BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, faktor instrumental, faktor fisiologis, dan faktor psikologis. Keempat

dokumen-dokumen yang mirip
PERSEPSI GURU MATEMATIKA SMP DI KABUPATEN KARANGANYAR JAWA TENGAH TENTANG HAMBATAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 TAHUN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education. diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifi Nurshifa Budiarti, 2016 Studi Implementasi Kurikulum 2013 PAUD di TK Negeri Pembina Se Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu faktor fisiologis dan faktor

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan adalah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) menuntut. meningkatkan minat belajar siswa yaitu SMK Bina Wisata Lembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Standarisasi dan profesionalisme pendidikan yang sedang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki demi kemajuan suatu bangsa. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia. Pemerintah selalu berupaya untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang dikembangkan pada tataran satuan pendidikan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS II D I SD N HARAPAN 1 BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber Daya Manusia), terutama peningkatan dalam bidang pendidikan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang. dalam pembangunan bangsa dan karakter.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar : 1.1 Rasio Ketergantungan Usia Muda

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup dalam. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di bidang pendidikan merupakan upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. memungkinkan bagi kita untuk mengetahui tentang budaya yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pendidikan Nasional tidak dapat dipisahkan dari tujuan. nasional, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

I. PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia masih belum selesai dengan problematika sarana dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KEPEMIMPINAN BERBASIS SEKOLAH SATU ATAP

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. dengan tantangan dan ancaman global yang semakin ketat. Pendidikan juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum merupakan suatu program yang berupa rencana tertulis yang

Hakikat Belajar dan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Qori Magfiroh, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang A Wahid Hasyim, 2014 Pengaruh Pendekatan Bermain Terhadap Motivasi Siswa Dalam Aktivitas Pembelajaran Renang

BAB I PENDAHULUAN. Education For All Global Monitoring Report 2012 yang dikeluarkan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang berhasil membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral dan berkepribadian.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan di Indonesia ataupun di setiap negara. Indonesia selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani anak di lingkungan keluarga sebelum memasuki. pendidikan dasar. Anak yang dalam pandangan pendidikan modern

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. program pendidikan juga sudah dilaksanakan diantaranya adalah. kependidikan yang lainnya melalui berbagai pelatihan dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dalam sistem pendidikan nasional termuat dalam UU Sisdiknas, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mendasar kegunaanya. Setiap ilmu pengetahuan tidak pernah lepas dari ilmu

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

MODEL NUMBER HEAD TOGETHER BERBANTUAN MAGIC CARD DALAM KURIKULUM 2013 SEKOLAH DASAR

Oleh : Muhamad Toyib K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat telah membawa konsekuensi bagi dunia pendidikan agar segera

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdul Majid (2011:78) menjelaskan sabda Rasulullah SAW.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah faktor lingkungan, faktor instrumental, faktor fisiologis, dan faktor psikologis. Keempat faktor tersebut tidak dapat dipisahkan karena merupakan satu kesatuan utuh yang saling terkait, terikat, mempengaruhi, membutuhkan, dan menentukan. Perubahan salah satu faktor akan berpengaruh ke faktor lainnya. Selama hidup peserta didik tidak bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Lingkungan alami adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup, dan berusaha didalamnya. Sebagai anggota masyarakat, anak didik tidak bisa melepaskan diri dari ikatan sosial. Ketika anak didik berada di sekolah, maka dia berada dalam sistem sosial di sekolah (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 176). Faktor instrumental terdiri dari kurikulum, program pendidikan, sarana dan fasilitas, dan guru. Sekolah dalam rangka melancarkan tujuan yang akan dicapai memerlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Kurikulum dapat dipakai oleh guru untuk merencanakan program pengajaran. Program sekolah dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya 1

2 agar berdaya guna dan berhasil guna bagi kemajuan belajar anak di sekolah (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 180). Faktor fisiologis pada anak didik misalnya masalah gizi, kondisi panca indera, postur tubuh, dan lain-lain. Kondisi psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski faktor luar mendukung, tetapi faktor psikologis tidak mendukung, maka faktor dari luar akan kurang signifikan. Oleh karena itu, minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif adalah faktor psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 189-190).

3 2012: 94): Bagan proses kegiatan belajar mengajar menurut Winkel (dalam Rusman, Rekayasa pengembangan pembelajaran Guru Kurikulum yang berlaku Desain Instruksional Tindak mengajar guru Dampak siswa Proses Belajar Mengajar Hasil belajar Tindak belajar siswa Dampak Perkembangan siswa Gambar 1.1 Proses Kegiatan Belajar Mengajar Sekolah merupakan lembaga sosial yang keberadaannya merupakan bagian dari sistem sosial negara bangsa. Ia bertujuan untuk mencetak manusia susila yang cakap, demokratis, bertanggung jawab, beriman, bertakwa, sehat jasmani dan ruhani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, berkepribadian yang mantap dan mandiri, dan lain sebagainya. Pencapaian itu akan bisa diraih ketika ada suatu proses yang terencana dengan efisien, efektif, dan relevan. Agar tujuan tersebut

4 tercapai maka dibutuhkan kurikulum yang kuat, baik secara infrastruktur maupun superstruktur (Soedijarto, 2008: 117). Kurikulum secara hakiki adalah jalan yang harus ditempuh peserta didik guna mencapai tujuan program pendidikan. Tanpa adanya kurikulum yang jelas maka tujuan pendidikan yang akan dicapai menjadi buyar sehingga tidak sesuai target yang ingin diraih. Kurikulum merupakan penunjuk arah ke mana pendidikan akan dituntun dan diarahkan atau akan menghasilkan output pendidikan seperti apa (Moh. Yamin, 2012: 37). Di Indonesia, pengertian kurikulum terdapat dalam Pasal 1 butir 19 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Banyak kalangan yang berpendapat bahwa kurikulum KTSP adalah kurikulum yang sangat memberatkan peserta didik, karena terlalu banyak materi pelajaran yang harus dipelajari. Sehingga mereka menjadi terbebani dengan materi yang harus dituntaskan dan dikuasai Hasil survei Trends in International Math and Science Study (TIMSS) 2011 menyatakan bahwa capaian rata-rata peserta Indonesia adalah 386 yang berarti pada level rendah. Hal ini disebabkan beberapa materi dalam kurikulum TIMSS belum diajarkan pada peserta didik Indonesia kelas VIII, seperti materi materi Data dan Peluang (R. Rosnawati, 2013: 2).

5 Rasionalitas yang dialami siswa SMP adalah rendahnya hasil belajar matematika yang ditunjukkan oleh rekapitulasi hasil belajar Semestet I tahun ajaran 2011/2012. Salah satu faktor penyebabnya adalah metode pembelajaran yang digunakan guru kurang efektif, dimana proses pembelajaran masih terpusat pada guru dan siswa hanya sebagai pendengar pasif. Selain itu, perhatian guru terhadap penggunaan alat peraga yang sudah tersedia masih kurang dan tidak semua guru mampu menggunakan alat peraga tersebut. Masih terdapat permasalahan pada buku ajar yang beredar ke siswa, yaitu terdapatnya buku yang mengandung kesalahan konsep. Padahal buku-buku tersebut sudah diterbitkan oleh Pusat Perbukuan dan telah dinilai BSNP sebagai buku yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran yang sesuai Permendiknas No 46/2007. Kekeliruan konsep bukubuku tersebut tersebar ke peserta didik seluruh Indonesia. Ada ratusan buku dibeli oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan mungkin ada ratusan judul buku yang juga mengandung kekeliruan konsep, kekeliruan pengertian, bahkan kekeliruan cetak ini justru terjadi pada buku yang sudah dianggap layak oleh BSNP (Kompas, 9 Juli 2012). Dari data empirik di atas terlihat jelas bahwa mengembangkan atau menyempurnakan kurikulum perlu dilakukan. Hal ini juga dilakukan oleh kementerian pendidikan Indonesia yang mencanangkan kurikulum 2013 sebagai penyempurnaan dari kurikulum sebelum-sebelumnya.

6 E. Mulyasa mengemukakan (2014: 6-7) bahwa perlu diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter (competency and character based curriculum), yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Hal tersebut penting guna menjawab tantangan arus globalisasi, berkontribusi pada pembangunan masyarakat dan kesejahteraan sosial, lentur, serta adaptif terhadap berbagai perubahan. Oleh karena itu, merupakan langkah positif ketika pemerintah (Mendikbud) merevitalisasi pendidikan karakter dalam seluruh jenis dan jenjang pendidikan, termasuk dalam pengembangan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang akan menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya. Implementasi kurikulum 2013 ini berbasis kompetensi sekaligus karakter, dengan pendekatan tematik dan konstektual. Persepsi merupakan proses pengenalan terhadap sesuatu yang ada dan terjadi disekitarnya. Individu mengenal dunia luarnya dengan menggunakan alat inderanya. Bagaimana individu dapat mengenal dirinya sendiri maupun keadaan sekitarnya, hal ini berkaitan dengan persepsi. Melalui stimulus yang diterimanya,individu akan mengalami persepsi. Jadi persepsi guru satu dengan guru yang lain akan berbeda terhadap objek yang sama. Perbedaan persepsi ini terutama dipengaruhi oleh faktor pribadi. Pribadi seseorang berbeda dari pribadi yang lain sebagai bukti keunikan manusia, sehingga faktor pribadi ini mengakibatkan perbedaan persepsi terhadap rangsangan yang sama.

7 Pemilihan model atau metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki guru. Sukmadinata menjelaskan bahwa kurikulum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu guru sebagai pendidik harus mempunyai potensi untuk memilih model pembelajaran yang dapat digunakan sesuai dengan karakteristik siswa dan tuntutan kurikulum (dalam Loeloek Endah Poerwati dan Sofan Amri, 2013: 11). Efektivitas implementasi kurikulum tidak hanya terletak pada isi konsep yang komprehensif, tetapi juga pada kondisi kurikulum tersebut akan dilaksanakan. Kondisi tersebut meliputi kompetensi guru dan kecukupan ketersediaan sarana pendidikan pada tingkat sekolah (Bambang Indriyanto, 2012: 440). Maka dari itu, peranan guru dalam pelaksanaan suatu kurikulum sangatlah penting. Menurut Ketua Umum PB PGRI Sulistyo hal utama yang harus dipersiapkan untuk implementasi kurikulum adalah kesiapan guru-gurunya. Sebagian besar guru masih mengalami kesulitan untuk memahami kurikulum 2013. Itu sebabnya, pelatihan secara intensif amat diperlukan sebelum kurikulum 2013 benar-benar dilaksanakan secara menyeluruh. Dengan pelatihan yang hanya disediakan waktu 52 jam, tentu guru tidak mudah untuk memahami secara detail tentang kurikulum 2013 (Poskotanews, 22 Februari 2014). Menyikapi kenyataan tersebut, maka diperlukan suatu pengkajian guru matematika SMP tentang hambatan pelaksanaan kurikulum 2013. Oleh karena itu,

8 penulis mengangkat judul: Persepsi Guru Matematika SMP di kabupaten Karanganyar Jawa Tengah Tentang Hambatan Pelaksanaan Kurikulum 2013 Tahun 2013/2014. B. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini dapat terarah dan mendalam serta tidak terlalu luas jangkauannya, maka penelitian ini difokuskan: Persepsi guru matematika SMP di kabupaten Karanganyar Jawa Tengah tentang hambatan pelaksanaan kurikulum 2013 tahun 2013/2014. C. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut Bagaimanakah persepsi guru matematika SMP di kabupaten Karangayar Jawa Tengah tentang hambatan pelaksanaan kurikulum 2013 tahun 2013/2014? D. Tujuan Penelitian Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memaparkan persepsi guru matematika SMP di kabupaten Karanganyar Jawa Tengah terhadap kurikulum 2013 tahun 2013/2014. Tujuan umum dari penelitian ini adalah memaparkan persepsi guru matematika SMP tentang hambatan pelaksanaan kurikulum 2013.

9 E. Manfaat Penelitian Bertolak dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah ada, maka manfaat penelitian ini sebagai berikut: a. Manfaat Teoretis 1) Memberikan kontribusi dalam meningkatkan mutu pendidikan, khususnya pendidikan matematika untuk mengembangkan kurikulum 2013 pada tingkat SMP. 2) Bahan referensi untuk penelitian sejenis, sehingga hasil yang diperoleh makin akurat. b. Manfaat Praktis Pada tataran praktis, studi ini memberikan pengetahuan lebih pada sekolah dan guru matematika SMP untuk menerapkan dan mengembangkan kurikulum 2013 dalam pembelajaran. Bagi peneliti, penelitian ini untuk mengetahui persepsi guru matematika SMP terhadap kurikulum 2013 serta implikasinya dalam pembelajaran. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai perbandingan atau referensi untuk penelitian yang relevan. F. Definisi Istilah 1. Persepsi Guru Matematika SMP Persepsi guru matematika SMP adalah proses mental pada seorang guru matematika di jenjang atau tingkat Sekolah Menengah Pertama dalam usaha

10 mengenal sesuatu yang meliputi aktifitas mengolah suatu stimulus yang ditangkap indera dari suatu obyek, sehingga didapat pengertian dan pemahaman tentang stimulus tersebut. Kesan yang diterima individu sangat tergantung pada pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu. 2. Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 adalah serentetan penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu diteruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP). Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi 3. Pembelajaran Hamzah B. Uno (2007: 3) mengemukakan sesungguhnya pembelajaran disebut berhasil jika dapat menarik minat anak didik terhadap materi pelajaran yang disampaikan. Pembelajaran merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi, yaitu komunikasi yang dilakukan antara guru ke siswa atau sebaliknya, dan siswa ke siswa. Dalam proses pembelajaran peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan memberikan fasilitas belajar. Pembelajaran berpusat pada kegiatan siswa belajar dan bukan berpusat pada kegiatan guru mengajar. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses

11 yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar dan proses tersebut berpusat pada siswa.