PENYEDIAAN AIR BAKU ANTAR PULAU Studi Kasus Pembangunan Unit Air Baku Rum dan Maitara Provinsi Maluku Utara

dokumen-dokumen yang mirip
PENYEDIAAN AIR BAKU ANTAR PULAU Studi Kasus: Pembangunan Unit Air Baku Rum dan Maitara Provinsi Maluku Utara

ANALISA HIDROLIS SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DI DESA NOGOSARI PACITAN

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAWASAN PERUMAHAN GRIYA PEMULA (WELONG ABADI) KECAMATAN PALDUA MANADO

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin. sebagai penggerak mekanik melalui unit transmisi mekanik.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA

Rencana Distribusi dan Operasi Air Bersih dari Embung Kalisat Untuk Masyarakat Desa Kalisat Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan

PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI

JARINGAN AIR BERSIH DESA TIRTOMULYO KENDAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

DESAIN SISTEM JARINGAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PEDESAAN (STUDI KASUS DESA WAREMBUNGAN)

LAPORAN TUGAS AKHIR. PERENCANAAN PEMENUHAN AIR BAKU DI KECAMATAN GUNEM KABUPATEN REMBANG ( Design Of Raw Water Supply In Gunem District, Rembang )

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI SOFTWARE WATERCAD UNTUK PERENCANAAN JARINGAN PIPA DI PERUMAHAN PUNCAK BOROBUDUR KOTA MALNG

BAB II LANDASAN TEORI. pelayanannya dapat menggunakan Sambungan Rumah (SR), Sambungan Halaman

BAB 1 Pendahuluan. Secara umum air yang terdapat di alam yang dapat dikonsumsi oleh manusia bersumber dari:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sub Kompetensi. Pengenalan dan pemahaman pengembangan sumberdaya air tanah terkait dalam perencanaan dalam teknik sipil.

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA PILOLODAA KOTA GORONTALO

STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A)

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BAKU DI PDAM NANGA PINOH KABUPATEN MELAWI

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :

1. DEFINISI BENDUNGAN

EVALUASI TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR BERSIH PADA PDAM TIRTA MON PASE INSTALASI MEUNASAH REUDEUP KABUPATEN ACEH UTARA

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SEA KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA

DESAIN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN TINOOR

Studi Evaluasi dan Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih PDAM Unit Pakis Menggunakan Paket Program WaterCAD

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH KELURAHAN KAYAWU KOTA TOMOHON

TINJAUAN SISI OPERASI WADUK DALAM MENUNJANG INTENSITAS TANAM

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ALTERNATIF PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA SEA KOTA MANADO

PENELITIAN AIRTANAH UNTUK PENGEMBANGAN DAERAH IRIGASI DI NAINGGOLAN PULAU SAMOSIR TESIS. Oleh HOBBY PARHUSIP NIM :

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KECAMATAN POSO KOTA SULAWESI TENGAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA MOTONGKAD UTARA KECAMATAN NUANGAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR

Kata Kunci : IPA Penet, Daerah Layanan, Jaringan Distribusi Utama, Suplesi dan software WaterNet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

4.1. PENGUMPULAN DATA

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA DUMOGA II KECAMATAN DUMOGA TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SULUUN SATU KECAMATAN SULUUN TARERAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah

Analisis Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Tulungagung

PENINGKATAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN PINARAS

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR DAN JARINGAN TRANSMISI

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

BAB II STUDI PUSTAKA

TPAM SLIDE 7 SISTEM DISTRIBUSI. Prepared by Yuniati, PhD

PENINGKATAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN WOLOAN SATU UTARA KECAMATAN TOMOHON BARAT KOTA TOMOHON

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Di Desa Manembo Kecamatan Langowan Selatan Kabupaten Minahasa

PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN SISTIM DISTRIBUSI AIR BERSIH KOTA WEDA KABUPATEN HALMAHERA TENGAH

ABSTRAK Faris Afif.O,

PRADESAIN PENYEDIAAN AIR BERSIH DENGAN POMPA TENAGA ANGIN DI WILAYAH GRIGAK, GUNUNG KIDUL. Laporan Tugas Akhir

BAB VI ANALISIS SUMBER AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

Studi Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih di Desa Purwosari Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal Jawa Tengah

ABSTRAK. : SPAM Kampus, Sistem Pengaliran Kombinasi, Pompa, Menara Reservoir, WaterNet

REKAYASA HIDROLOGI SELASA SABTU

Gambar 4. Keadaan sebelum dan sesudah adanya pengairan dari PATM

BAB I PENDAHULUAN I-1

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA MALIAMBAO KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : Air Baku, Spillway, Embung.

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

Gambar-III-2.4 Sistem Pangadaan Air Tengah dan Kondisi Saat Ini dari IPA Rencana

PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik

JURNAL TUGAS AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL DEBIT ALIRAN AIR TANAH PADA KONDISI AKUIFER BEBAS DAN AKUIFER TERTEKAN

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN

BAB I PENDAHULUAN...1

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DESA LOBONG, DESA MUNTOI, DAN DESA INUAI KECAMATAN PASSI BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT IPALS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

POTENSI AIR TANAH DI PULAU MADURA

STUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI

SIMULASI PIPA TRANSMISI AIR BAKU DARI SUMBER AIR SUNGAI JURONG 2 KE PDAM TIRTA DHARMA DURI

BAB I PENDAHULUAN. dalam kuantitas dan kualitas tertentu untuk menopang kehidupannya. Penambahan

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA RANOLAMBOT KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT KABUPATEN MINAHASA

BAB II LANDASAN TEORI. ketersediaan air dengan tingkat pemenuhan yang dapat ditelorir di daerah yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

STUDI EVALUASI DAN PENGEMBANGAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PDAM KOTA MALANG PADA KECAMATAN KEDUNGKANDANG

Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan

ANALISA SISTEM JARINGAN PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH KECAMATAN LUBUK DALAM KABUPATEN SIAK (Studi Kasus: Kecamatan Lubuk Dalam Kabupaten Siak)

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JARINGAN PIPA UTAMA PDAM KABUPATEN KENDAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

STUDI PERENCANAAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KECAMATAN NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG ABSTRAK

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

Transkripsi:

PENYEDIAAN AIR BAKU ANTAR PULAU Studi Kasus Pembangunan Unit Air Baku Rum dan Maitara Provinsi Maluku Utara Adi martha kurniawan 1 Argie Rinaldy 2 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Email: Kadimartha@gmail.com 1, argie.rinaldy@gmail.com 2 Abstract Raw water supply is one of the important needs in supporting the quality of life of the community, Maitara island is part of the administrative area of Tidore Islands with a population density reaches 59 inhabitants per km 2, Maitara island an area being developed for tourism purposes so that the raw water requirement will increase while the productivity level of groundwater in the island is small so it needs serious handling to support the economy at the site level. The distribution of raw water from one island to another that has much groundwater production can be used to support water security in its neighboring island that the island did not have a water deficit from increasing human activities. Raw water distribution using piping technology can be selected on the island of handling water resistance in Maitara island to distribute raw water from Tidore island that can support human activities on the island. Raw water supply is done with a piping system by making the surface water source by building intercepts such as weirs and intake which subsequently flowed into tubs sand filter and routed to the reservoir on Maitara island with the installation of HDPE pipe size 315 mm ground and 110 mm HDPE pipe on the seabed. So with support of water distribution from Tidore island to Maitara island it can be increased the water resistance of during the dry season. Keywords: raw water, piping, islands, reservoir, seabed Abstrak Penyediaan air baku merupakan salah satu kebutuhan penting dalam mendukung kualitas hidup masyarakat, pulau Maitara merupakan bagian dari wilayah administrasi Kota Tidore Kepulauan dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 59 jiwa per km 2, Pulau Maitara merupakan wilayah yang dikembangkan untuk tujuan pariwisata sehingga kebutuhan air baku akan meningkat sedangkan tingkat produktivitas air tanah di pulau tersebut tergolong kecil sehingga dibutuhkan penanganan yang serius untuk mendukung penyediaan air baku di lokasi tersebut. Pendistribusian air baku dari satu pulau ke pulau yang memiliki tingkat produksi air tanah lebih tinggi dapat digunakan untuk mendukung ketahanan air di pulau tetangganya sehingga pulau tersebut tidak mengalami defisit air dari peningkatan aktivitas manusia. Pendistribusian air baku dengan teknologi perpipaan dasar laut dapat dijadikan pilihan penanganan ketahanan air di pulau Maitara dengan mendistribusikan air baku dari pulau Tidore menuju pulau Maitara. Penyediaan air baku dilakukan dengan sistem perpipaan dengan pengambilan pada sumber air permukaan dengan bangunan penyadapan berupa bendung dan bangunan pengambilan (intake) yang selanjutnya dialirkan menuju bak penyaring pasir dan kemudian ditamoung pada bak penampung (reservoir) di pulau Maitara dengan instalasi pipa HDPE ukuran 315 mm di permukaan tanah dan pipa HDPE 110 mm di dasar laut. Sehingga dengan adanya unit air baku dengan dukungan pulau Tidore maka pulau Maitara dapat meningkatkan ketahanan air pada saat musim kemarau. Kata kunci: air baku, perpipaan, kepulauan, reservoir, dasar laut Jurnal INFRASTRUKTUR 1-29

1. PENDAHULUAN Penyediaan air baku untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni mempunyai per-anan dalam menurunkan angka penderita penyakit, khususnya yang berhubungan dengan air, dan berperan dalam meningkatkan standar atau kualitas hidup masyarakat. Pulau Maitara terletak di antara Pulau Tidore dan selatan Pulau Ternate, atau Iebih tepatnya berada di Kota Tidore Kepulauan yang secara administrasi masuk kedalam Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan Propinsi Maluku Utara. Pulau Maitara merupakan pulau kecil yang berpenduduk. Pulau ini terdapat 4 (empat) desa yang terbentuk pada bulan Juli 2013 terdiri dari Desa Maitara Selatan. Maitara Tengah. Maitara Utara dan Desa Maitara. Pada pulau Maitra Profinsi Maluku Utara tersebut, memiliki ciri khas dengan bentuk kepulauan dengan pulau utama yakni pulau Halmahera dan ratusan pulau pulau kecil yang memiliki permasalahan masing masing. Bidang pengelolaan sumber daya air,khususnya penyediaan air baku untuk penduduk di pulau pulau kecil harus mempertimbangkan bagaimana ketersedia-an air baku terhadap kebutuhan air dilokasinya sehingga tidak terjadi krisis air yang sangat berguna untuk mendukung kehidupan masyarakat yang berada di pulau tersebut Aliran air permukaan yang terdapat dipulau tersebut, berasal dari mata air yang mana aliran airnya berasal dari gunung bukit ke laut dan hanya mengalir pada saat musim hujan. Sedangkan rawa dengan luasan yang relatif kecil yang ada di Pulau Poat dan tersebar di beberapa lokasi, serta terbentuk secara alami telah banyak ditumbuhi berbagai tanaman. Sumber mata air yang ada di pulau ini, juga cukup banyak dan setiap desa telah memiliki sumber mata air yang digunakan oleh warga untuk kebutuhan sehari hari seperti mandi, cuci dan kebutuhan air minum. Akan tetapi penyediaan air baku yang di Pulau Maitara Provinsi Maluku Utara tersebut belum prima. Saat ini warga pulau Maitara di kabupaten Tidore mengalami kesulitan dalam memperoleh sumber air bersih sehingga masyarakat hanya mengandalkan tampungan air hujan pada bak penampung. Namun, Keberadaan bak penampung air hujan tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan air bersihnya karena kebutuhannya tidak sebanding dengan jumlah penduduk Maitara. Permasalahan kurangnya air baku yang terjadi di pulau Maitara pada saat musim kemarau, dikarenakan air permukaan hanya tersedia pada saat musim hujan saja dan potensi produktivitas air tanah (PAT) relatif kecil pada pulau pulau kecil seperti pulau Maitara. Akibatnya, masyarakat mengambil air bersih dari pulau Tidore dengan menggunakan kapal laut (transportasi laut). Hal ini tidak bisa dilakukan terus menerus karena biaya yang diperlukan untuk membawa air bersih menjadi sangat besar dan mahal. Berdasarkan pada kasus kasus penyediaan air bersih yang terjadi di pulau Maitara ini seperti pada uraian diatas, maka perlu dicarikan solusi pemecahan dan penanganan penyediaan air bersih di pulau Maitara terutama pada saat musim kemarau atau saat defisit air bersih terjadi. Hail ini dimaksudkan agar supaya kualitas hidup masyarakat penghuni pulau tersebut dapat menjadi lebih baik atau meningkat. Dengan kata lain, upaya tersebut ditujukan guna tercapainya ketersediaan air bersih dan menunjang keandalan penyediaan air bersih baik untuk mencukupi kebutuhan domestik dan perkotaan maupun untuk penyediaan air baku untuk kebutuhan lainnya. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Sumber Air 1.1.1. Air Air permukaan adalah semua air yang berada diatas tanah, air ini meliputi air yang ada pada sungai, danau, waduk dan penampung air lainnya. Dimana air sebagai diamanatkan oleh undang undang dasar 1945 air harus dipergunakan untuk sebesar besarnya kesejahteraan rakyat. 1.1.2. Air Tanah Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah yang membentuk itu dan di dalam retak-retak dari batuan. Yang terdahulu disebut air lapisan dan yang terakhir disebut air celah (sosrodarsono, 1976:93). Adapun karakteristik 2 (dua) Jenis akuifer bebas dan terkekang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut Tabel 1. Karakteristik Air Tanah Bebas dan Terkekang Akuifer air tanah air di sumur Air Bebas Mempunyai hubungan dengan zona aerasi Batas antara zona aerasi dan zona jenuh adalah tanah bebas air bebas berubah ubah perlahan oleh pemompaan atau berhenti Air Terkekang Ditutup dengan lapisan kedap air air terkekang Variasi permukaan air terkekang menyebar secepat kecepatan suar 1-30 Jurnal INFRASTRUKTUR

Jari jari pengaruh Air Bebas 150 500 m, terbesar 1000 m Air Terkekang 500 1000 m, untuk jari jari pengaruh sampai beberapa km Akuifer dibedakan menjadi dua jenis yaitu: 1. Akuifer Bebas 2. Akuifer Terkekang 1.1. Kebutuhan Air Kebutuhan air adalah jumlah air yang dipergunakan secara wajar untuk keperluan pokok manusia (domestik) dan kegiatan kegiatan lainnya yang meme-rlukan air. Pada umumnya banyak diperlukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pemakaian air oleh masyarakat tidak terbatas pada keperluan domestik, namun untuk keperluan industri dan keperluan perkotaan. Besarnya pemakaian oleh masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti tingkat hidup, pendidikan, tingkat ekonomi dan kondisi sosial. Dengan demikian, dalam perencanaan suatu sistem penyediaan air, kemungkinan penggunaan air dan variasinya haruslah diperhitungkan secermat mungkin (Linsley, 1996:91). Pada air permukaan bangunan pengambilan biasanya menggunakan bangunan penyadapan (bendung) atau bangunan pengambilan langsung (free intake) pada kasus danau / penampung air pengambilan air dilakukan dengan cara pemompaan atau pembuatan bangunan pengambilan langsung sedangkan untuk pengambilan air dari sumur digunakan pompa untuk mengalirkan air dari dalam tanah menuju bak penampung (reservoir). Standar yang digunakan untuk desain pembuatan bendung (weir) dan bangunan pengambilan bebas (free intake) mengacu pada kriteria perencanaan irigasi pada bagian desain bendung (KP-02). 1.4. Hidrolika Perpipaan Aliran suatu fluida dalam sistem perpipaan mengikuti beberapa hukum fisika, salah satu hukum yang terkenal dalam sistem perpipaan adalah hukum kekekalan energi (hukum bernoulli) dimana dijelaskan bahwa energi didalam suatu sistem perpipaan akan mengalami perubahan atau kehilangan energi dikarenakan adanya perubahan bentuk geometeri atau kekasaran pipa. Sedangkan Hubungan antara energy dalam system pipa dapat dilihat pada Gambar 1. Berikut ini Kebutuhan air baku umumnya dibagi atas dua kelompok yaitu: 1. Kebutuhan Domestik 2. Kebutuhan Non Domestik 1.2. Distribusi Air Baku Sistem distribusi air baku menggunakan air yang berada pada permukaan atau pada bawah permukaan (air tanah) dengan tingkat keandalan 95% untuk air permukaan sedangkan untuk pengambilan air tanah harus memperhatikan kemam-puan sumur terhadap penurunan air tanah dengan melakukan uji pemompaan (pumping test). Dalam pendisitribusian air baku, perencanaan bangunan bangunan seperti: 1. Bangunan pengambilan (intake) 2. Bak penyaringan 3. Pipa distribusi 4. Bak penampung (reservoir) 5. Bangunan pelengkap 1.3. Bangunan Pengambilan Air Dan Penampung Air Bangunan pengambilan air untuk penyediaan air baku bisa memanfaatkan aliran air sungai, danau, situ, sumur, waduk dan penampung air lainnya. Gambar 1. Hubungan energi dalam sistem pipa Hukum Bernoulli ditulis dalam persamaan: (Mays, Lary W. 2004): P 1 / +V 12 /2g + z 1 = P 2 / +v 22 /2g + z 2 + h f Dimana: P 1 dan P 2 V 1 dan V 2 g Z h f : Tekanan : Berat Jenis Fluida : Kecepatan Aliran Fluida : Percepatan Gravitasi Bumi : Datum : Kehilangan Energi Kehilangan energi dalam pipa dibagi menjadi dua yaitu: 1. Kehilangan energi mayor 2. Kehilangan energi minor Kehilangan energi mayor disebabkan akibat adanya kekasaran bahan material pipa pembawa dan kehilangan energi minor disebabkan oleh perubahan geometeri, belokan, penyempitan atau pelebaran Jurnal INFRASTRUKTUR 1-31

pipa dan adanya katup (valve). 3. Reel ray (intermediate to deep) Kehilangan energi mayor dapat dihitung dengan menggunakan beberapa rumus yaitu (Mays, Lary W. 2004): 1. Rumus darcy weisbach 2. Rumus hazen william Dimana : hf L V : Kehilangan Energi (m) : Panjang Pipa (m) : Kecepatan Aliran (m/det) Gambar 3. Pemasangan tipe J-lay g : Percepatan Gravitasi (m/det 2 ) D Q C f : Diameter Pipa (m) : Debit Aliran (m 3 /det) : Koefisien Kekasaran Menurut HW : Koefisien Kekasaran Menurut DW Kehilangan energi minor dapat dihitung dengan menggunakan rumus universal yaitu (Mays, Lary W. 2004): Dimana : hf K V h f = k. V/2g : Kehilangan Energi (m) : Koefisien Kehilangan : Perubahan Kecepatan (m/det) g : Percepatan Gravitasi (m/det 2 ) 2.7. Pipa Bawah Lepas Pantai (Offshore Pipelines) Dalam merencanakan pipa transmisi lepas pantai hal hal yang harus diperhatikan adalah: 1. Diameter dan tebal pipa 2. Panjang pipa 3. Ketahanan hidrodinamik dasar laut 4. Jenis material pipa 5. Pelindung pipa 6. Pemberat 3. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah metode kualitatif dengan melakukan pengumpulan data data primer dan sekunder untuk memberikan penyelesaian masalah ketahanan air baku di pulau Maitara. Gambar 2. Pemasangan metode S-lay Menurut Guo Boyun dkk pada bukunya offshore pipelines metode sistem instalasi pipa pada area lepas pantai adalah (Guo Boyun.2005): 1. S-lay (shallow to deep) 2. J-lay (intermediate to deep) Adapun data data yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah: 1. Data kondisi sosial dan ekonomi 2. Data ketersediaan air (air permukaan dan air tanah) 3. Data kependudukan 1-32 Jurnal INFRASTRUKTUR

4. HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN air baku dibangun dengan komponen bangunan Gambar 4. Peta Produksi Akuifer Provinsi Maluku Utara Dari hasil studi didapatkan untuk mengatasi permasalahan air baku pada saat musim kemarau di pulau Maitara dan juga mengingat prodiuksi air tanah di pulau tersebut memiliki tingkat produksi kecil maka diputuskan untuk menyalurkan debit air dari pulau Tidore menuju Pulau Maitara dengan menggunakan sistem perpipaan permukaan dan sistem perpipaan lepas pantai (offshore). sebagai berikut: 1. Bangunan Pengambilan Bangunan pengambilan didesain dengan menggunakan bangunan penyadapan sungai tipe bendung (weir) dengan pintu pengambilan (intake) pada elevasi +152 mdpl. Gambar 5. Pembangunan Bangunan Pengambilan Debit air yang digunakan untuk air baku pulau Maitara berasal dari air permukaan (sungai) mengingat potensi air tanah pada pulau Tidore yang produktif dipergunakan untuk konsumsi masyarakat di pulau tersebut. Pembangunan unit air baku dilakukan dengan melakukan sistem distribusi perpipaan dengan cara penyaluran gravitasi dari sumber air menuju ke bak tampungan (reservoir) di pulau Maitara, sistem unit 2. Bak Penyaring Pasir Setelah bangunan pengambilan air disalurkan menuju bak penyaring pasir untuk mengendapkan sedimen yang berlebihan, bak penyaring didesain dengan kapasitas volume tampungan sebesar 650 m 3 pada elevasi +145 mdpl didekat sumber air. Jurnal INFRASTRUKTUR 1-33

Gambar 8. Bak Penampung (Reservoir) 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Gambar 6. Pembangunan Bak Penyaring Pasir 3. Sistem Perpipaan Sistem perpipaan menggunakan dua jenis pemasangan yaitu : a. pipa permukaan jenis pipa yang digunakan adalah pipa HDPE dengan diameter 315 mm dengan panjang 4570 m dengan 6 buah jembatan pipa di pulau Tidore dan pipa HDPE diameter 315 mm dengan panjang 3590 m di pulau Maitara. Adapun kesimpulan dari studi ini adalah: 1. Perlu adanya kontrol pemakaian air untuk kebutuhan domestik sehi-ngga keseimbangan air dapat terjaga pada suatu wilayah dengan memperhatikan daya dukung wilayah. 2. Pembangunan unit air baku Pulau Maitara dilakukan dengan mengalirkan air dari pulau Tidore menuju pulau Maitara dengan sistem perpipaan yang menggunakan en-ergi gravitasi. 3. Daya dukung wilayah seperti ketahanan air bisa dioptimalkan dengan sistem distribusi terhadap pulau / wilayah sekitarnya sehingga terwujud daya bantu untuk saling mendukung kapasitas dukung wilayah. 5.2. Saran Adapun saran dari studi ini adalah: 1. Perlu dilakukan pemetaan potensi Dan ketahan air terhadap musim kemarau sehingga dapat diketahui daya dukung wilayah terhadap ketahanan air. 2. Perlu dilakukan studi interkoneksi antar pulau dalam lingkup kepulauan dalam meningkatkan daya dukung wilyah. DAFTAR PUSTAKA Guo, Boyun dkk. 2005. Offshore pipelines. Burlington: Elsevier Gambar 7. Pemasangan Pipa b. pipa lepas pantai jenis pipa yang digunakan adalah pipa HDPE dengan diameter 110 mm (tipe roll 3 jalur) pada bawah laut dengan panjang 4800 m dengan pemasangan pemberat setiap 10 m, metode instalasi yang digunakan adalah metode S-lay untuk pemasangan pipa lepas pantai. 4. Bak Penampung (reservoir) Bak penampung unit air baku pulau Maitara dibangun dengan kapasitas volume penyimpanan air sebesar 350 m 3 pada elevasi +50 mdpl Linsley, Ray K, dan Yoseph B. Franzini. 1996. Teknik Sumber Daya Air. Jilid I. Jakarta: Erlangga Mays, Lary W. 2004 Hydraulic Design Handbook. New York: Mc graw hill Sosrodarsono, Suyono dan Takeda, Kensaku. 1976. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya Paramita Departemen Pekerjaan Umum, 1986. Kriteria Perencanaan Irigasi. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum 1-34 Jurnal INFRASTRUKTUR