna VLDL TG (3) penurunan aktivitas LpL dan (4) penurunan produksi apo B. Perubahan komposisi VLDL akan meningkatkan proporsi kolesterol dan ateroslerosis (Driyah, 2015). 3. Senam Latihan fisik atau olahraga merupakan bagian dari empat pilar penatalaksanaan DM dan strategi nonfarmakologis yang fundamental untuk tata laksana dan kontrol DM tipe 2 terhadap risiko penyakit kardiovaskular (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI, 2011; Mendes, 2015). Menurut Santoso (2008) dalam Suryanto (2009) olahraga yang dianjurkan untuk penderita DM adalah aerobic low impact dan ritmis salah satunya adalah senam yang bersifat aerobik. Senam berasal dari bahasa Yunani yakni gymnos yang memiliki arti telanjang atau secara lengkapnya untuk menerangkan bermacam-macam gerak yang dilakukan oleh atlet-atlet yang telanjang (Ridha, 2012). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) senam merupakan gerak badan dengan gerakan tertentu, seperti menggeliat, menggerakkan, dan meregangkan anggota badan (Alwi, 2001). Prinsip olahraga pada diabetes (orang dengan penyakit DM) sama saja dengan prinsip olahraga secara umum, yaitu yang memenuhi kriteria frekuensi, intensitas, time (durasi), type (jenis). Olahraga yang dilakukan hendaknya melibatkan otot otot besar dan sesuai dengan keinginan agar

18 manfaat olahraga dapat dirasakan secara terus menerus. Olahraga pada diabetesi lebih baik dilakukan secara teratur 3 5 kali dalam seminggu dengan durasi 30-50 menit. Jenis olahraga yang baik adalah jenis endurans (aerobik) untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda. Hal yang perlu diperhatikan setiap kali olahraga adalah tahap-tahap seperti pemanasan, inti, pendinginan dan peregangan (Soegondo, et al., 2015). a. Senam dan Trigliserida Akhir- akhir ini gaya hidup sehat menjadi salah satu trend di masyarakat. Terdapat berbagai macam latihan jasmani yang ditawarkan untuk memenuhi gaya hidup sehat tersebut. Salah satunya yaitu senam aerobik.senam aerobik merupakan latihan yang dilakukan dengan menggerakkan seluruh otot, terutama dengan otot besar dengan gerakan yang terus menerus, berirama dan berkelanjutan (Purwanto, 2011). Tabel 3. Jumlah pembakaran kalori berdasarkan jenis aktifitas fisik dan berat badan Jenis aktivitas fisik Berat Badan 60 kg 70 kg 80 kg 90 kg Aerobik, general 384 cal 457 cal 531 cal 605 cal Aerobik, intensitas rendah 295 cal 352 cal 409 cal 465 cal Aerobik, intensitas tinggi 413 cal 493 cal 572 cal 651 cal Berenang santai 354 cal 422 cal 490 cal 558 cal Bersepeda santai 236 cal 281 cal 327 cal 372 cal Peregangan 148 cal 176 cal 204 cal 233 cal Tai chi 236 cal 281 cal 327 cal 372 cal Berjalan atau berlari santai 148 cal 176 cal 204 cal 233 cal Sumber: Nutri Strategy (2015)

19 Tabel 3 merupakan gambaran jumlah pembakaran kalori setiap jam dengan beberapa aktivitas fisik bersifat aerobik. Kalori yang terbakar selama olahraga maupun senam dipengaruhi oleh berat badan, intensitas kerja, tingkat kesiapan dan metabolisme. Salah satu jenis senam aerobik yang direkomendasikan untuk diabetes adalah senam jantung. Senam jantung memiliki gerakangerakan yang diadaptasi dari berbagai gerakan olahraga yang bersifat aerobik sehingga diharapkan memiliki nilai aerobik yang sama dengan olahraga yang dimaksud. Sebuah penelitian yang dilakukan pada lansia di Panti Sosial Dan Lanjut Usia Tresna Werdha Natar Lampung Selatan menunjukkan bahwa ada pengaruh senam jantung sehat yang dilakukan dua kali seminggu, selama dua bulan terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa (nilai p = 0.0001) dengan rerata sebelum 138,70 mg/dl dan sesudah 121,85 mg/dl sehingga rerata penurunan sebesar 16,85 mg/dl atau 12,15% (Fakhruddin & Nisa, 2012). Jenis lain senam aerobik adalah senam zumba. Senam zumba merupakan senam berkelompok dengan unsur aerobik dan seni tari yang mengalami perkembangan sejak tahun 2012 (Marry, 2012). Berdasarkan penelitian Rembang et al (2015) diperoleh hasil yang menunjukkan perubahan yang signifikan dengan rerata kadar triglierida sebelum senam zumba 68,11 mg/dl dan rerata sesudah senam zumba 48,00 mg/dl dengan p = 0,001 (p<0,05) yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan senam zumba selama satu minggu terhadap

20 kadar trigliserida darah. Dalam penelitian ini terdapat sampel sebanyak 19 orang dan setiap orang melakukan senam zumba secara rutin dan teratur setiap hari selama satu bulan dengan panduan dari instruktur selama 60 menit tanpa berhenti (Rembang, et al., 2015). Ada juga senam sehat diabetes, pada penelitian dengan kelompok penderita DM tipe 2 berjumlah 14 orang yang diberikan intervensi senam sehat diabetes berdurasi 30-60 menit dengan frekuensi tiga kali dalam seminggu selama satu bulan dan intensitas 60-80% denyut jantung maksimum, terjadi penurunan rata-rata kadar kolesterol total sebanyak 48,357 mg/dl serta penurunan kadar LDL sebanyak 46,5 mg/dl yang berarti signifikan secara statistik (p<0,05). Sedangkan penurunan rata-rata kadar trigliserida sebanyak 38,57 mg/dl dan peningkatan rata-rata kadar HDL 3,74 mg/dl tidak signifikan secara statistik (p>0,05), yang tidak ada pengaruh senam sehat diabetes melitus terhadap kadar trigliserida dan HDL pada penderita DM tipe 2 (Karinda, 2013). Penelitian senam lain yang dilaksanakan di RS Persadia Jogja dengan jumlah sampel 30 orang, setiap orang melakukan senam selama satu bulan, dengan maksimal melakukan senam setiap hari atau 7x seminggu dan paling sedikit 1x seminggu. Berdasarkan hasil uji statistik frekuensi senam diabetes dengan kadar kolesterol menunjukkan p = 0,481 (p> 0,05). Hal ini berarti tidak ada hubungan antara frekuensi senam diabetes dengan kadar kolesterol (Damayanti, 2015).

21 Selain senam aerobik dan senam diabetes melitus, terdapat satu senam yang sedikit berbeda dengan senam sebelumnya, yaitu senam kaki. Senam yang hanya menggerakkan bagian kaki ini bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi darah sehingga nutrisi ke bagian jaringan tubuh menjadi lebih lancar, memperkuat otot- otot kecil, otot betis dan otot paha serta mengatasi keterbatasan gerak sendi yang dialami oleh penderita diabetes melitus. Hasil penelitian yang dilakukan di Magelang dengan jenis penelitian quasi eksperimen senam kaki yang dilakukan tiga kali seminggu, selama empat minggu terbukti dapat menurukan kadar glukosa darah sebesar 27,71mg/dl dengan p=0,000 (Priyanto, 2012). b. Senam ADUHAI Senam ADUHAI (Atasi Diabetes Untuk Hidup Sehat dan Ideal) yang merupakan senam yang terdiri dari gerakan- gerakan modifikasi senam kaki diabetik dan mencakup 3 tahapan yakni pemanasan (warming up), inti (conditioning) dan pendinginan (cooling down).senam ADUHAI dilakukan dengan posisi duduk tegak tanpa bersandar, hal ini bertujuan untuk mempermudah latihan jasmani. 1) Pemanasan (warming up), terdiri atas delapan gerakan a. Gerakan Satu Penderita duduk dengan posisi sempurna dan kaki menyentuh lantai. Pandangan lurus ke depan. Kepala ditengadahkan, lalu kepala diarahkan ke depan dan terakhir ditundukkan ke bawah. Gerakan dilakukan sebanyak 2 x 8 hitungan.

22 Gambar 1. Gerakan Satu b. Gerakan Dua Gambar 2. Gerakan Dua Setelah gerakan I, kepala ditolehkan ke arah kanan, lalu ke depan, dan terakhir ditolehkan ke arah kiri. Gerakan dilakukan sebanyak 2 x 8 hitungan. c. Gerakan Tiga Gambar 3. Gerakan Tiga

23 Kepala pada posisi lurus ke depan kemudian kepala dimiringkan ke kanan, luruskan, lalu dimiringkan ke kiri. d. Gerakan Empat Gambar 4. Gerakan Empat Lipat tangan kanan lalu simpan lengan kiri di belakang lipatan tangan kanan. Tahan selama 2 x 8 hitungan. Lalu lakukan hal yang sama pada arah sebaliknya yakni lipat tangan kiri lalu dimpan lengan kanan di belakang lipatan tangan kiri. Tahan posisi selama 2 x 8 hitungan. e. Gerakan Lima Gambar 5. Gerakan Lima

24 Penderita duduk dengan kaki menyentuh lantai. Dengan tumit yang diletakkan di lantai, jari-jari kedua kaki diluruskan keatas lalu dibengkokkan kebawah seperti cakar ayam sebanyak sepuluh kali. f. Gerakan Enam Gambar 6. Gerakan Enam Kaki tetap menyentuh lantai. Dengan meletakkan tumit kedua kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas. Kemudian jari-jari kedua kaki diletakkan di lantai dan tumit diangkatkan ke atas. Gerakan ini dilakukan sebanyak sepuluh kali. g. Gerakan Tujuh

25 Gambar 7. Gerakan Tujuh Kedua tumit diletakkan di lantai. Kemudian bagian ujung jari kaki diangkat ke atas dan buatlah gerakan memutar pada pergelangan kaki lalu letakkan kembali kedua bagian ujung jari kaki di lantai. Lakukan sebanyak sepuluh kali. h. Gerakan Delapan Gambar 8. Gerakan Delapan Kedua jari diletakkan di lantai. Kemudian kedua tumit diangkat dan buatlah gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki lalu letakkan kembali kedua tumit di lantai. Lakukan sebanyak sepuluh kali.

26 2) Gerakan Inti (conditioning) a. Gerakan Sembilan Gambar 9. Gerakan Sembilan Lengan & siku dilipat 90 o, diletakkan pada bagian depan tubuh. Kemudian, pindahkan lengan kearah luar, hingga sejajar dengan telinga. Arahkan kembali ke bagian tengah tubuh. Ulangi gerakan diatas dengan hitungan 2x8. b. Gerakan Sepuluh Gambar 10. Gerakan Sepuluh Pertemukan tangan kanan dan kiri pada bagian tengah tubuh, lalu rentangkan kedua tangan. Pertemukan kembali tangan dan kiri pada bagian tengah tubuh. Ulangi gerakan diatas dengan hitungan 2x8.

27 c. Gerakan Sebelas Gambar 11. Gerakan Sebelas Ayunkan dan silangkan lengan kanan anda ke bagian kiri tubuh selanjutnya ayunkan dan silangkan lengan kiri anda ke bagian kanan tubuh anda. Ulangi gerakan diatas dengan hitungan 2x8. d. Gerakan Dua Belas Gambar 12. Gerakan Dua Belas Letakkan tangan di pinggang, lalu gerakkan badan kearah kanan lalu kearah kiri. Ulangi gerakan diatas dengan hitungan 2x8. e. Gerakan Tiga Belas Gambar 13. Gerakan Tiga Belas

28 Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Lalu gerakan jari-jari kaki kedepan kemudian turunkan kembali secara bergantian, dimulai dari kaki kanan lalu kaki kiri. Ulangi gerakan ini sebanyak 10 kali. f. Gerakan Empat Belas Gambar 14. Gerakan Empat Belas Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan gerakkan ujung jari-jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali kelantai. g. Gerakan Lima Belas Gambar 15. Gerakan Lima Belas Angkat kedua kaki lalu luruskan. gerakkan ujung jari-jari kaki kearah wajah dan menjauhi wajah. lalu turunkan kembali kelantai.

29 Lakukan gerakan dengan kedua kaki kanan dan kiri secara bersamaan. Ulangi gerakan tersebut sebanyak 10 kali. h. Gerakan Enam Belas Gambar 16. Gerakan Enam Belas Selanjutnya luruskan salah satu kaki dan angkat, lalu putar kaki pada pergelangan kaki, lakukan gerakan seperti membuat lingkaran di udara. Lakukan gerakan dengan kedua kaki kanan dan kiri secara bergantian. Ulangi gerakan tersebut sebanyak 10 kali. 3) Gerakan Pendinginan (Cooling Down) a. Gerakan Tujuh Belas Gambar 17. Gerakan Tujuh Belas Pada Gerakan Satu,rentangkan kedua tangan sejajar dengan bahu anda. Kemudian gerakan badan kearah kanan dan

30 lanjutkan ke kiri dengan posisi tangan tetap sejajar dengan bahu. Ulangi gerakan diatas dengan hitungan 2x8. b. Gerakan Delapan Belas Gambar 18. Gerakan Delapan Belas Pada gerakan kedua,rentangkan tangan seperti pada gambar. Kemudian arahkan keatas hingga posisi sumbu 90 dan temukan kedua telapak tangan seperti akan menepuk. Selanjutnya dilanjutkan dengan menurunkan hingga sejajar dengan dada. Ulangi gerakan diatas dengan hitungan 2x8.

B. Kerangka Teori 31

32 C. Kerangka Konsep Diabetes Melitus Tipe 2 Senam ADUHAI Trigliserida sebelum senam ADUHAI (pre-) Trigliserida sesudah senam ADUHAI (post-) D. Hipotesis H0: Tidak terdapat penurunan kadar trigliserida pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 di kelompok Persatuan Diabetes Indonesia (PESADIA) RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 antara sebelum dan sesudah senam ADUHAI. H1: Terdapat penurunan kadar trigliserida pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 di kelompok Persatuan Diabetes Indonesia (PESADIA) RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 antara sebelum dan sesudah senam ADUHAI.