BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2005).

Tali Pusat Pada Janin

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

Puji Astutik STIKes Satria Bhakti Nganjuk ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. transisi yang baik terhadap kehidupannya diluar uterus. Bayi baru lahir

BAB II TINJAUAN TEORI. Tali pusat dalam istilah medisnya disebut dengan umbilical cord.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Sisa tali

Diah Sukarni, Eprila, Indah Puji Septeria Dosen Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya hidup dalam lingkungan dan berperilaku hidup sehat, memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam kandungan dengan plasenta. Saluran ini biasanya terdiri dari tiga pembuluh

BAB II LANDASAN TEORI. perut ibu hingga bulan pertama kehidupan (Varney, 2008). Bayi baru lahir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diah Eko Martini ...ABSTRAK...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

MAKALAH MEMANDIKAN DAN PERAWATAN TALI PUSAT

GAMBARAN CARA PERAWATAN TALI PUSAT DAN LAMA WAKTU PELEPASAN TALI PUSAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN BAKI SUKOHARJO

BAB V PEMBAHASAN. 1. Lama Pelepasan Tali Pusat pada Kelompok Kasus. tali pusat >7 hari. Rerata waktu lepas tali pusat bayi yang dirawat dengan

SURAT PERNYATAAN CONTENT VALIDITY

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketika bayi lahir, kondisi bayi masih lemah sehinggga butuh perhatian dan

Dwi Sogi Sri Redjeki 1, Husin Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Sari Mulia Banjarmasin. ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk menurunkan angka kematian anak. Salah satu indikator angka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Praktek adalah suatu sikap yang belum tentu terwujud dalam suatu

Vol 1 No 2 Tahun 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Saver (MPS) di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar

PERBEDAAN LAMA LEPAS TALI PUSAT PERAWATAN DENGAN MENGGUNAKAN KASA STERIL DIBANDINGKAN KASA ALKOHOL DI DESA BOWAN KECAMATAN DELANGGU SKRIPSI

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR

HUBUNGAN PARITAS DENGAN PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR OLEH IBU POSTPARTUM DI KLINIK BERSALIN HJ. S. TARIGAN DI KOTA PANGKALPINANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. (Notoatmodjo, 2007)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PRINSIP PERUBAHAN PERILAKU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. janin yang viable. Menurut Varney (2009), primipara adalah wanita yang pernah

BAB II TINJAU TEORI. makluk hidup yang bersangkutan. Sedangkan menurut Skiner (1998) perilaku

Lampiran 1 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

RERATA WAKTU PELEPASAN TALI PUSAT BERDASARKAN JENIS PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR DI KECAMATAN PATIKRAJA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2009

ASUHAN PADA BAYI DENGAN TETANUS NEONATORUM

Endang Wahyuningsih, Sri Wahyuni ABSTRAK

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Tali pusat (funis) memanjang dari umbilikalis sampai ke permukaan fetal plasenta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

RENCANA BIMBINGAN KLINIK

BAB II TINJAUAN TEORI

PRAKTIK PERAWATAN TALI PUSAT OLEH IBU DENGAN KEJADIAN INFEKSI TALI PUSAT BAYI BARU LAHIR DI SEMARANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

EFEKTIFITAS PERAWATAN TALI PUSAT TEKNIK KERING DAN TERBUKA TERHADAP LAMA PUPUT TALI PUSAT DI KOTA BANJARBARU

Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU NIFAS MELAKUKAN PERAWATAN TALI PUSAT PADA BBL SECARA MANDIRI DI RSUD KAB. CIBITUNG TAHUN 2016.

METODE PERAWATAN TALI PUSAT TERBUKA PADA BAYI DI RUANG BAYI RSUD. ULIN BANJARMASIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN KLINIK DAN KONSELING IMPLAN-2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERSETUJUAN PEMBIMBING. Jurnal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kedua adalah pelayanan kesehatan diantaranya adalah sumber daya manusia yang

RIKA RAHANI 14/AB/032

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Defenisi Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pencegahan terhadap penyakit tetanus. Untuk mencegah tetanus neonatorum (TN) ibu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menambah tingginya biaya perawatan dan angka kesakitan pasien (Anonim, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

- Memberi rasa nyaman pada klien. - Meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan pembangunan

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan reproduksi wanita menjadi perhatian yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. perlu diperhatikan untuk ketahanan hidupnya (Muslihatun, 2010; h. 3).

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

Hidup Sehat. Peta Konsep. Halaman 1 dari 8

The Knowledge of Primipara s Mothers about Navel s Treatment in Birth s Room in Immanuel Hospital - Bandung. Saur Mian Sinaga Stikes Immanuel Bandung

OBSERVASI PERAWATAN TALI PUSAT TERHADAP WAKTU PENGERINGAN DAN PELEPASAN TALI PUSAT DI RUANG RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai

Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Drg. Novitasari RA,MPH

BAB I PENDAHULUAN. maju bahkan telah menggeser paradigma quality kearah paradigma quality

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoadmojo, 2007 perilaku dari pandangan biologis merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Konseling a. Pengertian Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan keterampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah tersebut (Saifuddin. 2009). Suatu komunikasi interpersonal belum tentu konseling tetapi konseling selalu merupakan komunikasi interpersonal. Orang yang memberikan bantuan konseling disebut konselor. Sedangkan orang yang diberikan konseling disebut konseli. Didalam kebidanan konseling disebut juga klien dalam konseling hubungan atau pertaliaan antara konselor dengan klien memegang peranan yang penting bagi keberhasilan konseling. Merupakan bentuk percakapan wawancara sebagai alat pengumpulan data digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi, 6

digilib.uns.ac.id 7 harapan, persepsi, keinginan, keyakinan dan lain-lain dari individu atau responden. Caranya melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada individu. (Tyastuti, 2008: 41). b. Tujuan Konseling Dalam Praktek Kebidanan Konseling bersifat membantu memecahkan masalah yang dihadapi klien. Masalah yang benar-benar terjadi pada dirinya maupun orang lain, harus segera ditangani agar tidak menimbulkan permasalah baru. Masalah lainya yaitu ketidak mampuan dan ketidak mengertian klien akan potensi yang dimilikinya yaitu: 1) Fungsi kuratif yaitu membantu memecahkan masalah yang dihadapi klien dalam proses perkembangan, dimana klien tidak mampu mengembangkan dirinya karena beberapa alasan yang dapat diterima, maka disini bidan membantu klien untuk memahami dan menyelesaikan perkembanganya. 2) Fungsi preventif yaitu tidak hanya mengatasi masalah yang telah terjadi tetapi juga menjaga masalah agar tidak bertambah serta muncul masalah baru yang dapat mengganggu diri klien dan orang lain. Fungsi preventif dilakukan dengan cara membelajarkan kepada klien agar terhindar dari masalah yang semakin kompleks, mendalam, dan rumit, dengan cara memberikan keterampilan dan teknik dalam menyelesaikan masalahnya. Garis besar tujuan konseling kebidanan yaitu merubah pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku (attack) klien. Fungsi lain dari konseling yaitu: Konseling merupakan upaya mencegah

digilib.uns.ac.id 8 timbulnya masalah kesehatan. Konseling sebagai penyesuaian dalam hal ini merupakan upaya untuk membantu klien mengalami perubahan biologis, psikologis, social, cultural, dan lingkungan yang berkaitan dengan kesehatan. Konseling sebagai perbaikan dilaksanakan ketika terjadi penyimpangan perilaku klien atau pelayanan kesehatan dan lingkungan. Konseling sabagai pengembangan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan upaya peningkatan peran serta masyarakat. c. Manfaat Konseling Meningkatkan kemampuan klien dalam mengenal masalah, merumuskan alternatif, memecahkan masalah dan memiliki pengalaman dalam pemecahan masalah secara pribadi (Wulandari, 2009). d. Faktor Penghambat Konseling 1. Faktor Individu Komunikasi interpersonal atau konseling dilakukan oleh orang secara pribadi. Pribadi ini yang menjadi sumber pesan dan umpan balik. Kepribadian tersebut ada hal yang mempengaruhi kualitas komunikasi yaitu sikap orang lain yang kita ajak komunikasi dan sikap terhadap diri sendiri. Selain sikap ada faktor fisik yang bisa menyebabkan suatu komunikasi interpersonal atau konseling yang efektif tidak tercapai faktor-faktor tersebut antara lain:

digilib.uns.ac.id 9 a) Faktor fisik sangat mempengaruhi kelancaran komunikasi atau konseling. Meliputi kepekaan panca indra, usia dan jender. hal ini sangat penting karena penurunan kepekaan pada organorgan pendengaran, penglihatan dan lainnya akan menentukan kelancaran komunikasi. b) Faktor sosial ternyata bisa juga mempengaruhi proses konseling. Meliputi sejarah keluarga dan relaksi, jaringan sosial, orang yang punya wawasan dan pergaulan yang luas akan lebih mudah untuk melakukan konseling. Peran dalam masyarakat, status sosial, peran sosial. 2. Faktor yang berkaitan dengan interaksi Disamping faktor indifidu faktor yang juga menghambat konseling adalah faktor yang berkaitan dengan interaksi diantaranya: a) Tujuan dan harapan terhadap komunikas. Terjadi apabila dalam suatu konseling, komunikator tidak memberikan konseling sesuai kebutuhan klien maka komunikasin yang disampaikan komunikator tidak didengar oleh klien karena tidak sesuai harapan.

digilib.uns.ac.id 10 b) Sikap terhadap interaksi Sikap yang terbuka dan bersahabat sangat mendukung komunikasi, tetapi sebaliknya orang yang tertutup dan kurang bersahabat akan sulit diajak komunikasi, biasanya orang yang sepeti ini susah untuk mengungkapkan masalahnya. c) Pembawaan diri seseorang terhadap orang lain (seperti kehangatan, perhatian, dukungan) pembawaan diri seseorang sangat mempengaruhi komuniksi. Orang yang sombong, sinis dan tidak memberikan dukugan merupakan hambatan komunikasi yang harus mampu kita hadapi. d) Sejarah hubungan adalah masalah yang telah lampau tetapi akan sangat berpengaruh dimasa sekarang atau masa datang. 2. Faktor situsional Situasi selama melakukan komunikasi sangat mempengaruhi keberhasilan komunikasi, lingkungan yang tenang dan terjaga merupakan situasi yang mendukung. 3. Kompetensi dalam melakukan percakapa Agar konseling berjalan dengan baik perlu memiliki keterampilan komunikasi interpersonal baik sosial maupun behavioral. Kompetensi tersebut meliputi: a) Empati b) Perspektif sosial adalah kemungkinan-kemungkinan perilaku yang diambil oleh orang yang kita ajak komunikasi.

digilib.uns.ac.id 11 c) Kepekaan d) Pengetahuan akan situasi pada saat melakukan KIP e) Monitor diri f) Kecakapan dalam tingkah laku e. Proses konseling Proses konseling menggambarkan adanya kerjasama antara bidan selaku konselor dengan klien dalam mencari tahu tentang masalah yang dihadapi klien. Proses ini memerlukan keterbukaan dari klien dan bidan agar mencapai jalan keluar pemecahan masalah klien (Wulandari, 2009). f. Langkah Konseling Dalam Pratik Kebidanan 1) Langkah awal merupakan langkah penting dalam proses konseling kebidanan sebagai penentu keberhasilan langkah berikutnya dalam proses konseling kebidanan. 2) Langkah inti merupakan langkah kedua dari proses konseling atau langkah pokok. Langkah ini menentukan apakah bantuan yang diberikan benar-benar sesuai dengan kebutuhan klien, dan apakah konseling berhasil dengan baik. 3) Langkah akhir merupakan melakukan kegiatan pokok dalam proses konseling meskipun disini bidan bukan seorang yang paling berhak untuk mengakhiri konseling, akan tetapi bidan harus mampu melakukan terminisasi atau pengakhiran (Yuswanto & Yulifa: 2009)

digilib.uns.ac.id 12 g. Ciri-Ciri langkah Konseling 1) Interaksi antara dua orang ( antara bidan dengan klien) 2) Konseling datang mempunyai masalah 3) Konseling datang atas kemauan sendiri atau saran orang lain untuk menyelesaikan masalah. 4) Konselor adalah seorang yang terlatih (profesional dalam bidangnya) 5) Tujuan konseling adalah menolong dan memberikan bantuan kepada konseling agar ia mengerti dan menerima keadaannya serta dapat menemukan jalan keluar dengan menggunakan potensi yang ada pada dirinya. 6) Proses konseling menitikbetarkan pada masalah yang jelas nyata dan dalam kesadaran diri. 2. Perawatan Tali pusat a. Pengertian Menurut kamus Bahasa indonesia, perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan. Tali pusat atau umbilikal court adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Perawatan tali pusat adalah perbuatan merawat atau memelihara pada tali pusat bayi setalah tali pusat dipotong sampai sebelum puput. Tujuan perawatan tali pusat untuk menjaga agar tali

digilib.uns.ac.id 13 pusat tetap kering dan bersih, mencegah infeksi pada bayi baru lahir. (Retniyati, 2010). b. Cara Perawatan Tali pusat 1) Pangkal tali pusat, untuk membersihkan pangkal ini, harus sedikit mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Sisa air yang menempel pada tali pusat dapat dikeringkan dengan menggunakan kain kasa steril atau kapas. 2) Anginkan tali pusat, tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari. Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup, tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan kain kasa steril. 3) Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan leluasa. Bila akan menggunakan popok sekali pakai, pilihlah yang memang khusus untuk bayi baru lahir yang ada lekukan di bagian depan. 4) Jangan mengenakan celana atau jump-suit. Sampai tali pusatnya puput, kenakan saja popok dan baju atasan. Bila akan menggunakan popok kain, jangan masukkan baju atasannya ke dalam popok. Intinya adalah membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat mengering dan lepas.

digilib.uns.ac.id 14 c. Perawatan Tali Pusat Menurut APN 1) Jangan membungkus putung tali pusat atau perut bayi atau mengoleskan cairan atau bahan apapun ke putung tali pusat. 2) Mengoleskan alkohol atau betadin (terutama jika pemotongan tali pusat tidak terjamin DTT atau steril) masih diperkenankan tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan basah atau lembab. 3) Lipat popok dibawah putung tali pusat 4) berdarah, atau berbau (JNPK-KR, 2008). d. Nasehat Perawatan Tali Pusat Terbuka 1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat. 2) Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat. 3) Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah atau lembab. 4) Lipat popok di bawah puntung tali pusat. 5) Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa tali pusat mengering dan terlepas sendiri. 6) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan hati-hati dengan air DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih.

digilib.uns.ac.id 15 7) Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda infeksi, nasihati ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan. e. Komplikasi Tali pusat 1) Infeksi Tali pusat Ujung tali pusat sering kali kena infeksi Stapylococcus aureus. Tempat itu mengeluarkan nanah dan sekitarnya merah serta ada edema. Pada keadaan yang berat, infeksi dapat menjalar ke hepar melalui ligamentum falsiforme dan menyebabkan abses yang berlipat ganda. Pada keadaan menahun dapat terjadi granuloma pada umbilicus. (Annonim, 2009). Sebagai pengobatan local diberi salep yang mengandung Neomisin dan basitrasin, Selain itu dapat dipakai juga salep Gentamisin, dapat diolesi dengan larutan nitras argenti 3%. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara perawatan tali pusat yang baik. Jika ditempat perawatan bayi banyak terdapat infeksi dengan stafilakokus, maka perawatan tali pusat dapat dilakukan sebagai berikut: sesudah tali pusat dipotong, ujung tali pusat diolesi dengan tingtura jodii, kemudian tangkai tali pusat, dasar tali pusat, dan kulit tali pusat dapat diolesi dengan tripel dye ini ialah

digilib.uns.ac.id 16 campuran brilliant green 2,29 g, provlavine hemisulfate 1,14 g dan crystal violate 2,29 g dalam satu liter air. Sekiranya obat ini tidak ada, dapat diganti dengan merkurokrom. Tali pusat cukup ditutup dengan kasa steril dan diganti setiap hari. 2) Tetanus Neonatorum Tetanus neonatorum sebagai salah satu penyebab terjadinya infeksi dan kematian pada bayi, sebenarnya dapat dengan mudah dihindari dengan perawatan tali pusat yang baik, dan pengetahuan yang memadai tentang cara merawat tali pusat (Sodikin, 2009). Penyakit tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonates (bayi berusia kurang dari 1 bulan). Penyebab penyakit ini ialah Clostridium tetani. Kuman ini bersifat anaerobic dan mengeluarkan oksitosin yang neutropik. Kuman ini dapat membuat spora yang tahan lama dan dapat berkembang baik dalam luka yang kotor atau jaingan ekrotik yang mempunyai suasana anaerobik. Pada bayi penyakit ini ditularkan biasanya melalui tali pusat, yaitu karena pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Selain itu, infeksi dapat juga melalui pemakaian obat, bubuk, atau daun-daunan yang digunakan dalam perawatan tali pusat. Masa inkubasi 3-28 hari, rata-rata 6 hari. Apabila masa inkubasi kurang dari 7 hari, biasanya penyakit lebih parah dan angka kematiannya yang tinggi.

digilib.uns.ac.id 17 3. Perilaku a. Pengertian Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi sefesipik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan & Dewi, 2011). Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan (Notoatmodjo, 2012) b. Bentuk Perilaku 1) Perilaku tertutup (covert behavior) Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Bentuk perilaku tertutup lainnya adalah sikap. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2012).

digilib.uns.ac.id 18 2) Perilaku terbuka atau overt behavior yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2012). c. Faktor Pendorong Perubahan Perilaku. Perubahan perilaku terbentuk dari tiga faktor : 1) Faktor-faktor predisposisi atau predisposing factors, yakni terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilainilai dan sebagainya. 2) Faktor-faktor pendukung atau enabling factors, yakni terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersediannya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana kesehatan. 3) Faktor-faktor pendorong atau reinforcing factors yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. d. Teori Perilaku Teori Skiner seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Demikian perilaku manusia terjadi melalui proses: Setimulus organisme respons atau S-O-R. Terdapat dua jenis respon yaitu responden respon atau reflexive adalah respon yang ditimbulkan oleh stimulus tertentu yang disebut eliciting stimulus karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.operant

digilib.uns.ac.id 19 respons atau instrumental respons adalah respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain. Rangsangan yang terakhir ini disebut reinforcing stimulus atau reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respons. (Notoatmodjo: 2012) e. Tindakan praktik Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan akan melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya dinilai baik. Inilah yang disebut praktik kesehatan atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan atau overt behavior (Notoatmodjo, 2012). Secara teori memang perubahan perilaku baru mengikuti tahaptahap proses perubahan pengetahuan atau knowledge, sikap atau attitude, praktik. Beberapa penelitian telah membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu seperti teori. Artinya seseorang telah berperilaku positif sekalipun pengetahuan dan sikapnya masih negatif. Memperoleh data praktik atau perilaku yang paling akurat adalah melalui pengamatan observasi. Namun pengukuran perilaku dapat juga dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall) (Notoatmodjo, 2012).

digilib.uns.ac.id 20 f. Kelompokan Aktivitas Manusia: 1) Aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain misalnya berjalan, bernyanyi, tertawa, dan sebagainya 2) Aktivitas yang tidak dapat diamati orang lain (dari luar) misalnya berfikir, berfantasi, bersikap, dan sebagainya. g. Domain Perilaku 1) Faktor internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersivfat given atau bawaan misalnya: tingkat kecerdasan, emosional, jenis kelamin. 2) Faktor eksternal yakni lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik. Lingkungan ini yang paling sering sebagai faktor domain dalam perilaku.(wawan&dewi:2010) B. Hubungan Konseling Bidan Dengan Perubahan Perilaku Ibu Dalam Melakukan Perawatan Tali Pusat Terbuka. Perawatan tali pusat terbuka dilakukan untuk menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih, mencegah infeksi pada bayi baru lahir. (Retniyati, 2010). Tetanus neonatorum sebagai salah satu penyebab terjadinya infeksi dan kematian pada bayi, sebenarnya dapat dengan mudah dihindari dengan perawatan tali pusat yang baik, dan pengetahuan yang memadai tentang cara merawat tali pusat (Sodikin, 2009). Pencegahan infeksi ini dapat dicegah melalui memberikan informasi yang disertai demonstrai perwatan tali pusat terbuka kepada ibu guna mengubah perilaku seseorang dalam melakukan perawatan tali pusat.

digilib.uns.ac.id 21 Perilaku sendiri merupakan respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi sefesipik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak (Wawan & Dewi, 2011). Perilaku manusia terjadi melalui proses: Setimulus organisme respons atau S-O-R. Terdapat dua jenis respon yaitu responden respon atau reflexive ditimbulkan oleh stimulus tertentu yang disebut eliciting stimulus karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Operant respons atau instrumental respons adalah respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain. Rangsangan ini disebut reinforcing stimulus karena berfungsi untuk memperkuat respons. Sehingga menimbulkan perubahan baik peubahan sikap ataupun perilaku terbuka (Notoatmodjo: 2012). Tindakan konseling di bidang kesehatan diperlukan untuk membntu memberikan informasi kepada klien. konseling bidan merupakan hubungan pertaliaan antara konselor dengan klien, yang memegang peranan penting bagi keberhasilan konseling. Secara garis besar tujuan konseling kebidanan yaitu merubah pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku (attack) klien. (Tyastuti, 2008).

digilib.uns.ac.id 22 C. Kerangka Konsep Konseling Faktor yang mempengaruhi konseling: a. Individu/ komunikator b. Interaksi c. Situasional d. Kompetensi 1. Perhatian 2. Pengertian 3. penerimaan Respon (perubahan Perilaku) Faktor internal: Kecerdasan, emosional baik buruk Faktor eksternal: Lingkungan, budaya, sosial, ekonomi, politik Gambar 1: Kerangka konsep Keterangan : : Variabel Penelitian : Variabel Kontrol D. Hipotesis Berdasarkan landasan teori diatas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesisnya yaitu: Ha: Ada hubungan antara konseling bidan dengan perilaku ibu perawatan tali pusat terbuka di BPS Rufina Santoso Surakarta.