Gambar 1 Tanaman P. guajava var. pomifera Sumber: Parimin (2007)

dokumen-dokumen yang mirip
APLIKASI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI DAGING BUAH MERAH (Psidium guajava var. pomifera) PADA PROSES TRANSPORTASI IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

TINJAUAN PUSTAKA. (Geneticaly Improvement of Farmed Tilapia). Klasifikasi ikan nila GIFT menurut. Khoiruman dan Amri (2005) adalah sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya ikan nila semakin diminati oleh pembudidaya ikan air

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan nila merah adalah sebagai berikut:

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SRIKANDI

II. TINJAUAN PUSTAKA

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang memiliki bentuk

Gambar 1. Ikan nila (Oreochromis niloticus) Sumber: Kuncoro (2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi ikan koi (Cyprinus carpio) Ikan koi mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun1820, tepatnya di kota

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS. Oleh: Nama : Fandhi Achmad Permana NIM : Kelas : 11-S1TI-11 Judul : Bisnis Budidaya Ikan Nila

TINJAUAN PUSTAKA. nabati seperti bungkil kedelai, tepung jagung, tepung biji kapuk, tepung eceng

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Patin Siam ( Pangasius hypopthalmus 2.2. Transportasi Ikan

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila merah merupakan hasil hibridisasi antara ikan nila betina

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

Uji Organoleptik Ikan Mujair

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson) Sheedy (2006), klasifikasi ilmiah ikan Tenggiri yaitu :

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk spesies

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. komoditas ini diminati sebagai lobster hias. Beberapa tahun belakangan,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SALINA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOSISTEMATIK HEWAN. Kelas Pisces (Ikan)

I. PENDAHULUAN. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan tatanama ikan nila menurut Cholik et al. (2005), adalah sebagai

TRANSPORTASI BASAH BENIH NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN EKSTRAK BUNGA KAMBOJA (Plumeria acuminata) ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uji perbandingan. Komparasi juga merupakan salah satu metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele menurut Djatmika (1986) adalah sebagai berikut :

Pengemasan benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) pada sarana angkutan udara

I. PENDAHULUAN. lemak omega 3 yang ada pada ikan (Sutrisno, Santoso, Antoro, 2000).

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi, Habitat dan Kebiasaan Makan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Morfologi ikan jambal siam mempunyai badan memanjang dan pipih, punggung berduri dan bersirip tambahan serta terdapat garis lengkung mulai

BAB I PENDAHULUAN. Kenari merupakan Family dari Burseraceae. Famili ini terdiri dari 16

II. TINJAUAN PUSTAKA

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, di antaranya adalah ketela pohon,

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA

II. BAHAN DAN METODE

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

I. PENDAHULUAN. Ikan gurami ( Osphronemus gouramy L.) merupakan ikan air tawar yang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Pangasidae yang memiliki ciri-ciri umum tidak bersisik, tidak memiliki banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila berdasarkan Suyanto (2003) adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. ekonomis penting yang terdapat di perairan Indonesia. Ikan kerapu bernilai gizi

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

PENERAPAN TEKNIK IMOTILISASI BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN BANDOTAN (Ageratum conyzoides) PADA TRANSPORTASI BASAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULAN. kandungan protein per 100 gram-nya sebanyak 73,83 kadar air, protein 19,53,

Transkripsi:

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komposisi Kimia dan Aplikasi Daun P. guajava var. pomifera Jambu biji (Psidium guajava) merupakan salah satu produk hortikultura yang termasuk komoditas internasional. Lebih dari 150 negara membudidayakan tanaman tropis ini, diantaranya Jepang, India, Taiwan, Malaysia, Brasil, Australia, Filipina, dan Indonesia (Parimin 2007). P. guajava merupakan jenis tanaman yang berasal dari Amerika Selatan yang secara tradisional digunakan sebagai obat di beberapa bagian dunia untuk mengobati beberapa penyakit. Tanaman jambu biji memiliki dua varietas yang umum digunakan sebagai obat, antara lain jambu biji daging buah merah (P. guajava var. pomifera) dan jambu biji daging buah putih (P. guajava var. pyrifera) (Barbalho et al. 2012). Bagian tanaman yang paling sering dimanfaatkan sebagai obat herbal, antara lain daun, buah, kulit dan akar (Gutiérrez et al. 2008). Visualisasi tanaman jambu biji daging buah merah disajikan pada Gambar 1. Gambar 1 Tanaman P. guajava var. pomifera Sumber: Parimin (2007) Menurut Gutiérrez et al. (2008), dari sekian banyak bagian tanaman jambu biji yang dapat dimanfaatkan, bagian daunlah yang dinilai paling potensial dalam aplikasi farmakologi. Hal tersebut karena di dalam daun terkandung berbagai komponen aktif, diantaranya minyak esensial, flavonoid dan saponin yang dikenal dengan flavonoid avicularin dan 3-L-4pyranoside dengan kemampuan antibakterinya yang kuat serta beberapa substansi lainnya, misal lemak, selulosa, klorofil dan garam mineral. Studi kajian etno farmakologi menunjukkan bahwa daun jambu biji dimanfaatkan di berbagai belahan dunia sebagai antiinflamasi,

antidiabetes, antihipertensi, pengobatan pada luka, analgesik, dan efek antipiretik. 2.2 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Nila (O. niloticus) Ikan nila merupakan ikan ekonomis penting di dunia karena cara membudidayakannya yang mudah, rasa yang digemari, harga relatif terjangkau, dan memiliki toleransi yang luas terhadap lingkungan (Gustiano & Arifin 2010). Visualisasi morfologi ikan nila disajikan pada Gambar 2. Gambar 2 Ikan nila (O. niloticus) Sumber: Fishbase (2012) Klasifikasi ikan nila berdasarkan Trewavas (1983) dalam Suyanto (2008) termasuk dalam Filum: Chordata, Sub-Filum : Vertebrata, Kelas: Osteichthyes, Sub-Kelas: Acanthoptherigii, Ordo: Percomorphi, Sub-Ordo: Percoidea, Famili: Cichlidae, Genus: Oreochromis, dan Spesies: Oreochromis niloticus. Ciri morfologi ikan nila (O. niloticus), antara lain memiliki tubuh pipih ke samping memanjang, warna tubuh kehitaman, semakin ke perut semakin terang. Ikan nila memliki garis vertikal 9-11 buah bewarna hijau kebiruan. Sirip ekor memiliki 6-12 garis melintang yang ujungnya bewarna kemerah-merahan, sedangkan pada sirip punggung terdapat garis-garis miring. Ciri meristik ikan nila, antara lain jumlah sisik pada garis rusuk sebanyak 34 buah, jari-jari siripnya terdiri dari 17 jari-jari keras dan 13 jari-jari lunak pada sirip punggung, 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak pada sirip perut, 3 jari-jari keras dan 10 jari-jari lunak pada sirip anal, dan 8 jari-jari keras melunak pada sirip ekor (Kordi 2009). Ikan nila terdistribusi dibeberapa belahan dunia, diantaranya di Afrika bagian timur, yaitu Sungai Nil (Mesir), Danau Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Ikan ini lalu mulai diintroduksi ke negara-negara bagian Eropa, Amerika,

kawasan Timur Tengah, dan Asia (Suyanto 2008). Ikan nila diintroduksi dari Taiwan ke Indonesia pada tahun 1969. Jenis-jenis ikan nila yang didatangkan dari luar merupakan strain unggul dan melalui upaya tersebut diharapkan dapat memperbaiki mutu genetik ikan nila. Varietas strain nila yang didatangkan dari luar diantaranya, nila bewarna hitam yang didatangkan dari Thailand pada tahun 1989 (Chitralada), Filipina pada tahun 1994 dan 1997 (GIFT), sedangkan jenis nila merah didatangkan dari Thailand pada tahun 1989 (NIFI). Beberapa nila hasil pemuliaan di Indonesia, antara lain nila gesit, nila nirwana, nila larasati, dan nila BEST (Gustiano & Arifin 2010). Ikan nila terkenal sebagai ikan yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan hidupnya, misal salinitas. Ikan ini mampu hidup pada kisaran salinitas 0-35. Nilai ph habitat ikan nila, 6-8,5 dengan kisaran ph pertumbuhan optimalnya adalah 7-8. Suhu optimal lingkungan hidup ikan nila, 25-30ºC, sehingga ikan ini cocok untuk dipelihara di daerah dataran rendah hingga dataran yang agak tinggi (500 m dpl) (Suyanto 2008). 2.3 Moda Transportasi Ikan Nila Hidup Transportasi atau pengangkutan adalah suatu usaha menempatkan ikan dalam lingkungan baru yang berlainan dengan lingkungan asalnya disertai perubahan-perubahan sifat lingkungan yang sangat mendadak. Faktor yang paling berpengaruh dalam mencapai keberhasilan penanganan ikan hidup adalah perlakuan saat pengangkutan. Transportasi ikan hidup berdasarkan media yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu transportasi ikan hidup dengan menggunakan media air dan transportasi ikan hidup menggunakan media non-air (Junianto 2003). Pengangkutan ikan nila hidup umumnya dilakukan terhadap benih yang sistem pengangkutannya terbagi menjadi dua bagian, yaitu pengangkutan sistem basah terbuka dan sistem basah tertutup. Pada proses pengangkutan sistem terbuka, ikan diangkut menggunakan keramba, setiap keramba dapat diisi air bersih sebanyak 15 liter dan dapat mengangkut sekitar 5.000 ekor benih yang berukuran 3-5 cm. Metode ini umumnya dilakukan ketika mengangkut benih dalam jarak dekat. Sedangkan pengangkutan sistem tertutup umumnya dilakukan

untuk transportasi benih dalam jarak jauh, yang memerlukan waktu 4-5 jam. Pada jenis transportasi ini benih diangkut menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih sebanyak 5 liter yang diberi buffer Na(HPO 4 ).H 2 O sebanyak 9 g (Gustiano & Arifin 2010). Pengangkutan ikan nila konsumsi umumnya menggunakan metode yang sama halnya dengan pengangkutan benih. Wadah yang digunakan untuk mengangkut ikan hidup dapat dibuat lebih besar atau lebih banyak, baik dalam kantong plastik maupun dalam tong plastik. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak boleh terlalu padat. Untuk lama waktu pengangkutan 10 jam kepadatan berkisar 5-6 kg/kantong plastik. Apabila jarak yang ditempuh lebih dari 10 jam, maka gas harus diganti setiap 10 jam (Gustiano & Arifin 2010). 2.4 Fisiologi Ikan Nila selama Transportasi Hal utama yang paling menentukan keberhasilan kegiatan pemanenan ikan adalah proses transportasi yang sanggup mempertahankan kualitas produk hingga akhir tujuan (Serra et al. 2011). Selama proses transportasi berlangsung, ikan akan ditempatkan dalam lingkungan baru yang berlainan dengan lingkungan asalnya disertai perubahan-perubahan sifat lingkungan yang sangat mendadak. Perubahan lingkungan yang sangat mendadak dapat mengakibatkan ikan menjadi stres dan mengalami perubahan tingkah laku (hiperaktif) (Junianto 2003). Efekefek stimuli selama transportasi dapat menyebabkan meningkatnya sekresi katekolamin dan kortisol pada ikan. Stres adalah suatu keadaan saat suatu organisme tidak mampu mengatur kondisi fisiologis yang normal karena berbagai faktor yang merugikan yang mempengaruhi kondisi kesehatannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres ikan, antara lain stresor kimiawi (kualitas air buruk: DO rendah, ph tidak sesuai; polusi; komposisi pakan; dan senyawa nitrogen berupa sisa metabolisme), stresor fisik (suhu lebih tinggi atau lebih rendah, cahaya berlebih atau kurang, suara, dan gas-gas terlarut), stresor biologis (densitas populasi terlalu tinggi, multikultur, parasit, dan keberadaan mikroba), dan stresor prosedural (penanganan, pengiriman/transportasi, penanganan penyakit) (Irianto 2005). Stres fisiologis akan terakumulasi ketika ikan dipindahkan dari satu tempat ke tempat

lain, baik secara individu maupun berkelompok. Stres fisiologis diperparah akibat terjadinya abrasi serius dan kejutan mekanis, terutama akibat ikan yang merontaronta (Ross & Ross 2008). 2.5 Metode Penurunan Proses Metabolisme Ikan selama Transportasi Penurunan metabolisme merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mengurangi buangan hasil metabolisme yang bersifat toksik selama transportasi. Hal ini bertujuan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi ikan sehingga tingkat kelangsungan hidup ikan yang ditransportasikan tetap tinggi. Tingginya tingkat kelangsungan hidup ikan pasca proses transportasi mengindikasikan keberhasilan proses transportasi. Metode-metode yang dapat diaplikasikan untuk menurunkan laju metabolisme ikan selama transportasi, diantaranya teknik imotilisasi dan pengurangan metabolit. 2.5.1 Teknik imotilisasi Pembiusan atau imotilisasi ikan untuk tujuan transportasi dapat dilakukan dengan penurunan suhu maupun penambahan senyawa kimia. Pembiusan dengan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara, diantaranya pembiusan secara langsung dan secara bertahap. Sedangkan pembiusan dengan pemberian senyawa anestesi dilakukan dengan menambahkan senyawa anestesi ke dalam media dengan konsentrasi tertentu hingga ikan masuk dalam fase sedatif. Pembiusan ikan dengan suhu rendah lebih menguntungkan daripada menggunakan bahanbahan kimia. Hal ini disebabkan dalam penggunaan suhu rendah lebih murah dan aman digunakan karena tidak didapatkan residu kimia yang dapat membahayakan konsumen (Junianto 2003). Pembiusan secara langsung dilakukan dengan memasukkan ikan yang akan dibius ke dalam media air yang telah didinginkan sampai suhu pembiusan. Sedangkan pembiusan secara bertahap dilakukan dengan menurunkan suhu media secara bertahap sampai suhu pembiusan tercapai (Junianto 2003). Syamdidi et al. (2006) menyatakan bahwa metode penurunan suhu secara bertahap merupakan dasar penyusunan teknologi transportasi ikan hidup. Metode yang dilakukan adalah dengan menurunkan suhu media air secara bertahap dengan kecepatan 5 ºC/jam sampai ikan tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

2.5.2 Pengurangan metabolit Penggunaan suhu rendah untuk transportasi ikan hidup terbukti cukup efektif untuk mengurangi aktivitas ikan selama transportasi dan meningkatkan ketahanan hidup ikan. Sebagaimana diketahui, perlakuan penurunan suhu dapat menekan respirasi dan aktivitas ikan (Syamdidi et al. 2006). Aplikasi suhu rendah dalam transportasi sistem tertutup dapat dilakukan dengan menambahkan es batu ke dalam kantong yang berisikan media sebanyak 10-15 L hingga suhu mencapai 18ºC (Nugroho & Sulhi 2011). Alternatif lain untuk meningkatkan ketahanan hidup ikan selama transportasi dapat dilakukan dengan menambahkan ekstrak daun jambu biji daging buah putih ke dalam media transportasi. Selama simulasi transportasi, ekstrak dapat menurunkan laju ekskresi ikan. Penurunan laju ekskresi ikan disebabkan aktivitas ekstrak daun jambu biji daging buah putih yang dapat memberikan efek penghambatan terhadap buangan ikan (Novila 2012). Buangan ikan mengandung amoniak yang dalam jumlah tinggi dapat bersifat toksik terhadap ikan selama proses transportasi. Hasil penelitian Novila (2012) menyatakan bahwa ekstrak daun jambu biji daging buah putih mampu menghambat laju ekskresi ikan nila (O. niloticus) selama transportasi 2 jam, sehingga meminimalkan akumulasi amoniak di dalam air selama transportasi. Konsentrasi optimal aplikasi ekstrak daun jambu biji daging buah putih dalam proses transportasi ikan nila sebesar 1%.