PROGRAM STUDI DIV FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Laundry dikenal sebagai kegiatan binatu atau pencucian pakaian dengan. mencucikan pakaian-pakaian (Samsudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

HUBUNGAN SIKAP KERJA STATIS TERHADAP NYERI BAHU PADA PEKERJA MEMBATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

HUBUNGAN SIKAP KERJA DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA RENTAL KOMPUTER DI PABELAN KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI PINGGANG PADA PENGERAJIN BATIK TULIS DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI TAHUN 2012

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa data di 3 group pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. ergonomi dan psikososial yang berdampak pada kesehatan pekerja.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas kerja akan tercapai jika semua komponen dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. Aktivitas

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja :

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

I. PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada daerah

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PENGEPAKAN DI PT. DJITOE INDONESIA TOBAKO

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencari pengobatan (Kambodji, 2002). menyebabkan sekitar 12,5% dari seluruh angka sakit.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kerja yang meliputi pencegahan dan pengobatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. industri rumah tangga laundry. Saat ini industri rumah tangga laundry

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam

Reisma Wulandari. Masyarakat Universitas Diponegoro. Masyarakat Universitas Diponegoro PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sakit akibat pekerjaanya itu, baik itu berupa cedera, luka-luka atau bahkan

HUBUNGAN LAMA BERKENDARA DENGAN TIMBULNYA KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Saat ini pembangunan industri menjadi salah satu andalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

I. PENDAHULUAN. dari berbagai sebab (kelainan tulang punggung/spine sejak lahir, trauma,

BAB I PENDAHULUAN. PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang

Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di

BAB 1 PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

Transkripsi:

1 FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA KELUHAN MUSKULOSKELETAL SAAT MENYETRIKA PADA PEKERJA LAUNDRY DUKUH GATAK KELURAHAN PABELAN NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi Disusun Oleh : SUDARMAWAN J. 110 080 062 PROGRAM STUDI DIV FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

2

3 FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA KELUHAN MUSKULOSKELETAL SAAT MENYETRIKA PADA PEKERJA LAUNDRY DUKUH GATAK KELURAHAN PABELAN Sudarmawan 1, Dwi Rosella Kumala 2*, Sugiono 2* 1 Alumni Prodi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ²Prodi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Keluhan muskuloskeletal merupakan salah satu indikasi adanya gangguan kesehatan dan keselamatan pekerja. Bagian otot yang sering dikeluhkan oleh pekerja adalah otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 10 pekerja laundry 8 diantaranya mengalami keluhan otot seperti nyeri atau pegal-pegal pada leher, bahu, dan punggung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase faktor risiko yang mempengaruhi keluhan muskuloseletal saat menyetrika pada pekerja laundry di Dukuh Gatak Kelurahan Pabelan tahun 2012 yang terdiri dari faktor usia, indeks massa tubuh, masa kerja dan durasi kerja. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang dilakukan pada bulan september 2012. Sampel penelitian ini berjumlah 51 orang dengan teknik purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini menggunakan uji statistik yaitu descriptive statistics prosentage data melalui crosstab untuk melihat presentase antara variabel usia, indeks massa tubuh, masa kerja dan durasi kerja dengan keluhan muskuloskeletal (leher, punggung bawah, dan bahu). Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar pekerja mengalami keluhan muskuloskeletal yaitu sebanyak 49 responden (94,2%). Persentase keluhan yang paling sering dirasakan oleh pekerja yaitu pada bagian punggung bawah (54,9%), bagian bahu (29,4%), dan bagian leher (5,9%). Disarankan bagi pekerja untuk memanfaatkan istirahat sebaik mungkin, hindari duduk dengan posisi yang sama dalam waktu lebih dari 30 menit dan kursi yang digunakan sebaiknya kursi yang ada sandaran dan ada roll back untuk meminimalkan terjadinya keluhan pada punggung bawah. Kata kunci : keluhan muskuloskeletal, faktor risiko, laundry.

4 PENDAHULUAN Keluhan muskuloskeletal merupakan salah satu indikasi adanya gangguan kesehatan dan keselamatan pekerja. Pekerja sering mengeluh tubuh merasa nyeri atau sakit saat bekerja maupun setelah bekerja. Bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang (Astuti, 2007). Cohen et al (1997), menyebutkan bahwa keluhan muskuloskeletal dapat terjadi karena faktor pekerjaan, personal, lingkungan dan psikososial. Menurut para ahli juga menyatakan faktor individu yang turut mempengaruhi timbulnya keluhan muskuloskeletal antara lain usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT), jenis pekerjaan, durasi kerja dan masa kerja (Bernard, 2003). Usia merupakan faktor yang mendukung terjadinya keluhan muskuloskeletal, sehingga biasanya di derita oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya terutama tulangnya sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu muda. Penelitian Laraswati (2009), menyatakan bahwa posisi kerja, masa kerja dan durasi kerja memiliki hubungan yang sangat kuat dengan keluhan otot pada pekerja laundry sektor usaha informal. Ada beberapa faktor risiko penting yang terkait dengan kejadian keluhan otot pada pekerja yaitu usia diatas 35 tahun, perokok, masa kerja 5-10 tahun, posisi kerja, kegemukan dan riwayat keluarga penderita musculoskeletal disorder (Kristiawan,2009) Berdasarkan survei awal pekerja laundry yang rata-rata pekerja wanita, bekerja dari hari senin-sabtu dengan jumlah jam kerja rata-rata 12-14 jam/hari dan waktu istirahat biasanya 30 menit sampai 1 jam. Aktivitas yang paling lama dilakukan yaitu menyetrika, para pekerja mampu menyetrika pada posisi duduk 6-

5 8 jam per hari serta apabila mendapatkan order yang banyak biasanya mampu menyetrika 10-11 jam per harinya. Hal ini menjadi faktor risiko terjadinya nyeri punggung bawah pada para pekerja laundry. Berdasarkan hasil wawancara 8 dari 10 pekerja laundry diantaranya mengalami keluhan otot seperti nyeri atau pegalpegal yang umumnya sering dirasakan dibeberapa bagian tubuh seperti leher, bahu, pinggang. Pekerja laundry lebih banyak melakukan pekerjaannya dengan duduk dan melakukan gerakan berulang-ulang terutama pada lengan saat menyetrika serta posisi statis pada leher yang mempertahankan agar tetap pada posisi normal saat proses menyetrika berlangsung. Azami et al (2004), menambahkan bahwa sikap kerja yang demikian ini dapat menimbulkan pembebanan otot secara statis (static muscular loading) yang jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries) yaitu nyeri otot, tulang, dan tendon yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat berulang (repetitive). Selain itu, bekerja dengan rasa sakit dapat mengurangi produktivitas serta efisiensi kerja. Terdapat lebih dari sepertiga dari seluruh waktu kerja yang hilang karena keluhan tersebut (Melyssa, 2009). Berdasarkan gambaran diatas peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui dan melihat persentase keluhan muskuloskeletal khususnya pada bagian leher, bahu dan punggung berdasarkan usia, indeks massa tubuh, masa kerja dan durasi kerja pada pekerja laundry saat menyetrika di Dukuh Gatak Kelurahan Pabelan.

6 METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptive analitik dengan desain penelitian ini yaitu Point Time Approach. Penelitian dilakukan di tempat usaha laundry di Dukuh Gatak Kelurahan Pabelan, sedangkan waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2012. Dengan jumlah populasi 61 orang dan sampel didapat 51 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Variabel bebasnya adalah usia, indeks massa tubuh, masa kerja dan durasi kerja. Sedang variabel terikatnya adalah keluhan muskuloskeletal. Untuk menganalisis data digunakan descriptive statistics presentase data. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dibeberapa tempat laundry di Dukuh Gatak Kelurahan Pabelan. Tempat usaha laundry yang diobservasi sebanyak 29 usaha laundry dengan total jumlah pekerja 61 orang dan yang sesuai yang dengan kriteria inklusi dan ekslusi penelitian berjumlah 51 orang. Ukuran ruang dari setiap usaha laundry berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain karena disesuaikan dengan jumlah pekerja dan kapasitas barang cucian. Semua tempat laundry yang diteliti tidak ada pembagian tugas secara khusus antara pekerja satu dengan rekan kerjanya. Dengan kata lain setiap pekerja laundry melakukan kegiatan mulai dari penimbangan, pencucian, pengeringan, penyetrikaan dan pengemasan.

7 Lokasi Keluhan USIA Leher Punggung bawah Bahu Tidak ada Jumlah n % n % n % n % n % 19-24 0 0 3 5,9 3 5,9 0 0 6 11,8 25-30 4 7,8 5 9,8 5 9,8 1 2,0 15 29,4 31-36 0 0 8 15,7 4 7,8 2 3,9 14 27,5 37-42 1 2,0 7 13,7 0 0 0 0 8 15,7 43-48 0 0 5 9,8 3 5,9 0 0 8 15,7 Total 5 9,8 28 54,9 15 29,4 3 5,9 51 100 Lokasi Keluhan IMT Leher Punggung Bawah Bahu Tidak ada Jumlah n % n % n % n % n % UnderWeight 0 0 4 7,8 4 7,8 0 0 8 15,7 NormoWeight 4 7,8 18 35,3 9 17,6 2 3,9 33 64,7 OverWeight 1 2,0 6 11,8 2 3,9 1 2,0 10 19,6 Total 5 9,8 28 54,9 15 29,4 3 5,9 51 100 Masa Kerja (tahun) Leher Punggung Bawah Lokasi Keluhan Bahu Tidak ada Jumlah n % n % n % n % n % 1-2 1 2,0 11 21,6 9 17,6 0 0 21 41,2 3-4 4 7,8 14 27,5 6 11,8 0 0 24 47,1 5-6 0 0 3 5,9 0 0 3 5,9 6 11,8 Total 5 9,8 28 54,9 15 29,4 3 5,9 51 100

8 Lokasi Keluhan Durasi Leher Punggung Bahu Tidak ada Jumlah (jam) Bawah n % n % n % n % n % 1-2 1 2,0 2 3,9 2 3,9 0 0 5 9.8 3-4 0 0 1 2,0 5 9,8 1 2,0 7 13,7 > 4 4 7,8 25 49,0 8 15,7 2 3,9 39 76,5 Total 5 9,8 28 54,9 15 29,4 3 5,9 51 100 Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa diketahui usia yang memiliki tingkat keluhan terbesar yaitu pada kelompok usia 25-30 tahun (29,4%) dengan persentase keluhan yaitu dibagian leher sebanyak 4 responden (7,8%), dibagian punggung bawah sebanyak 5 responden (9,8%), dan dibagian bahu sebanyak 5 responden (9,8%) serta yang tidak mengalami keluhan sebanyak 1 responden (2,0%). Indeks massa tubuh normoweight paling banyak mengalami keluhan yaitu sebanyak 64,7%. Diketahui juga lokasi keluhannya yaitu bagian leher 4 responden (7,8%), bagian punggung bawah 18 responden (35,3%) dan bagian bahu 9 responden (17,6%) serta terdapat responden yang tidak mengalami keluhan sebanyak 2 responden (3,9%). Dari hasil analisis menjelaskan bahwa lokasi keluhan berdasarkan masa kerja paling banyak dikeluhkan pada bagian punggung bawah dengan masa kerja 1-2 tahun sebesar 21,6%, 3-4 tahun sebesar 27,5%, 5-6 tahun 5,9%. durasi menyetrika yang paling banyak mengalami keluhan yaitu responden dengan durasi menyetrika >4 jam yaitu sebesar 76,5%. Sedangkan lokasi yang dikeluhkan responden yaitu dibagian punggung bawah 25 responden (49,0%), bagian bahu 8 responden (15,7%) dan bagian leher 4 responden (7,8%) serta responden yang tidak menalami keluhan sebanyak 2 responden (3,9%)

9 PEMBAHASAN Keluhan muskuloskeletal terjadi karena pembebanan otot statis dan berulang menyebabkan aliran darah yang mengangkut oksigen menjadi terganggu, apabila berlangsung terus menerus maka akan terjadi akumulasi kekurangan oksigen yang selanjutnya terjadi metabolisme anaerobic, sehingga terjadi penimbunan asam laktat dan panas tubuh, yang akhirnya menimbulkan kelelahan otot skeletal yang dirasakan sebagai bentuk nyeri pada otot (Tarwaka et al., 2004). Dalam penelitian ini diperoleh responden berjumlah 51 orang. Usia responden dalam penelitian ini bervariasi antara 19-48 tahun, dan angka keluhan tertinggi teradi pada usia 25-36 tahun, hal ini sesuai dengan teori Guo et al., (1995), yang menyatakan bahwa pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-26 tahun dan keluhan pertama dirasakan pada usia 35 tahun. Semakin tua seseorang akan semakin mudah terkena gangguan kesehatan pada jaringan penyangga tubuh (Anies, 2005). Hal tersebut sesuai dengan penelitian Pratiwi et al., (2009) yang menyebutkan bahwa kekuatan otot pada manusia baik laki-laki maupun perempuan akan mencapai puncak pada usia 25-35 tahun dan akan semakin menurun setelah melewati usia 35 tahun sehingga orang yang berusia lebih dari 35 tahun lebih mudah mengalami gangguan otot. Orang yang duduk tegak lebih cepat letih karena otot-otot punggungnya lebih tegang sementara orang yang duduk membungkuk kerja otot lebih ringan namun tekanan pada bantalan saraf lebih besar (Tarwaka, 2004) Hasil penelitian ini didapat bahwa indeks massa tubuh normoweight lebih banyak mengalami keluhan muskuloskeletal daripada underweight maupun

10 overweight. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden memiliki IMT normoweight (64,7%), dan untuk lokasi yang dikeluhkan terbanyak pada bagian punggung bawah (35,3%). Berdasarkan hasil observasi posisi duduk pekerja laundry terlihat punggung tidak bersandar dan pada posisi semi fleksi atau posisi 90 0, hal ini dapat menyebabkan punggung dalam keadaan tidak rileks. Duduk dengan posisi 90 0 menyebabkan beban yang berlebihan pada vertebra khususnya vertebra lumbalis, sedangkan gerakan flexi pada saat duduk menyebabkan lemahnya otot perut karena terjadi kontraksi isometric yang terus menerus dalam waktu yang lama (Pratiwi, 2009). Posisi statis juga dapat menimbulkan nyeri punggung bawah karena adanya deviasi dari postur atau sikap tubuh, sehinga terjadi perubahan letak titik pusat berat badan (Santoso, 1996). Sedangkan responden dengan indeks massa tubuh overweight (19,6%), 6 dari 10 responden mengalami keluhan pada punggung bawah. Hal ini terjadi karena orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri punggung (Widiyanti, 2009). Masa kerja menyebabkan beban statis yang terus menerus apabila pekerja tidak memperhatikan faktor-faktor ergonomi maka akan lebih menimbulkan keluhan muskuloskeletal khususnya keluhan nyeri punggung bawah (Fathoni, 2009). Luttman (2003) yang mengemukakan melakukan pekerjaan yang sama selama bertahun-tahun tanpa ada rotasi pekerjaan menyebabkan pekerjaan

11 tersebut membebani otot dan jaringan lunak yang sama dalam jangka waktu tersebut. Hal ini juga didukung oleh teori Guo et al., (2004), yaitu semakin lama bekerja, semakin tinggi tingkat risiko untuk menderita keluhan muskuloskeletal, terutama lama kerja dengan posisi duduk statis. Dari hasil penelitian didapat bahwa sebagian besar responden mengalami keluhan pada masa kerja 1-4 tahun yaitu 88,3% dan angka keluhan pada masa kerja 5-6 tahun sangat kecil yaitu 11,8%. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa semakin lama masa kerja semakin kecil angka keluhan pada pekerja hal ini terjadi karena proses adaptasi otot dan respon tubuh terhadap perubahan kebutuhan dan tetap berusaha mempertahankan kestabilan otot agar dapat bekerja secara optimal. Dari hasil penelitian didapat bahwa durasi menyetrika yang paling banyak mengalami keluhan yaitu responden dengan durasi menyetrika >4 jam yaitu sebesar 76,5%. Sedangkan lokasi yang dikeluhkan responden yaitu dibagian punggung bawah 25 responden (49,0%). Hal ini terjadi karena responden bekerja pada posisi duduk tanpa sandaran dan melakukan gerakan yang statis dan berulang dalam waktu yang lama sehingga dapat terjadi kelelahan otot. Munurut Suma mur (1994), produktivitas seseorang mulai menurun sesudah 4 jam bekerja. Oleh karena itu istirahat dan kesempatan untuk makan akan dapat memulihkan kembali kondisi tubuh. Istirahat yang ditetapkan adalah istirahat setengah jam sesudah 4 jam bekerja berturut-turutdan juga menambahkan bahwa waktu kerja maksimal dimana seseorang dapat bekerja dengan baik dalah 8 jam per hari termasuk istirahat.

12 Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 pasal 77, salah satunya menyebutkan bahwa waktu kerja 7 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 8 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Dari hasil observasi diketahui bahwa pekerja laundry bekerja lebih dari 8 jam/hari dan tidak sebanding dengan jumlah waktu istirahat dan waktu libur sehingga waktu untuk pemulihan tidak tercapai secara optimal. KETERBATASAN PENELITIAN 1. Hasil dari penelitian keluhan muskuloskeletal yang didapatkan hanya berdasarkan keluhan subjektif saja yang disebutkan oleh pekerja tidak dilakukan pemeriksaan secara spesifik. 2. Penelitian ini belum melakukan pengukuran faktor lingkungan kerja (suhu, pencahayaan, disain tempat kerja), faktor pekerjaan (postur kerja, frekuensi, vibrasi) karena keterbatasan alat dan waktu penelitian. 3. Penelitian ini belum menghitung kapasitas rata-rata menyetrika dalam 1 hari yang dilakukan pekerja laundry. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pene litian dan pembahasan, maka didapatkan kesimpulan adalah sebagian besar pekerja laundry di Dukuh Gatak Kelurahan Pabelan mengalami keluhan muskuloskeletal (94,1%). Persentase keluhan yang paling sering dirasakan

13 oleh pekerja yaitu pada bagian punggung bawah (54,9%), bagian bahu (29,4%), dan bagian leher (5,9%). Saran 1. Bagi Pekerja Laundry a. Melakukan rileksasi ketika ada waktu senggang dalam bekerja agar otot-otot punggung tidak mengalami kekakuan. Hindari duduk dengan posisi yang sama dalam waktu lebih dari 30 menit. b. Kursi yang digunakan sebaiknya kursi yang ada sandaran dan ada roll back untuk meminimalkan terjadinya keluhan pada punggung bawah. 2. Bagi Peneliti Lain a. Peneliti menganjurkan penelitian selanjutnya melakukan pemeriksaan keluhan yang lebih terperinci dan lebih spesifik. b. Jumlah sampel penelitian ini sangat kecil, sehingga peneliti menganjurkan penelitian yang akan datang untuk meningkatkan jumlah sampel dengan mengambil obyek penelitian yang lebih besar. DAFTAR PUSTAKA Astuti R.D. 2007. Analisa Pengaruh Aktivitas Kerja Dan Beban Angkat Terhadap Kelelahan Muskuloskeletal. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Azami E., Sejati, K., Arya, D., & Aditya. 2004. Analisis Faktor Kerja pada Pekerja Konveksi menggunakan Metode Rula. Makalah. Dipresentasikan pada Seminar Nasional Ergonomi 27 Maret 2004. Yogyakarta: Forum Komunikasi Teknik Industri & Perhimpunan Ergonomi Indonesia. Bernard T.N. 2003. Managing Low Back Pain a challenge for the next millennium. Tanggal akses 4 Mei 2012. Hughston sport medicine foundation [on line] from : http:/www.hughston.net/backpain.htm.

14 Cohen, Alexander L. Hagberg M, and Toomingas A.1997. Elements of Ergonomics Programs. A Primer Based on Workplace Evaluation of Musculoskeletal Disorders. Amerika: U.S Department of Health and Human Services. NIOSH. Hills E.C. 2006. Mechanical Low Back Pain. Tanggal akses 4 Mei 2012. http:// www.emedicine.com. Kristiawan B. 2009. Analisisi faktor risiko terjadinya low back pain pada operator tambang sebuah peusahaan tambang nickel di sulawesi selatan. jurnal promosi kesehatan indonesia. Vol.4 diakses tanggal 03 agustus 2012. http:// www.emedicine.com. Laraswati H. 2009. Analisis risiko musculoskeletal disorders (MSDs) pada pekerja laundry tahun 2009. Skripsi. Jakarta. Universitas Indonesia. Meliala L, dan Pinzon R. 2003. Patofisiologi & enatalaksanaan nyeri punggung bawah, Dalam: Meliala L, Rusdi I, Gofir A. Editor. Pain Symposium; Towards Mechanism Based Treatment. Yogyakarta. Melyssa. 2007.Gambaran Tingkat Risiko Musculoskletal Disorders pada Pekerja Section Assembling I Line di PT Indomobil Suzuki International (PT ISI) Tambun II. Skripsi; Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rieke Cipt. Pratiwi, dkk. 2009. Beberapa Faktor yang Berpengaruh Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Penjual Jamu Gendong. Jurnal promosi kesehatan Indonesia Vol.4. Semarang. Santoso, B. 1996. Hubungan antara Pekerja dan Membatik dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Wanita Pengrajin Batik Tulis di Surakarta. Surakarta: Lembaga Penelitian UMS. Samara D. 2004. Lama dan Sikap Duduk Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Nyeri Pinggang Bawah. Jakarta. Fakultas Kedokteran Trisakti. Vol.23 No.2 Suma mur. 1994. Higien Perusahaan dan Kesehatan Kerja. CV Haji Masagung. Jakarta, Tarwaka, Solichul, dan Lilik, S. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitasnya. Uniba Press. Surakarta.