BAB IV HASIL PENELITIAN. Kabupaten Sukoharjo yaitu di SMA Negeri 1 Polokarto. SMA Negeri 1

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Endar Wahyu Choiriyah J PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian mengenai hubungan antara jarak kehamilan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam memilih jenis makanan yang di konsumsi. Kecukupan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku pemeriksaan Ante

HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KEJADIAN ANEMIA

Keywords: Anemia, Social Economy

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

a. Distribusi Distribusi Responden Berdasarkan Umur (Tahun) Umur Valid Percent

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN PAGI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA AL HIKMAH 2 BENDA SIRAMPOG BREBES

BAB III METODE PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO

Yane Liswanti, Dina Ediana 1Program Studi DIII Analis KesehatanSTIKes BTH Tasikmalaya *Coresponding author :

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. menderita anemia. Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada. tinggi. Menurut World Health Organization (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diandalkan dalam pembangunan nasional. Sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI MAN 2 MODEL PALU

BAB IV HASIL PENELITIAN. komplek Batu Raden Ciwastra Bandung. Sekolah sepak bola UNI didirikan

RIWAYAT HIDUP PENULIS

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN. Pukesmas Induk yang ada di kota semarang salah satunya yaitu

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN LAMA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

PERBEDAAN KADAR HB DALAM PEMBERIAN TABLET FE + VITAMIN C PADA REMAJA PUTRI DI KOTA BUKITTINGGI. Hasrah Murni (Poltekkes Kemenkes Padang )

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

Rizqi Mufidah *), Dina Rahayuning P **), Laksmi Widajanti **)

BAB I PENDAHULUAN.

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI DI SEKOLAH MENENGAH UMUM NEGERI TOHO KABUPATEN PONTIANAK

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Kata Kunci: Asupan Energi, Frekuensi Antenatal Care, Ketaatan Konsumsi Tablet Fe, Anemia

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian analitik

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian Gambaran umum lokasi penelitian Karakteristik sampel

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah. remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan perkembangannya.

BAB III METODE PENELITIAN

Kalimantan Selatan. RS Pelita Insani Martapura, Kalimantan Selatan *Korespondensi :

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN. ini dilakukan pada setiap variabel yang diteliti. No. Usia (Tahun) Frekuensi Prosentase (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pulo Brayan Kota Medan dengan

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... ABSTRACT... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN...

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Menurut Umur. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Menurut Kadar Hemoglobin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekolah menengah kejuruan yang terletak di Jalan Wirapradana Desa

BAB IV HASIL PENELITIAN

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian terhadap Hubungan Penyuluhan Ibu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Internalisasi Nilai-Nilai Islam tentang Makanan Bergizi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Andalas diperoleh sebagai berikut : persentase tentang data demografi (umur dan lembar observasi), frekuensi

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB V HASIL PENELITAN

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia merupakan keadaan berkurangnya kemampuan darah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah kotamadya Salatiga. Lokasi puskesmas Sidorejo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penjasorkes dengan pengetahuan UKS dilaksanakan pada 19 Februari 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris),

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo. mencakup 14 Kelurahan, 201 Dukuh, 138 RW (Rukun Warga), dan 445 RT

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA 2016

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik korelatif dengan pendekatan

BAB 1 PENDAHULUAN. merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal. umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia

BAB I PENDAHULUAN. yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan

-LATAR BELAKANG- Akan menurunkan kemampuan fisik dan prestasi akademik. Upaya pemerintah: suplementasi zat besi

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN. mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.

Universitas Riau Telp. (0761) 31162, Fax (859258)

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI MA ATHORIYAH KECAMATAN CIKATOMAS KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016

LAMPIRAN. Case Processing Summary. Descriptives. 95% Confidence Interval for Mean. Tests of Normality. Kolmogorov-Smirnov a

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Sukoharjo yaitu di SMA Negeri 1 Polokarto. SMA Negeri 1 Polokarto merupakan Sekolah Menengah Atas yang berada di Dukuh Butuh Desa Godog Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah. SMA Negeri 1 Polokarto berdiri pada tahun 1997 dengan luas wilayah ±10.000 yang sudah dipagar permanen (termasuk pagar hidup). Ruangan yang digunakan di sekolah SMA Negeri 1 Polokarto, terdiri dari 20 ruang kelas, 1 kantor kepala sekolah, 1 kantor guru, 1 kantor BP/BK, 1 perpustakaan, 1 ruang komputer, 1 ruang ibadah, 1 ruang UKS, 2 ruang laboratorium yaitu laboratorium IPA dan laboratorium komputer, terdapat 1 toilet guru dan 2 toilet siswa. SMA Negeri 1 Polokarto memiliki 2 jurusan dengan jumlah siswa keseluruhan pada tahun 2015 adalah 655 siswa dari kelas 1 sampai kelas 3, dimana kelas 1 terdiri atas 59 siswa dan 186 siswi, kelas 2 terdiri atas 49 siswa dan 170 siswi, kelas 3 terdiri dari 35 siswa dan 156 siswi. SMA Negeri 1 Polokarto memiliki 42 guru pengajar dan 8 orang tenaga lain (staf TU, UKS, penjaga sekolah).

B. Responden Menurut Umur Responden paling banyak berumur 15 tahun yaitu sebanyak 114 orang (63,3%). Paling sedikit responden berumur 14 tahun yaitu sebanyak 25 orang (13,9%). Distribusi frekuensi responden menurut umur dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur Umur Frekuensi Persentase (%) 14 tahun 25 13,9 15 tahun 114 63,3 16 tahun 41 22,8 C. Analisis Univariat 1. Tingkat Protein Rata-rata tingkat asupan protein sebesar 66,07 gr/hari dengan asupan protein terendah 14,0 gr/hari dan tertinggi 130,0 gr/hari. Sebagian besar responden mempunyai asupan protein dibawah angka kecukupan gizi yaitu 156 orang (86,7%) sedangkan responden yang mempunyai asupan protein normal yakni sebanyak 24 orang (13,3%). Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat asupan protein dapat dilihat pada Tabel 2. 44

Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat asupan protein Protein Normal Frekuensi Persentase (%) 156 86,7 Normal 24 13,3 Mean 66,07 Std. Deviation Min Max 23,6 14,0 130,0 2. Tingkat Zat Besi Rata-rata tingkat asupan zat besi sebesar 48,8 mg/hari dengan asupan zat besi terendah 0,0 mg/hari dan tertinggi 165,0 mg/hari. Sebagian besar responden mempunyai asupan zat besi kurang yaitu 130 orang (72,2%) sedangkan responden yang mempunyai asupan zat besi cukup yakni sebanyak 50 orang (27,8%). Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat asupan zat besi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat asupan zat besi Zat Besi Frekuensi Persentase (%) Kurang 130 72,2 Cukup 50 27,8 Mean Std. Deviation Min Max 48,8 27,93 0,0 165,0 3. Tingkat Vitamin C Rata-rata tingkat asupan vitamin C sebesar 41,1 mg/hari dengan asupan vitamin C terendah 0,0 mg/hari dan tertinggi 157,0 mg/hari. Sebagian besar responden mempunyai asupan vitamin C kurang yaitu 130 orang (72,2%) sedangkan responden yang mempunyai asupan vitamin C 45

cukup yakni sebanyak 50 orang (27,8%). Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat asupan vitamin C dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat asupan vitamin C Vitamin C Frekuensi Persentase (%) Kurang 130 72,2 Cukup 50 27,8 Mean Std. Deviation Min Max 41,1 32,4 0,0 157,0 4. Kadar hemoglobin Rata-rata kadar hemoglobin sebesar 11,0 dengan kadar hemoglobin terendah 7,06 dan tertinggi 19,0. Sebagian besar responden mengalami anemia yaitu 143 orang (79,4%) sedangkan responden yang tidak mengalami anemia yakni sebanyak 37 orang (20,6%). Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar hemoglobin dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar hemoglobin Kadar Hemoglobin Frekuensi Persentase (%) 143 79,4 37 20,6 Mean Std. Deviation Min Max 11,0 2,4 7,6 19,0 Sebagian besar responden yang mengalami anemia berumur 15 tahun sebanyak 89 orang dan responden yang tidak mengalami anemia sebanyak 25 orang. Sedangkan responden paling sedikit mengalami anemia berumur 46

14 tahun sebanyak 20 orang dan responden yang tidak mengalami anemia sebanyak 5 orang. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur dengan kejadian anemia dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur dengan kejadian anemia Status Total Umur Persentase Persentase n (%) (%) (%) 14 Tahun 20 80 5 20 25 100 15 Tahun 89 78,07 25 21,92 114 100 16 Tahun 34 82,92 7 17,07 41 100 D. Analisis Bivariat Analisis untuk mengetahui hubungan antar variabel yang diteliti, variabel tersebut antara lain : 1. Hubungan antara Tingkat Protein dengan Kejadian Analisis data menggunakan Crosstabs untuk mengetahui hubungan antara tingkat asupan protein responden dengan kejadian anemia pada remaja putri. Hasil uji statistik dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hubungan tingkat asupan protein dengan kejadian anemia Protein Kejadian Total n % n % n % p value Normal 127 81,4 29 18,6 156 100 Normal 16 66,7 8 33,3 24 100 0,10 47

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebanyak 8 (33,3%) responden yang mempunyai asupan protein normal dan tidak mengalami anemia, sedangkan responden yang mempunyai asupan protein tidak normal dan mengalami anemia sebanyak 127 (81,4%). Berdasarkan hasil uji Fisher s Exact didapatkan nilai p = 0,10 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat asupan protein dengan kejadian anemia remaja putri di SMA Negeri 1 Polokarto Kabupaten Sukoharjo. 2. Hubungan antara Tingkat Zat Besi dengan Kejadian Analisis data menggunakan Crosstabs untuk mengetahui hubungan antara tingkat asupan zat besi responden dengan kejadian anemia pada remaja putri. Hasil uji statistik dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hubungan tingkat asupan zat besi dengan kejadian anemia pada remaja putri Zat Besi Kejadian 95% CI Total p RP value Lower Upper n % n % n % Kurang 111 85,4 19 14,6 130 100 Cukup 32 64,0 18 36,0 50 100 0,00 1,33 1,07 1,66 Tabel 8 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai asupan zat besi kurang terdapat 111 (85,4%) mengalami anemia sedangkan responden yang memiliki asupan zat besi cukup terdapat 18 (36,0%) tidak mengalami anemia. Berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan nilai p = 0,00 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat asupan zat 48

besi dengan kejadian anemia remaja putri di SMA Negeri 1 Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Dari tabel 8, diketahui nilai Rasio Prevalens (RP) sebesar 1,33 yang berarti kekurangan zat besi akan berisiko 1,33 kali lebih besar terkena anemia. Nilai 95% CI : 1,07-1,66 yang berarti nilai interval kepercayaan tidak mencakup angka 1 maka dapat diartikan bahwa kekurangan zat besi merupakan faktor risiko terjadinya anemia. 3. Hubungan antara Tingkat Vitamin C dengan Kejadian Analisis data menggunakan Crosstabs untuk mengetahui hubungan antara tingkat asupan vitamin C responden dengan kejadian anemia pada remaja putri. Hasil uji statistik dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hubungan tingkat asupan vitamin C dengan kejadian anemia pada remaja putri Vitamin C Kejadian 95% CI Total p RP value Lower Upper n % n % n % Kurang 115 88,5 15 11,5 130 100 Cukup 28 56,0 22 44,0 50 100 0,00 1,58 1,22 2,03 Tabel 9 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai asupan vitamin C kurang terdapat 115 (88,5%) mengalami anemia sedangkan responden yang memiliki asupan vitamin C cukup terdapat 22 (44,0%) tidak mengalami anemia. Berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan nilai p= 0,00 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara 49

tingkat asupan vitamin C dengan kejadian anemia remaja putri di SMA Negeri 1 Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Dari tabel 9, diketahui nilai Rasio Prevalens (RP) sebesar 1,58 berarti responden yang mempuyai asupan vitamin C kurang memiliki risiko 1,58 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibandingkan dengan responden yang mempunyai asupan vitamin C cukup. Nilai 95% CI : 1,22-2,03 yang berarti nilai interval kepercayaan tidak mencakup angka 1 maka dapat diartikan kekurangan vitamin C merupakan faktor risiko terjadinya anemia. 50