PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT UNTUK MENENTUKAN KONDUKTIVITAS PLAT SENG, MULTIROOF DAN ASBES

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI

KONVERSI ENERGI CAHAYA MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK MENGGUNAKAN DIODA SILIKON 6A10 MIC. Retno Wulandari*, Maksi Ginting, Antonius Surbakti

PENENTUAN KADAR AIR UBI KAYU MENGGUNAKAN PLAT KAPASITOR SEJAJAR. Rizki Amelia*, Maksi Ginting, Sugianto

Analisis Elektromotansi Termal antara Pasangan Logam Aluminium, Nikrom dan Platina sebagai Termokopel

PERANCANGAN ALAT PRAKTIKUM KONDUKTIVITAS TERMAL. Jl. Menoreh Tengah X/22, sampangan, semarang

PERCOBAAN PENENTUAN KONDUKTIVITAS TERMAL BERBAGAI LOGAM DENGAN METODE GANDENGAN

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS

Momentum, Vol. 9, No. 1, April 2013, Hal ISSN ANALISA KONDUKTIVITAS TERMAL BAJA ST-37 DAN KUNINGAN

STUDI PENGARUH DIAMETER RONGGA PENAMPANG KONDUKTOR TERHADAP PERUBAHAN SUHU ARTIKEL. Oleh: DewiPuspitasari NIM

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

PEMBUATAN ALAT UKUR KONDUKTIVITAS PANAS BAHAN PADAT UNTUK MEDIA PRAKTEK PEMBELAJARAN KEILMUAN FISIKA

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

PENENTUAN KUALITAS BATU BATA MERAH BERDASARKAN KONDUKTIVITAS TERMAL

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1

PENENTUAN BESAR ENERGI LISTRIK AKI DENGAN MEMVARIASIKAN JUMLAH AIR SULING (H 2 O) DAN ASAM SULFAT (H 2 SO 4 )

PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR

PENGUJIAN KINERJA COUPLE THERMOELEKTRIK SEBAGAI PENDINGIN PROSESOR

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger

LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

Arus listrik bergerak dari terminal positif (+) ke terminal negatif (-). Sedangkan aliran listrik dalam kawat logam terdiri dari aliran elektron yang

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

TEKNOLOGI ALAT PENGERING SURYA UNTUK HASIL PERTANIAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERPENUTUP MIRING

Kurikulum 2013 Antiremed Kelas 9 Fisika

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT UJI KONDUKTIVITAS TERMAL BAHAN

PEMBUATAN KOLEKTOR PELAT DATAR SEBAGAI PEMANAS AIR ENERGI SURYA DENGAN JUMLAH PENUTUP SATU LAPIS DAN DUA LAPIS

: Arus listrik, tumbukan antar elektron, panas, hukum joule, kalorimeter, transfer energi.

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK

MENGEFISIENSIKAN PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK : STUDI KASUS PADA MODEL ALIRAN PANAS PADA WATER COOKER (PEMANAS AIR ELEKTRIK)

BAB V KESIMPULAN. parafin dengan serbuk logam sebagai heat storage materials penulis dapat

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

UJI KEMURNIAN AIR SUNGAI BERDASARKAN SIFAT KELISTRIKKANNYA

RANCANG BANGUN MESIN UJI KONDUKTIVITAS LISTRIK METODE FOUR-POINT PROBE

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jalan Kolam No. 1 / jalan Gedung PBSI Telp , Universitas Medan

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK

Alat Peraga Pembelajaran Laju Hantaran Kalor

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

PENDINGIN TERMOELEKTRIK

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

RANCANG BANGUN SISTEM PENYULINGAN AIR GAMBUT DENGAN ENERGI MATAHARI MENGGUNAKAN KOLEKTOR SENG BERGELOMBANG

STUDI PENGARUH BAHAN PENUTUP ATAP TERHADAP KONDISI TERMAL PADA RUANG ATAP

PENGUJIAN DAN PEMANFAATAN PANAS BATU KAPUR SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK

ANALISIS RUGI- RUGI DAYA PADA PENGHANTAR SALURAN TRANSMISI TEGANGAN TINGGI 150 KV DARI GARDU INDUK KOTO PANJANG KE GARDU INDUK GARUDA SAKTI PEKANBARU

SIMULASI DISPENSER HOT AND COOL UNIT

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL LOGAM DENGAN METODE TRANSIEN

TUGAS AKHIR ANALISA THERMAL ROOFING MENGGUNAKAN VARIASI MATERIAL ATAP DAN WARNA MATERIAL ATAP PADA SUDUT 45 KE ARAH TIMUR

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 di

LISTRIK DINAMIS B A B B A B

Rudi Susanto

PENGUJIAN KARAKTERISTIK MEKANIK GENTENG

ANALISA KARAKTERISTIK ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNG PARABOLA

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

PENENTUAN KONDUKTIVITAS LISTRIK DAN KAJIAN KUALITAS AIR SUNGAI SIAK MENGGUNAKAN METODE JEMBATAN WHEATSTONE

PENENTUAN NILAI KOEFISIEN KONDUKTIVITAS TERMAL PADA BEBERAPA JENIS KAYU MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN LOGGER PRO

Percobaan L-2 Hukum Joule Uraian singkat : Dasar teori:

Analisa Pengaruh Temperatur Air Terhadap Aliran fluida dan laju Pemanasan Pada Alat Pemanas Air

PERANCANGAN PENYEBARAN DAYA PADA SINGLE-MODE FIBER DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN LITHIUM NIOBATE (LiNbO 3 ) DAN PARAFIN (C 20 H 42 )

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

ALAT PENDINGIN DAN PEMANAS PORTABLE MENGGUNAKAN MODUL TERMOELEKTRIK TEGANGAN INPUT 6 VOLT DENGAN TAMBAHAN HEAT PIPE SEBAGAI MEDIA PEMINDAH PANAS

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

RANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER

DAYA KELUARAN PANEL SURYA SILIKON POLI KRISTALIN PADA CUACA NORMAL DAN CUACA BERASAP DENGAN SUSUNAN ARRAY PARALEL

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK

BAB III METODE PENELITIAN. makanan menggunakan termoelektrik peltier TEC sebagai berikut :

METODOLOGI PENELITIAN

SIFAT ISOLATOR PANAS PAPAN SEKAM PADI DENGAN VARIASI RESIN DAN UKURAN PARTIKEL

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III DESAIN DAN MANUFAKTUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PENGARUH INTI KOIL TERHADAP MEDAN MAGNETIK DAN MUATAN PADA KAPASITOR DALAM RANGKAIAN SERI LC. Sri Wahyuni *, Erwin, Salomo

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN

ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP (UAS) TAHUN PELAJARAN Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Program : X Hari / Tanggal : Jumat / 1 Juni 2012

KAJIAN KETEBALAN TANAH LIAT SEBAGAI BAHAN DIELEKTRIK KAPASITOR PLAT SEJAJAR. Jumingin 1, Susi Setiawati 2

A. Kompetensi Mengukur beban R, L, C pada sumber tegangan DC dan AC

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

RANCANG BANGUN ENERGI TERBARUKAN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI PANAS DARI KONDENSOR MESIN PENDINGIN

Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia.

SIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK. Rico D.P. Siahaan, Santo, Vito A. Putra, M. F. Yusuf, Irwan A Dharmawan

RANCANG BANGUN ALAT UJI KONDUKTIVITAS TERMAL

TARA KALOR MEKANIK. Adhelina,NP Sriwulandari Alam,Besse Khalidatunnisa,Andi Nurul Atiak Zaida,Sugira. Pendidikan Biologi FMIPA UNM 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kompor induksi type JF-20122

CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP LURUS DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER ABSTRAK

BAB V PENUTUP. Dari hasil penyelesaian tugas akhir dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

AUTOMATISASI KALIBRASI SENSOR SUHU PTC DAN NTC MEMPERGUNAKAN SUMBER TEGANGAN TERPROGRAM DAC7611

PEMBUATAN ALAT PENGERING SURYA UNTUK HASIL PERTANIAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERPENUTUP PRISMA SEGITIGA

PENENTUAN EFISIENSI DARI ALAT PENGERING SURYA TIPE KABINET BERPENUTUP KACA

Transkripsi:

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT UNTUK MENENTUKAN KONDUKTIVITAS PLAT SENG, MULTIROOF DAN ASBES Ersi Selparia *, Maksi Ginting, Riad Syech Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia * ersiselparia@yahoo.co.id ABSTRACT The use of conductors and insulators as household supplies industrial materials is increasing now a days. In this study, it carried out the design and testing tools to determine the conductivity of Zinc plate, multiroof and asbestos. The method is heat transfer conduction by using an electric circuit of source direct current (DC). The result shows the largest conductivity values contained in the Zinc plate is 0.482 W / m C and the lowest value is multiroof conductivity of 0.132 W / m C. Keywords: thermal conductivity, zinc plate, multiroof, asbestos, and temperature ABSTRAK Penggunaan bahan konduktor maupun isolator sebagai perlengkapan rumah tangga maupun sebagai bahan industri semakin meningkat. Pada penelitian ini, dilakukan pembuatan dan pengujian alat untuk menentukan konduktivitas plat seng, multiroof, dan asbes. Metode penelitian yang digunakan adalah metode perpindahan panas secara konduksi dengan menggunakan rangkaian listrik arus searah (DC). Dari hasil penelitian didapat bahwa nilai konduktivitas terbesar terdapat pada plat seng 0,482 W/m C dan nilai konduktivitas terendah adalah multiroof 0,132 W/m C. Kata kunci: Konduktivitas termal, plat seng, multroof, asbes, dan suhu PENDAHULUAN Teknologi dewasa ini seiring dengan kemajuan, genteng telah banyak memiliki macam dan bentuk yang tidak lagi berasal dari tanah liat semata, tetapi secara umum genteng dibuat dari semen, pasir, dan air yang dicampur dengan material lain dengan perbandingan tertentu. Genteng sebagai atap suatu bangunan berfungsi untuk menahan panas sinar matahari dan curahan air hujan. Genteng memiliki beberapa jenis, diantaranya genteng beton, genteng tanah liat, genteng keramik, genteng seng dan genteng kayu (sirap). (Aryadi, Y. 2010). Konduktivitas panas suatu bahan adalah ukuran kemampuan bahan untuk JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 191

menghantarkan panas terutama pada material atap bangunan. Konduktivitas termal setiap bahan memiliki nilai yang berbeda-beda. Panas adalah suatu bentuk energi yang dipindahkan melewati batas suatu sistem bila terdapat beda suhu antara sistem dengan lingkungannya (Djojoharjo, 1983). Panas merupakan suatu proses yang dinamis, dimana panas dipindahkan secara spontan dari satu posisi ke posisi lain yang suhunya dari tinggi ke rendah. Laju perpindahan panas ini tergantung pada perbedaan suhu antara kedua kondisi, dimana semakin besar perbedaan suhu maka semakin besar laju perpindahan panasnya. Penelitian ini menggunakan plat seng, multiroof, dan asbes sebagai bahan yang akan diteliti. Tujuannya untuk menentukan kualitas plat seng, multiroof, dan asbes yang paling menguntungkan sebagai atap bangunan berdasarkan pengujian konduktivitas termal dengan mengunakan metode perpindahan panas secara konduksi. 2. Laju panas yang mengalir melalui isolator dengan menggunakan persamaan berikut : 3. Setelah tercapai steady states, maka konduktivitas keping dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut : Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan rangkaian listrik DC (arus searah) dapat dilihat pada gambar 1 berikut : METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, akan ditentukan konduktivitas dari material berupa plat seng, multiroof, dan asbes. Material yang digunakan tidak diselubungi dengan suatu bahan isolator sehingga kehilangan panas dari bahan tersebut tidak bisa dihindari. Pada penelitian ini, parameter parameter yang dihitung adalah : 1. Besarnya daya pancar dari logam logam tersebut dinyatakan dengan persamaan berikut : Gambar 1. Skema alat dan bahan penelitian Keterangan gambar: Nomor: 1. Saklar 2. Accu / Power Supply 3. Amper meter 4. Tahanan geser (Potensiometer) 5. Volt meter 6. Termometer dipasang pada kepingan logam besi 1 (T 1 ) 7. Termometer dipasang pada kepingan logam besi 2 (T 2 ) 8. Termometer dipasang pada kepingan logam besi 3 (T 3 ) 9. Keping logam besi 1 JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 192

10. Keping logam besi 2 11. Keping logam besi 3 12. Isolator (bahan bangunan berupa plat seng, multiroof, asbes) 13. Elemen pemanas 14. Kotak 15. Baut (Skrup) 16. Colokan Penelitian ini dilakukan dengan memasukan 3 kepingan logam, isolator, dan elemen pemanas kedalam kotak, kemudian ketatkan dengan memutar skrup, setelah itu hubungkan elemen pemanas dengan susunan rangkaian pada gambar 1 kemudian catat suhu masing masing logam dan suhu ruang ( sekitar ). Buka kontak dan amati amperemeter dan voltmeter dan jaga sehingga jarumnya tidak melampaui harga maksimum dengan cara memutar potensiometer, tutup kembali kontak dan mulai menyiapkan alat pencatat waktu. Buka kembali kontak dan setiap lima menit sekali catat kembali suhu pada masing-masing keping logam besi serata catat juga arus dan tegangan yang dihasilkan. Ulangi pengukuran setiap lima menit sekali sampai tercapai keadaan steady state, setelah steady state longgarkan murnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan berdasarkan eksperimen tentang pengukuran konduktivitas panas terhadap suhu pada masing-masing keping logam besi dengan bahan (plat seng, multiroof, asbes) sebagai bahan isolatornya. Analisa Suhu Rata-rata setiap Keping Logam Besi pada Plat Seng seng dari lima kali pengambilan data adalah sebagai berikut: Gambar 2. Grafik suhu rata-rata ( C) untuk keping logam besi 1, 2, dan 3 pada plat seng terhadap waktu (menit) perbedaan suhu antara keping logam besi 1, 2, dan 3 terhadap waktu (menit). Keping logam besi 1, 2, dan 3 mengalami peningkatan suhu yang berubah-ubah sampai pada keadaan stedy state. Keping logam besi 3 mengalami peningkatan suhu yang cukup besar dibandingkan keping logam besi 2 dan 1 karena berada dekat dengan sumber panas. Keping logam besi 1 dan 2 memiliki perbedaan suhu yang tidak begitu besar karena bahan yang digunakan untuk mengalirkan panas dari keping logam besi 2 ke keping logam besi 1 merupakan penghantar panas yang baik. Analisa Suhu Rata-rata setiap Keping Logam Besi pada Multiroof Pengukuran suhu rata-rata untuk keping logam besi 1, 2, dan 3 pada multiroof dari lima kali pengambilan adalah sebagai berikut: Pengukuran suhu rata-rata untuk keping logam besi 1, 2, dan 3 pada plat JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 193

Gambar 3. Grafik suhu rata-rata ( C) untuk keping logam besi 1, 2, dan 3 pada multiroof terhadap waktu (menit) Dari dapat gambar dapat dilihat bahwa perbedaan suhu antara keping logam besi 1, 2, dan 3 dengan multiroof sebagai bahannya. Keping logam besi 1, 2, dan 3 suhunya mengalami peningkatan yang berubah-ubah sampai pada keadaan steady state. Analisa Suhu Rata-rata setiap Keping Logam Besi pada Asbes perbedaan suhu antara keping logam besi 1, 2, dan 3 sampai pada keadaan steady state. Keping logam besi 1 mengalami peningkatan suhu yang lebih kecil dibandingkan keping logam besi 2 dan 3 karena panas yang dialiri melalui kepingan logam besi 2 dan asbes sebagai bahan yang berada antara keping logam besi 2 dan 1 bukan merupakan penghantar panas yang baik. Keping logam besi 2, dan 3 mengalami peningkatan suhu yang lebih besar dibandingkan keping logam besi 1 karena berada dekat dengan sumber panas Analisa Daya Pancar Logam Ratarata pada plat seng, asbes, multiroof Pengukuran daya pancar logam rata-rata dari lima kali pengambilan data pada plat seng, multiroof, dan asbes adalah sebagai berikut: Pengukuran suhu rata-rata untuk keping logam besi 1, 2, dan 3 pada asbes dari lima kali pengambilan data adalah sebagai berikut: Gambar 5. Grafik daya pancar logam rata-rata pada plat seng, multiroof, dan asbes terhadap waktu (menit) Gambar 4. Grafik suhu rata-rata ( C) untuk keping logam besi 1, 2, dan 3 pad asbes terhadap waktu (menit) daya pancar logam pada plat seng, multiroof, dan asbes sama-sama mengalami perubahan sampai pada keadaan steady state, dimana perubahan yang terjadi selalu berkurang maka dapat disimpulkan bahwa semakin lama JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 194

waktu yang diberikan maka daya pancar logam akan semakin berkurang. Daya pancar logam paling kecil terdapat pada asbes, sedangkan daya pancar logam paling besar terdapat pada plat seng. Analisa Konduktivitas Rata-rata plat seng, multiroof, dan asbes pada setiap waktu pengukuran Analisa Konduktivitas Rata-rata plat seng, multiroof, dan asbes pada keadaan steady state Pengukuran rata-rata laju panas yang mengalir melalui bahan (plat seng, multiroof, asbes) dari lima kali pengambilan data adalah sebagai berikut : Pengukuran rata-rata laju panas yang mengalir melalui bahan (plat seng, multiroof, asbes) dari lima kali pengambilan data adalah sebagai berikut : Gambar 7. Grafik konduktivitas ratarata plat seng, multiroof, dan asbes terhadap waktu (menit) pada keadaan steady state Gambar 6. Grafik konduktivitas ratarata plat seng, multiroof, dan asbes terhadap waktu (menit) pada setiap waktu pengukuran perbedaan nilai konduktivitas antara plat seng, multiroof, dan asbes. Konduktivitas yang memiliki nilai cukup besar terdapat pada plat seng setelah menit ke 100, sedangkan nilai konduktivitas yang kecil terdapat pada multiroof setelah menit ke 90. Konduktivitas plat seng, multiroof, dan asbes memiliki nilai yang berubah-ubah pada setiap waktu pengukuran sebelum mencapai keadaan steady state. perbedaan nilai konduktivitas antara plat seng, multiroof, dan asbes. Konduktivitas yang memiliki nilai cukup besar terdapat pada plat seng setelah menit ke 100, sedangkan nilai konduktivitas yang kecil terdapat pada multiroof setelah menit ke 90. Analisa Rata-rata Laju Panas yang mengalir melalui bahan (plat seng, multiroof, asbes) Pengukuran rata-rata laju panas yang mengalir melalui bahan (plat seng, multiroof, asbes) dari lima kali pengambilan data adalah sebagai berikut : JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 195

Gambar 8. Grafik rata-rata laju panas yang mengalir melalui bahan (plat seng, multiroof, dan asbes) terhadap waktu (menit) laju panas yang mengalir melalui bahan (plat seng, multiroof, asbes) terus meningkat dan berubah-ubah sampai pada keadaan steady state. Panas yang mengalir melalui plat seng cukup besar karena plat seng merupakan penghantar panas yang baik, sedangkan panas yang mengalir melalui asbes begitu kecil karena asbes bukan merupakan penghantar yang baik. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut; 1. Pembuatan dan pengujian alat untuk menentukan konduktivitas plat seng, multiroof, dan asbes telah berhasil di buat, dimana nilai suhu pada setiap keping besi untuk masing-masing bahan (plat seng, multiroof, asbes) berbeda. 2. Nilai daya pancar logam bervariasi pada masing-masing bahan (plat seng, multiroof, asbes). Nilai daya pancar logam dari masing-masing bahan semakin lama semakin berkurang sampai pada keadaan stedy state. 3. Jumlah panas yang hilang bervariasi untuk setiap bahan (plat seng, multiroof, asbes). Jumlah panas yang hilang maksimum terjadi pada pengukuran plat seng dimenit ke 100, sedangkan jumlah panas minimum terjadi pada pengukuran asbes dimenit ke 120. 4. Hasil perhitungan konduktivitas dalam penelitian ini diperoleh bahwa 0,482 w/m c di menit ke 100 untuk plat seng, 0,132 w/m c di menit 110 untuk multiroof, 0,154 w/m c di menit 120 untuk asbes setelah mencapai steady state. 5. Hasil perhitungan dalam penelitian ini diperoleh bahwa nilai konduktivitas yang besar dimiliki oleh plat seng, dan yang paling kecil dimliki oleh multiroof. Jadi bahan yang bagus untuk digunakan sebagai atap adalah multiroof, karena memiliki nilai konduktivitas yang paling kecil. DAFTAR PUSTAKA Ariyadi, Yulli. 2010. Pengujian karakteristik mekanika genteng. Program Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. Djojoiharjo, H. 1983. Mekanika Fluida. Jakarta: Erlangga. Holman, J.P. 1991. Perpindahan Kalor. Terjemahan Oleh:Jasjfi, edisi 6. Jakarta: Erlangga. Kreith, F. 1986. Prinsip prinsip Perpindahan Panas. Terjemahan Oleh: Arko, edisi 3. Jakarta: Erlangga. JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 196

Sears, F. W., M. W. Zemansky. 2002. University Phisic. Terjemahan Oleh: Endang. Jakarta: Erlangga. Soedojo, P.1985. Azas-azas Ilmu Fisika. Edisi Kedua. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 197