I. PENDAHULUAN. terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan

dokumen-dokumen yang mirip
V. KESIMPULAN DAN SARAN. komunikasi pada naposobulung di sebabkan oleh beberapa faktor baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh: Eva Wita Sibarani

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. kecamatan yang berbeda bisa ditemukan hal-hal yang menunjukkan bahasa itu

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Gaya Baru II dahulu adalah hutan belantara, kemudian dibuka pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai macam suku. Salah satu suku di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis) yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia. Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. Malinowyki mengemukakan bahwa cultural determinan berarti segala sesuatu

BAB I. diperhitungkan berdasarkan garis keturunan laki-laki, artinya laki-lakilah yang. menjadi patokan dalam penghitungan garis keturunan.

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas masing-masing yang menjadi pembeda dari setiap suku.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku

BAB I PENDAHULUAN. Mandailing, dan Batak Angkola. Kategori tersebut dibagi berdasarkan nama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Dairi, Nias, Sibolga, Angkola, dan Tapanuli Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I. marga pada masyarakat Batak. Marga pada masyarakat Batak merupakan nama. Dalam kultur masyarakat Batak terkenal dengan 3 H, yaitu hamoraon

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam membedakan suku-suku yang ada di Sumatera Utara. Yaitu ende dan ende-ende atau endeng-endeng. Ende adalah nyanyian

BAB I PENDAHULUAN. bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan suatu cara yang

BAB I PENDAHULUAN. disusun selaras dengan irama musik, serta mempunyai maksud tertentu. Tari pada

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. Masyarakat tersebut pada

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

I. PENDAHULUAN. negara ini memiliki beragam adat budanya dan hukum adatnya. Suku-suku

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki wilayah pemakaiannya sendiri. Demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. pedalaman Sumatera Utara. Sumatera adalah Pulau terbesar kedua sesudah

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengenali apa saja terdapat di daerah itu. Keberagaman kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 31 Maret na parjolo tardidi sian halak Batak, ima Simon Siregar dohot

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut.

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara:

Kebanggaan Atas Identitas Etnik Pada Mahasiswa Perantau Kelompok Etnik Minang Dan Batak Di Bandung

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat orang lebih berpikir maju dan berwawasan tinggi. Pendidikan. majunya teknologi informasi dalam dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB IV PENUTUP. Perkembangan Gordang Sambilan juga tidak lepas dari faktor pengaruh. dalam hal mempertahankan eksistensi, pertunjukan Gordang Sambilan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap suku di dunia pasti memiliki kebudayaan. Sebagai hasil cipta

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB 1 PENDAHULUAN. xix

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang di dalamnya terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan kebiasaan yang berbeda-beda antara suku bangsa yang satu dengan suku bangsa yang lainnya. Perbedaan itu erat kaitannya dengan pengaruh lingkungan alam, pengalaman hidup, dan perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat tersebut. Diantara banyak suku bangsa yang ada di Indonesia, salah satu diantaranya ialah suku Batak. Daerah Tapanuli ialah salah satu daerah yang memiliki bahasa daerah sendiri yang disebut bahasa Batak. Bahasa Batak ada 5 (lima) dialek, yang terpenting dialek Toba Selatan, Simalungun di Utara Danau Toba, Karo dan Dairi tersebar disebelah Barat Danau Toba terus kepesisir Barat, Sedangkan di Selatan propinsi SUMUT (Sumatera Utara) dialek Anggola atau Mandailing mencakup daerah yang luas. Dalam pergaulan sehari-hari peranan bahasa Batak Toba sangat fungsional. Pemakaiannya meliputi lingkungan yang sangat luas, hampir pada setiap tempat dan situasi, dari lingkungan keluarga, lingkungan anak-anak, lingkungan pemuda, lingkungan orang tua, lingkungan pedagang, sampai pada lingkungan pekerjaan baik di swasta maupun pemerintahan. Depdikbud (1984: 6).

Peranan bahasa daerah dalam kehidupan modern terasa makin kurang diperhatikan. Bahasa daerah tidak memberi perspektif kehidupan yang lebih baik lagi penuturnya.oleh karena itu, perhatian naposobulung tidak tertarik lagi kepada bahasa daerahnya masing-masing. Mathias Sitorus (1986: 3). Menurut jenisnya, bahasa tersebut masih terpilah lagi dalam dialek-dialek tertentu yang penggunaannya menjadi spesifik menurut daerah dimana bahasa tersebut berkembang. Kelompok bahasa Batak terdiri dari: (1) bahasa Batak Karo, (2) bahasa Simalungun, (3) bahasa Batak Mandailing, (4) bahasa Batak Angkola, (5) bahasa Batak Pakpak atau Dairi (6) bahasa Batak Toba. Begitu pula dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari orang Batak mempergunakan beberapa logat antara Batak Toba yang satu dengan batak lainnya. Seperti dialek Batak Toba berbeda sangat jauh sekali dengan dialek Batak Karo. Mathias Sitorus (1986: 4). Menurut Robert Sibarani (2003: 3) Bahasa batak Toba adalah salah satu dari sekian banyak bahasa daerah di Indonesia terutama yang tinggal di Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara. Namun tidak dapat disangkal bahwa sering terjadi kendala-kendala didalam penggunaaan bahasa ini sebagai alat komunikasi terutama ketika bahasa tersebut digunakan oleh Naposobulung. Robert Sibarani (2003: 3). Saat ini orang-orang Batak khususnya orang Batak Toba tidak hanya bermukim di daerah Tapanuli saja, tapi juga telah merantau dan tersebar diselutuh daerah di Indonesia dan salah satunya adalah di Gaya Baru II, ini terbukti dengan adanya lapo tuak, gereja Batak seperti HKBP Gaya Baru II, serta kelompok sosial

masyarakat Batak Toba yang biasa disebut punguan (kumpulan) sesuai dengan marganya masing-masing. Naposobulung di kampung Gaya Baru II terutama yang merantau tentu saja membawa adat istiadat dan kebiasaan lama di daerah tujuan, tetap menggunakan dan berusaha mempertahankan kebudayaan aslinya, terutama tetap menggunakan dan berusaha mempertahankan kebudayaan aslinya, terutama tetap menggunakan bahasa daerahnya. Namun karena adanya pengaruh dari lingkungan sosial yang berbeda dengan daerah asalnya, serta adanya interaksi sosial dengan penduduk asli maupun dengan penduduk pendatang yang lain, maka terjadilah penurunan budaya Batak khususnya dalam penggunaan bahasa Batak Toba atau dengan kata lain Mereka tidak lagi mengenal dan menguasai adat Batak yang merupakan warisan leluhurnya, khususnya dalam penggunaan bahasa Batak Toba. Naposobulung yang sudah tinggal di kota merasa tidak ada manfaatnya bagi mereka untuk berbahasa daerah khususnya bahasa Batak, karena bahasa Batak hanya digunakan pada pergaulan sebatas suku Batak, seringkali bahasa Batak memiliki image yang kurang elegan dan bahkan cenderung kasar. Fungsi bahasa daerah itu sendiri menurut A. Chaedar Alwasilah (1993: 166) ialah: 1. Sebagai lambang kebanggaan daerah 2. Sebagai lambang identitas daerah 3. Sebagai alat perhubungan di dalam suatu keluarga dan masyarakat daerah tersebut.

Menurut Richard Sinaga (2007: 55) ada beberapa faktor mengapa naposobulung kurang memahami bahasa daerahnya sendiri terlihat dari seperti: 1. Orang tua (Ayah/Ibu) sudah tidak lagi berbahasa Batak. 2. Bila bahasa Batak bukan lagi bahasa yang dominan di rumah (awal dari punahnya bahsa batak adalah dari keluarga). 3. Bila mandok hata (berbicara) dalam suatu acara keluarga / pesta adat Batak. 4. Ketika orang Batak merasa malu berbicara dalam bahasa batak di keramaian, tempat umum saat bertemu dengan halak hita (sesama batak). 5. Adanya anggapan berbicara memakai bahasa Batak itu adalah sesuatu yang kampungan (parhuta-huta) 6. Bila di dalam Gereja liturginya (pembacaan kitab injil) menggunakan bahasa Indonesia. 7. Jika naposobulung di rumah lebih paham memakai bahasa Indonesia dibandingkan dengan bahasa Batak. 8. Jika orang tua tidak mengajarkan bahasa Batak lagi. 9. Tempat tinggal 10. Lingkungan masyarakat sekitar. Sebagian masyarakat beranggapan bahwa anak dari keluarga suku Batak tentulah pandai berbahasa Batak, sama halnya dengan anak dari keluarga suku Jawa juga akan pandai berbahasa Jawa, seakan-akan berbahasa merupakan keturunan, tetapi hal yang sebenarnya ialah bahwa biarpun anak keturunan suku batak, jika dididik dan dibesarkan di dalam keluarga dan lingkungan yang tidak berbahasa Batak, maka anak tidak akan pandai berbahasa Batak, melainkan anak akan pandai berbahasa yang di pakai di dalam keluarga dan lingkungan tersebut. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan yang hidup dan berkembang dalam suatu masyarakat, termasuk unsur kebudayaan yang perlu dilestarikan dan di pertahankan yaitu dengan cara menggunakannya sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat, akan tetapi karena perkembangan zaman yang semakin modern

dalam bidang bahasa mengakibatkan para naposobulung tidak dapat menggunakan bahasa Batak Toba sebagai alat komunikasi. Dengan adanya kemauan dan desakan untuk memakai salah satu bahasa menyebabkan seseorang dapat berbahasa. suatu bahasa bukanlah karena suatu keturunan atau warisan. Keinginan dan kemauan berbahasa bukan naluri melainkan suatu pembawaan (Edison Hutauruk,2008: 13). Sebagai naposobulung perlu menunjukkan jati diri sebagai suku Batak serta dapat menunjukkan nilai positif dari suku Batak itu sendiri dengan cara naposobulung mampu berbahasa Batak dengan baik karena hal ini merupakan cikal bakal sebagai suku Batak sehingga naposobulung dapat berkata AI HALAK BATAK DO AHU (Aku orang Batak) dengan bangga. Tugas naposobulung adalah dapat mempertahankan nilai-nilai budaya dan doktrin yang baik serta memperbaiki segala kekurangan. Nabisuk do nappuna hata naoto tu pangadisan (orang bijak yang dapat menguasai pembicaraan tapi orang bodoh akan terjual) karena itu naposobulung harus bijak sebagai orang Batak agar dapat dengan bangga mengatakan sebagai orang Batak. Dalam setiap kegiatan yang diikuti oleh naposobulung, interaksi antara anggota naposobulung baik turunan perantau maupun perantau terjalin dengan baik, namun dalam setiap interaksi yang ada, naposobulung jarang menggunakan bahasa Batak Toba sebagai alat komunikasi. Padahal lingkungan organisasi HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) di Gaya Baru II adalah salah satu tempat para generasi muda Batak Toba berkumpul dan mereka dapat menggunakan

bahasa Batak Toba dalam berkomunikasi. Terkadang naposobulung mencoba menggunakan Bahasa Batak Toba untuk berkomunikasi. Namun karena rendahnya penggunaan bahasa Batak Toba sebagai alat komunikasi pada naposobulung maka komunikasinya terhambat. Bahkan tidak jarang naposobulung meminta untuk menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa Batak Toba agar proses komunikasi dapat berjalan dengan baik. Dengan melihat uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian terhadap penyebab naposobulung tidak dapat menggunakan bahasa Batak Toba dengan baik. Oleh karena itu peneliti memilih judul Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Penggunaan Bahasa Batak Toba Sebagai Alat Komunikasi Pada Naposobulung di Gaya Baru II Kecamatan Seputih Surabaya Kabupaten Lampung Tengah (Studi kasus pada suku Batak Toba). 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah yang akan dibahas ialah penyebab rendahnya penggunaan bahasa Batak Toba sebagai alat komunikasi pada naposobulung. Hal-hal yang berkaitan dengan masalah tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut: a. Kehidupan sosial naposobulung b. Naposobulung di HKBP Gaya Baru II semakin jarang menggunakan bahasa Batak Toba sebagai alat komunikasi. c. Rendahnya penggunaan bahasa Batak Toba sebagai alat komunikasi pada naposobulung HKBP Gaya Baru II.

2. Batasan Masalah Agar penelitian ini tidak terlalu luas jangkauannya maka penulis membatasi masalah pada Faktor-faktor penyebab rendahnya penggunaan bahasa Batak Toba sebagai alat komunikasi pada naposobulung di Gaya Baru II. 3. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini ialah penggunaan bahasa Batak Toba sebagai alat komunikasi pada Naposobulung sangat kurang, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: Faktor-faktor apakah yang menjadi penyebab rendahnya penggunaan Bahasa Batak Toba sebagai alat komunikasi pada Naposobulung Di Gaya Baru II Kecamatan Seputih Surabaya Kabupaten Lampung Tengah? B. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui penyebab mengapa Bahasa Batak Toba semakin jarang dipergunakan oleh naposobulungi HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) di Gaya Baru II. 2. Mendeskripsikan faktor apakah yang menjadi penyebab rendahnya penggunaan bahasa Batak Toba sebagai alat komunikasi pada naposobulung di Gaya Baru II.

2..Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah a. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan pada penulis, generasi muda, dan suku Batak di Gaya baru II. b. Dapat memberikan masukan bagi naposobulung atau generasi muda Batak mengenai pentingnya mamahami bahasa Batak. c. Agar generasi muda bangsa Indonesia lebih memantapkan jati dirinya dan tidak tercabut dari akar budaya bangsa. 3. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah : 1.Subyek Penelitian : Naposobulung /generasi muda batak 2. Obyek Penelitian : Faktor-faktor penyebab rendahnya penggunaan bahasa Batak Toba sebagai alat komunikasi pada naposobulung. 3. Tempat Penelitian : Gaya Baru II Kecamatan Seputih Surabaya 4. Waktu Penelitian :.Tahun 2009 5. Disiplin Ilmu : Antropologi Budaya