SPESIFIKASI PEKERJAAN SURVEI HIDROGRAFI Jurusan Survei dan Pemetaan UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
Spesifikasi Pekerjaan Dalam pekerjaan survey hidrografi, spesifikasi pekerjaan sangat diperlukan dan harus diperhatikan. Spesifikasi pekerjaan didalamnya terdapat informasi mengenai spesifikasi produk dan spesifikasi teknis. Spesifikasi produk terkait dengan skala peta, sistem proyeksi, datum vertikal dan horisontal. Spesifikasi teknis adalah pedoman pelaksanaan pekerjaan yang berisikan ketentuanketentuan teknis guna menghasilkan kualitas produk tertentu.
Spesifikasi produk yang biasanya terdapat dalam suatu proposal sebuah proyek terdiri dari; 1. Produk akhir yang ingin dihasilkan. Contohnya: Peta Navigasi, Peta Batimetri atau profil irisan vertikal dasar laut dengan skala tertentu. 2. Penggunaan produk akhir, misalnya untuk keperluan : Keselamatan navigasi, Kepentingan operasi militer, atau Pekerjaan rekayasa dan persiapan industri pantai atau lepas pantai, misalnya : Menghitung volume pengerukan sedimen pada waduk/alur pelayaran pelabuhan Pembuatan dermaga Penentuan jalur dan pemasangan pipa dasar laut Penentuan jalur kabel dasar laut
Ketentuan International Hydrographic Organization (IHO) Ketentuan teknis adalah aturan, norma atau ketetapan pokok yang bersifat umum dan harus dilaksanakan dalam suatu pekerjaan teknis tertentu. Bentuk ketentuan teknis pada survei batimetri salah satunya adalah International Hydrographic Organization (IHO) dalam Special Publication 44 (SP 44). Bagi kontraktor, spesifikasi teknis dijadikan alat untuk mengevaluasi setiap tahap pekerjaan Sehingga, kualitas yang dihasilkan dapat sesuai dengan ketentuanketentuan dalam spesifikasi teknis.
Pelaksanaan survei hidrografi untuk aplikasi pekerjaan pengerukan alur pelayaran pelabuhan memiliki ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1. Skala survei Untuk pekerjaan pengerukan alur pelayaran pelabuhan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Ditjenhubla) memiliki standar bahwa skala untuk pemetaan alur pelayaran pelabuhan sebesar 1 : 2500. Sedangkan skala untuk pemetaan kolam pelabuhan sebesar 1 : 1000. Berdasarkan standard IHO untuk survey hidrografi tentang skala survei dan kerapatan pemeruman merekomendasikan bahwa Bandar, pelabuhan, alur pelayaran dan perairan wajib pandu harus disurvey dengan skala 1 : 10.000 atau lebih besar.
2. Lajur perum Interval lajur perum yang digunakan pada pekerjaan pengerukan didasarkan pada standard Ditjenhubla, yakni sesuai dengan rumus berikut: I = 1 cm x Skala Berdasarkan standard IHO untuk survey hidrografi tentang skala survei dan kerapatan pemeruman merekomendasikan bahwa Pada prinsipnya jarak antara lajur perum utama harus tidak melebihi 10 mm pada skala survey.
3. Sistem proyeksi Dalam setiap pekerjaan pengerukan alur/kolam seperti pelabuhan Tanjung Priok, Sistem proyeksi yang digunakan sesuai dengan ketentuan yang diminta oleh planner, Pada Perusahaan PT.(Persero) Pelabuhan Indonesia II, maka proyeksi yang digunakan adalah sistem koordinat UTM.
4. Datum vertikal dan horizontal Untuk survei batimetri, referensi yang digunakan untuk datum vertikal diikatkan pada tinggi dermaga yang menggunakan datum MLWS (Mean Low Water Spring). Sedangkan datum horizontal yang menjadi referensi pengukuran posisi menggunakan ellipsoid WGS 84 (datum global).
Pengamatan Pasut Pasut merupakan gerakan vertikal dari permukaan air laut yang terjadi secara periodik. Gerakan vertikal tersebut dipengaruhi oleh beberapa pengaruh, antara lain: 1. Gaya tarik benda-benda langit, terutama bulan dan matahari. 2. Gaya gravitasi bumi. 3. Gaya sentripetal akibat rotasi bumi. Besar kecilnya gaya yang menghasilkan gerakan vertikal tersebut tergantung juga pada lokasi titik di Bumi.
Gambar pengaruh gaya tarik-menarik antara bulan, bumi dan matahari terhadap permukaan air laut
Diantara gaya-gaya penyebab pasut, maka gaya tarik bulan dan matahari paling berpengaruh terhadap permukaan air laut. Kedudukan bumi, bulan dan matahari selalu berubah secara periodik sehingga pasut di permukaan bumi berfluktuasi secara periodik pula. Tujuan pengamatan pasut pada umumnya terkait untuk keperluan, antara lain: 1. Penentuan muka air laut rata-rata (MSL) dan konstanta harmonik pasut. 2. Penentuan Chart Datum (CD) berdasarkan konstanta yang didapat sebelumnya. CD/MSL digunakan sebagai bidang referensi ketinggian titik- titik di darat dan kedalaman titik-titik di bawah permukaan laut. 3. Analisa dan prediksi pasut pada daerah yang disurvei, sehingga dapat digunakan untuk keperluan rekayasa, keselamatan navigasi, dan lain-lain. Pengamatan pasut dilakukan dengan mengamati tinggi muka air laut dalam interval waktu tertentu. Maksudnya yaitu untuk menentukan komponen- komponen pasut, muka air laut rata-rata dan reduksi surutan terhadap muka surutan (Chart Datum (CD)). Pengamatan pasut ini dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan survei batimetri.
Pengamatan pasut dilakukan dengan memanfaatkan rumah pasut yang berada di dermaga pelabuhan. Pada pelaksanaannya biasanya pengamatan pasut dilakukan dengan alat alat berikut: 1. Palem (tongkat berskala), 2. Automatic Tide Gauge tipe pelampung, atau 3. Automatic Tide Gauge tipe tekanan
Untuk mendapatkan data pasut yang baik, maka harus diperhatikan adalah pemilihan lokasi pengamatan, pendirian stasiun pasut serta cara pengambilan data dan metode pengolahannya. Data yang dikumpulkan dalam pengamatan pasut antara lain: 1. Lokasi stasiun (rumah) pasut yang di dalamnya terdapat automatic tide gauge, 2. Waktu standar yang digunakan yaitu WIB 3. Bacaan ketinggian muka air laut pada rambu pasut setiap 15 menit secara terus-menerus selama survei batimetri berlangsung 4. Waktu pengamatan: jam, tanggal, bulan dan tahun pengamatan 5. Sketsa keadaan lokasi rambu
Stasiun/ Rumah Pasut
TERIMA KASIH