KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI PENYIMPANGAN PRAGMATIK KARTUN OPINI DALAM BUKU DARI PRESIDEN KE PRESIDEN KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009)

AMIN MUHTADI A

PARTISIPAN SERTA KONTEKS SITUASI DAN SOSIAL BUDAYA PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kata Italia caricare yang berarti memberi muatan atau melebihlebihkan.

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM KARIKATUR SUKRIBO HARIAN KOMPAS EDISI HARI MINGGU BULAN JANUARI FEBRUARI 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

WACANA KARTUN EDITORIAL OOM PASIKOM PADA RUBRIK OPINI HARIAN KOMPAS: SUATU TINJAUAN PRAGMATIK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PRATIWI AMALLIYAH A

ANALISIS PEMAKAIAN DISFEMIA PADA RUBRIK OPINI SURAT KABAR HARIAN JAWA POS EDISI BULAN JUNI 2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

ANALISIS ISI PESAN DALAM KARIKATUR DI INTERNET SEBAGAI KRITIK SOSIAL

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan informasi. Sebagai media penerbitan berkala, isi surat kabar tidak. melengkapi isi dari surat kabar tersebut.

ANALISIS TINDAK TUTUR PADA WACANA STIKER PLESETAN

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemilu 2014 merupakan kali ketiga rakyat Indonesia memilih

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

UNGKAPAN DISFEMIA PADA RUBRIK GAGASAN SURAT KABAR SUARA MERDEKA

BAB I PENDAHULUAN. individu lain yang berasal dari daerah atau wilayah lain. Oleh karena itu, bahasa. Indonesia dijadikan sebagai bahasa nasional.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Besar Bahasa Indonesia (2005: 88), bahasa ialah sistem lambang bunyi

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK)

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan. Seperti yang dinyatakan (Sumarlam, 2008:1) Sarana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA RUBRIK INDIKATOR HARIAN REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. rubrik kesehatan, rubrik iklan maupun slogan iklan kendaraan yang akan

KAJIAN REPETISI PADA CERPEN PERJAMUAN MALAIKAT KARYA AFIFAH AFRA. SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar merupakan media massa cetak yang menyampaikan informasinya dengan

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rafina Widowati, 2013

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. atau berita, fakta, dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama. Sistem pada

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

ANALISIS DEIKSIS PERSONA DAN TEMPORAL PADA RUBRIK JATI DIRI HARIAN JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. lisan merupakan ragam bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Ragam bahasa

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Dalam bab ini dibicarakan tentang metode penelitian, teknik pengumpul data,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENANDA KOHESI SUBTITUSI PADA WACANA KOLOM JATI DIRI JAWA POS EDISI BULAN JANUARI 2008

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini diawali dengan latar belakang penelitian, batasan masalah, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. peran yang cukup sentral dalam kehidupan sehari-hari, bahkan hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. Sekian banyak majalah remaja ternama di Indonesia, ada sebuah majalah yang

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan sebagainya melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL)

BAB I PENDAHULUAN. kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

BAB I PENDAHULUAN. kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Keraf (2000:1) bahwa retorika adalah

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting

Transkripsi:

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Oleh: Dini Isnina Arum A310040069 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 i

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk berpikir. Manusia mengungkapkan pikirannya melalui bahasa. Hubungan antara sebuah bahasa dan pikiran sangat erat. Bahasa yang kacau menunjukkan cara berpikir yang kacau. Bentuk bahasa yang sederhana menunjukkan jalan pikiran orang yang memakai bahasa itu. Dalam kehidupan manusia bahasa memegang peranan penting, yaitu sebagai alat komunikasi. Bahasa adalah seperangkat sistem aturan dan pilihan yang senantiasa memihak. Banyak aturan dan pilihan yang dapat ditemukan dalam bahasa. Pilihan-pilihan ini merupakan makna sosial. Makna latar senantiasa hadir di dalam dan di luar teks. Sebagai pemakai bahasa, kita membangun makna dengan bertumpu pada latar belakang sebagai skemata semantik yang dianggap sudah maklum dan sama-sama tahu (taken for granted). Karena dianggap maklum, skemata ini tidak hadir eksplisit dalam wacana tetapi tetap bagian tidak terpisahkan dari wacana (Alwasilah, 1997: 44). Penggunaan bahasa secara nyata yang ada dalam situasi komunikasi selalu melibatkan beberapa komponen. Komponen tersebut meliputi penyampai pesan yang dapat berupa pembicara atau penulis, penerima pesan yang juga dapat berupa pendengar atau pembaca, makna pesan, kode yang berupa lambanglambang kebahasaan, saluran yang berupa sarana, dan konteks. Bahasa itu sangat lengkap. Kelengkapan itu tidak hanya terdapat di dalam organisasinya yang dapat 1

2 berupa aspek tata bahasa, aspek bunyi bahasa, dan aspek makna, tetapi bahasa ternyata memperlihatkan keragaman. Keragaman itu sebagai akibat kondisi masyarakat dan kebudayaannya yang berbeda. Bahasa di dalam realisasinya selalu ada pada konteksnya (Supardo, 1988: 46). Lebih lanjut Preston (Supardo, 1988: 46) menyatakan bahwa konteks adalah segenap informasi yang berada di sekitar pemakaian bahasa, bahkan termasuk juga pemakaian bahasa yang ada di sekitarnya. Dengan demikian, halhal seperti situasi, jarak, tempat, dan sebagainya, dapat merupakan konteks pemakaian bahasa. Konteks mempunyai fungsi yang sangat penting di dalam bahasa. Ia dapat menentukan makna dan maksud satu ujaran. Konteks mencakup segala hal yang ada dalam peristiwa komunikasi (Rani, 2006: 19). Manusia dalam berkomunikasi mengenal dua penggunaan bahasa, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan adalah bahasa yang disampaikan oleh alat bicara, sedangkan bahasa tulis adalah bahasa yang disampaikan dalam bentuk tulisan. Penggunaan bahasa tulis dilakukan melalui media kertas atau alat cetak lainnya dan alat tulis serta berwujud buku, majalah, surat kabar, tabloid, surat, spanduk, brosur, leaflet, dan lain-lain. Dalam komunikasi secara lisan (seperti percakapan) wacana merupakan proses komunikasi yang berupa rangkaian ujaran. Ujaran adalah kalimat yang diucapkan secara lisan. Dalam komunikasi lisan para peserta tutur secara bergantian berbicara dengan atau tanpa topik yang jelas. Ujaran dalam komunikasi lisan sangat dipengaruhi oleh konteks. Wacana lisan hanya bersifat temporer yang

3 fana (artinya setelah diucapkan langsung hilang) sehingga penafsirannya harus melibatkan konteks ketika diucapkan. Percakapan serupa juga dapat ditemui dalam komunikasi secara tulis. Proses komunikasi demikian terdapat dalam surat kabar yang merupakan media komunikasi tulis yang akrab di masyarakat. Surat kabar terdiri atas surat kabar harian, mingguan, dan bulanan. Isinya dapat berupa ilmu pengetahuan dan hiburan yang sangat berguna bagi pembaca. Pengetahuan terdapat dalam rubrik tajuk rencana, artikel, opini, dan sebagainya, sedangkan hiburan dapat diperoleh dalam rubrik pojok dan iklan. Oleh sekelompok orang, media (pers) acap kali disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam kehidupan sosial-ekonomi dan politik. Hal itu terutama disebabkan oleh suatu persepsi tentang peran yang dapat dimainkan oleh media dalam kaitannya dengan pengembangan kehidupan sosial-ekonomi dan politik masyarakat. Sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik, antara lain, karena media juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan untuk diletakkan dalam konteks kehidupan yang lebih empiris (Sobur, 2004 :31). Dalam menyampaikan opini tersebut, media mempunyai cara yang berbeda-beda. Penelitian ini misalnya, pada harian Kompas terdapat rubrik tersendiri untuk mewakili aspirasinya berkaitan dengan kondisi sosial-ekonomi

4 dan politik yang sedang terjadi. Rubrik tersebut tidak secara langsung menyajikan wacana yang berisi kritik atau komentar, tetapi menggunakan tokoh-tokoh imajinatif yang disebut kartun. Kartun dalam media cetak di Indonesia dikatakan menjadi suatu bagian yang menarik karena selain sebagai media ekspresi, kartun juga mengajak pembaca untuk berpikir kritis dan merenungkan pesan-pesan yang tersirat di dalamnya. Gambar-gambar dan tulisan-tulisan dalam kartun dibuat lucu, menggelitik, dan mengandung sindiran. Politik biasanya menjadi tema hangat dari setiap hasil karya para pekartun di Indonesia mulai dari zaman revolusi hingga saat ini. Namun demikian, setelah memasuki masa reformasi, tema politik tidak lagi menjadi satu-satunya isu hangat yang ditampilkan. Isu ekonomi, pendidikan, sosial, hingga kemiskinan juga menjadi pilihan. Priyanto (dalam Kompas, 2007: 12) menjelaskan bahwa pada zaman sebelum Orde Lama atau masa parlemen, setiap pekartun membawa kepentingan kelompok tertentu. Lewat karya kartun, kelompok yang bertikai secara terbuka saling serang. Karya kartun menjadi hidup dan kreatif. Memasuki masa Orde Lama, karya kartun didominasi kelompok kiri atau komunis. Kartun tidak lagi dinamis. Kondisi semakin parah begitu memasuki masa Orde Baru, kartun lebih menjadi wakil suara rakyat. Karena posisi penguasa lebih kuat, kartun berupa retorika yang halus dan pekartun tidak berani terang-terangan mengkritik pemerintah yang berkuasa.

5 Akan tetapi, kondisi jauh berbeda di saat reformasi. Perkembangan kartun menjadi lebih gila dari sebelum Orde Lama. Isu politik tidak lagi mendominasi. Tema ekonomi, pendidikan, sosial, dan kemiskinan diangkat pula. Pengungkapan suatu fakta dalam masyarakat itu dikemas sedemikian rupa sehingga pembaca harus membaca dan mencermati penggunaan bahasanya agar dapat memahami peristiwa yang diungkapkan. Selain itu, pembaca harus memperhatikan kondisi masyarakat atau pemerintahan agar dapat menemukan teks utuhnya yang pada umumnya juga menjadi rubrik tersendiri dalam harian tersebut. Kejelian ini sangat diperlukan agar pembaca dapat memahami kode-kode kebahasaan yang digunakan. Salah satu rubrik hiburan dalam harian Kompas adalah berupa dialogdialog oleh tokoh-tokoh yang diperankan oleh tokoh imajinatif atau tokoh bergambar. Tokoh-tokoh tersebut menuturkan dialog-dialog sehingga terciptalah suatu wacana yang utuh. Akan tetapi, penulis rubrik tidak menyampaikan dialogdialog tersebut dalam urutan yang runtut sehingga pembaca harus membaca berulang-ulang agar dapat memahaminya sebagai wacana yang padu. Uniknya, rubrik hiburan yang berupa kartun opini ini hanya ada dalam harian Kompas. Cerita yang diperankan oleh tokoh-tokoh rekaan yang diciptakan oleh penulis tersebut mempunyai pengacuan di dunia nyata, seperti penjual, pembeli, pemulung, dan sebagainya. Hal itu tentu saja disesuaikan dengan tema yang diangkat dan konteks cerita. Begitu juga dialog yang dibawakan merupakan bentuk ungkapan yang berisi kritik atau sekadar komentar tentang keadaan yang sedang terjadi di masyarakat. Sebagai contoh menjelang pemilihan kepala daerah

6 DKI Jakarta, penulis pun mengangkat tema tersebut dalam rubrik kartun opini. Oleh sebab itu, dalam wacana kartun opini ini bisa ditemukan variasi struktur wacana. Variasi tersebut harus memiliki kohesi dan koherensi sehingga pesan yang ingin disampaikan tidak berubah atau hilang. Hal ini dapat diketahui dengan mengidentifikasi keberterimaan variasi wacana dan keterkaitan dengan konteks yang melingkupi. Konteks itu meliputi waktu, tempat, dan kondisi sosial masyarakat yang digambarkan. Atas dasar paparan tersebut, maka diungkapkan judul Karakteristik Struktur Percakapan dan Konteks pada Rubrik Kartun Opini dalam Harian Kompas. Penelitian ini akan membahas karakteristik struktur percakapan dan konteks yang terdapat dalam rubrik opini harian Kompas. 1.2 Pembatasan Masalah Agar penelitian berjalan secara terarah dalam hubungannya dengan pembahasan permasalahan, maka diperlukan pembatasan permasalahan yang diteliti. Pembatasan ini setidaknya memberikan gambaran mengenai arah penelitian ini dan memudahkan peneliti untuk menganalisis permasalahan yang sedang diteliti. Penelitian ini dibatasi pada rubrik kartun opini yang terdapat dalam harian Kompas bulan Juli dan Agustus 2007.

7 1.3 Rumusan Masalah Beberapa permasalahan yang terkait dengan penelitian ini. 1. Bagaimana karakteristik struktur percakapan pada rubrik kartun opini dalam surat kabar harian Kompas? 2. Bagaimana konteks yang terdapat pada rubrik kartun opini dalam surat kabar harian Kompas? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan. 1. Mengidentifikasi karakteristik struktur percakapan pada rubrik kartun opini dalam surat kabar harian Kompas dan 2. Mengkaji konteks yang terdapat pada rubrik kartun opini dalam surat kabar harian Kompas. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat. 1. Dengan identifikasi karakteristik struktur percakapan pada rubrik kartun opini dalam surat kabar harian Kompas, maka dapat dijadikan pijakan dalam menulis wacana kartun opini dan 3. Dengan kajian konteks yang terdapat pada rubrik kartun opini, maka dapat menjadi pertimbangan dalam memahami wacana kartun opini.