BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN BIOAUTOGRAFI FRAKSI POLAR EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. (1965). Hasil determinasi tanaman. Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

5. Media Mekanisme kerja antimikroba Pengukuran aktivitas antibiotik Ekstraksi Kromatografi Lapis Tipis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Analis Laboratorium Medik, 30/11 (2016), 12-18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB I PENDAHULUAN. terutama disebabkan oleh kurangnya kebersihan. Penanganan penyakit yang

I. PENDAHULUAN. alam. Sebagai salah satu negara yang memiliki wilayah pantai terpanjang dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

OLEH Burhanuddin Taebe Andi Reski Amalia Sartini

AKTIVITAS ANTI BAKTERI EKSTRAK METANOL DAUN CEREMAI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN BIOAUTOGRAFI FRAKSI POLAR EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

dan jarang ditemukan di Indonesia (RISTEK, 2007).

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. baik bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Tanaman obat

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

mencit dalam menurunkan jumlah rerata koloni Salmonella typhimurium (Murtini, 2006). Ekstrak metanol daun salam juga terbukti mampu menghambat

BAB I PENDAHULUAN. kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditempati oleh berbagai penyakit infeksi (Nelwan, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

BAB I PENDAHULUAN. tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa jenis basil gram negatif dari Genus Shigella. Masa inkubasi bakteri

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

pertumbuhan dengan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang tampak pada Rf = 0, 67 dengan konsentrasi mulai 3% untuk Escherichia coli dan 2%

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Gibson, 1996). Infeksi disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa, dan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi alam tropis Indonesia sangat menunjang pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

menghasilkan minyak atsiri adalah bunga cengkeh yang mengandung eugenol (80-90%), eugenol asetat (2-27%), β- kariofilen (5-12%), metil salisilat,

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60-

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat-obatan tradisional khususnya tumbuh-tumbuhan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. daerah tropis, seperti Indonesia (Kuswandi et al., 2001). Kasus infeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, namun demikian pada

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (Al Shamrany, 2006). Salah satu penyakit gigi yang banyak terjadi di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

Kelompok 2: Kromatografi Kolom

BAB III METODE PENELITIAN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sirsak (Annona muricata L.) berasal dari wilayah Amerika yang beriklim tropis, terutama Amerika Tengah dan Selatan. Tanaman ini menyebar luas ke Asia di antaranya Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Pada abad ke-19, tanaman sirsak mulai dibudidayakan di Malaysia dan Indonesia (Sukarmin, 2010). Tumbuhan sirsak merupakan salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional pada masyarakat tertentu. Penduduk Amazon menggunakan kulit, akar, dan daun Annona muricata L. untuk obat diabetes, sedatif, dan antispasmodik sedangkan di Jamaica, Haiti, dan India jus buah sirsak digunakan untuk obat pusing dan diare. Kulit atau daun sirsak digunakan untuk antispasmodik, sedatif, obat jantung, batuk, influenza, obat sulit melahirkan, asma, hipertensi, dan asthenia (Taylor, 2002). Menurut Hariana (2006), bagian daun Annona muricata L. secara empirik dapat digunakan untuk peluruh keringat, antikejang, dan luka bisul. Bagian buahnya digunakan untuk obat disentri, ambeien, anyang-anyangan, dan sumber vitamin C. Daun sirsak mengandung steroid, glikosida jantung, dan tanin (Prachi, 2010). Penelitian senyawa kimia dan farmakologi pada Annonaceae mengandung alkaloid, acetogenin, asam amino, karbohidrat, protein, lemak, polifenol (termasuk di dalamnya flavonoid), minyak esensial, terpen dan senyawa aromatik (Vega dkk., 2007). Flavonoid memiliki banyak aktivitas biologi antara lain antimikroba, antikanker, antiulcer, esterogenik, inhibitor sintesis prostaglandin, inhibitor topoisomerase, dan inhibitor protein kinase (Sujata dkk., 2005). Menurut penelitian Candra (1992), daun sirsak mengandung senyawa golongan flavonoid yang diisolasi dengan metode Charaux-Paris (ekstraksi menggunakan pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda). Fraksi etil asetat ekstrak Annona muricata L. memiliki aktivitas sitotoksik dan antilesmanial lebih tinggi daripada fraksi heksan dan metanol (Jaramillo dkk., 2000). 1

2 Menurut Prachi (2010), ekstrak etanol daun sirsak memiliki aktivitas antibakteri, di antaranya terhadap Klebsiella pneumoniae (Gram negatif) dan Staphylococcus aureus (Gram positif). Klebsiella pneumoniae dapat menyerang manusia dan hewan, patogen yang menyerang organ urinari, respiratori, dan jaringan darah. Pasien yang terinfeksi bakteri ini sistem imunnya akan melemah (Brisse dkk., 2009). Staphylococcus epidermidis merupakan flora normal pada kulit dan diisolasi dari darah yang terkontaminasi (Motoyama dkk., 2009). Staphylococcus epidermidis dapat membentuk biofilm yang dapat melindungi bakteri dari sistem imun tubuh dan terapi antibiotik (Mathur, 2006). Berdasarkan data tersebut dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari fraksi semipolar ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap Klebsiella pneumoniae dan Staphylococcus epidermidis. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Berapa Kadar Hambat Minimum (KHM) fraksi semipolar ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap Klebsiella pneumoniae dan Staphylococcus epidermidis? 2. Golongan senyawa apa yang terkandung dalam fraksi semipolar ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Klebsiella pneumoniae dan Staphylococcus epidermidis? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui aktivitas antibakteri fraksi semipolar ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap Klebsiella pneumoniae dan Staphylococcus

3 epidermidis dengan menentukan nilai Kadar Hambat Minimal (KHM) melalui metode dilusi padat. 2. Menentukan golongan senyawa yang terkandung dalam fraksi semipolar ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Klebsiella pneumoniae dan Staphylococcus epidermidis dengan metode bioautografi. D. Tinjauan Pustaka 1. Tumbuhan sirsak (Annona muricata L.) a. Klasifikasi tumbuhan sirsak Klasifikasi tumbuhan sirsak yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Anak kelas : Magnoliidae Bangsa : Magnoliales Suku : Annonaceae Marga : Annona Jenis : Annona muricata L. (Backer and Van Den Brink, 1965). b. Bagian tanaman yang digunakan Daun, buah segar dan kulit batang berkhasiat obat (Hariana, 2006). Bagian daun dan batang tumbuhan sirsak mempunyai aktivitas antikanker (Taylor, 2002). c. Khasiat Tanaman sirsak bermanfaat sebagai obat-obatan tradisonal. Daunnya dapat digunakan sebagai obat ambeien, sakit kantung air seni, mencret pada bayi, disentri, sebagai sumber vitamin C, sebagai peluruh keringat, antikejang, dan memepercepat masaknya bisul (Octavia, 2003). Annonaceous acetogenins yang

4 terkandung dalam tanaman sirsak telah dipublikasikan sebagai antitumor, antiparasit, pestisida, antiprotoza, dan antimikrobia (Taylor, 2002). d. Kandungan kimia Daun sirsak mengandung steroid, glikosida jantung, dan tanin (Prachi, 2010). Daun sirsak kaya akan tanin, fitosterol, kalsium oksalat, serta alkaloid murisin (Hariana, 2006). 2. Maserasi Ekstrak merupakan sari pekat tumbuh-tumbuhan atau hewan yang diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat, menggunakan pelarut yang cocok, diuapkan sebagian pelarutnya untuk mendapatkan sisa endapan untuk ditetapkan standarnya (Ansel, 1989). Penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif yang semula berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan penyari semakin luas. Simplisia yang terlalu halus akan mempersulit proses penyarian karena butiran serbuk halus akan membentuk suspensi yang sulit untuk dipisahkan dengan hasil penyarian (Anonim, 1986). Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke luar (Anonim, 1986). 3. Fraksinasi Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan partisi. Kemasan adsorben yang sering digunakan adalah silika gel G-60, kieselgur, Al 2 O 3, dan diaion. Cara pembuatannya ada dua macam : a. Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah diberi kapas kemudian ditambahkan cairan pengelusi.

5 b. Cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan cairan pengelusi yang akan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom secara kontinyu sedikit demi sedikit, sambil kran kolom dibuka. Eluen dialirkan hingga silika gel mampat, setelah mapat eluen dibiarkan mengalir sampai batas adsorben dan kran ditutup. Sampel dilarutkan dalam eluen sampai larut sempurna kemudian dipipet dan dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom sedikit demi sedikit hingga masuk semua dan kran dibuka dan diatur tetesannya, serta cairan pengelusi ditambahkan. Tetesan yang keluar ditampung sebagai fraksi-fraksi (Kisman dkk., 1994). Mekanisme pemisahan menjadi fraksi-fraksi tertentu (fraksinasi) terjadi disebabkan adanya adsorpsi, partisi, difusi molekular antara fase gerak dengan fase diam. Untuk mendapatkan ekstrak dalam bentuk fraksi-fraksi dapat menggunakan metode kolom kromatografi, kromatografi preparatif dan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Pemisahan fraksi berdasarkan sifat kepolaran suatu fase gerak. Kolom dielusi dengan fase gerak dengan gradien kepolaran bertingkat. Sampel hasil elusi dites dengan kromatografi lapis tipis untuk mengelompokkan fraksi-fraksi tersebut (Elizabeth dkk., 1996). 4. Klebsilla pneumoniae Klasifikasi Klebsilla pneumoniae adalah sebagai berikut: Kingdom : Bacteria Phylum : Proteobacteria Class : Gamma Proteobacteria Order : Enterobacteriales Family : Enterobacteriaceae Genus : Klebsiella Species : Klebsiella pneumonia (Anonim, 2000) Klebsiella pneumoniae adalah bakteri Gram negatif yang termasuk famili Enterobacteriaceae yang berbentuk batang (basil), tergolong bakteri non motil, fakultatif anaerob indol negatif, dapat memfermentasikan laktosa, dan dapat mereduksi nitrat (Anonim, 2000). Klebsiella pneumoniae dapat menyerang

6 manusia dan hewan, patogen yang menyerang organ urinari, respiratori, dan jaringan darah. Klebsiella pneumoniae yang diisolasi dari rumah sakit menunjukkan resistensi. Pasien yang terinfeksi bakteri ini sistem imunnya akan melemah (Brisse dkk., 2009). 5. Staphylococcus epidermidis Klasifikasi Staphylococus epidermidis adalah sebagai berikut: Filum : Firmicutes Kelas : Bacilli Bangsa : Bacillales Suku : Staphylococcaceae Marga : Staphylococcus Jenis : Staphylococcus epidermidis (Anonim, 2011) Staphylococcus epidermidis merupakan Gram positif, nonmotil, dan anaerob fakultatif. Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit dan diisolasi dari darah yang terkontaminasi (Motoyama dkk., 2009). Staphylococcus epidermidis dapat membentuk biofilm yang dapat melindungi bakteri dari sistem imun tubuh dan terapi antibiotik (Mathur, 2006). Biofilm merupakan aglomerasi multiseluler yang terbentuk pada permukaan mikroorganisme. Biofilm memiliki karakteristik struktur 3 dimensi dan sifat bersifat fisiologis (Otto, 2009). 6. Antibakteri Antibakteri adalah obat atau senyawa kimia yang digunakan untuk membasmi bakteri, khususnya bakteri yang bersifat merugikan manusia (Jawetz dkk., 2001). Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibakteri yang bersifat menghambat pertumbuhan bakteri yang dikenal sebagai bakteriostatik, dan ada yang bersifat membunuh bakteri dikenal sebagai bakterisid. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat atau membunuh bakteri, masing-masing dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Antibakteri tertentu aktivitasnya dapat meningkat menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM (Ganiswara dkk., 1995).

7 Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibakteri dibagi menjadi lima kelompok yaitu: a. Antibakteri yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. b. Antibakteri yang mengganggu keutuhan membran sel bakteri. c. Antibakteri yang menghambat sintesis asam nukleat sel bakteri d. Antibakteri yang menghambat sintesis protein sel bakteri e. Antibakteri yang menghambat metabolisme sel bakteri (Ganiswara dkk., 1995). 7. Uji Aktivitas Antibakteri Penentuan kepekaan bakteri patogen terhadap antimikroba dapat dilakukan dengan salah satu dari dua metode pokok yakni dilusi atau difusi. a. Metode dilusi menggunakan antimikroba dengan kadar yang menurun secara bertahap, baik dengan media cair atau padat. Kemudian media diinokulasi bakteri uji dan dieramkan. Tahap akhir dilarutkan antimikroba dengan kadar yang menghambat atau mematikan. Uji kepekaan cara dilusi agar memakan waktu dan penggunaannya dibatasi pada keadaan tertentu saja. b. Metode difusi merupakan metode yang paling sering digunakan. Cakram kertas saring berisi sejumlah tertentu obat ditempatkan pada permukaan medium padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya. Setelah inkubasi, diameter zona hambatan sekitar cakram dipergunakan mengukur kekuatan hambatan obat terhadap organisme uji (Jawetz dkk., 2001). Metode dilusi dan difusi dapat dugunakan untuk mengukur MIC (Minimum Inhibitory Concentration atau Kadar Hambat Minimum, KHM) dan MBC (Minimum Bactericidal Concentration atau Kadar Bunuh Minimum, KBM). Jika kadar obat di bawah KHM atau KBM maka efek terapi tidak akan tercapai. Nilai KHM atau KBM suatu obat terhadap bakteri berubah sesuai perkembangan resistensinya (Pratiwi, 2008). 8. Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi Lapis Tipis merupakan metode pemisahaan fisikokimia, lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam),

8 ditempatkan dalam penyangga berupa pelat gelas, logam atau lapisan lain yang cocok. Fase diam yang umum ialah silika gel, aluminum oksida, kieselgur, poliamida, selulosa, dan turunannya. Fase gerak ialah medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Fase gerak bergerak di dalam fase diam, yaitu lapisan berpori, karena ada gaya kapiler (Stahl, 1985). Keuntungan kromatografi lapis tipis dalam identifikasi suatu senyawa yaitu: a. Pemisahan suatu senyawa dapat dilakukan dengan mudah. b. Beberapa sampel dapat dilakukan dengan dua kali elusi. c. Hasil elusi dapat dideteksi dengan reagen-reagen tertentu. d. Dapat digunakan sebagai komponen radiolabelling untuk memonitor aktivitas mikrobia pada totolan (Kalasz dan Bathorl, 2001). Hasil yang diperoleh diidentifikasi di bawah lampu UV (254 dan 366 nm), ditandai dengan ada atau tidaknya fluoresensi. Jika tidak tampak dengan cara di atas, maka dilakukan secara kimia yaitu penyemprotan dengan pereaksi yang sesuai (Auterhoff dan Kovar, 1987). Hasil KLT dinilai dengan parameter jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan Rf/hRf Rf = Jarak antara titik penotolan ke pusat bercak Jarak antara titik penotolan ke batas elusi (1) Angka Rf berjarak antara 0,00, 1,00 dan hanya dapat ditentukan 2 desimal. hrf adalah angka Rf dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan nilai berjangka antara 0 sampai 100 (Stahl, 1985). 9. Bioautografi Bioautografi yaitu kromatografi lapis tipis dikembangkan kemudian ditempatkan ke lapisan media (telah diinokulasi dengan bakteri) memungkinkan difusi antibiotik dari lempeng KLT. Manfaat utama bioautografi adalah memberikan informasi tentang aktivitas antimikroba suatu zat yang dipisahkan dengan elusi fase gerak tertentu (Choma, 2005).

9 Bioautografi merupakan metode yang spesifik untuk mendeteksi bercak pada kromatogram hasil KLT yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri, antifungi, dan antivirus yang ada di dalam ekstrak tumbuhan (Zweig dan Whittaker, 1971). Bioautografi merupakan metode yang spesifik untuk mendeteksi bercak pada lempeng hasil KLT yang memiliki aktivitas antibakteri, antifungi, dan antivirus, sehingga mendekatkan metode separasi dengan uji biologis. Keuntungan metode ini adalah sifatnya yang efisien untuk mendeteksi adanya senyawa antimikroba karena letak bercak dapat ditentukan walaupun berada dalam campuran yang kompleks sehingga memungkinkan untuk isolasi senyawa aktif tersebut. Kerugiannya adalah metode ini tidak dapat digunakan untuk menentukan Kadar Hambat Minimum dan Kadar Bunuh Minimum (Pratiwi, 2008). Ada dua macam metode bioautografi, yaitu: a. Bioautografi langsung Bioautografi ini dilakukan dengan menyemprot lempeng KLT dengan suspensi mikroorganisme ataupun dengan menyentuhkan lempeng KLT pada permukaan media agar yang telah ditanami mikroorganisme. Setelah inkubasi pada waktu tertentu, letak senyawa aktif tampak sebagai area jernih dengan latar belakang keruh. b. Bioautografi overlay Bioautografi ini dilakukan dengan menuangkan media agar yang telah dicampur dengan mikroorganisme di atas permukaan lempeng KLT, media ditunggu hingga padat, kemudian diinkubasi. Area hambatan dilihat dengan penyemprotan menggunakan tetrazolium klorida. Senyawa yang aktif sebagai antimikroba akan tampak sebagai area jernih dengan latar belakang ungu (Pratiwi, 2008). E. Landasan Teori Menurut penelitian Vega dkk. (2007), Annonaceae mengandung alkaloid, asetogenin, asam amino, karbohidrat, protein, lemak, polifenol (termasuk di dalamnya flavonoid), minyak esensial, terpen, dan minyak atsiri. Daun sirsak

10 mengandung steroid, glikosida jantung, dan tanin (Prachi, 2010). Menurut penelitian Candra (1992), daun sirsak mengandung senyawa golongan flavonoid yang diisolasi dengan metode Charaux-Paris (ekstraksi menggunakan pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda). Dari fase-fase hasil ekstraksi yang diperoleh, hanya fase etil asetat dan fase n-butanol yang mengandung senyawa flavonoid. Flavonoid memiliki banyak aktivitas biologi antara lain: antimikroba, antikanker, antiulcer, esterogenik, inhibitor sintesis prostaglandin, inhibitor topoisomerase, dan inhibitor protein kinase (Sujata dkk., 2005). Annonaceous acetogenins hanya terdapat di suku Annonaceae (termasuk Annona muricata L.), Annonaceous acetogenins yang terkandung dalam tanaman sirsak telah dipublikasikan sebagai antitumor, antiparasit, pestisida, antiprotoza, dan antimikrobia (Taylor, 2002). Menurut Vieira dkk., (2010) dan Prachi (2010), ekstrak metanol daun sirsak pada konsentrasi 0,6% terhadap Staphylococcus aureus ATCC 29213, Proteus vulgaris ATCC 13315, Streptococcus pyogenes ATCC 8668, Bacillus subtilis ATCC 12432, Salmonella typhimurium ATCC 23564 dan Klebsiella pneumonia NCIM No.2719 sedangkan konsentrasi 0,8% pada bakteri Enterobacter aerogenes NCIM No.2340 dan Escherichia coli ATCC 8739 memiliki aktivitas antibakteri dengan menujukan zona hambat. Ekstrak air daun sirsak dapat menghambat pertumbuhan S. aureus, E. coli, dan Salmonella. Senyawa yang memiliki aktivitas terhadap B. subtilis dan S. aureus adalah asam trachylobanoic. Annonaceae mengandung acetogenins yang memiliki spektrum aksi yang luas termasuk aksi antibiotik. F. Hipotesis Fraksi semipolar ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) mengandung senyawa yang mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Klebsiella pneumoniae dan Staphylococcus epidermidis.