BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan pancasila dan Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945, untuk meningkatkan hargkat, martabat, dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan masyarakat sejahtera,adil makmur dan merata. Namun dalam praktek yang terjadi dalam wilayah hukum peradilan hubungan industrial masih banyak terjadi kasus pemutusan hubungan kerja selanjutnya disingkat (PHK) secara sepihak. Faktor utama dilakukan PHK terhadap pekerja outsourcing oleh pengusaha adalah efisiensi perusahaan atau perampingan tenaga kerja. PHK merupakan pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan pengusaha Sehingga undang-undang no. 13 tahun 2003 tentang Ketengakerjaan mengatur tentang tanggung jawab pengusaha terhadap PHK secara sepihak terhadap pekerja outsourcing, dalam undang-undang no. 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan tidak menyebutkan istilah outsourcing. Namun secara eksplisit konsep mengenai outsourcing/ penyerahan sebagian pekerjaan kepada perusahaan lain tertuang dalam pasal 64 65 dan 66 salah satu keuntungan outsourcing penyedia tenaga kerja bertangung jawab terhadap kerugian yang diderita pekerja outsourcing. Akan tetapi bagi pekerja outsourcing sistem outsourcing ini membuat mereka merasa diperbudak hanya mengikuti aturan yang ada tanpa diberi kebebasan menyuarakan aspirasinya untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Praktek sehari-hari outsourcing dalam wilayah hukum Peradilan hubungan industrial kupang selama ini diakui lebih banyak merugikan pekerja, karena hubungan kerja selalu dalam bentuk tidak tetap atau kontrak upah lebih rendah, jaminan sosial jika ada hanya sebatas minimal, tidak adanya job security serta tidak adanya jaminan pengembangan karier, dan lain-lain
Tabel 1. Kasus-Kasus PHK Sepihak oleh Perusahaan di Kota Kupang yang telah di Proses Hukumkan di PHI Kupang No Karyawan Yang di PHK Perusahan Keterangan 1 PT. Shandy Putra Makmur Sudah di Stefanus Robby Sadipun putuskan 2 PT Telkom Cabnag Sudah Tude willa Kupang diputuskan 3 PT. Shandy Putra Makmur Sudah Markus Padawai diputuskan 4 PT Telkom Cabang Sudah Metusalak Ataupah Kupang diputuskan Sumber Data: PHI Kupang, 13 Oktober 2013 Berdasarkan data di atas sejauhmana tanggung jawab pengusaha dalam pemutusan hubungan kerja secara sepihak terhadap pekerja outsourcing Oleh karena itu maka penulis tertarik untuk menulis tentang implementasi Tanggung Jawab Pengusaha Terhadap Pemutusan Hubungan kerja secara sepihak terhadap pekerja outsourcing dalam wilayah hukum Peradilan Hubungan Industrial Kupang. B. PERUMUSAN MASALAH Masalah yang ingin dirumuskan penulis dalam skripsi ini yaitu Bagaimana Implementasi tanggung jawab pengusaha dalam Pemutusan Hubungan kerja secara
sepihak terhadap pekerja outsourcing dalam wilayah Peradilan Hubungan Industrial Kupang. C. TUJUAN DAN KEGUNAAN 1. Tujuan Tujuan dari ini adalah untuk mengetahui Impelmentasi tanggung jawab pengusaha dalam Pemutusan Hubungan kerja secara sepihak terhadap pekerja outsourcing dalam wilayah Peradilan Hubungan Industrial Kupang. 2. Kegunaan a) Kegunaan Teoritis Untuk menambah wawasan peneliti, khusunya mengenai Implementasi Tanggungjawab pengusaha terhadap pemutusan hubungan kerja secara sepihak terhadap pekerja outsourcing dalam wilayah hukum Peradilan Hubungan Perindustrial Kupang. b) Kegunaan Praktis Sebagai bahan informasi bagi masyarakat luas. Sebagai bahan informasi bagi tenaga kerja outsourcing Sebagai bahan informasi bagi pengusaha. D. KERANGKA PEMIKIRAN Menurut Miru Ahmadi dan Sutarman Yodo, tanggung jawab adalah suatu bentuk perbuatan oleh siapapun baik instansi pemerintah, swasta, yang telah dipercayakan, agar dapat memberikan pertanggung jawabnya sebagai akibat dari kedudukannya dan pelaksanaan tugas dan kewajibannya serta akibat dari pertanggung jawaban tersebut.
Pengusaha adalah orang yang menjalankan perusahaan, yaitu mengelola perusahaan, baik mengelola sendiri, mengelola dengan perantara orang lain maupun dengan bantuan orang lain 1. Menurut Pasal 1 huruf c UU No. 3 tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan, Pengusaha adalah setiap orang perorangan atau badan hukum yang menjalankan suatu jenis perusahaan. Pasal 1 ayat 5 UU No. 13 tahun 2013 tentang ketenagakerjaan menyebutkan bahwa Pengusaha adalah; Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri; Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya; Orang yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya; Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia. Pemutusan hubungan kerja yang selanjutnya disingkat PHK menurut undangundang nomor 13 tahun 2003 pasal 1 ayat 25 adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha. 2 Pasal 164 ayat 3 UU No. 13 Tahun 2003 Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena perusahaan tutup bukan karena mengalami kerugian 2 (dua) tahun berturut-turut atau bukan karena keadaan memaksa (force majuer) tetapi perusahaan melakukan efisiensi, dengan ketentuan pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan pasal 156 ayat (2), Uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan pasal 156 ayat (3) dan uang pergantian hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat (4). Pasal 156 ayat 1 undang-undang nomor 3 tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa dalam hal pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang pergantian hak yang seharusnya diterima. 1 HMN Purwosujipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid I (Bagian pertama), Cetakan Kesembilan, (Jakarta : Dian Rakyat, 1983) hlm. 17.dalam bukunya Janus Sidabalok, Hukum Perusahaan Analisis Terhadap Pengaturan Peran Perusahaan Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional Indonesia, 2012, hlm. 10 2 Undang-undang no.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
Pasal 156 ayat 2 undang-undang nomor 13 tahun 2003 Perhitungan uang pesangon sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit sebagai berikut; a) Masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) b) Masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) c) Masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan upah; d) Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4 (empat) e) Masa kerja 4 (empat ) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) f) Masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam) g) Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh) h) Masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, 8 (delapan) i) Masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9 (sembilan) bulan upah. Pasal 156 ayat 3 undang-undang nomor 3 tahun 20013 Perhitungan uang penghargaan. sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan sebagai berikut: a) Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) bulan upah b) Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3 (tiga) c) Masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun, 4 (empat) d) Masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 (lima belas) tahun, 5 (lima) e) Masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 (delapan belas) tahun, 6 (enam)
f) Masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 (dua puluh satu) tahun, 7 (tujuh) g) Masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 ( dua puluh empat) tahun, 8 (delapan) h) Masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau lebih, 10 (sepuluh) bulan upah. Pasal 156 ayat 4 undang-undang nomor 13 tahun 2003 uang pergantian hak yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi; a) Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur; b) Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ke tempat di mana pekerja / buruh diterima bekerja; c) Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15 % ( lima belas perseratus ) dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat; d) Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. Pasal 1 ayat 2 undang-undang nomor 13 tahun 2003 tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan /jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Pasal 1 ayat undang-undang nomor 13 tahun 2003 pekerja /buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. 3 E. METODE PENELITIAN 1. Metode pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis sosiologis. Aspek sosiologis karena menyangkut hak-hak pekerja yang harus dipenuhi oleh pengusaha. Aspek yuridis karena tanggung jawab pengusaha terhadap pekerja ousourcing diatur dalam Undang-Undang. 3 Madikismo Kaveling, pedoman terbaru outsoucing & kontrak kerja peraturan 2012 tentang outsourcing & perjanjian kerja waktu tertentu(pkwt), 2012, hlm, 146 di kutip dalam UU No.13 Tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan.
2. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi dari penelitian ini adalah deskriptif dengan Indikatornya ialah a. Pemberian Pesangon b. Penghargaan terhadap Masa Kerja c. Pemberian Ganti Rugi 3. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Wilayah Hukum Peradilan Hubungan Perindustrial Kupang. 4. Populasi Yang menjadi polulasi dalam penelitian ini adalah pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja outsourcing. 5. Responden Pengusaha/Termohon Pekerja Outsourcing/pemohon Total : 2 Orang : 4 Orang 6 Orang 6. Sampel Oleh karena populasinya terjangkau, maka tidak dilakukan penarikan sampel. 7. Teknik pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu; a) Data Primer; Data yang diperoleh dari responden di lapangan melalui wawancara secara langsung melalui daftar pertanyaan atau kuisoner. b) Data Sekunder berupa; Data yang di peroleh melalui bacaan, literatur, dan dokumen. 8. Analisis data
Data yang terkumpul akan dianalisa dalam bentuk deskriptif kualitatif dan hasilnya dilaporkan dalam bentuk skripsi.