Konsep Keanekaragaman METODE Tempat dan Waktu Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
Keanekaragaman Serangga di Ekosistem Mangrove

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

Gambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Gambar 3 Lokasi penelitian ( ) Alat dan Bahan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. serangga yang ada di perkebunan jeruk manis semi organik dan anorganik.

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012.

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. dalam kawasan wisata alam Trinsing yang secara administratif termasuk ke dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

Proses Pemulihan Vegetasi METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januarisampai dengan Februari

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

MATERI DAN METODE. 3.1.Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

METODE PENELITIAN. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

Analisis Vegetasi Hutan Alam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif, yang merupakan suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

MATERI DAN METODE PENELITIAN. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah vegetasi mangrove

BAB III METODOLOGI PENELITAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di perairan Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Youth Camp Tahura WAR pada bulan Maret sampai

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. A. Materi (Bahan dan Alat), Waktu dan Lokasi Penelitian

II. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi Taman Nasional Ujung Kulon.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian murni atau pure research yang

III. Bahan dan Metode

BAB III METODOLOGI PENELITAN

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo pada bulan Mei sampai Juli

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian adalah

Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994.


BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Transkripsi:

5 salinitas, ph, kandungan bahan-bahan, suhu dll.), dan atmosfer (atmosphere, udara: iklim, cuaca, angin, suhu, dll.) (Tarumingkeng 1991). Tarumingkeng (1991) menambahkan bahwa lingkungan biotik merupakan bagian dari keseluruhan lingkungan yang terbentuk oleh semua fungsi makhluk hidup yang satu dan lainnya saling berinteraksi. Faktor-faktor abiotik yang penting dalam mempengaruhi kehidupan serangga adalah temperatur, cahaya, presipitas, kelembaban dan angin, serta faktor-faktor abiotik lainnya yang kurang penting yang termasuk di dalam faktor-faktor cuaca dan iklim (Suratmo 1974). Menurut Willmer (1982) diacu dalam Kahono et al. (2003) iklim merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan. Iklim berpengaruh langsung kepada kehidupan, pertumbuhan, reproduksi, dan kelimpahan serangga, fenologi, dan musuh alami. Konsep Keanekaragaman Keanekaragaman merupakan keadaan berbeda atau mempunyai perbedaan dalam bentuk atau sifat antara anggota-anggotanya. Keanekaragaman dalam level ekosistem terbagi menjadi tiga level, yaitu keanekaragaman alpha, keanekaragaman gamma dan keanekaragaman beta (Mcoughton dan Wolf 1990). Menurut Magguran (1988), terdapat pengertian dari semua level keragaman tersebut, yaitu: 1. Keragaman titik (point diversity), yaitu nilai keanekaragaman pada suatu unit contoh yang diukur. 2. Keanekaragaman alpha (alpha diversity), yaitu nilai keanekaragaman pada suatu habitat yang homogen (gabungan keanekaragaman titik). 3. Keanekaragaman gamma (gamma diversity), yaitu nilai keanekaragaman pada suatu pulau atau lansdcape (gabungan keanekaragaman alpha). 4. Keanekaragaman epsilon (epsilon diversity), yaitu nilai keanekaragaman suatu wilayah biogeografi (gabungan keanekaragaman gamma). METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada dua lokasi, yaitu di Hutan Lindung mangrove Angke Kapuk dan Kawasan Mangrove Tol Sedyatmo, Jakarta Utara (Gambar 1). Pengambilan data dilakukan pada tiga tipe tegakan yang berbeda, yaitu (1) tegakan monokultur A. marina (A), (2) tegakan campuran A. marina dan R. mucronata (B) yang berada di sebelah barat Cengkareng Drain, Hutan Lindung Angke Kapuk, dan (3) tegakan campuran S. alba dan R. mucronata (C) yang berada di Kawasan Mangrove Tol Sedyatmo. Pemisahan dan identifikasi serangga dilakukan di Laboratorium Entomologi Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2012.

6 Gambar 1 Peta lokasi penelitian Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tegakan mangrove, serangga yang tertangkap dengan metode yellow-pan trap, detergen, kantong plastik, kertas label, dan alkohol 70%. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain golok, termohygrometer, kompas, pita ukur, hagahypsometer, kamera, yellow pan trap, wadah rol film, pinset, meteran, penggaris, kompas, mikroskop, dan alat-alat tulis. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Proses pengumpulan data primer melalui pengukuran langsung di lapangan seperti penangkapan serangga, analisis vegetasi dan pengukuran dimensi pohon, pengukuran suhu, dan kelembaban. Proses pengumpulan data sekunder melalui informasi yang telah tersedia dari data profil lokasi penelitian seperti data letak dan luas, kondisi iklim, topografi, dan sejarah pengelolaan lahan. Data ini diperoleh dari Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta dan wawancara dengan petugas lapang. Data lainnya yang terkait dengan penelitian ini diperoleh dengan studi pustaka dari berbagai literatur, jurnal, laporan, dan arsip-arsip dari dinas terkait maupun yang bersumber dari media elektronik.

7 Metode Kerja Penentuan Plot Sampling Plot sampling untuk pengambilan data digunakan metode garis berpetak. Tegakan monokultur A. marina dibuat sebanyak dua jalur. Jarak antar jalur dan petak dalam jalur pada tegakan monokultur A. marina adalah 20 meter. Desain plot sampling pada tegakan monokultur A. marina disajikan pada Gambar 2. 40 m 20 m Gambar 2 Desain plot sampling pada tegakan monokultur A. marina Plot sampling pada tegakan campuran A. marina dan R. mucronata dibuat satu jalur, panjang jalur 220 m dan lebar dengan arah sejajar garis pantai, sedangkan pada tegakan campuran S. alba dan R. mucronata di Kawasan Mangrove Tol Sedyatmo dibuat satu jalur, panjang jalur 220 m dan lebar dengan arah tegak lurus sungai Cengkareng Drain. Pada setiap jalur dibuat petak ukuran dengan jarak antar petak dalam jalur adalah 20 m. Masingmasing tipe tegakan dibuat sebanyak delapan petak. Penangkapan Serangga Penangkapan serangga dilakukan dengan menggunakan metode yellow pan trap. Metode yellow pan trap digunakan untuk menjebak serangga pada daerah permukaan tanah serta serangga yang tertarik dengan warna kuning. Yellow pan trap merupakan cara cepat dan mudah untuk menangkap serangga. Yellow pan trap yang digunakan yaitu berupa nampan bulat berwarna kuning dengan diameter 30 cm. Penangkapan serangga dilakukan pada plot sampling yang digunakan untuk analisis vegetasi. Yellow pan trap diletakkan di dalam petak berukuran dan diisi dengan larutan detergen agar serangga yang terjebak tidak terbang dan mati. Yellow pan trap dipasang selama 12 jam dari pukul 17.00 WIB sampai pukul 05.00 WIB. Setiap petak diletakkan sebanyak lima buah yellow pan trap dengan posisi diagonal, seperti yang disajikan pada Gambar 3A. Pengumpulan serangga dengan yellow pan trap dilakukan selama tiga hari pada masing-masing tipe tegakan.

8 A B yellow-pan trap Gambar 3 Metode pengumpulan serangga dengan yellow-pan trap: (A) Posisi peletakkan yellow-pan trap di dalam petak; (B) yellow-pan trap Analisis Vegetasi dan Pengukuran Dimensi Pohon Analisis vegetasi dilakukan pada petak, seperti yang disajikan pada Gambar 4. Ukuran petak tersebut dibagi kedalam sub-sub petak yang lebih kecil secara nested sampling dengan ukuran untuk tingkat pohon, 5 m 5 m untuk tingkat pancang, dan 2 m 2 m untuk tingkat semai. Pengukuran dimensi pohon meliputi tinggi dan diameter setinggi dada (dbh). Tinggi pohon diukur menggunakan hagahypsometer dan diameter batang diukur menggunakan pita ukur. 5 m 2 m 2 m 5 m Gambar 4 Plot ukur analisis vegetasi Pengukuran Faktor Lingkungan Serangga Lingkungan serangga merupakan lingkungan yang terdiri dari lingkungan abiotik dan biotik. Pengukuran faktor lingkungan serangga dilakukan dengan cara mengukur suhu dan kelembaban. Suhu dan kelembaban diukur dengan menggunakan alat thermohygrometer dengan meletakkan alat tersebut di tengah plot sampling. Peletakan dilakukan dengan menggantungkan thermohygrometer pada pohon karena alat tersebut tidak boleh terkena cahaya matahari secara langsung.

9 Pemisahan dan Identifikasi Serangga Serangga yang tertangkap dipisahkan dan diidentifikasi berdasarkan morfospesies di Laboratorium Entomologi Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB. Menurut Bird et al. (2000) dalam Haneda (2004), morfospesies merupakan unit taksonomi yang dikenali berdasarkan penampilan luar dari spesimen dan umum digunakan sebagai pengganti nama jenis untuk keanekaragaman jenis. Proses identifikasi serangga dilakukan dengan menggunakan sumber identifikasi berupa insektarium serta buku-buku panduan yang telah ada. Adapun buku yang dipakai dalam identifikasi serangga adalah: a. Pengenalan Pelajaran Serangga, tahun 1996, karya Donald J. Borror, Charles A. Triplehorn, dan orman F. Johnson yang diterjemahkan oleh Partosoedjono. b. The Butterflies of the Malay Peninsula, tahun 1991, karya A. Steven Corbet dan H.M Pendlabury. c. A Field Guide in Colour to Butterflies and Moth, tahun 1999, karya Ivo ovak yang diterjemahkan oleh Marie Hejlova. d. Malaysian ature Handbook Common Malaysian Moth, tahun 1986, karya Avril Fox. e. Mengenal Capung, tahun 1998, karya Shanti Susanti. f. Hymenoptera of the World: an Identification Guide to Families, tahun 1993, karya Henry Goulet dan John T. Huber. Analisis Data Analisis Data Vegetasi dan Keanekaragaman Jenis Mangrove Analisis vegetasi dilakukan dengan menghitung nilai kerapatan tumbuhan dan Indeks ilai Penting untuk tingkat pohon dan permudaan. ilai keanekaragaman jenis mangrove dihitung menggunakan Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener. K KR F FR D DR IP IP Jumlah individu suatu jenis Luas petak contoh Kerapatan suatu jenis 100% Kerapatan seluruh jenis Jumlah sub petak ditemukan suatu jenis Jumlah seluruh sub petak contoh Frekuensi suatu jenis Frekuensi seluruh jenis LBDS suatu spesies Luas petak conto h Dominansi suatu jenis Dominansi seluruh jenis 100% 100% KR + FR + DR (untuk tingkat pohon) KR + FR (untuk tingkat permudaan)

10 K Kerapatan (individu/ha) KR Kerapatan Relatif (%) F Frekuensi FR Frekuensi Relatif (%) D Dominansi (m 2 /ha) DR Dominansi Relatif (%) IP Indeks ilai Penting (%) H' ni H' - Pi ln Pi ; dimana Pi ni Indeks keanekaragaman Jenis Shannon-Wiener Jumlah individu jenis ke-i Jumlah individu seluruh jenis Analisis Data Serangga Analisis data serangga dilakukan dengan menghitung kelimpahan dalam satuan individu per hektar, nilai keanekaragaman jenis, kemerataan jenis, dan kesamaan jenis serangga antar tegakan. Perhitungan nilai-nilai keanekaragaman serangga dilakukan dengan menggunakan program Species Diversity and Richness-2.64. Berikut persamaan-persamaan yang digunakan dalam analisis data. Kelimpahan Serangga Kelimpahan serangga adalah jumlah total serangga dalam satuan individu per hektar. Kelimpahan serangga dirumuskan dengan: Kelimpahan serangga (individu/ha) Jumlah individu serangga Luas petak contoh ilai Keanekaragaman Jenis (Diversity Index) ilai keanekaragaman jenis dihitung menggunakan indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener. Indeks keanekaragaman merupakan kombinasi dari kekayaan jenis (species richness) dan kesamaan jenis (evenness species) menjadi satu nilai. Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener memiliki dua sifat, yaitu : (1) H 0 jika dan hanya jika ada satu jenis dalam sampel, (2) H maksimum hanya ketika semua jenis (jumlah total jenis dalam komunitas) diwakili oleh jumlah individu yang sama, yang merupakan distribusi kelimpahan yang sempurna (Ludwig dan Reynolds 1988). Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener dirumuskan dengan: H' ni H' - Pi ln Pi ; dimana Pi ni Indeks keanekaragaman Jenis Shannon-Wiener Jumlah individu jenis ke-i Jumlah individu seluruh jenis

11 ilai Kemerataan Jenis (Evenness Index) ilai kemerataan jenis menunjukkan derajat kemerataan keanekaragaman individu antar jenis. Rumus yang digunakan adalah nilai evenness modifikasi dari Hill s ratio (Ludwig dan Reynolds 1988): E5 2 1 Dimana 2 1 dan 1 eh 1 1 λ E5 Indeks Kemerataan Jenis 1 ilai dari kelimpahan 2 Ukuran nilai dari kelimpahan jenis pada sampel λ Simpson s indeks, λ Pi 2 s i1 ilai E5 berkisar antara 0 1. ilai E5 yang mendekati 0 menunjukan bahwa suatu jenis menjadi dominan dalam komunitas. Jika nilai E5 mendekati 1, seluruh jenis memiliki tingkat kemerataan jenis yang hampir sama. ilai Kesamaan (Similarity Index) Jenis Serangga antar Tipe Tegakan ilai kesamaan jenis dihitung menggunakan Indeks Kesamaan Jaccard dirumuskan dengan: CJ J a b CJ J/(a + b J) Indeks Kesamaan Jaccard jumlah spesies yang ditemukan pada habitat a & b jumlah spesies yang ditemukan pada habitat a jumlah spesies yang ditemukan pada habitat b Menurut Magurran (1988), nilai indeks kesamaan jenis Jaccard (Cj) mendekati 1 menunjukkan tingkat kesamaan jenis antar habitat tinggi. Jika nilai indeks kesamaan jenis Jaccard (Cj) mendekati 0 menunjukkan tingkat kesamaan jenis antar habitat rendah. HASIL DA PEMBAHASA Kondisi Umum Lokasi Penelitian Hutan Lindung Angke Kapuk Menurut Surat Keputusan Menteri Kehutanan omor 220/Kpts-II/2000 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Wilayah Provinsi DKI Jakarta, luas Hutan Lindung Angke Kapuk adalah 44.76 ha. Wilayah tersebut masuk dalam dua wilayah kelurahan, yaitu Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Berdasarkan tata batas, wilayah Hutan Lindung Angke Kapuk berbatasan dengan PT Mandara Permai (Pantai Indah Kapuk) di sebelah selatan, sebelah utara berbatasan dengan