NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT. Pengimbasan Model Pembelajaran Atletik di Kabupaten Bantul

dokumen-dokumen yang mirip
NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT COACHING CLINICS ATHLETICS

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM LATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lompat, lari, dan. lempar (Eddy Purnomo, 2007:1). Bila dilihat dari arti atau istilah

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TOT PARAMETER TES CABOR ATLETIK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Bila

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LOKA KARYA POLA PENGEMBANGAN ATLET JANGKA PANJANG MENUJU MULTI EVENT OLAHRAGA.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu wujud yang bisa mengembangkan sumber daya manusia serta

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PROSES PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. kejuaraan atletik. Pelaksanaan lompat dalam perlombaan atletik memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Atletik juga

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan

MEKANIKA GERAK. Oleh: AGUS MAHENDRA FPOK UPI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlombakan baik di tingkat regional maupun nasional, karena atletik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olah

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. tingkat Internasional. Untuk dapat dan menjunjung tinggi nama baik negara kita

BAB I PENDAHULUAN. harus memiliki lompatan yang tinggi kecepatan berlari juga sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. yang terpendam tanpa dapat kita lihat dan rasakan hasilnya. Menindak lanjuti. mahluk yang butuh berinteraksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena

merupakan olahraga pertama kali yang ada di dunia menurut Eddy Purnomo dimulai dari negara Yunani, negara negara dibenua Eropa sampai Amerika dan

PENGEMBANGAN BIOMOTOR 1 (KECEPATAN)

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam cabang olahraga atletik, nomor lompat merupakan nomor lomba

PANDUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN USIA DINI CABANG OLAHRAGA ATLETIK. Bidang permainan atletik adalah pertama-tama untuk memotivasi

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan peranan penting dalam proses peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang

BAB I PENDAHULUAN. mother of sport. Semua negara di dunia memasukkan atletik sebagai cabang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga,

I. PENDAHULUAN. terutama nomor lari jarak pendek 200 meter, maka dari itu peneliti mencoba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH LATIHAN VARIASI SPEED LADDER DRILL TERHADAP HASIL LARI SPRINT 60 METER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KOTA JAMBI

I. PENDAHULUAN. Sejak jaman olimpiade kuno sampai dengan olimpiade modern, tujuan pelompat jauh dalam

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini, gerakan-gerakan yang terkandung didalam olehraga atletik adalah gerakan yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. manusia sejak zaman Yunani kuno sampai dewasa ini. Gerakan-gerakan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga bola basket merupakan olahraga yang dilakukan pertama kali di

Disusun oleh : Rihandoyo A BAB I PENDAHULAUAN. A. Latar Belakang. Atlet-atlet juara yang mampu memperoleh prestasi tertinggi dalam dunia

LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT SEBAGAI PEMATERI PROGRAM SEKOLAH KELAS BAKAT ISTIMEWA OLAHRAGA DI SMA NEGERI I SEWON

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui olahraga. Budaya olahraga harus terus di kembangkan guna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa atletik adalah ibu dari semua cabang olahraga (mother of

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan menjaga kelangsungan hidup. sejauh mungkin dan bola besi berat inilah diberi nama peluru yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu sarana dalam pembangunan bangsa, khususnya pembangunan dalam bidang jasmani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kebugaran seseorang, semakin kuat juga fisik seseorang tersebut.

BAB II KAJIAN TEORI. diantaranya dalam kamus olahraga, menurut Syarifudin (1985: 62) lompat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu

I. PENDAHULUAN. dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. terbuka dan demokrasi. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola, baik

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut adalah melalui pendidikan jasmani (Penjas). Pendidikan Jasmani

II. KAJIAN PUSTAKA. peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

I. PENDAHULUAN. gerak dasar atletik berdasarkan konsep gerak yang benar serta nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. Atletik dalam perkembangan di zaman modern ini semakin dapat diterima

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH LATIHAN BARBELL LUNGES D AN D UMBELL ONE-ARM SHOULD ERS PRESS TERHAD AP HASIL TOLAK PELURU

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DENGAN KTSP DI SD SE-KABUPATEN KULONPROGO.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS VI - SEMESTER 1

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Selanjutnya menurut Nurhuda dan Kusumawaty (2010 : 47) bahwa istilah

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidup, serta upaya dengan senantiasa menerapkan prinsip-prinsip ilmu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Permainan sepakbola yang searah dengan filosofi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang,

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

2015 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA FLYING DISC TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN LEMPAR CAKRAM DI SMPN 1 LEMBANG

2015 UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LARI JARAK PENDEK MELALUI TAG GAMES

BAB I PENDAHULUAN. fisik melalui mata pelajaran pendidikan jasmani. Hal tersebut bisa dipahami karena mengarahkan

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Melalui olahraga akan dapat ditingkatkan kekuatan keterampilan kerja, kesegaran jasmani

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

KEKUATAN PENGERTIAN KEKUATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Pengimbasan Model Pembelajaran Atletik di Kabupaten Bantul Oleh : RIA LUMINTUARSO NIP. 19621026 198812 1 001 Fakultas Ilmu Keolahragaan - Universitas Negaeri Yogyakarta 29-30 Januari 2008 1

A. LANDASAN KEGIATAN Berdasarkan Surat Penugasan/ ijin Dekan No. 127/ UN34.16/KP/2008, sebagai narasumber Kegiatan Pengimbasan Model pembelajaran Atletik di Kabupaten Bantul, berikut ini kami sampaikan narasi kegiatan tersebut yang berlangsung pada tanggal 29-30 Januari 2008 bertempat di SMPN 1 Sewon Bantul. B. NAMA KEGIATAN Kegiatan Pengimbasan Model pembelajaran Atletik di Kabupaten Bantul C. TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN Secara umum tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk memberikan pembekalan pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan Model Pembelajaran dasar-dasar atletik bagi guru pendidikan jasmani di Kabupaten bantul. Kegiatan pengabdian masyarakat ini diharapkan akan berhasil mencapai tujuan kegiatan di atas. Dengan demikian maka sangat bermanfaat bagi guru pendidikan jasmani dalam meletakan dasar-dasar pembelajaran atletik pada siswa. Terlebih jika banyak peserta pelatihan yang berpartisipasi maka secara kuantitas banyak guru pendidikan jasmani yang berkompeten untuk mengimplementasikan model pembelajaran ini. D. NARA SUMBER KEGIATAN Kegiatan Pengimbasan Model pembelajaran Atletik di Kabupaten Bantul, melibatkan narasumber : Dr. Ria Lumintuarso, M.Si dan Cukup Pahalawidi, M.Or. D. KHALAYAK SASARAN Khalayak sasaran utama dari kegiatan ini adalahpara guru pendidikan jasmani sekolah yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Jasmani di Kabupaten Bantul. Justifikasi pemilihan khalayak sasaran adalah minimnya pengetahuan guru terhadap perkembangan model pembelajaran atletik. Adapun jumlah khalayak sasaran yang aktif terlibat sebanyak 40 orang. 2

E. METODE KEGIATAN Metode kegiatan menggunakan dua pendekatan. Pertama, pendekatan teoritis yang terdiri dari pemaparan materi, diskusi, dan tanya jawab. Kedua, pendekatan praktik terdiri dari Teori dan praktik pembelajaran atletik nomor lari, lompat dan lempar, pada materi (1) permainan dasar atletik, (2) Teknik dasar lari, lompat dan lempar, dan (3) praktik mikro embelajaran. Masing-masing pendekatan di akhiri dengan evaluasi. Materi yang disampaikan meliputi: penyampaian materi ceramah dan praktik tentang pembelajaran dasar atletik. Indikator keberhasilan ditandai dengan tingginya motivasi peserta dalam mengikuti kegiatan ini serta dimilikinya pengetahuan dan keterampilan baru tentang pembelajaran teknik dasar lari, lompat dan lempar. F. HASIL KEGIATAN Setelah selesai proses kegiatan ini para peserta mampu mendiskripsikan dan mempraktikan serta menyusun program pembelajaran dan mengajarkan atletik dengan berbagai kondisi sebagai berikut : 1. Karakter / ciri dari nomor-nomor dalam Cabang Olahraga Atletik sebagai berikut : a. NomorLompatdanlempar Pada kelompok nomor Lompat dan Lempar, nomor-nomor tersebut berkaitan dengan aspek biomekanik yang memiliki kesamaan yaitu adanya gerak parabola yang menentukan pencapaian prestasi yang tinggi. Pada nomor lempar benda yang dilempar oleh pelempar seperti peluru, cakram, lembing, maupun martil akan mengalami gerakan parabola. Sedangkan pada nomor lompat yang mengalami gerakan parabola adalah tubuh si atlet itu sendiri seperti pada nomornomor lompat horisontal dan lompat vertikal. 3

Thompson (1991: 3.8) menyatakan bahwa yang menentukan tingginya kinerja gerakan gerakan parabola adalah: 1) Kecepatan awal (take-off dan lepasnya benda) / Vo 2) Sudut lepasnya benda, take-off / <o 3) Tinggi lepasnya benda, take-off / ho Karakteristik tersebut mengandung konsekuensi bahwa kecepatan gerak dari atlet memiliki pengaruh yang sangat dominan dalam mencapai kinerja lempar maupun lompat. Faktor lain yang penting adalah sudut lepasnya benda dan tingginya benda saat lepas. Kedua unsur tesebut berkaitan dengan kemampuan teknik atlet atau koordinasi. Jadi atlet yang memiliki koordinasi yang baik akan sangat berpeluang untuk mencapai kinerja yang baik. Implikasi yang lain adalah bagi atlet yang memiliki postur tubuh yang baik akan membantu kinerja tinggi lepasnya benda / take-off. Pada kajian di atas nampak bahwa kekuatan tidak secara eksplisit dicantumkan dalam menentukan kinerja gerakan parabolik. Namun demikian dalam gerakan atletik yang ditentukan melalui beban benda yang dilemparkan maupun badan dari si atlet itu sendiri tentu saja memerlukan kekuatan yang dipadukan dengan kecepatan gerak sehingga memerlukan power. Oleh karena itu dalam mengidentifikasi kebutuhan biomotor dalam atletik power merupakan salah satu faktor yang cukup penting terutama untuk nomor-nomor lompat, lempar dan sprint. 4

Ditinjau dari urutan gerakannya nomor lompat dan lempar memiliki 4 fase utama yaitu: (1) persiapan, (2) Pembentukan momentum (awalan/putran), (3) lompat/lempar, (4) pendaratan /pemulihan. (Mulle r, Ridzdorf, 2000 : 70, 112). Dari fase gerakan tersebut, nomor lompat dan lempar sama-sama memerlukan keterampilan atlet untuk mentransfer momentum dari gerakan awalan ke gerakan lompat / lempar yang dalam lompat disebut sebagai gerakan tumpuan (take -off) dan dalam lempar disebut posisi power (power position). b. Sprint. Pada nomor sprint kecepatan merupakan faktor yang sangat dominan, seperti definisi sprint sendiri yang merupakan lari secepat-cepatnya untuk mencapai jarak tertentu dengan waktu sesedikit mungkin. (Muller, Ridzdorf, 2000:5) Ini menunjukkan bahwa kecepatan merupakan unsur yang dominan. Pada nomor sprint, misalnya 100m, secara biomekanik si atlet akan mengalami fase-fase sebagai-berikut: (a) Fase reaksi, (b) Fase percepatan, (c) Fase kecepat an maksimal, dan (d) Fase perlambatan. Atlet tidak hanya memerlukan kecepatan maksimal saja, tetapi diperlukan juga kecepatan reaksi, percepatan dan daya tahan kecepatan. (Steinmann, 1996: 4), (Loren Seagrave, 1993). Faktor lain yang sangat menentukan dalam sprint adalah faktor-faktor Biometrik yang dikaitkan dengan Biomekanik. Karena dalam sprint, kecepatan lari sangat ditentukan oleh frekuensi langkah dan panjang langkah (Muller, Ridzdorf, 2000: 5). Frekuensi langkah ditentukan oleh tingkat koordinasi dan teknik, sedangkan panjang langkah sangat ditentukan oleh ukuran tubuh dan unsur biomotor. Oleh karena itu dalam mencari atlet sprint disamping kemampuan biomotor, kualitas biometrik juga sangat diperlukan. 5

c. Lari jarak menengah, jarak jauh dan jalan cepat. Nomor-nomor lari jarak menengah-jauh dan jalan cepat, pada dasarnya memiliki faktor dominan daya tahan aerobik. Sedangkan pada nomor jarak menengah daya tahan anaerobik menjadi faktor yang paling dominan. Selain itu kemampuan teknik (koordinasi) sangat diperlukan oleh para pelari jarak menengah, jarak jauh, jalan cepat, dan lari steple chase. Atlet harus mampu mengubah-ubah bentuk gerakan lari bergantung dari situasi area lari (track, jalan raya, rintangan, gawang, dll) dan atlet juga harus mampu mengadaptasi kecepatan lari lawan tanding pada fase-fase perlombaan. Dari segi biomekanik, lari jarak menengah dan jauh serta jalan cepat tidak berbeda dengan prinsip pada sprint. Tujuan gerakan lari dan jalan adalah untuk mencapai jarak tertentu dengan waktu yang pendek. Hanya saja pada nomor ini atlet harus mampu memadukan antara kecepatan lari dengan panjangnya jarak yang ditempuh sehingga diperlukan kecepatan optimal yang dipadukan dengan kemampuan fisiologis (system energi) nya (Govindasamy B, 2002:12). Deng an demikian kecepatan optimal dengan efisiensi energi bisa dicapai. 2. Metode Pembelajaran Dari sistem pendidikan IAAF metode pembnelajran dalam atletik meliputi berbagai pendekatan sebagai berikut: a. Metode bermain Metode ini biasanya digunakan untuk mengawali proses pembelajaran dalam satu sesi pertemuan. Metode bermain dirancang dengan pola gerak dasar atletik yang dilakukan secara bermain baik yang bersifat kompetitif maupun rekreasional dan semuanya dilaksanakan dengan tujuan edukatif bagi siswa sesuai dengan nomor yang akan diajarkan saat itu. 6

Metode bermain dilaksanakan setelah siswa melaksanak pemanasan. Adapun ciri permainan ini adalah sebagai berikut : 1) Dari yang mudah ke yang sukar 2) Dari intensitas rendah menuju ke intensitas tinggi 3) Gerakan dan otot yang terlibat sebisa-bisanya disesuaikan dengan nomor yang akan diajarkan 4) Dilakukan secara kelompok untuk menjamin pengembangan sosial, kerja sama dan berbagai unsur dinamika kelompok. b. Metode shaping Metode ini dilaksanakan pada nomor-nomor yang mempunyai ciri dinamis dengan gerakan beralur siklis seperti lari sprint, lari gawang, awalan lompat ke tumpuan, dan sebagainya. Metode ini dilaksanakan dengan alur gerakan keseluruhan nomor yang akan diajarkan tetapi dengan kemudahan atau modifikasi pada peralatan yang digunakan. Misalnya gawang pada lari gawang digunakan karton dengan ketinggian yang minimal dan bahan yang ringan sehingga tidak membahayakan. Jarak antar karton bisa diatur sesuai dengan kemampuan siswa. Bentuk gerakan seperti gerakan lari gawang tetapi rintangan rendah dan lari sesuai dengan irama lari sprint biasa. Gerakan selanjutnya berbentuk sama namun ditingkatkan ketinggian dan jaraknya sesuai dengan pengembangan kecepatan dan kemampuan siswa sehingga bentuk lari sudah sesuai dengan lari gawang. 7

c. Metode Chaining Metode ini biasa dikenal dengan metode membentuk atau menggabungkan dari satu bagian gerak dengan bagian gerak yang lain. Sehingga metode ini juga dikatakan metode bagian. Nomor-nomor dalam atletik yang cocok dilajarkan dengan metode ini adalah nomor lempar dan lompat. 3. Belajar Praktis (Micro teaching) Peserta melaksanakan pembelajran mikro dengan menerapkan berbagai metode dalam kelompok-kelompok yang disusun dengan aturan: a) Satu mengajar lainnya memberikan umpan balik b) Nara sumber hanya memberikan komentar setelah anggota kelompok melakukan diskusi dan proses umpan balik c) Kesimpulan dari diskusi dan ulasan nara sumber menjadi pedoman tambahan bagi peserta untuk mengembangkan pengimbasan pembelajaran atletik. G. KESIMPULAN Kegiatan program PPM unggulan tentang Pengimbasan Model pembelajaran Atletik di kabupaten Bantul dapat dilaksanakan dengan baik dan berhasil bila ditinjau dari dari jumlah peserta maupun antusiasme dalam mengikuti kegiatan pelatihan. PPM ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Terimplementasinya pembelajaran nomor-nomor atletik lari, lompat dan lempar sesuai dengan metode dan pendekatan yang tepat. 2. Target keberhasilan tercapai, dengan semua peserta melaksanakan praktik mengajar satu nomor dalam atletik dan memberikan umpan balik pada setiap pembelajaran yang diikuti. 8

I. SARAN 1. Perlunya kegiatan lanjutan untuk pembelajaran berbagai nomor dalam cabang olahraga atletik pada tingkat kelas yang lebih tinggi. 2. Perlu kegiatan serupa di daerah atau sekolah lain sehingga pembelajaran pendidikan jasmani menjadi pondasi yang baik bagi pengembangan prestasi atletik di kemudian hari.. 9