Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Epoxy - Hollow Glass Microspheres IM30K

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME, TEMPERATUR CURING DAN POST-CURING TERHADAP KARAKTERISTIK TEKAN KOMPOSIT EPOXY - HOLLOW GLASS MICROSPHERES IM30K

PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME, TEMPERATUR DAN WAKTU POST-CURING TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK KOMPOSIT POLYESTER PARTIKEL HOLLOW GLASS MICROSPHERES

Kevin Yoga Pradana Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Wajan Berata, DEA

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur dan Waktu Terhadap Karakteristik Bending Komposit Polyester - Partikel Hollow Glass Microspheres

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

Pengaruh Penambahan Prosentase Fraksi Volume Hollow Glass Microsphere Komposit Hibrid Sandwich Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

Pengaruh Komposit Epoxy HGM pada Bumper Depan Kendaraan untuk Mereduksi Energi Impact

PENGARUH PENAMBAHAN PROSENTASE FRAKSI VOLUME HOLLOW GLASS MICROSPHERE KOMPOSIT HIBRIDA SANDWICH TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK DAN BENDING

Fajar Nugroho Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, Yogyakarta. Jl. Janti Blok R Lanud Adisutjipto

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE

STUDI SIFAT MEKANIK DAN MORFOLOGI KOMPOSIT SERAT DAUN NANAS-EPOXY DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DENGAN ORIENTASI SERAT ACAK

Studi Eksperimental Pengaruh Jumlah Lapisan Stainless Steel Mesh dan Posisinya Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending Komposit Serat Kaca Hibrida

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kekuatan Tarik Komposit Partikel Tempurung Kelapa

Please refer as: Bondan T. Sofyan, 2004, Pembentukan Endapan Nano pada Paduan Al-Cu Berkekuatan Tinggi,Proceeding Eminex 2004, ISBN ,

Pengaruh Sudut Laminasi Dan Perlakuan Permukaaan Stainless Steel Mesh Terhadap Karakteristik Tarik Dan Bending Pada Komposit Hibrida

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

PENGARUH KONSENTRASI SERAT RAMI TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER SERAT ALAM SKRIPSI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR TM

Pengaruh Fraksi Volume Filler terhadap Kekuatan Bending dan Ketangguhan Impak Komposit Nanosilika Phenolic

Studi Eksperimental Kekuatan Bending Material Gigi Tiruan Dari Resin Akrilik Berpenguat Fiber Glass Dengan Variasi Susunan Serat Penguat

Studi Experimental Pengaruh Fraksi Massa dan Orientasi Serat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Berbahan Serat Nanas

JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.1, No.1, 31-34, Juni 2017

I. PENDAHULUAN. Komposit adalah kombinasi dari satu atau lebih material yang menghasilkan

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK LOGAM/NON-LOGAM TERHADAP KEKUATAN DAN PERILAKU RAMBAT RETAK PADA SAMBUNGAN LEM EPOXY

TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERBUK TIMAH PEREKAT EPOXY UKURAN SERBUK 100 MESH DENGAN FRAKSI VOLUME (20, 35, 50) %

Kata kunci : Serat batang pisang, Epoxy, Hand lay-up, perbahan temperatur.

Studi Eksperimental Laju Keausan (Specific Wear Rate) Resin Akrilik dengan Penambahan Serat Penguat pada Dental Prosthesis

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN FRAKSI FILLER SERBUK ALUMINIUM DALAM PEMBUATAN KOMPOSIT EPOKSI SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF BALING-BALING KINCIR ANGIN TUGAS AKHIR.

PENGARUH FRAKSI VOLUME DAN PANJANG SERAT TERHADAP SIFAT BENDING KOMPOSIT POLIESTER YANG DIPERKUAT SERAT LIMBAH GEDEBOG PISANG

Pengaruh Fraksi Volume Dan Panjang Serat Pelepah Lontar (Borassus Flabellifer) Terhadap Kekuatan Tarik Dan Kekuatan Impak Komposit Bermatrik Epoksi

PRESENTASI TUGAS AKHIR PENGARUH SIFAT MEKANIK TERHADAP PENAMBAHAN BUBBLE GLASS, CHOPPED STRAND MAT DAN WOVEN ROVING PADA KOMPOSIT BENTUK POROS

ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH

Perubahan Sifat Mekanis Komposit Hibrid Polyester yang Diperkuat Serat Sabut Kelapa dan Serat Ampas Empulur Sagu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR BIDANG TEKNIK PRODUKSI PEMBENTUKAN DAN MATERIAL

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SERAT KARBON ANTARA METODE MANUAL LAY- UP DAN VACUUM INFUSION DENGAN PENGGUNAAN FRAKSI BERAT SERAT 60%

KARAKTERISTIK KOMPOSIT SERAT KULIT POHON WARU (HIBISCUS TILIACEUS) BERDASARKAN JENIS RESIN SINTETIS TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN PATAHAN KOMPOSIT

KOMPOSIT CORE HYBRID BERPENGUAT SERBUK KAYU JATI DAN MAHONI BERMATRIK POLYESTER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Djati Hery Setyawan D

BAB IV. (3) Lenght 208 μm (3) Lenght μm. (4) Lenght 196 μm (4) Lenght μm. Gambar 4.1. Foto optik pengukuran serat sisal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Sifat Tarik Dan Sifat Impak Komposit Polipropilena High Impact Berpenguat Serat Rami Acak Yang Dibuat Dengan Metode Injection Molding

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH FRAKSI VOLUME PARTIKEL TERHADAP KETAHANAN BAKAR KOMPOSIT FLY ASH-RIPOXY R-802

PENGARUH KETEBALAN SERAT PELEPAH PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER-SERAT ALAM

PENGARUH KOMPOSISI CAMPURAN HARDENER DENGAN RESIN POLYESTER TERHADAP KUAT TARIK DAN BENDING POLIMER TERMOSET

Universitas Bung Hatta Kampus III Jl. Gajah Mada Gunung Pangilun Telp. (0751) Padang

Pengaruh Moisture Content dan Thermal Shock Terhadap Sifat Mekanik Komposit Hibrid Berbasis Serat Gelas dan Coir (Aplikasi: Blade Turbin Angin)

PENGARUH FRAKSI VOLUME SERAT KAYU GELAM(MELALEUCE LEUCANDENDRA) KEKUATAN TARIK DAN IMPAK KOMPOSIT BERMATRIK POLYESTER

Alternatif Material Hood dan Side Panel Mobil Angkutan Pedesaan Multiguna

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MOISTURE CONTENT DAN THERMAL SHOCK TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK KOMPOSIT HIBRID BERBASIS SERAT GELAS DAN COIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) (c) (d) Gambar 4.1 Tampak Visual Hasil Rheomix Formula : (a) 1, (b) 2, (c) 3, (d) 4

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR ATAP SERAT BULU AYAM

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

ANALISIS KEKUATAN TARIK BOLTED JOINT STRUKTUR KOMPOSIT C-GLASS/EPOXY BAKALITE EPR 174

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 191

PENGARUH FRAKSI VOLUME DAN PANJANG SERAT TERHADAP SIFAT BENDING KOMPOSIT POLIESTER YANG DIPERKUAT SERAT LIMBAH GEDEBOG PISANG

KETANGGUHAN RETAK DAN KEKUATAN IMPAK KOMPOSIT EPOXY-SERBUK KARET BAN BEKAS

BAB V PEMBAHASAN. Laporan Tugas Akhir

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK EPOXY

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

KARAKTERISASI KOMPOSIT MATRIK RESIN EPOXY BERPENGUAT SERAT GLASS DAN SERAT PELEPAH SALAK DENGAN PERLAKUAN NaOH 5%

PENGARUH FRAKSI VOLUME DAN UKURAN PARTIKEL KOMPOSIT POLYESTER RESIN BERPENGUAT PARTIKEL GENTING TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKUATAN BENDING ABSTRACT

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Premium, Pertamax, Pertamax Plus Dan Spiritus Terhadap Unjuk Kerja Engine Genset 4 Langkah

KOMPOSIT SANDWICH BERPENGUAT SERAT HYBRID PADA SKIN DAN CORE BERMATRIK POLYESTER

Upaya Peningkatan Kualitas Sifat Mekanik Komposit Polyester Dengan Serat Bundung (Scirpus Grossus) Erwin a*, Leo Dedy Anjiu a

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil uji tarik serat tunggal.

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

I. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks).

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 1, Januari 2013 PERILAKU CREEP PADA KOMPOSIT POLYESTER YUKALAC 157 BQTN-EX DENGAN FILLER SERAT GELAS

PEMANFAATAN LIMBAH SERAT SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN PEMBUAT HELM PENGENDARA KENDARAAN RODA DUA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN KEKUATAN TARIK DAN IMPAK PADA REKAYASA DAN MANUFAKTUR BAHAN KOMPOSIT HYBRID

Kekuatan Tarik Komposit Poliester Berpenguat Partikel Kayu Jati, Merawan dan Meranti Merah

PERBANDINGAN KOMPOSIT SERAT ALAM DAN SERAT SINTETIS MELALUI UJI TARIK DENGAN BAHAN SERAT JUTE DAN E-GLASS

PENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP SIFAT MEKANIK KOMPOSIT KENAF - POLYPROPYLENE

Pengaruh Penambahan Styrofoam dan Partikel Karet Terhadap Sifat Mekanik Resin Polyester Tak Jenuh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambar 3.1. Tahapan proses penelitian

PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME KOMPOSIT SERAT E- GLASS ±45 POLYESTER 157 BQTN TERHADAP KEKUATAN BENDING DAN GESER

PENGARUH PERENDAMAN (NaOH) TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN BENDING BAHAN KOMPOSIT SERAT BAMBU TALI (GIGANTOCHLOA APUS) BERMATRIKS POLYESTER

PENGARUH ARAH SERAT GELAS DAN BAHAN MATRIKS TERHADAP KEKUATAN KOMPOSIT AIRFOIL PROFILE FAN BLADES

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Epoxy - Hollow Glass Microspheres IM30K Widyansyah Ritonga, Wahyu Wijanarko, Sutikno, Indra Sidharta, Putu Suwarta Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: widiritonga@yahoo.com Dewasa ini penggunaan material komposit sudah sangat berkembang. Komposisi dari komposit juga sudah sangat beragam, namun penelitian tentang komposit Epoxy Hollow Glass Microspheres (HGM) dengan variasi temperatur curing dan post-curing untuk karakteristik tekan masih sangat terbatas. Keunggulan yang dimiliki HGM antara lain memberikan bobot yang ringan, konduktivitas termal rendah, dan ketahanan terhadap tegangan kompresi yang tinggi. Dengan keunggulan komposit seperti berikut aplikasi pada penelitian ini dapat digunakan pada bemper atau body kendaraan sehingga berat total kendaraan lebih ringan dan efisiensi bahan bakarnya meningkat. Penelitian dilakukan dengan mencampurkan epoxy resin dan HGM. Spesimen uji tekan diproduksi sesuai dimensi ASTM D-695 dengan variasi fraksi volume HGM 15% hingga 20%. Spesimen menerima tiga perlakuan yang berbeda. Spesimen I di-curing pada temperatur kamar (± 27 C) ditahan selama 24 jam. Spesimen II di-curing pada temperatur kamar (± 27 C) ditahan selama 24 jam lalu post-curing pada temperatur 90 C selama 5 jam. Spesimen III di-curing pada temperatur 90 C ditahan selama 24 jam. Untuk temperatur curing 90 C setelah 24 jam komposit akan tetap dibiarkan dalam oven hingga temperatur oven sama dengan temperatur ruang. Untuk mempelajari perbedaan sifat mekanik yang terjadi, dilakukan pengujian tekan. Hasil yang didapatkan adalah kekuatan tekan dan ketangguhan komposit maksimum pada fraksi volume HGM 16% untuk spesimen I sebesar 67,19 MPa dan 6,02x10-3 J/mm 3, Spesimen II sebesar 89,24 MPa dan 9,13x10-3 J/mm 3, dan spesimen III sebesar 121,28 MPa dan 21,54x10-3 J/mm 3. Diatas fraksi volume HGM tersebut kekuatan tekannya cenderung turun dengan nilai terendah pada fraksi volume HGM 20%. Terdapat perbedaan yang cukup besar dari ketiga perlakuan dengan fraksi volume HGM yang sama. Komposit yang dicuring temperatur 90 C selama 24 jam memiliki kekuatan tekan yang paling tinggi. Hal ini terjadi karena komposit yang di-curing pada temperatur tinggi memiliki ikatan crosslink lebih banyak sehingga ikatan epoxy dan HGM lebih kuat dan nilai kekuatan tekan pada komposit akan meningkat. Kata kunci : komposit, hollow glass microspheres, epoxy, curing, post-curing, uji tekan. I. PENDAHULUAN B ERKEMBANGNYA teknologi industri dibidang otomotif dan dirgantara mendorong material komposit banyak digunakan pada aplikasi produk. Hal ini dikarenakan material komposit memiliki keunggulan antara lain kekuatan, ketangguhan, dan ketahanan terhadap korosi yang lebih tinggi dari material logam lainnya. Sehingga menuntut tersedianya material komposit dengan sifat yang diinginkan untuk menggantikan material logam yang banyak digunakan. Salah satunya pengembangan polimer komposit dengan penambahan Hollow Glass Microspheres (HGM). Material komposit ini diproduksi dengan cara mencampur resin epoxy dengan HGM yang secara teoritis akan meningkatkan modulus elastisitas. Tahun 2011, Ravi Kumar dan C. Swentha[1] dari India melakukan penelitian variasi fraksi volume HGM dari 0% hingga 60% dengan tiga jenis HGM. Serta menggunakan matrix epoxy dan curing pada temperatur kamar setelah itu akan dilakukan proses post curing dengan suhu 60 o C selama 1 jam untuk mencari pengaruhnya terhadap kekuatan tekan. Hasil yang didapatkan adalah pure resin memiliki kekuatan tekan tertinggi. Penambahan HGM berpengaruh pada penambahan daerah demormasi plastisnya dan menurunkan nilai density. Pada tahun 2013, Fahmi Yuni Arista[2] melakukan penelitain pengaruh variasi temperatur curing pada temperatur kamar dan temperatur 90 o C dengan waktu 24 jam. Variasi fraksi volume HGM yang digunakan 0% hingga 30%. Dari hasil penelitiannya nilai kekuatan tekan komposit dengan temperatur 90 o C pada penambahan 15% HGM memiliki kekuatan tekan yang paling tinggi. Sedangkan komposit dengan temperatur kamar pada penambahan 20% HGM. Komposit yang dicuring pada temperatur lebih tinggi memiliki kekuatan tekan lebih tinggi pula. Oleh karena penelitian terdahulu belum spesifik membahas variasi fraksi volume yang detail serta pengaruh curing pada komposit, maka penelitian ini dilakukan. Sehingga nantinya penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pengembangan dalam bidang otomotif, bidang industri, bidang dirgantara dan sumbangan data bagi ilmu pengetahuan. II. METODE PENELITIAN Material komposit akan dibuat dengan mencampurkan Hollow Glass Microspheres jenis IM30K yang memiliki kekuatan injection molding sampai 28.000 Psi dan Epoxy Jenis Adhesive yang memiliki tingkat abrasive yang baik. Variasi fraksi volume HGM yang digunakan adalah 15%, 16%, 17%, 18%, 19%, dan 20%. Masing-masing dari variasi volume fraksi diberi perlakuan curing yang berbeda. Variasi pertama dengan curing 27 o C selama 24 jam, yang kedua curing 27 o C selama 24 jam lalu post-curing 90 o C selama 5 jam, dan yang ketiga curing 90 o C selama 24 jam. Pengujian spesimen uji tekan berdasarkan standar dari Standard Test Method for Compressive Properties of Rigid Plastics D-695 yang dikeluarkan oleh ASTM[3]. Hasil yang di dapatkan merupakan nilai kekuatan tekan dan ketangguhan dari polimer komposit Epoxy Hollow Glass Microspheres IM30K.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 2 III. ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Variasi Fraksi Volume Penambahan HGM Terhadap Density Komposit Hasil dari pengujian density disimpulkan pada Gambar. 1. menunjukakan bahwa tren grafik density yang terus menurun seiring dengan penambahan HGM. Penambahan HGM sebanyak 20% memiliki density 0.96 gram/ml dan penambahan HGM sebanyak 15% memiliki density 1,05 gram/ml. Hal ini terjadi karena HGM merupakan buble berongga dengan density yang lebih ringan dibanding epoxy. Sehingga semakin banyak jumlah HGM, semakin ringan komposit tersebut. B. Hasil Kekuatan Tekan dan Ketangguhan Komposit Dengan Variasi Fraksi Volume Penambahan HGM Komposit A merupakan komposit dengan perlakuan curing pada temperatur 27 o C selama 24 jam, komposit B merupakan komposit dengan perlakuan curing pada temp- eratur 27 o C selama 24 jam, lalu post-curing pada temperatur 90 o C selama 5 jam, dan komposit C merupakan selama 24 jam. Dari hasil pengujian tekan pada Gambar. 2. pada variasi fraksi volume 16% menunjukkan bahwa komposit dengan perlakuan curing temperatur 90 o C selama 24 jam memiliki kekuatan tekan 35,9% lebih tinggi dibandingkan komposit dengan curing pada temperatur 27 o C selama 24 jam, lalu post-curing pada temperatur 90 o C selama 5 jam. Lalu selama 24 jam memiliki kekuatan tekan 80,5% lebih tinggi dibandingkan komposit curing pada temperatur 27 o C selama 24 jam. Dari data ketangguhan pada Gambar. 3. pada variasi fraksi volume 16% menunjukkan bahwa komposit dengan perlakuan curing temperatur 90 o C selama 24 jam memiliki ketangguhan yang lebih tinggi 135,9% dibandingkan komposit curing pada temperatur 27 o C selama 24 jam, lalu post-curing pada temperatur 90 o C selama 5 jam. Lalu selama 24 jam memiliki ketangguhan 257,8% lebih tinggi dibandingkan ketangguhan komposit curing pada temperatur 27 o C selama 24 jam. Terdapat perbedaan dari pengaruh curing tersebut karena pergerakan molekul-molekul untuk membentuk ikatan polimer yang lebih banyak dipengaruhi oleh tempe- Gambar. 1. Grafik Berat komposit dengan pengaruh penambahan HGM. Gambar. 2. Grafik Hasil Uji Tekan Komposit UTS (MPa) VS Fraksi Volume (%) untuk temperatur curing 27 o C selama 24 jam, temperatur 27 o C selama 24 jam lalu post-curing 90 o C selama 5 jam, dan temperatur curing 90 o C selama 24 jam. Gambar. 4. Hasil SEM komposit dengan penambahan HGM 16 % curing temperatur 27 o C selama 24 jam (perbesaran 150x). Gambar. 3. Grafik Ketangguhan (J/mm 3 ) VS Fraksi Volume (%) untuk temperatur curing 27 o C selama 24 jam, temperatur 27 o C selama 24 jam lalu post-curing 90 o C selama 5 jam, dan temperatur curing 90 o C selama 24 jam. Gambar. 5. Hasil SEM komposit dengan penambahan HGM 16 % curing temperatur 27 o C selama 24 jam (Perbesaran 800x).

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 3 ratur curing. Polimer tersebut akan membentuk ikatan crosslink untuk mengikat HGM. Sehingga kekuatan tekan meningkat. Dari Gambar. 4. hasil SEM pola patahan komposit dengan penambahan HGM 16% untuk semua perlakuan curing dapat dilihat bahwa awal retakan akan menjalar dari matrik menuju HGM yang berfungsi sebagai penguat pada matrik tersebut. Pada Gambar. 5. hasil SEM komposit dengan penambahan HGM 16 % curing temperatur 27 o C selama 24 jam didominasi oleh adanya HGM yang tidak pecah. Ketika komposit mendapat beban tekan, banyak HGM yang bergeser dari matrix karena ikatan yang tidak kuat dan menyebabkan munculnya debonding. Hal tersebut yang menyebabkan kekuatan tekan pada komposit menjadi rendah karena transfer beban dari matrik ke penguat menjadi tidak maksimal. Pada Gambar. 6. hasil SEM komposit dengan penambahan HGM 16 % curing temperatur 27 o C selama 24 jam lalu post-curing 90 o C selama 5 jam didominasi oleh adanya HGM yang pecah. Namun masih ada beberapa HGM yang tidak pecah. Hal ini terjadi karena adanya proses post-curing yang memperbaiki dan meningkatkan pergerakan molekul molekul untuk menyusun ulang membentuk ikatan crosslink. Ketika komposit mendapat beban tekan, beberapa HGM bergeser Gambar. 6. Hasil SEM komposit dengan penambahan HGM 16 % curing temperatur 27 o C selama 24 jam, lalu post-curing 90 o C selama 5 jam (Perbesaran 800x). Gambar. 7. Hasil SEM komposit dengan penambahan HGM 16 % curing temperatur 90 o C selama 24 jam (Perbesaran 1500x). dari matriks karena ikatan yang tidak kuat dan menyebabkan munculnya debonding dibeberapa bagian. Hal tersebut yang menyebabkan kekuatan tekan pada komposit menjadi kurang optimal karena transfer beban dari matrik ke penguat masih belum maksimal. Pada Gambar. 7. hasil SEM komposit dengan penambahan HGM 16 % curing temperatur 90 o C selama 24 jam seluruh HGM mengalami pecah. Tidak ada HGM yang bergeser dari matrix dan mengalami debonding. Oleh sebab itu, ketika komposit mendapat beban tekan, seluruh HGM akan menerima energi. Hal tersebut yang menyebabkan kekuatan tekan pada komposit sangat optimal. Dari hasil pengujian tekan pada Gambar. 2. dan Gambar. 3. hasil kekuatan tekan dan ketangguhan maksimal pada fraksi volume 16%. Komposit curing temperatur 90 o C selama 24 jam mengalami peningkatan kekuatan tekan komposit Epoxy-HGM pada penambahan fraksi volume HGM 15% hingga 16%. Kemudian trend grafik menurun pada fraksi volume penambahan HGM 16%, hingga 20%. Begitu juga dengan nilai ketangguhan yang mengalami peningkatan nilai ketangguhan pada penambahan fraksi volume HGM 15% hingga 16%. Kemudian trend grafik menurun pada fraksi volume penambahan HGM 16% hingga 20%. Trend grafik tegangan tekan dan ketangguhan yang menurun setelah penambahan HGM 16% pada ketiga perlakuan disebabkan karena semakin banyak HGM maka akan semakin banyak yang harus diikat oleh epoxy sedangkan persebaran HGM yang tidak merata akibat dari perlakuan suhu dan density HGM. Density HGM yang lebih kecil dibandingkan epoxy mengakibatkan bagian atas dipenuhi oleh partikel HGM sehingga ruang untuk bagian epoxy semakin sedikit dan ikatan antara epoxy dan HGM semakin sedikit. Begitu pula dengan fraksi volume HGM dibawah 16% akan mengalami kekuatan tekan yg lebih rendah. Hal ini terjadi karena gaya yang diberikan pada komposit banyak diterima oleh epoxynya. Karena peningkatan kekuatan tekan pada komposit disebabkan oleh HGM yang berbentuk bulat dan memiliki crush strength tinggi jika dibandingkan kekuatan tekan pure epoxy resin. Namun peran epoxy sebagai matriks untuk mengikat HGM agar tidak terjadi pergeseran saat pembebanan komposit merupakan faktor penting untuk meningkatkan kekuatan tekan pada komposit tersebut. Dengan menggunakan persamaan Rule Of Mixture (ROM) pada particulate composite maka secara teoritis kekuatan tekan komposit naik dengan penambahan Hollow Glass Microspheres (HGM) didapatkan nilai seperti Gambar. 8. Pada hasil perhitungan teoritis kekuatan tekan komposit naik seiring dengan penambahan fraksi volume HGM. Hal tersebut dikarenakan pada perhitungan teoritis, dianggap kondisi ideal terjadi yaitu adanya ikatan yang kuat antara HGM dan epoxy. Namun penambahan fraksi volume HGM akan membuat sedikit ruang epoxy untuk mengikat HGM. Sehingga ikatan antara epoxy dan HGM semakin kurang yang menyebabkan terjadinya debonding. Debonding terjadi karena proses dari terbentuknya keretakan dan perambatan keretakan yang menyebabkan kegagalan perlekata[17].

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 4 Void (a) (b) Gambar. 9. Hasil SEM komposit dengan penambahan HGM 16% curing temperatur 27 o C selama 24 jam (perbesaran 50x). at antara HGM dan epoxy. Sedangkan pada hasil pengujian didapatkan penambahan HGM optimal untuk meningkatkan kekuatan tekan adalah 16% fraksi volume HGM untuk ketiga perlakuan suhu. Pada komposit dengan penambahan HGM 16% untuk temperatur curing 27 o C selama 24 jam, selisih nilai kekuatan tekan antara hasil pengujian dan teoritis sebesar 13,49 MPa. Nilai kekuatan tekan pengujian dibandingkan dengan hasil ROM terjadi penyimpangan yang disebabkan karena pada praktiknya tidak dijumpai asumsi seperti yang digunakan pada ROM sehingga tidak terjadi kondisi ideal, seperti void yang terjadi pada pembuatan komposit seperti pada Gambar. 9. distribusi penyebaran HGM tidak merata, dan tidak kuatnya ikatan antara Epoxy dan HGM. IV. KESIMPULAN Dari penelitian dan analisa data yang telah dilakukan pada komposit Epoxy-Hollow Glass Microspheres, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : (c) Gambar. 8. Perbandingan antara Tegangan Hasil Pengujian dengan Tegangan Teoritis Hasil Perhitungan. (a)temperatur curing 27 o C selama 24 jam, (b)temperatur curing 27 o C selama 24 jam lalu post-curing 90 o C selama 5 jam, (c)temperatur curing 90 o C selama 24 jam. Berdasarkan grafik pada Gambar. 8. terjadi perbedaan hasil antara kekuatan tekan secara teoritis dengan kekuatan tekan pada saat pengujian. HGM jenis IM30K memiliki kekuatan tekan sebesar 28000 PSI atau 193,05 MPa. Epoxy resin memiliki kekuatan tekan 60 MPa untuk temperatur curing 27 o C selama 24 jam, 74,45 MPa untuk temperatur curing 27 o C selama 24 jam lalu post-curing 90 o C selama 5 jam, dan 106,58 untuk Temperatur curing 90 o C selama 24 jam. Sehingga dengan penambahan fraksi volume HGM pada epoxy akan semakin meningkatkan kekuatan tekannya. Pada hasil perhitungan teoritis kekuatan tekan komposit naik seiring dengan penambahan fraksi volume HGM. Hal tersebut dikarenakan pada perhitungan teoritis, dianggap kondisi ideal terjadi yaitu adanya ikatan yang ku- 1. Penambahan fraksi volume HGM 15% hingga 16% pada epoxy dapat meningkatkan kekuatan tekannya. Kekuatan tekan maksimum sebesar 121,2866 MPa didapatkan pada penambahan fraksi volume HGM sebesar 16%. 2. Penambahan fraksi volume HGM 15% hingga 16% pada epoxy dapat meningkatkan ketangguhan. Ketangguhan maksimum sebesar 21,54x10-3 (J/mm 3 ) didapatkan pada penambahan fraksi volume HGM sebesar 16%. 3. Peningkatan temperatur curing dapat meningkatkan jumlah ikatan crosslink pada matriks epoxy, komposit dengan penambahan fraksi volume HGM 16% di-curing pada temperatur 90 C selama 24 jam merupakan komposit yang memiliki kekuatan tekan dan ketangguhan yang paling tinggi. 4. Peningkatan jumlah ikatan crosslink pada matriks epoxy akan meningkatkan kekuatan tekan pada komposit dengan fraksi volume HGM yang sama. DAFTAR PUSTAKA [1] Swentha.C, Kumar Ravi. 2011. Quasi-static uni-axial compression behaviour of hollow glass microspheres/epoxy based syntactic foams.departement metallurgical. India

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 5 [2] Fahmi Yuni Arista. 2013. Studi eksperimental pengaruh variasi fraksi volume epoxy - hollow glass microspheres dan temperatur curing terhadap karekteristik tekan komposit. Laboratorium Metallurgy Teknik Mesin ITS. Indonesia [3] ASM International, Characterization and Failure Analysis of Plastics, page 117, December 2003 [4] Alexander Trofimov, Dr. Lev. Pleshkov, Haslen Back., Hollow Glass Microsphere for High Strength Composite Cores, Alchemie Technology 50 (2007) 44-46,48-50 [5] http://www.ecvv.com/product/3822975.html [6] A. Brent Strong, Controlling Polyester Curing A Simplified View, Brigham Young University, undated [7] The Advantages of Epoxy Resin versus Polyester in Marine Composite Structure, SP-systems, undated. [8] Ismoyo,1990. Pengujian merusak tekan material [9] Alexander Trofimov, Dr. Lev. Pleshkov, Haslen Back., Hollow Glass Microsphere for High Strength Composite Cores, Alchemie Technology 50 (2007) 44-46,48-50. [10] A. Brent Strong, Controlling Polyester Curing A Simplified View, Brigham Young University, undated. [11] www.princhenton.com [12] ASM International, Characterization and Failure Analysis of Plastics, page 117, December 2003 [13] The Advantages of Epoxy Resin versus Polyester in Marine Composite Structure, SP-systems, undated. [14] Ismoyo,1990. Pengujian merusak tekan material [15] Simon Peter, Cibulkova Zuzana, Measurement of heat capacity by differention scanning calorimetry, Department of physical chemistry, Facultyof Chemical and Food Technology, Slovak University of Technology, Slovak Republic. [16] Callister, Jr.William.D, 2007, Material Sciene And Engineering An Introduction. United State of America.Quebeecor Versailles. [17] http://www.twi-global.com/technical-knowledge/faqs/processfaqs/faq-what-is-the-difference-between-debonding-anddelamination-in-adhesive-joints-coatings-and-composites-andother-defects-found/