BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. SA seksi 110 PSA No. 02 paragraf 2 menyatakan sebagai berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

STANDAR UMUM DAFTAR I SI. 201 Sifat Standar Umum Tanggal Berlaku Efektif 02

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

TANGGUNG JAWAB AUDITOR. by Ely Suhayati SE MSi AK Ari Bramasto SE MSi Ak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, profesi akuntan publik menjadi sorotan dan perhatian di masyarakat. Profesi ini memang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Salah satunya dilakukan dalam penyajian laporan keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

BAB II LANDASAN TEORI. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. membedakan dua jenis salah saji yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud).

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah k ti e g n e m r a d e k es na k u b M, O ZC LI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

AUDIT LAPORAN KEUANGAN. Pertemuan 3

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian (

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat memicu persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang auditor adalah melakukan pemeriksaan atau audit dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. memastikan laporan keuangan tidak mengandung salah saji (misstatement)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dengan terbentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, ada dua

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002) ada 8 prinsip. dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. tentang aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Pemakai internal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan dalam mengaudit laporan keuangan. Dari profesi akuntan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena yang dihadapi dunia pengauditan global beberapa tahun terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. akurat dan dapat di percaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan keuangan. Laporan keuangan ini akan digunakan untuk menilai

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. diaudit dapat dihandalkan dan manajemen juga akan mendapat keyakinan dan. melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien.

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. eksternal perusahaan. (Singgih dan Bawono 2010). sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak

BAB I PENDAHULUAN. keputusan yang tepat. Tujuan laporan keuangan memberikan informasi yang

KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha yang semakin kompetitif (Nirmala dan Cahyonowati, 2013).

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis.

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan

BAB I PENDAHULUAN. (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable).

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai

2.4 KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua

BAB I PENDAHULUAN. Bagi para pengguna laporan keuangan, profesi akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. Profesi auditor telah menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Profesi auditor mendapat kepercayaan dari klien untuk membuktikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era masa kini banyak bermunculan perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

SURAT PERIKATAN AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam era teknologi maju dan globalisasi, semua organisasi, apapun

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat terutama dalam bidang audit terhadap laporan keuangan yang dibuat

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan oleh perusahaan. ISA (International Standard on Auditing) menegaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses pemeriksa independen memeriksa

STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK DAN KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan perekonomian di negeri kita, Bangsa Indonesia juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari ASOBAC (A Statement basic of auditing concepts) dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi finansial perusahaan yang dapat menggambarkan prospek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaannya. pihak internal maupun eksternal. Sudah menjadi kewajiban perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka SA seksi 110 PSA No. 02 paragraf 2 menyatakan sebagai berikut : Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kecurangan. Oleh karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, namun bukan mutlak bahwa salah saji material terdeteksi. Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh kecurangan yang tidak material terhadap laporan keuangan. Paragraf tersebut membahas tanggung jawab auditor untuk mendeteksi salah saji yang material pada laporan keuangan. Bila auditor juga melaporkan tentang keefektifan pengendalian internal atas pelaporan keuangan, auditor juga bertanggung jawab untuk mengidentifikasi kelemahan yang material dalam pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Pernyataan lain dalam Standar Auditing (SA) seksi 110 PSA No. 02 paragraf 5 yang menyatakan : Auditor independen juga mempunyai tanggung 10

11 jawab terhadap profesi mereka, tanggung jawab untuk mematuhi standar dan ketentuan yang telah disepakati bersama oleh anggota IAI termasuk tanggung jawab untuk mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku umum, Standar Auditing yang ditetapkan IAI. Dalam SAS No. 99 yang berjudul Consideration of Fraud in a Financial Statement menyatakan seorang auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna mendapatkan keyakinan memadai (reasonable) bahwa Laporan Keuangan bebas dari salah saji material baik yang disebabkan oleh kecurangan (fraud). Dalam merencanakan audit, auditor harus menilai resiko terjadinya kecurangan. SAS 82 menyatakan bahwa penilaian risiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan merupakan proses kumulatif yang terdiri dari pertimbangan faktor risiko yang berdiri sendiri atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Selanjutnya auditor harus mengembangkan suatu rencana sebagai tanggapan atas risiko yang ada dalam penugasan serta melaksanakan apa yang telah direncanakan dengan menggunakan secara cermat dan seksama kemahiran profesionalnya. Apabila auditor menyimpulkan bahwa ternyata laporan keuangan mengandung unsur salah saji yang material dan bahwa laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi yang berlaku umum, maka auditor harus mendesak agar manajemen melakukan revisi atas laporan keuangan

12 tersebut. Apabila manajemen menyetujuinya auditor dapat menerbitkan suatu laporan audit standar yang menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian. Namun apabila laporan keuangan tersebut ternyata tidak direvisi, auditor harus memodifikasi laporan standar untuk penyimpangan dari standar akuntansi yang berlaku umum serta mengungkapkan semua alasan penting yang menyertainya dalam laporan audit. (Boynton, Johnson & Kell : 68). Tujuan sebuah audit forensik adalah mendeteksi atau mencegah aktivitas kecurangan. Penggunaan auditor untuk melakukan audit forensic telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa contoh dimana audit forensic mungkin dilakukan meliputi : 1. Kecurangan bisnis atau karyawan. 2. Investigasi kejahatan. 3. Perselisihan pemegang saham dan persekutuan. 4. Kerugian ekonomi bisnis. Kecurangan dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu salah saji yang timbul dari kecurangan pelaporan keuangan dan salah saji yang timbul dari penyalahgunaan asset. Salah saji timbul dari penyalahgunaan asset termasuk pencurian asset entitas di mana pencuri menyebabkan laporan keuangan salah disajikan. (William, Steven & Douglas : 113).

13 Jika klien tidak memiliki pengendalian atas kas yang memadai atau auditor mencurigai beberapa jenis kecurangan atau penggelapan yang melibatkan kas terjadi, diperlukan pengembangan untuk prosedur audit kas secara normal. Walaupun banyak jenis kecurangan, seperti pemalsuan atau kolusi, sulit untuk dideteksi, standar auditing mengindikasikan bahwa auditor memiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan melakukan audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai mengenai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, atau apakah disebabkan oleh kesalahan atau kecurangan. Tiga prosedur audit yang biasanya digunakan auditor untuk mendeteksi aktivitas kecurangan dalam akun kas adalah prosedur rekonsiliasi bank yang diperluas, pembuktian kas dan pengujian untuk kiting. Tiga kondisi yang sering kali ada ketika salah saji material disebabkan oleh kecurangan terjadi adalah sebagai berikut : 1. Manajemen dan karyawan lain yang memiliki kepentingan yang menjadi alas an untuk melakukan kecurangan. 2. Ruang lingkup yang ada member kesempatan dilakukannya kecurangan. 3. Pihak-pihak yang terlibat dapat merasionalisasi akan dilakukannya tindakan kecurangan.

14 ISA 240.10 menyatakan sebagai berikut : Tujuan auditor adalah mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh kecurangan, memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai resiko salah saji material yang dinilai dan menanggapi dengan tepat kecurangan atau dugaan mengenai kecurangan yang diidentifikasi selama audit. (M. Tuanakotta, Theodorus : 307). a. Kecurangan Definisi kecurangan (fraud) menurut Brack Law Dictionary adalah : a knowing misrepresentasion of the truth or concealment of a material fact to induce another to act to his or her detriment, is usual a tort, but in some cases (exp when the conduct is willful) it may be a crime. Definisi diatas dapat diartikan bahwa kecurangan merupakan kesengajaan atas salah pernyataan terhadap suatu kebenaran atau keadaan yang disembunyikan dari sebuah fakta material yang dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikannya biasanya merupakan kesalahan namun dalam beberapa kasus (khususnya dilakukan secara sengaja) memungkinkan merupakan suatu kejahatan. AU seksi 316 05 mendefinisikan kecurangan adalah tindakan disengaja yang mengakibatkan salah saji material dalam laporan keuangan yang diaudit. Ada dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor tentang kecurangan dalam audit. Asas laporan keuangan salah saji yang timbul sebagai

15 akibat dari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan salah saji yang timbul dari penyalahgunaan aset. ISA 240.11 mendefinisikan fraud (kecurangan) adalah perbuatan yang disengaja oleh seseorang atau beberapa orang di antara manajemen, TCWG (Those Charged With Governance), pegawai atau pihak ketiga, dengan menipu untuk memperoleh keuntungan yang tidak dapat dibenarkan atau keuntungan yang tidak sah/melawan hokum. Fraud risk factors (factor-faktor kecurangan) adalah peristiwa atau kondisi yang mengindikasikan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan atau memberikan peluang untuk melakukan kecurangan. (M. Tuanakotta, Theodorus : 307). Dalam Standar Auditing (SA) seksi 316 pertimbangan atas kecurangan dalam audit laporan keuangan (PSA No. 70) menyebutkan ada dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor tentang kecurangan dalam audit atas laporan keuangan : a. Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan. Kecurangan dalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan seperti : (a) manipulasi, pemalsuan atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan (b) representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan

16 keuangan peristiwa, transaksi atau informasi signifikan (c) salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian atau pengungkapan. b. Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva entitas dapat dilakukan dengan berbagai cara termasuk penggelapan tanda terima barang/uang, pencurian aktiva atau tindakan yang menyebabkan entitas. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat disertai dengan catatan atau dokumen palsu atau yang menyesatkan dan dapat menyangkut satu atau lebih individu diantara manajemen, karyawan atau pihak ketiga. Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau penghapusan terhadap jumlah atau pun pengungkapan yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui para penggunanya. Sebagian besar kasus melibatkan salah saji terhadap jumlah yang dilaporkan dibandingkan terhadap pengungkapan. (A. Arens, Alvin : 372). b. Independensi Independensi berarti akuntan public tidak mudah dipengaruhi. Akuntan Publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan Publik

17 berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan public (Christiawan, 2002). Dalam Standar Auditing (SA) seksi 220 PSA No. 4 menyatakan bahwa kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi sikap auditor berkurang bahkan kepercayaan masyarakat dapat juga menurun disebabkan oleh keadaan yang oleh mereka yang berpikiran sehat (reasonable) dianggap dapat mempengaruhi sikap independen tersebut. Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Disamping itu tidak hanya berkewajiban mempertahankan sikap mental independen, tetapi ia harus pula menghindari keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan independennya. Sikap mental independen auditor menurut persepsi masyarakat inilah yang tidak mudah untuk memperolehnya. Menurut Supriyono (1988 : 34) yang dikutip dalam penelitian Mayangsari (2002), ada enam factor yang mempengaruhi independensi akuntan public, salah satunya adalah jasa-jasa lain selain audit yang dilakukan oleh auditor bagi klien. Seringkali manajemen klien meminta kantor akuntan public untuk memberikan

18 jasa lain selain jasa audit. Pemberian jasa lain selain jasa audit menimbulkan pertanyaan yang mendasar apakah akuntan publik tersebut dapat mempertahankan indepedensinya. c. Kompetensi Kompetensi adalah keahlian professional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian professional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, symposium dan lain-lain seperti : 1. Untuk luar negeri (AS) ujian CPA (Certified Public Accountant) dan untuk di dalam negeri (Indonesia) USAP (Ujian Sertifikat Akuntan Publik). 2. PPB (Pendidikan Profesi Berkelanjutan). 3. Pelatihan-pelatihan intern dan ekstern. 4. Keikutsertaan dalam seminar, simposium dan lain-lain. Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang yang ahli di bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit. Selain itu, akuntan publik harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Asisten yunior untuk mencapai

19 kompetensinya harus memperoleh pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan supervisi memadai dan review atas pekerjaannya dari atasannya yang lebih berpengalaman. Akuntan publik harus secara terus menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya. Akuntan publik harus mempelajari, memahami dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan oleh organisasi profesi. (Christiawan : 2002) Webster s ninth new collegiate dictionary dalam Elfarini (2007) mendefinisikan kompetensi adalah keterampilan dari seorang ahli. Dimana ahli didefinisikan sebagai seorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman. Sedangkan Bedard (1986) dalam Sri Lastanti (2005) mengartikan keahlian atau kompetensi sebagai seorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan prosedural yang luas yang ditunjukan dalam pengalaman audit. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama. Dan berdasarkan konstruk yang dikemukakan oleh De Angelo (1981) kompetensi diproksikan dalam dua hal yaitu pengetahuan dan pengalaman.

20 d. Pengetahuan dan Pengalaman Auditor Menurut Boner dan Walker dalam Herawati (2006) pengetahuan akuntan publik bisa diperoleh dari berbagai pelatihan formal maupun dari pengalaman khusus berupa kegiatan seminar, lokakarya serta pengarahan dari auditor senior kepada auditor yuniornya. Pengetahuan juga bisa diperoleh dari frekuensi seorang akuntan publik melakukan pekerjaan dalam proses audit laporan keuangan. Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup memadai akan tugasnya. Pengalaman membentuk seorang akuntan publik menjadi terbiasa dengan situasi dan keadaan dalam setiap penugasan. Pengalaman yang dimaksud disini adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Libby and Frederick (1990) dalam Suraida (2005) menemukan bahwa semakin banyak pengalaman auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Jeffrey (1996) dalam Suraida (2005) memperlihatkan bahwa seseorang yang lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang substantive memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa Butt (1988) dalam Suraida (2005) mengungkapkan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman akan membuat judgement yang relative baik dalam tugas-tugas professional ketimbang akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman. Marchant

21 G A (1989) dalam Suraida (2005) menemukan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman mampu mengidentifikasi secara lebih baik mengenai kesalahankesalahan dalam telaah analitik. Akuntan pemeriksa yang berpengalaman juga memperlihatkan tingkat perhatian selektif yang lebih tinggi terhadap informasi yang relevan Davis (1996) dalam Suraida (2005). Pengalaman dan pemahaman seorang auditor akan jenis karakteristik kecurangan akan sangat membantu dalam hal penyusunan dan pelaksanaan prosedur pemeriksaan. Ada kecenderungan pihak penyaji laporan keuangan akan menyembunyikan kecurangan yang terjadi, untuk itu diperlukan auditor yang benar-benar berpengalaman sesuai dengan bidang pemeriksaan yang menjadi tugasnya. Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki auditor merupakan hal yang sangat penting yang menunjang pelaksanaan audit. Sehingga tidak mengherankan apabila cara auditor pemula dan berpengalaman akan berbeda dalam menanggapi informasi yang akan dipergunakan sebagai pertimbangan atau melaksanakan analisis atas judgement yang diambil. Libby dan Frederick (1990) dalam Kusharyanti (2002 : 5) menemukan bahwa auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari Libby et. Al (1985) dalam Mayangsari (2003 : 4).

22 Auditor pemula cenderung akan sangat berhati-hati untuk menentukan pandangannya mengenai suatu kasus. Auditor junior karena memiliki pengalaman yang lebih sedikit akan cenderung terfokus pada informasi yang negatif daripada positif serta adanya perasaan khawatir apabila nantinya melakukan kesalahan dalam pengambilan suatu pertimbangan atau kategori utama dalam melakukan praktek auditing adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dalam praktik audit antara lain pandangan terhadap kasus, perencanaan kertas kerja, tingkat pengendalian internal, laporan keuangan yang belum diaudit, laporan keuangan historis, skedul laporan keuangan tambahan dan program perencanaan audit. e. Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh penelitipeneliti sebelumnya yang melakukan penelitian tentang analisis pengaruh independensi, kompetensi dan pengalaman auditor terhadap tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Tri Ramaraya Koroy (2008) melakukan penelitian dengan judul Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh Auditor Eksternal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan penelitian ini menghasilkan beberapa temuan pokok yaitu : 1. Pertimbangan atas kecurangan dalam pelaporan laporan keuangan yang semakin meningkat belakangan ini timbul dari adanya upaya

23 mempersempit kesenjangan harapan antara pengguna dengan pihak penyedia jasa pengauditan. 2. Pendeteksian kecurangan dalam audit laporan keuangan oleh auditor perlu dilandasi dengan pemahaman atas sifat, frekuensi dan kemampuan pendeteksian oleh auditor. Sifat terjadinya kecurangan yang melibatkan penyembunyian dan frekwensinya jarang dihadapi auditor, seharusnya tidak membuat auditor berpuas diri dengan pengauditan yang ada sekarang. Permasalahan bahwa terdapat keterbatasan auditor dalam pelaksanaan pendeteksian kecurangan merupakan tantangan yang perlu dihadapi pihak profesi dan akademis. 3. Permasalahan yang terdapat pada lingkungan pekerjaan audit bila tidak ditangani dengan baik akan berakibat buruk pada kualitas audit. Adanya tekanan kompetisi, tekanan waktu dan tekanan hubungan dengan klien demikian juga dapat berdampak pada keberhasilan pendeteksian kecurangan. Pihak KAP terus menerus menyadari masalah ini dan konsekuensinya serta menjaga agar tekanan-tekanan dalam lingkungan ini tidak bertambah buruk. Persamaan antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu samasama meneliti tentang pendeteksian kecurangan dalam laporan keuangan dan pengalaman. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian terdahulu melakukan penelitian tersebut dengan memasukan unsur pengalaman dan pendeteksian saja,

24 sedangkan penelitian sekarang memasukan unsur independen yaitu independensi dan kompetensi auditor dalam mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan. Rozmita Dwi Yuniarti R (2012) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kompetensi Auditor Internal Terhadap Pendeteksian Fraudulent Finansial Reporting. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1. Fraudulant Financial Reporting dapat terjadi kapan saja dan diperusahaan mana saja. Menurut SAS No. 99 dan SPAP, akuntan publik (auditor independen) bertanggung jawab untuk mendeteksi adanya kecurangan (fraud) dalam general audit atas laporan keuangan perusahaan. 2. Fraud merupakan problem yang serius maka auditor harus mengambil langkah-langkah komprehensif dalam pencegahan dan pendeteksian fraudulent financial reporting. Pemahaman atas fraudulent financial reporting dikalangan akuntan publik sangat penting, agar lebih dini bisa dilakukan pencegahan dan pendeteksian terhadap fraud. Oleh karena itu, IAI perlu menyelenggarakan suatu lokakarya (workshop) tentang fraudulent financial reporting. 3. Fraud juga dapat terjadi adanya kolusi antara akuntan publik dengan manajemen suatu perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan rotasi akuntan publik dalam melakukan audit di perusahaan serta pengawasan yang ketat dari pihak yang berwenang (regulator).

25 Persamaan antara penelitian sekarang dengan penelitian dahulu yaitu sama-sama meneliti tentang kompetensi dan tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Sedangkan perbedaan antara penelitian sekarang dengan penelitian dahulu adalah penelitian sekarang memasukan unsur independen yaitu independensi dan pengalaman auditor dalam mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan. Marcellina Widiyastuti dan Sugeng Pamudji (2009) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Profesionalisme Terhadap Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan (Fraud). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1. Kompetensi mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan (fraud). 2. Independensi memiliki pengaruh signifikan yang positif terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan (fraud). 3. Profesionalisme mempunyai pengaruh signifikan yang positif terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan (fraud). Persamaan antara penelitian sekarang dengan penelitian dahulu yaitu sama-sama meneliti tentang kompetensi dan independensi auditor dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Sedangkan perbedaan antara penelitian sekarang dengan penelitian dahulu adalah penelitian sekarang memasukan unsur

26 pengalaman yaitu independensi, kompetensi dan pengalaman auditor dalam mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan. Septiana Setyaningrum (2010) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Independensi dan Kompetensi Auditor Terhadap Tanggung Jawab Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan dan Kekeliruan Laporan Keuangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1. Independensi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan (fraud) dan kekeliruan (error) laporan keuangan. 2. Kompetensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap terhadap tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan (fraud) dan kekeliruan (error) laporan keuangan. Persamaan antara penelitian sekarang dengan penelitian dahulu yaitu sama-sama meneliti tentang kompetensi dan independensi auditor dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Sedangkan perbedaan antara penelitian sekarang dengan penelitian dahulu adalah penelitian sekarang memasukan unsur pengalaman yaitu independensi, kompetensi dan pengalaman auditor dalam mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan. Rika Fitriyani (2012) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kemampuan Auditor Investigatif Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur

27 Audit Dalam Pembuktian Kecurangan (Fraud). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1. Kemampuan yang dimiliki oleh auditor investigatif dalam melaksanakan audit investigasi dalam membuktikan kecurangan (fraud) baik. 2. Pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan sangat efektif. Persamaan antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu samasama meneliti tentang kompetensi, independensi dan pendeteksian kecurangan dalam laporan keuangan. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian sekarang memasukan unsur pengalaman auditor dalam mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan. Nyoman Adnyani, Anantawikrama Tungga Atmadja dan Nyoman Trisna Herawati (2014) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Skeptisme Profesional Auditor, Independensi dan Pengalaman Auditor Terhadap Tanggung Jawab Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan dan Kekeliruan Laporan Keuangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1. Skeptisme professional berpengaruh signifikan terhadap tanggungjawab auditor dalam mendeteksi kecurangan dan kekeliruan laporan keuangan. 2. Independensi memiliki pengaruh signifikan terhadap tanggungjawab auditor dalam mendeteksi kecurangan dan kekeliruan laporan keuangan.

28 3. Pengalaman auditor berpengaruh signifikan terhadap tanggungjawab auditor dalam mendeteksi kecurangan dan kekeliruan laporan keuangan. Persamaan antara penelitian sekarang dengan penelitian dahulu yaitu sama-sama meneliti tentang independensi dan pengalaman auditor dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Sedangkan perbedaan antara penelitian sekarang dengan penelitian dahulu adalah penelitian sekarang memasukan unsur kompetensi yaitu independensi, kompetensi dan pengalaman auditor dalam mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan. TABEL 2.1 RINGKASAN PENELITIAN TERDAHULU No Nama Peneliti Judul Penelitian Penelitian Hasil Penelitian 1 Tri Ramaraya Pendeteksian pengalaman Koroy (2008) Kecurangan independen yang berpengaruh (Fraud) adalah tidak signifikan Laporan Keuangan oleh Auditor pengalaman dependen terhadap kecurangan.

29 Eksternal adalah kecurangan 2 Rozmita Dewi Pengaruh kompetensi Yuniarti R Kompetensi independen yang berpengaruh (2012) Auditor adalah signifikan terhadap Internal kompetensi kecurangan. Terhadap Pendeteksian dependen Fraudulent adalah Finansial kecurangan Reporting 3 Marcellina Pengaruh kompetensi, Widiyastuti dan Kompetensi, independen independensi dan Sugeng Pamudji Independensi adalah profesionalisme yang (2009) dan kompetensi, berpengaruh Profesionalis independensi signifikan terhadap me Terhadap dan kecurangan. Kemampuan profesionalisme Auditor Dalam dependen Mendeteksi adalah

30 Kecurangan Laporan Keuangan (Fraud) kecurangan 4 Septiana Setyaningrum (2010) Pengaruh Independensi dan Kompetensi Auditor Terhadap Tanggung Jawab Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan dan Kekeliruan Laporan Keuangan independen adalah independensi dan kompetensi dependen adalah kecurangan kompetensi yang berpengaruh signifikan terhadap kecurangan, sedangkan variabel independensi tidak berpengaruh terhadap kecurangan 5 Rika Fitriyani (2012) Pengaruh Kemampuan independen kompetensi dan independensi

31 Auditor Investigatif Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pembuktian Kecurangan (Fraud) adalah kompetensi dan independensi dependen adalah kecurangan yang berpengaruh signifikan terhadap kecurangan. 6 Nyoman Adnyani, Anantawikrama Tungga Atmadja dan Nyoman Trisna Herawati (2014) Pengaruh Skeptisme Profesional Auditor, Independensi dan Pengalaman Auditor Terhadap Tanggung Jawab Auditor independen adalah skeptisme professional, independensi dan pengalaman dependen adalah kecurangan skeptisme professional, independensi dan pengalaman yang berpengaruh signifikan terhadap kecurangan.

32 Dalam Mendeteksi Kecurangan dan Kekeliruan Laporan Keuangan Sumber : Berbagai penelitian terdahulu B. Rerangka Pemikiran Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah disebutkan dalam bab sebelumnya, maka model analisis yang dikembangkan untuk penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengaruh masing-masing variabel bebas yaitu independensi, kompetensi dan pengalaman auditor terhadap tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Berikut ini gambar 2.1 yang merupakan penjelasan kerangka berpikir.

33 Independensi (X1) Kompetensi (X2) Tanggung Jawab Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan (Y) Pengalaman (X3) Sumber : Penulis Gambar 2.1 : Rerangka Pemikiran Dari gambar rerangka pemikiran di atas yang dapat dikemukakan adalah analisis factor yang dapat berpengaruh terhadap tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Dilihat dari variabel independensi, jika seorang auditor memiliki dan dapat mempertahankan sikap independensinya maka diharapkan semakin tinggi tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Kemudian dari variabel kompetensi, auditor yang berkompeten yaitu auditor yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kualitas individu yang berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman seorang auditor di bidangnya maka diharapkan seorang auditor dengan kompetensi yang tinggi lebih bertanggung jawab dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan.

34 C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka dan juga rerangka pemikiran, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut : Ho1 : Independensi auditor berpengaruh terhadap tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan Ho2 : Kompetensi auditor berpengaruh terhadap tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan Ho3 : Pengalaman auditor berpengaruh terhadap tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan