KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

BAB 4: PELAKSANAAN DAN TATA KELOLA MP3EI

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

PPN/Bappenas: KNKS Untuk Percepatan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia Kamis, 27 Juli 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No kawasan pariwisata sudah dapat dilaksanakan dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist); e. bahwa untuk penyederhanaan lebih lanjut

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERBAIKAN IKLIM INVESTASI. KEBIJAKAN PROGRAM TINDAKAN KELUARAN TARGET PENYELESAIAN I. KELEMBAGAAN A. Memperkuat Kelembagaan Pelayanan Investasi.

BUPATI SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN I TAHUN 2016

LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN II TAHUN 2016

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR : PER- 01 /M.

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-44/M.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOTA DINAS KP.06. Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian Rp Rp Rp

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015

Strategi UKM Indonesia

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

DAFTAR POSISI RANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERBAIKAN IKLIM INVESTASI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB V PENUTUP. rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Berusaha

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

KERANGKA REGULASI RKP 2017

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

Jakarta, 10 Maret 2011

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PERLUASAN KESEMPATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN NELAYAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

WALIKOTA TASIKMALAYA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

B. VISI : Terwujudnya Lembaga Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Ekonomi Yang Efektif dan Berkelanjutan

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN,

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008

PENDAPAT AKHIR PRESIDEN TERHADAP RANCANGAN UNDANG UNDANG TENTANG PENANAMAN MODAL PADA RAPAT PARIPURNA DPR RI TANGGAL 29 MARET 2007

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2012 TENTANG KOORDINASI PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

sektor investasi dalam negeri, namun peningkatan dari sisi penanaman modal asing mampu menutupi angka negatif tersebut dan menghasilkan akumulasi

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PAKET KEBIJAKAN EKONOMI MENJELANG DAN SESUDAH BERAKHIRNYA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

Transkripsi:

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA Gedung Utama, Departemen Keuangan, Jl. Lapangan Banteng Timur No.-4 Jakarta Pusat Tel: (0) 80-884 Fax: (0) 44-094 Website: http://www.ekon.go.id SIARAN PERS INPRES PERCEPATAN PENGEMBANGAN SEKTOR RL DAN PEMBERDAYAAN UMKM AKAN MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI, MENGURANGI PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN Jakarta, Juni 007 Menko Perekonomian Boediono didampingi sejumlah menteri lainnya hari ini mengumumkan bahwa Pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor tahun 007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Inpres itu menugaskan Menko Perekonomian dan 9 Menteri lainnya, Kepala LPND serta seluruh gubernur, bupati dan walikota untuk melaksanakan Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM. Penerbitan Inpres itu akan meningkatkan transparansi Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Untuk itu, setiap kebijakan yang ada dalam lampiran Inpres itu dirinci dalam bentuk program, tindakan, keluaran dan sasaran yang terukur dengan jelas, disertai target waktu penyelesaian yang telah dilengkapi dengan Menteri/Kepala LPND yang bertanggungjawab untuk mengimplementasikannya. Memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi rata-rata persen pada tiga triwulan terakhir ini, Pemerintah dan DPR menargetkan pertumbuhan, persen pada tahun 007, dan,-,9 persen pada tahun 008. Tingkat pengangguran terbuka yang mencapari 0,44 persen atau, juta pada tahun 00 telah turun menjadi 9,7 persen atau 0, juta pada awal tahun 007, dan Pemerintah menargetkannya untuk turun lebih lanjut menjadi 8,0 9,0 persen tahun 008. Percepatan pertumbuhan ekonomi dan pengurangan pengangguran itu pada gilirannya akan dapat mengurangi tingkat penduduk miskin dari 7,7 persen pada tahun 00 menjadi,0,8 persen tahun 008. Inpres Percepatan Pengembangan Sektor Riil yang ditetapkan hari ini meliputi: ) Perbaikan Iklim Investasi, ) Reformasi Sektor Keuangan, ) Percepatan Pembangunan Infrastruktur, dan 4) Pemberdayaan UMKM. Tiga kebijakan yang pertama di atas merupakan lanjutan dari kebijakan serupa yang telah dilaksanakan sejak tahun lalu, sedangkan Pemberdayaan UMKM merupakan perluasan dari beberapa program yang pada tahun 00 sudah ditampung dalam Paket Kebijakan Perbakan Iklim Investasi. Berdasarkan pengalaman pada kebijakan-kebijakan sebelumnya, Presiden RI menekankan pentingnya implementasi dan efektifitas pemantauan dari kebijakan yang terdapat dalam Inpres tersebut. Untuk itu Presiden RI telah menugaskan Menko Perekonomian untuk memantau pelaksanaan Inpres tersebut dengan lebih efektif. Menko kemudian membentuk Tim Pemantau yang terdiri dari Tim Eksternal dan Tim Pemerintah yang juga akan melakukan evaluasi, dialog dan survey terhadap implementasi tersebut.

Rekapitulasi Paket Kebijakan Percepatan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM No. Penanggung Jawab Iklim Investasi Sektor Keuangan Pembangunan Infrastruktur UKMK buah % Menteri Perdagangan 0 0 8. Menteri Dalam Negeri 0 0. Menteri Perindustrian 0 0.4 4 Menteri Keuangan 9 7 0 4. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara 0 0 0 0.7 Menko Perekonomian 8 0 4 9.9 7 Kepala BKPM 4 0 0 0 4.8 8 Menteri Perhubungan 0 7 0 7. 9 Meneg BUMN 0 8.7 0 Menteri ESDM 0 0 0.4 Menteri Kominfo 0 0 0. Menteri Pekerjaan Umum 0 0 4 0 4.8 Meneg PPN/Kepala Bappenas 0 0 0.4 4 Menteri Perumahan Rakyat 0 0 0.4 Kepala BPN 0 0. Menteri Negara Koperasi & UKM 0 0 0 4. 7 Kepala BPKP 0 0 0 0.7 8 Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi 0 0 0 0.7 9 Menteri Kebudayaan & Pariwisata 0 0 0 0.7 TOTAL 4 4 8 9 4 00.0 Secara ringkas disampaikan penjelasan mengenai latar belakang dan kinerja yang telah dicapai dalam implementasi kebijakan-kebijakan itu pada tahun lalu, dan garis besar masing-masing kebijakan itu dalam Inpres yang baru, sbb: A. Perbaikan Iklim Investasi Penerbitan Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi tahun lalu dimaksudkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh kegiatan investasi menyusul perlambatan pertumbuhan pada triwulan terakhir 00 dan awal 00 sebagai dampak kenaikan harga BBM. Sementara itu, di tingkat regional, persaingan antar sesama negara di kawasan Asia semakin besar seperti China, India, Thailand ditambah dengan masuknya negara pendatang baru seperti Vietnam yang menyebabkan persaingan untuk menarik investasi menjadi semakin ketat. Dengan latar belakang situasi ekonomi dalam dan luar negeri pada saat itu, maka diperlukan serangkaian upaya-upaya memperbaiki iklim investasi agar Indonesia kembali menjadi tempat tujuan investasi yang menarik, baik bagi investor dalam negeri maupun luar negeri. Sasaran utama dari paket itu untuk memacu pertumbuhan ekonomi di atas persen dengan menjadikan investasi sebagai salah-satu motor utamanya. Dalam pelaksanaannya, lebih 80 persen dari 8 tindakan yang terdapat dalam Kebijakan Iklim Investasi tahun lalu telah berhasil diselesaikan. Beberapa tindakan yang penting antara lain: penerbitan UU Penanaman Modal yang baru; penyederhanaan prosedur pemberian persetujuan investasi dan pengesahan pembentukan perseroan terbatas; penyederhanaan sejumlah perijinan di bidang perdagangan; penyederhanaan prosedur perpanjangan masa berlaku Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) dan pemberian perpanjangan masa berlaku Penerbitan Kartu Ijin Tinggal Terbatas (KITAS); pembatalan lebih dari 00 perda yang menimbulkan ekonomi biaya tinggi; pemberian insentif fiskal bagi kegiatan investasi prioritas dan perubahan status PPN atas produk pertanian menjadi barang bukan kena pajak;

penyederhanaan pemeriksaan kepabeanan, otomatisasi kegiatan di Tempat Penimbunan Berikat dan berkurangnya biaya serta waktu penanganan kargo di pelabuhan-pelabuhan. Kondisi ekonomi selama triwulan terakhir ini menunjukkan perbaikan dengan rata-rata pertumbuhan mencapai persen, yang ditopang oleh semakin menguatnya ekspor dan investasi dari dalam dan luar negeri. Sehubungan dengan itu, Pemerintah berpandangan momentum pemulihan itu perlu ditingkatkan dengan melanjutkan langkah memperbaiki iklim investasi sebagai bagian dari Inpres yang ditetapkan hari ini. Rekapitulasi Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi No. BIDANG KEBIJAKAN I Kelembagaan A. Memperkuat Kelembagaan Pelayanan Investasi; B. Sinkronisasi Peraturan Pusat dan Peraturan Daerah (Perda). Kelancaran Arus Barang Ekspor dan Impor A. Peningkatan pelayanan kargo di Pelabuhan Tanjung Priok; B. Mempercepat Pelayanan Kepabeanan (Customs Service); C. Pengembangan Fasilitas Kepabeanan (Customs Facilities); D. Pengawasan Kepabeanan (Customs Control). I Perpajakan A. Meningkatkan Pelayanan Perpajakan; B. Meningkatkan Good Governance; C. Melindungi Hak Wajib Pajak. 7 J U M L A H 4 B. Reformasi Sektor Keuangan Kebijakan Reformasi Sektor Keuangan dalam Inpres yang baru ini merupakan kelanjutan dari Kebijakan Sektor Keuangan yang diterbitkan pada pertengahan tahun 00. Pada Paket Kebijakan Sektor Keuangan (PKSK) yang lalu telah dilaksanakan beberapa kebijakan untuk maksud penguatan stabilitas sektor keuangan dalam rangka meningkatkan kepercayaan pasar dan masyarakat, yang sekaligus juga menurunkan resiko terulangnya krisis ekonomi tahun 998. Program yang telah berhasil diselesaikan untuk maksud tersebut, antara lain yang terkait dengan penyelesaian kredit bermasalah bank BUMN dan penanganan perusahaan asuransi yang tidak sehat. Selain itu penguatan kemampuan Lembaga Penjamin Simpanan dalam menangani bank bermasalah yang berdampak sistemik telah diatur. Paket Kebijakan Sektor Keuangan yang lalu juga memuat kebijakan-kebijakan dengan maksud mendorong diversifikasi sumber dana yang dapat dimanfaatkan oleh dunia usaha, baik dari perbankan maupun pasar modal dan lembaga keuangan lainnya. Dalam kelompok kebijakan ini antara lain telah dilaksanakan pengembangan pasar repo obligasi, pengembangan pasar modal berbasis syariah, penerbitan Obligasi Negara Ritel (ORI), dan penyusunan aturan tentang instrumen syukuk. Selain kedua maksud tersebut, paket kebijakan itu juga mengembangkan kompetisi antara bank, lembaga keuangan bukan bank, dan pasar modal untuk meningkatkan efisiensi sektor keuangan. Beberapa program yang sedang dilaksanakan sejalan dengan maksud ini antara lain penggabungan Bursa Efek Jakarta dengan Bursa Efek Surabaya, penerapan system e-reporting, e-licensing, e-registration, dan e-monitoring, serta penerapan remote trading di pasar modal. Sementara itu pada perbankan mulai diterapkan pengawasan yang berbasis risiko dalam rangka pelaksanaan Basel. Operasionalisasi Biro Informasi Kredit untuk pelayanan database debitur juga mulai dirintis. Pemberian fasilitas pajak kepada asuransi, pasar modal dan perbankan telah diberikan untuk mendorong pengembangan masing-masing industri.

Berbagai kebijakan tersebut diatas merupakan hasil dari tindakan yang dilaksanakan selama periode Juli 00 hingga triwulan pertama tahun 007. yang dijadwalkan pelaksanaannya setelah triwulan pertama 007 dan tindakan yang belum selesai akan dilanjutkan melalui komponen Kebijakan Reformasi Keuangan dalam Inpres /007 ini. Rekapitulasi Kebijakan Reformasi Sektor Keuangan No. BIDANG KEBIJAKAN I I Stabilitas Sistem Keuangan Lembaga Keuangan Perbankan Lembaga Keuangan Bukan Bank A. Memperkuat mekanisme koordinasi sektor keuangan; B. Memperkuat lembaga keuangan; C. Melaksanakan pendidikan keuangan. A. Meningkatkan koordinasi kebijakan perbankan; B. Memfasilitasi perkembangan perbankan syariah; C. Pengembangan sumber daya manusia. A. Memperkuat Kesehatan Industri Asuransi; B. Memperkuat Kesehatan Industri Dana Pensiun; C. Mengembangkan pembiayaan ekspor; D. Meletakkan dasar pengawasan berbasis risiko (risk based supervision) terhadap perusahaan pembiayaan; E. Mengembangkan Industri Jasa Gadai; F. Meningkatkan di-versifikasi produk dan jasa pembiayaan; G. Mengembangkan industri modal ventura. IV Pasar Modal A. Meningkatkan efisiensi dan likuiditas Pasar Modal; B. Meningkatkan likuiditas dan stabilitas Pasar Obligasi (Surat Utang); C. Memperkuat dasar hukum pengawas terhadap tindak pidana pencucian uang di bidang pasar modal; D. Menyusun kebijakan perpajakan dalam mendorong aktifitas pasar modal V Lain-lain A..Mengharmonisasikan peraturan perundang-undangan di sektor keuangan; B. Mengembangkan Diversifikasi Sumber Pembiayaan Pembangunan; C. Meningkatkan Kinerja BUMN. J U M L A H 4 Kerangka Paket Kebijakan Reformasi Sektor Keuangan yang baru diterbitkan ini sama dengan paket kebijakan sebelumnya, terdiri dari lima kelompok kebijakan yaitu stabilitas sistem keuangan, perbankan, lembaga keuangan bukan bank, pasar modal, dan lain-lain. C. Percepatan Pembangunan Infrastruktur Kebijakan Infrastruktur tahun lalu merupakan konsolidasi dari langkah-langkah strategis yang terkoordinasi dalam mewujudkan reformasi kerangka kebijakan, regulasi, dan kelembagaan dalam penyelenggaraan infrastruktur yang meliputi reformasi kebijakan strategis yang lintas sektor; reformasi kebijakan sektor dan korporasi guna mendorong terlaksananya persaingan yang sehat dalam penyediaan infrastruktur; regulasi untuk menghilangkan penyalahgunaan hak monopoli alamiah serta melindungi masyarakat dan penanam 4

modal dalam penyediaan infrastuktur; pemisahan peran secara tegas antara Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah yang berfungsi sebagai penyusun kebijakan dan BUMN/BUMD sebagai pelaku usaha (operator). Beberapa keluaran yang telah berhasil diselesaikan merupakan landasan dan kerangka kebijakan, regulasi dan kelembagaan kerjasama Pemerintah dan pihak Swasta dalam pembangunan infrastruktur meliputi peraturan perundangan seperti penyelesaian UU Perkeretaapian dan RUU tentang Pelayaran, RUU tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan, dan RUU tentang Penerbangan pada sektor transportasi dan RUU tentang ketenagalistrikan. Rekapitulasi Kebijakan Percepatan Pembangunan Infrastruktur No. BIDANG KEBIJAKAN I I Penyempuranaan Peraturan Perundangundangan Perkuatan Kelembagaan Peningkatan Manajemen Pembangunan Infrastruktur Percepatan penyelesaian peraturan perundanganundangan di bidang infrastruktur A. Peningkatan kemampuan Contracting Agency dalam penyiapan proyek yang dikerjakan bersama dengan swasta dalam rangka pelaksanan Perpres 7/00; B. Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam pembangunan infrastruktur; C. Pengaturan mengenai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk memperjelas fungsi, kedudukan, dan peran BUMD dalam pembangunan infrastruktur; D. Pembentukan Kelembagaan Keuangan non Bank untuk Infrastruktur; E. Pembentukan Institusi untuk mempercepat pembangunan infrastruktur. A. Peningkatan akses kelistrikan di pedesaan; B. Kaji ulang kebijakan tentang Kewajiban Pelayanan Umum (Public Service Obligation/PSO); C. Percepatan proses pengadaan tanah bagi kepentingan umum; D. Penyiapan petunjuk operasional kerjasama pemerintah dan swasta dalam rangka Perpres 7/00; E. Percepatan penyediaan perumahan; F. Peningkatan manajemen pemeliharaan infrastruktur dan keselamatan transportasi; G. Penyusunan Cetak Biru/Rencana Induk sektor. J U M L A H Pada kebijakan lintas sektor telah dikeluarkan peraturan tentang Sekretariat Komite Kebijakan Percepatan Pembangunan Infrastruktur (KKPPI), Prosedur dan Kriteria Proyek-proyek yang akan dikerjasamakan dengan pihak swasta. Selain itu juga telah diselesaikan petunjuk pelaksanaan untuk proyek yang dikerjasamakan antara pemerintah dan swasta. Hal lain yang telah diselesaikan adalah peraturan terkait pertanahan yang dituangkan dalam Perpres /00. Dalam hal pembiayaan infrastruktur, telah dikeluarkan peraturan yang dituangkan dalam Permenkeu 8/00 tentang petunjuk pelaksanaan pengendalian dan pengelolaan risko atas penyediaan infrastruktur.

Pada tahun 00, Pemerintah Indonesia juga telah melaksanakan kegiatan Indonesia Infrastructure Conference & Exhibition (CE 00) dengan sukses dimana terdapat lebih dari 000 peserta yang ikut berpartisipasi pada acara tersebut. D. PEMBERDAYAAN UMKM Kebijakan ini merupakan perluasan dari beberapa program yang pada tahun 00 sudah ditampung dalam Kebijakan Perbakan Iklim Investasi. Pengembangan kebijakan ini di desain berdasarkan survey iklim usaha di daerah pedesaan dan konsultasi aktif dengan KADIN dan pelaku usaha lainnya. Tujuan pokok dari kebijakan Pemberdayaan UMKM adalah untuk meningkatkan produktifitas UMKM, mendorong peningkatan efektifitas program dan kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan UMKM. Kebijakan ini juga dimaksudkan untuk memberikan signal yang lebih positif tentang pentingnya komitmen bersama untuk mendukung upaya pemberdayaan UMKM. Kebijakan Pemberdayaan UMKM meliputi empat aspek pokok yaitu (i) Peningkatan akses UMKM pada sumber pembiayaan, (ii) Pengembangan kewirausahaan dan SDM, (iii) Peningkatan peluang pasar produk UMKM, dan (iv) Regulatory reform. Secara keseluruhan, paket kebijakan Pemberdayaan UMKM meliputi 4 bidang, kebijakan, 0 program dan 8 tindakan, dengan rincian sebagai berikut: Rekapitulasi kebijakan Pemberdayaan UMKM No BIDANG KEBIJAKAN I Peningkatan akses UMKM pada sumber pembiayaan A. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan akses UMKM pada sumber pembiayaan B. Memperkuat sistem penjainan kredit C. Mengoptimalkan pemanfaatan dana non perbankan untuk pemberdayaan UMKM 8 Pengembangan kewirausahaan dan sumber daya manusia (SDM) A. Meningkatkan mobilitas dan kualitas SDM B. Mendorong tumbuhnya kewirausahaan yang berbasis teknologi I Peningkatan Peluang Pasar Produk UMKM A. Mendorong berkembangnya institusi promosi dan kreasi produk UMKM B. Mendorong berkembangnya pasar tradisional dan tata hubungan dagang antar pelaku pasar yang berbasis kemitraan C. Mengembangkan sistem informasi angkutan kapal untuk UMKM D. Mengembangkan sinergitas pasar IV Reformasi Regulasi A. Menyediakan insentif perpajakanuntuk UMKM

B. Menyusun kebijakan di bidang UMKM J U M L A H 9 Melalui kebijakan pemberdayaan UMKM, diharapkan iklim usaha bagi UMKM dapat lebih memudahkan bagi UMKM untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Selain itu, dana yang ada pada perbankan, pemerintah, BUMN serta di masyarakat diharapkan dapat dimanfaatkan dengan lebih optimal untuk mendukung upaya pemberdayaan UMKM. Diharapkan pula agar kewirausahaan UMKM dapat berkembang dengan lebih profesional dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dan inovasi, sehingga UMKM dapat lebih berdaya-saing dalam menangkap persaingan global. ===***=== 7