BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya perekonomian Indonesia pada tahun-tahun terakhir ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Barat, 2013.

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata di Indonesia merupakan salah satu penghasil devisa negara. Hal

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

BAB I PENDAHULUAN. Jenis usaha rumah makan saat ini sedang menjadi tren di kalangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun wilayahnya sebagai daerah wisata hingga mampu meningkatkan

BADAN PUSAT STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan telah berkembang menjadi industri besar yang memiki peran

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

Sumber: [11 Februari, 2010]

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tempat tujuan wisata yang banyak

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini memegang peranan yang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. bidang usaha menjadi semakin ketat. Hal ini dapat kita lihat khususnya di

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2012

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2009

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Selama 1 tahun terakhir terjadi kenaikan dan penurunan jumlah konsumen

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2008

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB 1 PENDAHULUAN. (

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Triwulan I 2017 Terhadap Triwulan I 2016 (y on y)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

ESI TENGAH. sedangkan PDRB triliun. konstruksi minus. dan. relatif kecil yaitu. konsumsi rumah modal tetap. minus 5,62 persen.

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN SEMESTER I-2017

2014 ANALISIS MEAL EXPERIENCE TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya perekonomian Indonesia pada tahun-tahun terakhir ini tentunya merupakan hal yang menggembirakan bagi iklim bisnis di Indonesia. Perekonomian Indonesia pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 6,5 persen dibanding tahun 2010. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan pada tahun 2011 mencapai Rp 2.463,2 triliun, sedangkan pada tahun 2010 masing-masing sebesar Rp 2.313,8 triliun dan Rp 2.178,9 triliun. Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2011 naik sebesar Rp 990,8 triliun, yaitu dari Rp 6.436,3 triliun pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp 7.427,1 triliun pada tahun 2011. (Berita Resmi Statistik No.13/02/Th. XV, 6 Februari 2012). Tingginya perekonomian tersebut tidak hanya terjadi di dalam negeri, tetapi juga tingkat regional, sehingga menuntut kesiapan semua pelaku ekonomi agar selalu dapat beradaptasi dengan perubahan yang mungkin terjadi. Berkembangnya perekonomian menyebabkan persaingan yang tajam diantara industri yang ada. Memasuki awal tahun 2010 sampai tahun 2011 saat ini, keadaan perekonomian dunia sudah membaik dan stabil. Keadaan ini memberikan keuntungan pada berbagai industri di Indonesia yang sempat mengalami pasangsurut dalam menghadapi krisis global. Sektor indutri mengalami perkembangan yang begitu pesat, hal ini terjadi akibat kebijakan pemerintah yang memberikan kesempatan bagi sektor industri

2 untuk mengembangkan usahanya maupun untuk mendirikan usaha baru. Berkembangnya perusahaan berpengaruh bagi pimpinan untuk dapat mengelola usahanya dengan cermat, dengan harapan agar perusahaan beroperasi dengan baik, dan bertujuan untuk mempertahankan keberlangsungan perusahaan tersebut. No TABEL 1.1 NILAI PDB MENURUT LAPANGAN USAHA 2010-2011, LAJU PERTUMBUHAN DAN SUMBER PERTUMBUHAN TAHUN 2011 Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (Triliun Rupiah) Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Triliun Rupiah) 2010 2011 2010 2011 Laju Pertumb uhan 2011 (Persen) Sumber Pertumbu han 2011 (Persen) 1 Pertanian, 985,1 1093,5 304,4 313,7 3,0 0,4 Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 2 Industri Pengolahan 1594,3 1803,5 595,3 634,2 6,2 1,6 3 Listrik, Gas, 50,0 55,7 18,1 18,9 4,8 0,1 dan Air Bersih 4 Konstruksi 661,6 756,5 150,1 160,1 6,7 0,4 5 Perdagangan, 881,1 1022,1 400,6 437,2 9,2 1,6 Hotel, dan Restoran 6 Pengangkutan 417,5 491,2 217,4 241,3 10,7 1,0 dan Komunikasi 7 Pertambangan 716,4 886,3 186,4 886,3 1,4 0,1 dan Penggalian 8 Keuangan, 462,8 535,0 220,6 535,0 6,8 0,7 Real Estate, dan Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa 654,7 783,3 217,8 232,5 6,7 0,6 (PDB) 6422,9 7472,1 2310,7 2463,2 6,5 6,5 Sumber: Berita Resmi Statistik No.13/02/Th. XV, 6 Februari 2012

3 Selama tahun 2011, semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 10,7 persen, diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 9,2 persen, Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 6,8 persen, Sektor Jasa- Jasa dan Sektor Konstruksi masing-masing 6,7 persen, Sektor Industri Pengolahan 6,2 persen, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih 4,8 persen, Sektor Pertanian 3,0 persen, dan Sektor Pertambangan dan Penggalian 1,4 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2011 mencapai 6,9 persen yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB secara keseluruhan yang besarnya 6,5 persen. Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 6,2 persen dan 9,2 persen memberikan sumbangan terhadap sumber pertumbuhan terbesar terhadap total pertumbuhan PDB yaitu masing-masing sebesar 1,6 persen. Selanjutnya diikuti oleh Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang memberikan peranan sebesar 1,0 persen Industri restoran dan rumah makan hingga saat ini masih diyakini sebagai salah satu bentuk usaha ekonomi yang memiliki prospek cukup bagus, bahkan dalam kondisi krisis sekalipun. Namun demikian dalam periode yang sama banyak restoran yang gulung tikar, karena tidak mampu lagi mempertahankan jumlah pengunjungnya. Menurut beberapa pihak yang berkompeten menyebutkan bahwa sukses usaha dibidang pelayanan makanan dan minuman ini tidak hanya ditentukan oleh jumlah pengunjungnya, tetapi juga ditentukan oleh kemampuan meningkatkan pertumbuhan pelanggannya

4 Kebutuhan makanan dan minuman tidak akan pernah habis karena sebagai manusia selalu membutuhkan makanan dan minuman demi kelangsungan hidup, sehingga banyak yang membuka usaha di bidang makanan dan minuman. Hal ini ditandai dengan banyaknya tempat makan (restoran) yang bermunculan di berbagai tempat dengan aneka macam makanan yang disediakan. TABEL 1.2 PERKEMBANGAN USAHA RESTORAN DAN RUMAH MAKAN BERSKALA MENENGAH DAN BESAR TAHUN 2007-2011 No Tahun Jumlah Usaha 1 2007 1.615 2 2008 2.235 3 2009 2.704 4 2010 2.934 5 2011 3.176 Sumber:Modifikasi data Statistika Restoran dan Rumah Makan 2011 Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa dari tahun 2007 hingga tahun 2011 usaha restoran dan rumah makan berskala menengah dan besar terus mengalami pertumbuhan dan peningkatan. Banyaknya restoran yang bermunculan baik yang besar maupun kecil telah menimbulkan suatu persaingan, khususnya dalam persaingan harga, mutu makanan, dan pelayanan antar usaha sejenis. Pertumbuhan bisnis restoran dan rumah makan di Jawa Barat mengalami peningkatan cukup signifikan setiap tahunnya salah satunya adalah Kota Bandung. Hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya industri restoran dan rumah makan di Kota Bandung, yang mengalami peningkatan selama kurun waktu 4 tahun terakhir sejak tahun 2008 dan 2011. Secara lengkap perkembangan usaha restoran, rumah makan, dan bar di Kota Bandung disajikan pada Tabel 1.3 sebagai berikut.

5 TABEL 1.3 DATA JUMLAH RESTORAN, RUMAH MAKAN, DAN BAR DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008-2011 No Jenis Usaha Tahun 2008 2009 2010 2011 1 Restoran 167 168 170 181 2 Rumah Makan 251 266 262 268 3 Bar 11 11 11 12 Total 429 445 443 461 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa dari tahun 2008 hingga tahun 2011 jenis usaha Restoran, Rumah Makan, dan Bar di Kota Bandung mengalami peningkatan jumlah yang signifikan, sehingga pelaku dibidang ini membutuhkan pemahaman yang kuat tentang bisnis restoran dan rumah makan tersebut, khususnya yang berkaitan dengan produk, mutu pelayanan, administrasi dan pengawasannya. Pariwisata di Kota Bandung sangat berkembang, terbukti dengan banyaknya agent travel, bar, restaurant, rumah makan, travel agent, objek wisata, serta hal-hal yang berkaitan dengan usaha di bidang makanan. Hal ini terbukti dengan berkembangnya usaha rumah makan dan restaurant. Sekarang banyak sekali rumah makan yang bermunculan di Kota Bandung dengan berbagai jenis macam pilihan. Salah satunya adalah yang menjual makanan tradisional khas dari Kota Bandung yaitu Rumah Makan yang menyajikan makanan khas sunda. Data Rumah Makan Sunda yang ada di Kota Bandung disajikan pada Tabel 1.4 sebagai berikut

6 TABEL 1.4 DATA RUMAH MAKAN SUNDA DI KOTA BANDUNG No Nama Rumah Makan Alamat 1 Ampera Jl. Soekarno Hatta no. 394 2 Ma Uneh Jl. Pajajaran 3 Saung Kabayan Jl. Dr Djunjunan no. 107 4 Laksana Jl. Soekarno Hatta 5 Sunda Cibiuk Jl. Djunjunan 6 Raja Sunda Jl. Dr Djunjunan 7 Riung Sari Jl. RE Martadinata 8 Bumbu Desa Jl. Laswi 9 Bale Gazeeboo Jl. Surapati no. 49 10 Kelapa Lagon Jl. Sumatra 11 Dago Panyawangan Jl. Ir. H. Djuanda no. 152 12 Sambel Hejo Jl. Natuna 13 DapurKu Jl. Lembong 14 Boga Kuring Jl. Dago Bukit Utara No.53 15 Sajian Sunda Sambara Jl. Trunojoyo no. 64 16 Riung Sari Jl. R.E. Martadinata No. 22 sumber: http://serbaserbi.blogsome.com/2007/12/14/daftar-rumah-makan-denganmasakan-sunda-di-bandung/, diakses 15:45,28 25 Januari 2012 Berdasarkan tabel 1.4 dapat ditunjukkan bahwa usaha dibidang kuliner sangat diminati di Kota Bandung. Serta mengingat bahwa makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok manusia yang tidak akan ada pernah habisnya sehingga bisnis ini merupakan bisnis yang menjanjikan. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan bisnis restoran dan rumah makan tersebut, namun secara umum faktor yang paling menonjol dalam bisnis tersebut adalah rasa (taste) dan lokasi. Beberapa faktor lainnya yang tidak kalah pentingnya dalam menentukan keberhasilan usaha yang harus diperhatikan para pelaku yang bergerak di bidang ini, yaitu : komitmen dan fokus usaha. Bumbu Desa didirikan sebagai wujud dedikasi dan apresiasi kepada jagoan-jagoan masak jaman dahulu. Ibu rumah tangga dan pembantu rumah, yang telah berjasa dalam memperkayam khasanah dan cita rasa masakan sunda,

7 sehingga menjadi kekayaan keanekaragaman cita rasa nusantara sampai saat ini (www.bumbudesa.com, diakses 17:15, 25 Januari 2012). Data dibawah ini adalah data jumlah konsumen yang datang Rumah Makan Bumbu Desa jangka waktu tahun 2008 sampai tahun 2011. TABEL 1.5 DATA KUNJUNGAN KONSUMEN DI RUMAH MAKAN BUMBU DESA CABANG LASWI KOTA BANDUNG PERIODE TAHUN 2008 2011 Tahun 2008 2009 2010 2011 Bulan Januari 10397 11565 7650 9750 Februari 10580 9659 6530 7620 Maret 13330 11800 6758 8302 April 9405 11608 8768 9812 Mei 12060 12696 8890 10677 Juni 10290 11731 9876 9454 Juli 12590 11722 7869 8765 Agustus 9917 7180 8617 9065 September 12233 7708 8125 12560 Oktober 13031 5702 8884 7680 Nopember 8858 9238 9426 7689 Desember 9912 8670 5980 9386 Total 132603 119279 97373 110760 Sumber: Rekap Laporan Tahunan 2008-2010 Rumah Makan Bumbu Desa Cabang Laswi Kota Bandung (Hasil Pra Penelitian 2012) Berdasarkan Tabel 1.5 dapat diketahui bahwa pengunjung Rumah Makan Bumbu Desa Cabang Laswi di Kota Bandung memiliki rata-rata pengunjung yang fluktuatif. Pada tahun 2008 konsumen yang berkunjung sebanyak 132.603, lalu mengalami penurunan di tahun 2009 menjadi 119.279, dan pada tahun 2010 kembali mengalami penurunan yang cukup besar yaitu menjadi 97.373, dan yang terakhir pada tahun 2011 mengalami kenaikan kembali menjadi 110.760.

8 Data dibawah ini adalah data pendapatan Rumah Makan Bumbu Desa Cabang Laswi Kota Bandung periode tahun 2008-2011. TABEL 1.6 DATA PENDAPATAN DI RUMAH MAKAN BUMBU DESA CABANG LASWI KOTA BANDUNG PERIODE TAHUN 2008 2011 TAHUN 2008 2009 2010 2011 BULAN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 607,820,818 352,467,890 325,481,061 445,236,306 542,569,000 310,331,130 300,456,321 333,308,057 628,899,061 297,392,341 277,794,567 413,739,660 627,508,890 357,226,543 327,438,765 389,332,870 640,000,000 380,978,432 279,950,433 413,056,510 587,622,433 349,807,654 409,950,643 391,872,765 596,765,800 346,780,005 373,131,987 431,377,556 447,689,000 412,354,677 314,768,099 408,998,700 332,253,445 417,876,542 453,056,744 546,247,695 316,191,209 350,645,320 468,342,111 357,693,722 317,888,990 282,345,061 321,123,300 337,374,576 379,675,501 348,745,786 274,860,534 407,434,525 Total 6,024,884,147 4,206,951,381 4,126,354,565 4,445,672,942 Sumber: Rekap Laporan Tahunan 2008-2011 Rumaha Makan Bumbu Desa Cabang Laswi Kota Bandung (Hasil Pra Penelitian 2012) Berdasarkan Tabel 1.6 diketahui bahwa pendapatan di Rumah Makan Bumbu Desa Cabng Laswi Kota Bandung pada tahun 2008 sampai 2011 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008 pendapatan yang diperoleh adalah Rp. 6.024.884.147, sedangkan pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi Rp.

9 4.206.951.381, dan kembali mengalamai penurunan menjadi Rp. 4.126.354.565 pada tahun 2010. Terakhir pada tahun 2011 mengalami kenaikan pendapatan menjadi Rp. 4.445.672.942. Fenomena penurunan jumlah kunjungan konsumen Rumah Makan Bumbu Desa pada kurun waktu 2009-2010, disebabkan oleh produk yang ditawarkan oleh Rumah Makan Bumbu Desa. Hal ini dibuktikan dengan data jumlah komplain pelanggan yang disajikan pada tabel 1.7 TABEL 1.7 DATA KOMPLAIN PELANGGAN RUMAH MAKAN BUMBU DESA KEDAI CABANG LASWI TAHUN 2009-2011 Tahun Jenis Komplain 2009 2010 2011 Komplain terhadap produk 1,5% 1,7% 1,6% Komplain terhadap pelayanan 0,3% 0,2% 0,1% Sumber: Rekap Laporan Guest Recommended 2009-2011 Rumah Makan Bumbu Desa Cabang Laswi Kota Bandung (Hasil Pra Penelitian 2012) Data di atas menunjukkan sebagian besar komplain yang datang berasal dari produk yang ditawarkan dengan persentase 1,5% pada tahun 2009, 1,7% pada tahun 2010, dan 1,6% pada tahun 2011. Masalah yang dihadapi kurun waktu tiga tahun terakhir adalah mengenai produk yang ditawarkan. Hal ini berdampak kepada minat konsumen untuk melakukan pembelian ulang. Banyak alasan konsumen memutuskan untuk berkunjung ke sebuah restoran atau rumah makan, salah satunya adalah variasi produk yang ditawarkan, cita rasa yang khas, juga pelayanan yang diberikan. Mengembangkan produk dan berinovasi terhadap produk makanan tanpa menghilangkan ciri khas juga selalu mempertahankan dan meningkatkan pelayanan yang baik merupakan salah satu

10 strategi pemasaran yang dilakukan banyak rumah makan, karena dengan memahami keinginan dan kebutuhan konsumen dengan baik, maka produk yang ditawarkan dapat diterima oleh konsumen, sehingga muncul minat konsumen untuk melakukan pembelian ulang. Konsumen yang potensial akan mempertimbangkan terlebih dahulu berbagai faktor seperti produk, harga, fasilitas, lokasi, pelayanan dan berbagai faktor pendukung lain yang dapat memberikan nilai lebih yang dapat didapatkan konsumen. Hal tersebut harus diperhatikan oleh pemasar agar tujuan perusahaan yaitu bahwa kepuasan kosumen merupakan syarat bagi kelangsungan hidup perusahaan, dan konsumen yang merasa puas akan mereferensikan kepada orang lain, dan akan melakukan pembelian ulang. Untuk menghadapi persaingan Rumah Makan Bumbu Desa dituntut mampu memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Beberapa strategi yang dilakukan oleh Rumah Makan Bumbu Desa tahun 2012 adalah dengan mengembangkan produk variasi makanan terbaru yang unik dengan kualitas yang selalu terjaga. Selain itu Bumbu Desa Kedai memiliki program New Product of Bumbu Desa by Live Cooking yang artinya hasil dari pengembangan produk baru yang ditawarkan akan dimasak secara mendadak sesuai dengan pesanan. Chef akan menampilkan keterampilan memasak mereka di depan para pelanggan yang datang, sehingga memberikan kesan yang baru pada para pelanggan. Tidak seperti produk yang sebelumnya sudah disajikan di display makanan terlebih dahulu. Setiap periode Rumah Makan Bumbu Desa selalu mengeluarkan produk dan paket baru, seperti tumis kangkung, tumis genjer, tumis kiciwis, karedok dan udang

11 seuhah yang merupakan variasi produk baru dari Bumbu Desa Kedai di tahun 2012 ini yang dimasak jika ada pesanan (live cooking). Kami akan selalu melakukan berbagai macam perubahan untuk membuat inovasi-inovasi yang baru namun tetap konsisten dengan melestarikan makanan dan minuman khas Sunda yang saat ini sudah jarang ditemui, itu merupakan salah satu misi kami. kata Endang Sudrajat Kepala Supervisor Rumah Makan Bumbu Desa Cabang Laswi. Dengan adanya program Live Cooking di tahun 2012 ini Rumah Makan Bumbu Desa menargetkan pendapatan sekitar Rp 15.000.000,- per hari (weekday), Rp 20.000.000,- (weekend) dan sekitar Rp 450.000.000,- perbulan. Program Live Cooking merupakan salah satu cara dalam strategi pengembangan produk yang dilakukan oleh Rumah Makan Bumbu Desa tahun 2012 ini. Upaya tersebut pada dasarnya dilakukan Rumah Makan Bumbu Desa untuk menarik konsumen agar mau melakukan pembelian ulang. Menurut Gatignon dan Xuereb (2009:96), mengemukakan bahwa: Produk makanan merupakan produk yang syarat dengan inovasi, sehingga tuntutan akan inovasi demikian tinggi karena makanan salah satu kebutuhan pokok manusia. Menurut Kotler dan Keller (2009:46), mengemukakan bahwa Perusahaan selain harus mendapatkan pelanggan sebanyak-banyaknya, perusahaan juga harus dapat mempertahankan kesetiaan pelanggannya agar dapat bertahan dalam bisnis ini. Salah satu upaya mempertahankan pelanggan yang telah ada dengan menarik pelanggan untuk melakukan pembelian ulang dan pengembangan produk adalah salah satu cara yang bisa dilakukan perusahaan.

12 Program pengembangan produk baru melalui program Live Cooking di Rumah Makan Bumbu Desa diharapkan dapat meningkatkan pembelian ulang di perusahaan tersebut. Mengingat adanya keterkaitan antara pengembangan produk baru dengan keputusan pembelian ulang. Penelitian ini dilakukan pada Rumah Makan Bumbu Desa Jl. Laswi no. 1 Kota Bandung. Penelitian dilakukan berdasarkan terjadinya penurunan kunjungan konsumen dan pendapatan di tahun 2009-2010 dan komplain pelanggan terhadap produk yang ditawarkan. Mengingat betapa pentingnya pengembangan produk baru dan keterkaitannya dengan pembelian ulang maka penulis merasa perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana, PENGARUH KINERJA PENGEMBANGAN PRODUK MELALUI PROGRAM LIVE COOKING TERHADAP PEMBELIAN ULANG DI RUMAH MAKAN BUMBU DESA CABANG LASWI (SURVEI PADA PELANGGAN RUMAH MAKAN BUMBU DESA CABANG LASWI DI KOTA BANDUNG). 1.2 Identifikasi Masalah Semakin berkembangnya perekonomian, persaingan dalam industri perdagangan, hotel, dan restoran juga semakin ketat. Terbukti dengan perkembangan bisnis rumah makan yang sangat cepat. Sehingga hal ini menyebabkan bisnis rumah makan harus memberikan pelayanan dan kualitas produk yang baik kepada konsumen saat konsumen mengunjungi rumah makan tersebut. Begitu pula dengan Rumah Makan Bumbu Desa yang berada di Kota

13 Bandung sebagai salah satu badan usaha di bidang usaha kuliner juga harus selalu mengembangkan produk yang ditawarkan agar pelanggan tidak merasa bosan dan timbul suatu pembelian ulang. Fenomena di atas menyebabkan Rumah Makan Bumbu Desa yang merupakan salah satu bisnis yang bergerak dalam kuliner tidak boleh lengah. Pada tahun 2009-2010 Rumah Makan Bumbu Desa mengalami penurunan jumlah kunjungan konsumen dan pendapatan. Pada tahun 2009-2010 merupakan tahun penurunan konsumen dan pendapatan yang paling drastis. Disebabkan oleh banyaknya komplain terhadap produk yang ditawarkan hingga kurun waktu tiga tahun terakhir dari periode tahun 2009-2011. Masalah ini perlu diatasi dengan berbagai upaya dari perusahaan diantaranya yaitu dengan mengembangkan produk yang ditawarkan dengan kualitas dan cita rasa yang tetap terjaga serta tidak menghilangkan ciri khas masakan sunda dan akhirnya timbul loyalitas pelanggan, yang akan menimbulkan pembelian secara ulang. Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan maka yang menjadi tema sentral penelitian ini adalah : Munculnya berbagai bisnis usaha kuliner kategori Rumah Makan Sunda di Kota Bandung dan persaingan yang tinggi menyebabkan pada tahun 2009-2010 Kedai Bumbu Desa mengalami penurunan kunjungan konsumen dan pendapatan. Disebabkan oleh banyaknya komplain yang masih mendominasi mengenai produk yang ditawarkan hingga kurun waktu tiga tahun terakhir periode tahun 2009-2011. Oleh karena itu perusahaan diduga perlu untuk meningkatkan inovasi dalam mengembangkan produk yang ditawarkan sehingga konsumen akan melakukan pembelian ulang dan timbul suatu loyalitas yang jangka panjang.

14 1.3 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan penelitian tersebut di atas, maka dari itu ada beberapa hal yang perlu dirumuskan sebagai pokok permasalahan diantaranya : 1. Bagaimana gambaran pelaksanaan kinerja pengembangan produk dalam program live cooking pada Rumah Makan Bumbu Desa Cabang Laswi di Kota Bandung. 2. Bagaimana gambaran pembelian ulang pada Rumah Makan Bumbu Desa Cabang Laswi di Kota Bandung. 3. Seberapa besar pengaruh pelaksanaan kinerja pengembangan produk dalam program live cooking terhadap pembelian di Rumah Makan Bumbu Desa Cabang Laswi di Kota Bandung. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini ditujukan untuk mengungkapkan data dan informasi yang berhubungan pengembangan produk baru terhadap pembelian ulang dengan tujuan untuk memperoleh temuan dan model mengenai : 1. Gambaran pelaksanaan kinerja pengembangan produk dalam program live cooking pada Rumah Makan Bumbu Desa Cabang Laswi Kota Bandung. 2. Gambaran pembelian ulang pada Rumah Makan Bumbu Desa di Kota Bandung.

15 3. Besarnya pengaruh kinerja pengembangan produk dalam program live cooking pada Rumah Makan Bumbu Desa Cabang Laswi di Kota Bandung. 1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut: 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan terhadap pengembangan manajemen terutama manajemen pemasaran dengan pendekatan yang baru menyangkut kinerja pengembangan produk melalui program live cooking yang dilakukan Rumah Makan Bumbu Desa Kedai Cabang Laswi di Kota Bandung, serta menganalisis pengaruhnya terhadap pembelian ulang Rumah Makan Bumbu Desa Cabang Laswi di Kota Bandung. 2. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan dalam aspek praktis untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi Rumah Makan Bumbu Desa Cabang Laswi di Kota Bandung menyangkut kinerja pengembangan produk baru melalui program live cooking yang dilakukan oleh Rumah Makan Bumbu Desa terhadap pembelian ulang di Rumah Makan Bumbu Desa Cabang Laswi di Kota Bandung. 3. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan informasi kepada perusahaan dan konsumen mengenai pengaruh kinerja pengembangan produk baru melalui program live cooking yang dilakukan oleh Rumah

16 Makan Bumbu Desa Cabang Laswi di Kota Bandung terhadap pembelian ulang di Rumah Makan Bumbu Desa Cabang Laswi di Kota Bandung

17