KEDUDUKAN JANDA DALAM PEWARISAN BERDASARKAN HUKUM WARIS ADAT

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI KEDUDUKAN JANDA DALAM PEWARISAN BERDASARKAN HUKUM WARIS ADAT. (Studi Kasus di Suku Samin Desa Klopo Duwur Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora)

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK YANG MASIH DI BAWAH UMUR (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. dan kerukunan dalam keluarga tetap terjaga. Pewarisan merupakan salah satu

KEDUDUKAN ANAK DALAM PEWARISAN MENURUT HUKUM WARIS ADAT (Study Kasus di Desa Slendro Kecamatan Gesi Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. harus terjadi perselisihan atau sengketa dalam proses pembagian harta warisan

dalam pembagian harta warisan apabila ada anak kandung menurut hukum waris adat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

KEDUDUKAN JANDA TERHADAP HARTA BERSAMA MENURUT HUKUM WARIS ADAT JAWA

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam. 1 Sebagai sistem hukum,

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia Hukum Waris Adat bersifat pluralisme menurut suku-suku

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan usahanya seperti untuk tempat perdagangan, industri, pendidikan, pembangunan sarana dan perasarana lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. lain. Dengan demikian setiap orang tidak mungkin hidup sendiri tanpa

TINJAUAN YURIDIS SENGKETA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA SETELAH PERCERAIAN (Studi Kasus di Pengadilan Agama Salatiga)

TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK JANDA DALAM PEMBAGIAN WARISAN MENURUT HUKUM ADAT JAWA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Sukoharjo) PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. (machstaat). Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 negara

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan masalah kepengurusan dan kelanjutan hak-hak serta

BAB I PENDAHULUAN. (ekonomis) hingga ratusan juta rupiah menjadi semakin marak. Undian-undian

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

ASPEK YURIDIS PEMBAGIAN HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN (TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA)

PELAKSANAAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH KARENA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ADAT (Studi Kasus di Masyarakat Baki Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat senantiasa mengalami perubahan dan yang menjadi pembeda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sangat menghormati adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. terjalinnya hubungan antar individu maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut senada dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 1.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas penilaian fungsi perkawinan sampai sejauh mana masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA TANAH PERTANIAN BERDASARKAN HUKUM ADAT (Studi kasus di Desa Mudal Kabupaten Boyolali)

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN YANG TIDAK DICATATKAN PADA KANTOR CATATAN SIPIL TERHADAP HARTA BERSAMA

KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Antara laki-laki dengan perempuan mempunyai rasa ketertarikan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

ANALISIS TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA

TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA WARISAN ORANG TUA ANGKAT PERSPEKRIF HUKUM ADAT (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI KLATEN)

TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN DALAM PEMBAGIAN WARISAN I WAYAN ADIARTA / D

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah

HAK AHLI WARIS BERKEWARGANEGARAAN ASING TERHADAP HARTA WARISAN BERUPA TANAH

KAJIAN YURIDIS TENTANG HAK WARIS JANDA TANPA ANAK TERHADAP HARTA BENDA ALMARHUM SUAMINYA MENURUT HUKUM WARIS ADAT OSING DI BANYUWANGI

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pengadilan. Karena dalam hal ini nilai kebersamaan dan kekeluargaan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dikarenakan bahwa negara Indonesia merupakan negara agraris, terdapat simbol status sosial yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

I. PENDAHULUAN. adalah satu yaitu ke Indonesiaannya. Oleh karena itu maka adat bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk dapat membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, untuk

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WARISAN MENURUT HUKUM ADAT UNTUK SUAMI ATAU ISTRI YANG HIDUP TERLAMA

KEDUDUKAN AHLI WARIS BERPINDAH AGAMA TERHADAP HAK ATAS TANAH WARIS DI DESA KESIMAN

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan masyarakat diatur oleh hukum termasuk mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI KEDUDUKAN ANAK TIRI TERHADAP HARTA KEKAYAAN ORANG TUA TIRINYA MENURUT HUKUM WARIS ADAT JAWA DI KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan. Manusia harus meninggalkan dunia fana. kekayaannya beralih pada orang lain yang ditinggalkannya.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016 Website :

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

A. LATAR BELAKANG MASALAH

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN PUTUSAN TERHADAP PERKARA WARISAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA

TINJAUAN YURIDIS PEMBAGIAN HARTA BERSAMA AKIBAT PERCERAIAN. (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta) NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sudah barang tentu perikatan tersebut mengakibatkan timbulnya hakhak

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB II PENGATURAN HUKUM PENGALIHAN TANAH YANG DIPEROLEH KARENA PEWARISAN BAGI AHLI WARIS YANG BERSTATUS DI BAWAH UMUR

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dan saling berinteraksi. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa. adanya atau dengan membentuk sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

Lex Privatum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016. KAJIAN TENTANG PENGANGKATAN ANAK MENURUT PP NOMOR 54 TAHUN Oleh: Sarwenda Kaunang 2

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang 2010

Transkripsi:

KEDUDUKAN JANDA DALAM PEWARISAN BERDASARKAN HUKUM WARIS ADAT (Studi Kasus di Suku Samin Desa Klopo Duwur Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Oleh: DITA RENGGA PANGESTU C100130154 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017 i

KEDUDUKAN JANDA DALAM PEWARISAN BERDASARKAN HUKUM WARIS ADAT (Studi Kasus di Suku Samin Desa Klopo Duwur Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pewarisan menurut hukum adat di suku sikep samin, serta ntuk mengetahui kedudukan janda dalam pewarisan berdasarkan hukum adat di suku Sikep Samin. Metode pendekatan yang digunakan pendekatan yuridis empiris yang bersifat deskriptif. Lokasi penelitian di Suku Sikep Samin Desa Klopo Duwur Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora. Metode pengumpulan data dengan teknik studi lapangan melalui wawancara dan observasi, serta studi pustaka berupa data dari bahan-bahan pustaka. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa kedudukan janda dalam pewarisan menurut hukum waris adat Suku Sikep Samin, dapat digolongkan menjadi 4 (empat) macam, yakni janda yang disebabkan karena meninggalnya suami dan mempunyai anak, janda yang disebabkan karena meninggalnya suami dan tidak mempunyai anak, janda yang disebabkan karena perceraian dan mempunyai anak, serta janda yang disebabkan karena perceraian dan tidak mempunyai anak. Kata kunci: pewarisan, janda, Suku Sikep Samin ABSTRACT This study aims to determine the process of inheritance under customary law in Sikap Samin ethnic, as well as knowing the position of widows ntuk in inheritance based on customary law in Sikep Samin ethnic. The method used juridical empirical approach is descriptive. The research location Sikep Samin ethnic village Klopo Duwur Banjarejo District of Blora. Data were collected by engineering field study through interviews and observations, as well as data from the literature in the form of library materials. Based on the results of research and discussion it can be concluded that the position of widows in inheritance according to the law of inheritance indigenous Sikep Samin ethnic, can be classified into 4 (four) types, ie widows who caused the death of her husband and have children, widows who caused the death of her husband and did not have children, widows caused by divorce and have children, and widows caused by divorce and had no children. Keywords: inheritance, widow, Sikep Samin ethnic 1

1. PENDAHULUAN Hukum adat merupakan salah satu aturan hukum yang masih digunakan dalam proses pewarisan. Proses pewarisan yang mengedepankan musyawarah sebagai landasannya merupakan hal terpenting, agar keselarasan dan kerukunan dalam keluarga tetap terjaga. Pewarisan merupakan salah satu proses yang dilalui dalam kehidupan keluarga. Pewarisan mempunyai arti dan pemahaman sebagai salah satu proses beralihnya harta peninggalan pewaris kepada ahli warisnya. Keberadaan ahli waris mempunyai kedudukan penting dalam proses pewarisan. Kedudukan ahli waris, seperti janda harus dipenuhi haknya sebagai ahli waris dalam pembagian harta warisan. Pengertian yang lazim di Indonesia pewarisan ialah perpindahan berbagai hak dan kewajiban tentang kekayaan seseorang yang meninggal dunia kepada orang lain yang masih hidup. 1 Secara umum dalam setiap pewarisan disyaratkan memenuhi unsur-unsur yang terdiri atas: (a) pewaris, (b) harta warisan, dan (c) ahli waris. 2 Pengertian pewaris sendiri dapat diartikan sebagai seorang peninggal warisan yang pada waktu wafatnya meninggalkan harta kekayaan pada orang yang masih hidup. 3 Ahli waris adalah anggota keluarga orang yang meninggal dunia yang menggantikan kedudukan pewaris. 4 Sementara itu, harta warisan menurut hukum adat adalah harta pencaharian yaitu harta yang diperoleh semasa masa perkawinan dan harta bawaan. 5 Proses beralihnya harta peninggalan pewaris kepada ahli warisnya harus dilakukan sesuai ketentuan aturan hukum yang berlaku, dengan tetap menjadikan musyawarah dan kesepakatan sebagai landasan dalam pembagiannya. Keberadaan hukum waris adat sangat penting dalam proses pewarisan, keberadaan hukum waris adat tersebut dapat dijadikan dasar dalam tatanan pembagian harta warisan dalam keluarga. Pengertian hukum waris adat sendiri adalah aturan-aturan hukum yang 1 Muslich Maruci, Ilmu Waris, Semarang: Penerbit Mujahidin, 1990, hal. 1. 2 Zainuddin Ali, Pelaksanaan Hukum Waris Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hal. 2. 3 Mg. Sri Wiyarti, Hukum Adat Dalam Pembinaan Hukum Nasional, Bagian B, Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2000, hal. 4. 4 Ibid., 5 Satrio Wicaksono, Hukum Waris: Cara Mudah dan Tepat Membagi Harta Warisan, Jakarta: Transmedia Pustaka. 2011, hal. 10. 2

mengatur cara bagaimana dari abad ke abad penerusan dan peralihan dari harta kekayaan yang berwujud dan tidak berwujud dari generasi pada generasi berikut. 6 Perpindahan harta warisan harus mampu dilakukan dengan jalan kekeluargaan, dengan menjadikan musyawarah dan kebersamaan sebagai rujukannya. Kebersamaan dalam hubungan kekerabatan harus dipertahankan sebagai identitas nilai luhur, seperti keberadaan suku samin yang tetap menjaga kebersamaan dalam hubungan kekerabatan sebagai identitas budaya yang tetap dijaga. Dalam menjaga dan melestarikan hubungan kekerabatan masyarakat samin memiliki tradisi untuk saling berkunjung terutama pada saat satu keluarga mempunyai hajat sekalipun tempat tinggal jauh. 7 Hubungan kekerabatan dalam hukum waris adat harus tetap dijaga sebagai salah satu aturan dan rujukan dalam pembagian warisan, seperti dalam keluarga suku samin yang mendasarkan musyawarah dan mufakat sebagai dasar dan landasan pembagian harta warisan dalam keluarga. Janda adalah wanita yang tidak bersuami lagi karena bercerai ataupun ditinggal mati suaminya. 8 Secara umum keberadaan janda dapat digolongkan menjadi dua, yakni janda yang mempunyai anak dan janda yang tidak mempunyai anak. Kedudukan janda dianggap sangat penting setelah meninggalnya suami, ada hak dan tanggung jawab yang harus dipikul janda dalam suatu keluarga. Janda sebagai salah satu orang yang mempunyai kedudukan sebagai ahli waris, mempunyai peranan yang penting dalam proses pewarisan. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengemukakan permasalahan yang akan diteliti yaitu: (1) Bagaimana proses pewarisan menurut hukum adat di Suku Sikep Samin?, dan (2) Bagaimana kedudukan janda dalam pewarisan berdasarkan hukum adat di Suku Sikep Samin? Sedangkan penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui proses pewarisan menurut hukum adat di Suku Sikep Samin dan serta untuk mengetahui kedudukan janda dalam pewarisan berdasarkan hukum adat di Suku Sikep Samin. 6 Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, Bandung: Cipta Aditya Bhakti, 1993, hal. 23. 7 Ajaran Samin. https://id.m.wikipedia.org/wiki/ajaran_samin. Diunduh pada hari Senin 12 Oktober 2016. Pukul 13:35. 8 Arti kata janda. http://kbbi.web.id/janda. Diunduh pada hari Senin 12 Oktober 2016. Pukul 13:35. 3

Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian hukum ini adalah: (1) Manfaat Teoritis, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum di Indonesia dan khususnya hukum perdata, terutama mengenai kedudukan janda dalam pewarisan berdasarkan hukum adat, (2) Manfaat Praktis, yaitu (a) Untuk mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh dan (b) Untuk mengetahui permasalahan yang timbul serta berusaha untuk memberikan masukan dalam bentuk pemikiran mengenai cara mengatasi masalah tentang kedudukan janda dalam pewarisan berdasarkan hukum adat. 2. METODE Metode pendekatan yang penulis pakai adalah pendekatan yuridis empiris. 9 Dalam penelitian ini, penulis akan mengumpulkan, mengidentifikasi secara objektif dengan tujuan memberikan gambaran riil mengenai kedudukan janda dalam pewarisan berdasarkan hukum waris adat. Tipe kajian dalam penelitian ini lebih bersifat deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang keadaan subyek dan atau obyek penelitian sebagaimana adanya. 10 Sumber data terdiri dari data primer yakni sejumlah keterangan atau fakta, serta hasil wawancara dan data sekunder berupa berupa buku-buku tentang hukum adat dan waris adat di Indonesia, serta kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dan observasi, serta studi kepustakaan. Sedangkan teknik analisis data pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Pewarisan Menurut Hukum Waris Adat di dalam Suku Sikep Samin Pengertian hukum waris adat sendiri adalah aturan-aturan hukum yang mengatur cara bagaimana dari abad ke abad penerusan dan peralihan dari harta kekayaan yang berwujud dan tidak berwujud dari generasi pada generasi berikut. 11 9 Pendekatan yuridis empiris yaitu suatu penelitian yang berusaha mengidentifikasikan hukum yang terdapat dalam masyarakat dengan maksud untuk mengetahui gejala-gejala lainnya, Lihat Amiruddin & Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Mataram: Divisi Buku Perguruan Tinggi PT. Raja Grafindo, 2003, hal. 19. 10 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 1988, hal. 12. 11 Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1993, hal. 23. 4

Menurut Soepomo dalam bukunya bab-bab tentang Hukum Adat, bahwa hukum adat waris memuat peraturan-peraturan yang mengatur proses meneruskan serta mengoperkan barang-barang harta benda yang berwujud dan yang tidak berwujud (immateriele goederen), dari suatu angkatan generasi manusia kepada keturunannya. 12 Pengertian tersebut memiliki makna bahwa dalam proses pewarisan melibatkan pewaris dengan ahli warisnya, serta mengoperkan harta warisan dari satu generasi kepada generasi selanjutnya. Keberadaan hukum waris adat sangatlah erat hubungannya dengan sifat-sifat kekeluargaan dari masyarakat hukum yang bersangkutan, serta berpengaruh pada harta kekayaan yang ditinggalkan dalam masyarakat tersebut. 13 Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Desa Klopo Duwur, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora mengenai proses pembagian harta warisan terhadap kedudukan janda berdasarkan hukum waris adat Suku Sikep Samin, yakni sebagai berikut: Pertama, Janda Mati Memiliki Anak, merupakan wanita yang ditinggal mati oleh pasangan pernikahanya, dimana dalam pernikahanya tersebut telah memiliki anak. Kedudukan perempuan (janda) disini berarti tidak memiliki pasangan atau memiliki status sebagai pribadi sendiri (single) yang disebabkan berpisah dengan suami karena meninggal dunia. Kedudukan janda yang mempunyai anak dianggap mempunyai fungsi ganda, selain berperan untuk mempertahankan hidupnya sendiri, janda tersebut juga harus bertanggung-jawab atas perkembangan anaknya tersebut. Kedua, Janda Mati Tidak Memiliki Anak, merupakan wanita yang ditinggal mati oleh pasangan pernikahannya, di mana dalam pernikahanya tersebut tidak memiliki anak. Kedudukan janda yang tidak mempunyai anak di sini berarti sebagai perempuan single, karena ketika melangsungkan pernikahan dengan suaminya sebelum meninggal dunia, tidak mempunyai keturunan. Keberadaan janda tersebut secara individu berhak untuk melanjutkan kehidupanya, salah satunya untuk menikah kembali, dengan tetap menjaga silaturahmi dengan keluarga suami (Almarhum). Ketiga, Janda Cerai Memiliki Anak, merupakan wanita yang telah bercerai dari pasangan pernikahanya, dimana dalam pernikahanya tersebut sudah memiliki 12 Soepomo, Bab-Bab Tentang Hukum Adat, Jakarta: Pradnya Paramita, 1993, hal. 72. 13 Soerojo Wignyodipoero, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Jakarta: Haji Masagung, 1990, hal. 165. 5

anak. Keberadaan perempuan (janda) yang bercerai dan mempunyai anak, dianggap sebagai pribadi yang sendiri (single). Kedudukan janda akibat perceraian yang mempunyai anak mempunyai posisi yang sangat penting untuk mengurus dan mendidik anak-anaknya, karena sebagian besar keberadaan anak korban perceraian akan ikut ibu dibandingnkan ikut bapaknya. Keempat, Janda Cerai Tidak Memiliki Anak, merupakan wanita yang telah bercerai dari pasangan pernikahanya, di mana dalam pernikahannya tersebut tidak memiliki anak. Keberadaan janda yang tidak mempunyai anak di sini berarti sebagai perempuan single setelah terjadinya perceraian, karena ketika melangsungkan pernikahan dengan suaminya, janda tersebut tidak mempunyai keturunan. Keberadaan janda tersebut secara individu berhak untuk melanjutkan kehidupanya, salah satunya untuk menikah kembali. Masyarakat Suku Sikep Samin membedakan janda kedalam dua pengertian yaitu janda karena kematian suami dan janda karena perceraian. Peristiwa pewarisan terhadap janda karena kematian suami hanya bisa terjadi setelah pewaris meninggal dunia, dalam hal ini yang disebut pewaris adalah sang suami. 14 Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh penulis mengenai proses pembagian harta warisan terhadap kedudukan janda menurut hukum waris adat Suku Sikep Samin, maka dapat diketahui hal-hal sebagai berikut: Pertama, kedudukan janda dalam pewarisan berdasarkan hukum waris adat di dalam Suku Samin. Aturan Hukum Adat Suku Sikep Samin dalam sistem pembagian harta warisan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Lasio, selaku tokoh adat masyarakat Suku Sikep Samin, maka diperoleh aturan hukum mengenai pembagian harta warisan di dalam kehidupan masyarakat, khususnya mengenai kedudukan janda. Adapun ketentuan dan aturan dalam pewarisan adalah: (1) Pembagian harta warisan di masyarakat adat Suku Sikep Samin didasarkan pada adat kebiasaan Suku Sikep Samin, dengan mendasarkan musyawarah dan kesepakatan dalam keluarga sebagai acuan utamanya, (2) Proses pembagian harta warisan di masyarakat adat Suku Sikep Samin, akan terlebih dahulu diberitahukan kepada tokoh masyarakat 14 Lasio, Pimpinan Tokoh Adat di Suku Sikep Samin Blora, Wawancara Pribadi, Blora, Rabu, 28 September 2016, pukul 10.00 WIB. 6

Suku Sikep Samin, yang selanjutnya akan dimusyawarahkan dengan tokoh adat dan masyarakat, yang dihadiri para pihak yang akan melakukan pembagian harta warisan tersebut, (3) Pembagian harta warisan di masyarakat adat Suku Sikep Samin didasarkan pada musyawarah dan mufakat, serta kesepakatan keluarga sebagai dasar acuan dalam proses pembagiannya. 15 Selanjutnya (4) Pembagian harta warisan harus menghadirkan para pihak, yang dalam hal ini pewaris dan ahli warisnya, yang turut disaksikan tokoh adat masyarakat Suku Sikep Samin, beserta perwakilan warga masyarakat Samin sebagai saksi, (5) Pembagian warisan yang sudah disepakati bersama selanjutnya akan ditetapkan, di mana semenjak penetapan tersebut, maka para pihak harus menaati dan menghargai kesepakatan tersebut, sebagai dasar hukum yang harus ditaati, dan (6) Apabila kemudian hari terjadi permasalahan, maka sebaiknya harus diselesaikan di kantor desa, yang dihadiri para pihak yang bersengketa, serta tokoh adat Suku Sikep Samin beserta masyarakat sebagai saksi, namun apabila tidak bisa diselesaikan di kantor desa, maka dipersilahkan kepada para pihak yang bersengketa untu mengajukan gugatan ke jalur hukum. Kedua, kedudukan janda dalam pewarisan menurut hukum waris adat Suku Samin. Kedudukan janda dalam pembagian harta warisan dalam perkawinan, pembagian warisannya dapat dilakukan antara lain: (1) Pada prinsipnya harta bawaan kembali kepada masing-masing pihak yang membawanya. Hal itu berarti harta bawaan yang dibawa oleh pewaris akan kembali kepada keluarga pewaris, (2) Harta gono-gini pada prinsipnya merupakan hak bagi janda yang masih hidup, (3) Bagi barang-barang yang didapat suami atau isteri baik sebagai hibah atau warisan yang di dapat selama mereka masih dalam satu perkawinan maka barang itu dapat disamakan dengan harta bawaan masing-masing pihak, (4) Jika harta gono-gini belum mencukupi bagi kehidupan sehari-hari maka harta asal suami dapat digunakan oleh janda sampai meninggal dunia atau sampai janda itu kawin lagi. 16 15 Lasio, Pimpinan Tokoh Adat di Suku Sikep Samin Blora, Wawancara Pribadi, Blora, Rabu, 28 September 2016, pukul 10.00 WIB. 16 Lasio, Pimpinan Tokoh Adat di Suku Sikep Samin Blora, Wawancara Pribadi, Blora, Rabu, 28 September 2016, pukul 10.00 WIB. 7

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh penulis mengenai kedudukan janda dalam pembagian harta warisan, yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diketahui hal-hal sebagai berikut: Pertama, berdasarkan contoh kasus yang pertama janda mati memiliki anak. Pembagian harta warisan keluarga ibu Saminah binti Tarsio dengan dua orang anaknya yang bernama Bapak Sunarto dan Ibu Sunarti, maka diketahui mengenai kedudukan janda dalam sistem pembagian harta warisan menurut hukum waris adat Suku Sikep Samin adalah: (1) Kedudukan Ibu Saminah binti Tarsio (Janda) tidak memperoleh bagian dalam pembagian harta warisan tersebut, tetapi memiliki hak untuk tetap tinggal di rumah yang dibagikan tersebut, dengan tetap memperoleh biaya hidup yang layak dari anak-anaknya yaitu, Ibu Sunarti dan Bapak Sunarto, (2) Pembagian harta bersama tersebut didasarkan pada kesepakatan para pihak yang telah disetujui juga oleh pewaris. Mengenai pewaris Ibu Saminah binti Tarsio (Janda) akan ikut anak pertama yaitu Bapak Sunarto. Untuk selanjutnya mengenai biaya dan kebutuhan hidup untuk Ibu Ibu Saminah binti Tarsio akan ditanggung secara bersama antara Bapak Sunarto dan Ibu Sunarti sesuai dengan kesepakatan pembagian harta warisan tersebut. 17 Kedua, berdasarkan contoh kasus yang kedua janda mati tidak memiliki anak. Pembagian harta warisan Ibu Waliyah dengan keluarga besarnya, yang dalam hal ini keluarga Ibu Waliyah dan keluarga Bapak Sudarto (Almarhum), maka diketahui mengenai kedudukan janda dalam sistem pembagian harta warisan menurut hukum waris adat Suku Sikep Samin, yaitu: (1) Tanah dan bangunan rumah seluas 480 m 2 dengan disertai sertifikat hak milik menjadi milik Ibu Waliyah selaku istri dari Bapak Sudarto (Almarhum), karena tanah dan bangunan rumah tersebut merupakan harta bersama yang diperoleh saat dalam melangsungkan kehidupan rumah tangga. Selain itu dalam pernikahan antara Ibu Waliyah dengan Bapak Sudarto tidak memiliki keturunan, sehingga berdasarkan kesepakatan keluarga besar, baik dari keluarga Ibu Waliyah dan Bapak Sudarto maka tanah dan bangunan rumah tersebut menjadi milik Ibu Waliyah, (2) Tanah sawah luas 340 m 2 dengan disertai sertifikat 17 Lasio, Pimpinan Tokoh Adat di Suku Sikep Samin Blora, Wawancara Pribadi, Blora, Rabu, 28 September 2016, pukul 10.00 WIB. 8

hak milik dikembalikan kepada keluarga asal Bapak Sudarto, mengingat Tanah sawah tersebut merupakan harta asal dari Bapak Sudarto yang di bawah saat perkawinan dengan Ibu Waliyah. 18 Ketiga, berdasarkan contoh kasus yang ketiga janda cerai memiliki anak. Mengenai hal pembagian harta warisan Ibu Tumini dan Bapak Sarimin dengan anak mereka Bapak Sumarjo, maka diketahui mengenai kedudukan janda dalam sistem pembagian harta warisan menurut hukum adat Suku Samin, yaitu: (1) Tanah seluas 840 m 2 beserta bangunan rumah yang berdiri di atasnya dengan disertai sertifikat hak milik, menjadi milik Bapak Sumarjo selaku anak dari pernikahan Ibu Tumini dan Bapak Sarimin, dimana hal tersebut di dasarkan karena tanah dan bangunan rumah tersebut merupakan harta bersama yang diperoleh saat dalam melangsungkan kehidupan rumah tangga. Selain itu dalam pernikahan antara Ibu Tumini dan Bapak Sarimin hanya memiliki satu keturunan, sehingga berdasarkan kesepakatan para pihak, maka mereka sepakat untuk memberikan tanah dan bangunan rumah tersebut menjadi milik Bapak Sumarjo, (2) Mengenai kedudukan Janda dari Ibu Tumini, yang merupakan seorang ibu dari Bapak Sumarjo, dan merupakan seorang janda dari perceraian pernikahan dengan Bapak Sarimin, maka keberadaanya tetap boleh tinggal di rumah harta bersama yang telah dibagi tersebut. Ibu Tumini tetap mempunyai hak untuk tetap tinggal di rumah tersebut, dan mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan dan pemenuhan kehidupan yang layak dari anak mereka Bapak Sumarjo sampai Ibu Tumini meninggal dunia atau menikah lagi. 19 Keempat, berdasarkan contoh kasus yang keempat janda cerai tidak memiliki anak. Mengenai hal pembagian harta warisan Ibu Sartiah dan Bapak Tarmono, maka diketahui mengenai kedudukan janda dalam sistem pembagian harta warisan menurut hukum adat Suku Samin, yaitu: (1) Tanah seluas 640 m 2 beserta bangunan rumah yang berdiri di atasnya dengan disertai sertifikat hak milik tersebut, menjadi milik bersama antara Ibu Sartiah dan Bapak Tarmono, dimana hal tersebut didasarkan 18 Lasio, Pimpinan Tokoh Adat di Suku Sikep Samin Blora, Wawancara Pribadi, Blora, Rabu, 28 September 2016, pukul 10.00 WIB. 19 Lasio, Pimpinan Tokoh Adat di Suku Sikep Samin Blora, Wawancara Pribadi, Blora, Rabu, 28 September 2016, pukul 10.00 WIB. 9

karena tanah dan bangunan rumah tersebut merupakan harta bersama yang diperoleh saat dalam melangsungkan kehidupan rumah tangga. Selain itu dalam pernikahan antara Ibu Sartiah dan Bapak Tarmono tidak memiliki keturunan, sehingga berdasarkan kesepakatan para pihak, baik dari pihak Ibu Sartiah dan Bapak Tarmono sepakat untuk membagi tanah dan bangunan rumah tersebut menjadi 2 bagian secara adil. (2) Mengenai keberadaan harta asal dalam perkawinan yang dibawa saat pernikahan oleh Bapak Tarmono, kedudukan Ibu Sartiah adalah menerima harta asal tersebut untuk kembali kepada Bapak Tarmono, karena bagaimanapun harta asal tersebut menjadi hak Bapak Tarmono, karena harta asal tersebut dibawa Bapak Tarmono saat pernikahan berlangsung. 20 Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa, seorang janda berhak untuk membagi-bagikan harta keluarga kepada semua anak, asal saja setiap anak mendapat bagian yang sama/pantas. Kedudukan janda yang dimaksud tersebut ialah janda yang telah lama hidup bersama dalam perkawinan dengan almarhum suaminya. Tetapi apabila seorang perempuan belum lama kawin, belum mempunyai anak, bahkan belum ada barang gono gini dan suaminya meninggal dunia, maka barang asal suaminya pulang kembali kepada keluarga si suami. Dalam kedudukan tertentu seorang janda perempuan juga dapat memperoleh hasil dari barang asal suaminya, dalam arti sekurang-kurangnya dari barang asal itu sebagian harus tetap berada di tangan janda, sepanjang perlu untuk hidup secara pantas sampai meninggal dunia atau kawin lagi. 4. PENUTUP Kesimpulan Pertama, proses pembagian harta warisan pada masyarakat Suku Sikep Samin, khususnya terhadap kedudukan janda dilaksanakan menurut hasil dari kesepakatan para pihak, yang dalam hal ini adalah pihak janda dan pihak keluarga yang terlibat (suami ketika bercerai, keluarga suami (almarhum) apabila meninggal dunia, serta pihak anak apabila janda tersebut memiliki anak). Proses Pewarisan menurut Hukum Waris Adat di dalam Suku Sikep Samin terhadap keberadaan dan 20 Lasio, Pimpinan Tokoh Adat di Suku Sikep Samin Blora, Wawancara Pribadi, Blora, Rabu, 28 September 2016, pukul 10.00 WIB. 10

kedudukan janda dapat dibedakan menjadi 4 (empat) macam, yakni janda yang disebabkan karena meninggalnya suami dan mempunyai anak, janda yang disebabkan karena meninggalnya suami dan tidak mempunyai anak, janda yang disebabkan karena perceraian dan mempunyai anak, serta janda yang disebabkan karena perceraian dan tidak mempunyai anak. Kedua, kedudukan janda dalam pewarisan menurut hukum waris adat Suku Sikep Samin, dapat di digolongkan menjadi 4 (empat) macam, yakni janda yang disebabkan karena meninggalnya suami dan mempunyai anak, maka kedudukan janda tersebut tetap memiliki hak untuk tetap tinggal dan mendapatkan hasil dari harta yang dibagikan tersebut untuk biaya selama hidup janda dan untuk memenuhi kebutuhan hidup anaknya. Janda yang disebabkan karena meninggalnya suami dan tidak mempunyai anak, maka kedudukan janda tersebut terhadap harta bersama dengan suaminya yang meninggal dunia akan menjadi milik janda, dengan catatan pembagian harta tersebut mendapatkan persetujuan keluarga besar (keluarga pihak suami dan keluarga pihak janda), sedangkan mengenai barang asal suaminya akan pulang kembali kepada keluarga si suami. Janda yang disebabkan karena perceraian dan mempunyai anak, maka kedudukan janda tersebut tetap memiliki hak terhadap harta bersama untuk tetap tinggal dan mendapatkan hasil dari harta yang dibagikan tersebut untuk biaya selama hidup janda tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan hidup anaknya. Janda yang disebabkan karena perceraian dan tidak mempunyai anak, maka kedudukan janda tersebut terhadap harta bersama dengan suaminya, akan dibagi secara adil menjadi dua, sedangkan mengenai harta asal dalam perkawinan akan kembali menjadi milik masing-masing pihak (pihak suami dan janda). Saran Pertama, bagi ahli waris, dalam proses pembagian harta warisan sebaiknya dilakukan melalui jalur musyawarah, apalagi berkaitan dengan pembagian terhadap kedudukan janda. Essensi kebersaman dalam keluarga, baik dengan anak kandung dan keluarga besar (keluarga pihak suami dan keluarga pihak janda), harus menjadi tujuan bersama. Kesepakatan dan kebersamaan merupakan nilai dasar dalam pembagian harta warisan. Diharapkan pembagian harta bersama dengan jalur 11

musyawarah yang didasari nilai kebersamaan, akan tetap mempererat hubungan kekeluargaan. Kedua, bagi masyarakat dan tokoh adat yang menjadi panutan (Pemimpin Suku Sikep Samin), diharapkan untuk tetap menjaga dan mempertahankan nilai dan aturan adat sebagai dasar dalam kehidupan masyarakat, khususnya mengenai pembagian harta warisan agar keberadaan hukum adat tersebut tetap terjaga dan lestari. Pemahaman bahwa hukum waris adat adalah nilai luhur warisan nenek moyang yang luhur, harus tetap dijaga dan dipertahankan sebagai identitas dan panutan hidup masyarakat Suku Sikep Samin. Persantunan Skripsi ini, penulis persembahkan kepada: Orang tua saya tercinta atas doa, dukungan yang penuh dan juga penantiannya. Saudaraku tersayang atas dukungan, doa dan semangatnya. Teman-teman semua yang kusayangi, terimakasih atas do a, dorongan, semangatnya, motivasi, dukungan dan doanya selama ini. DAFTAR PUSTAKA Buku-buku Ali, Zainuddin, 2008, Pelaksanaan Hukum Waris Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika. Asikin, Zainal & Amiruddin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Mataram: Divisi Buku Perguruan Tinggi PT. Raja Grafindo. Hadikusuma, Hilman, 1993, Hukum Waris Adat, Bandung: Cipta Aditya Bhakti. Maruci, Muslich, 1990, Ilmu Waris, Semarang: Penerbit Mujahidin. Sri Wiyarti, Mg, 2000, Hukum Adat Dalam Pembinaan Hukum Nasional, Bagian B, Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Soepomo, 1993, Bab-Bab Tentang Hukum Adat, Jakarta: Pradnya Paramita. Soekanto, Soerjono, 1988, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika. Wignyodipoero, Soerojo, 1990, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Jakarta: Haji Masagung. 12

Wicaksono, Satrio, 2011, Hukum Waris: Cara Mudah dan Tepat Membagi Harta Warisan, Jakarta: Transmedia Pustaka. Internet/Website Ajaran Samin. https://id.m.wikipedia.org/wiki/ajaran_samin. Diunduh pada hari Senin 12 Oktober 2016. Pukul 13:35. Arti kata janda. http://kbbi.web.id/janda. Diunduh pada hari Senin 12 Oktober 2016. Pukul 13:35. 13