I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

I. PENDAHULUAN. artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang. segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan pembelajaran seperti

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

BAB 1 PENDAHULUAN. Gejala umum yang terjadi pada peserta didik saat ini adalah malas berpikir

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) diajarkan untuk

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

I. PENDAHULUAN. Istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

I. PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang kompleks dan mengandung

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya manusia dan

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip

I. PENDAHULUAN. Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

I. PENDAHULUAN. pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis,

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

I. PENDAHULUAN. setiap saat semua orang atau kelompok melakukan interaksi. Bila tak ada komunikasi

1 PENDAHULUAN. memfasilitasi, dan meningkatkan proses serta hasil belajar siswa. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

I. PENDAHULUAN. siswa untuk berfikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses menyiapkan siswa agar mampu beradaptasi dan berinteraksi

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran biologi pada Sekolah Menengah Atas berdasarkan Standar

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kompetensi penting sebagai

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sesungguhnya merupakan cara memperoleh

I. PENDAHULUAN. kehidupan. Setyawati (2013:1) menyatakan bahwa peningkatan kualitas

RANI DIANDINI, 2016 PENDAPAT SISWA TENTANG PELAKSANAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN TATA HIDANG DI SMK NEGERI 2 BALEENDAH

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan

I. PENDAHULUAN. semakin berkembang, Hal ini menuntut setiap individu untuk dapat. kemampuan memperoleh, memilih dan mengolah informasi.

I. PENDAHULUAN. tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi

I. PENDAHULUAN. Seorang pendidik memiliki peranan yang penting dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi. sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mempelajari fenomena alam dan segala sesuatu yang terjadi di alam. IPA

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. mengajar (Pembelajaran). Nilai yang baik menunjukkan bahwa proses

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. paradigma yang lama atau cara-cara berpikir tradisional. Dalam dunia pendidikan,

I. PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

Kelebihan model PBL menurut Pannen, Mustafa, Sekarwinahayu (2005:65) yaitu: fokus pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

I. PENDAHULUAN. kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

I. PENDAHULUAN. kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) menuntut

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekedar penguasaan. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

I. PENDAHULUAN. baik, namun langkah menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam pendidikan di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. dinamis serta perkembangan yang baik. Menurut Buchori 2001 dalam Trianto

1. PENDAHULUAN. Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan proses

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. formal (Mudyahardjo, 2006:6). Hal ini senada dengan yang diungkapkan

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang siap menghadapi masa depan. Salah satu jenjang pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan yang memadai, maka seorang peserta didik dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Biologi sebagai salah satu mata pelajaran dalam rumpun IPA memerlukan

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

BAB I PENDAHULUAN. satu kendala tersebut disebabkan kurangnya kreatifitas guru-guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

I. PENDAHULUAN. waktu. Model-model pembelajaran konvensional kini mulai ditinggalkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Belajar matematika merupakan salah satu sarana berpikir ilmiah dan

I. PENDAHULUAN. Sains khususnya biologi sangat penting perannya dalam mendorong kemajuan

I. PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian manusia sangat bergantung pada pendidikan yang diperolehnya, baik dari lingkungan keluarga

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat cepat seperti sekarang ini, maka perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Hal ini berarti bahwa perubahan atau perkembangan pendidikan adalah suatu hal yang memang sudah seharusnya terjadi sejalan dengan perkembangan budaya kehidupan. Perubahan pendidikan dapat ditandai dengan perubahan kurikulum. Trianto (2010:8) menyatakan bahwa perubahan kurikulum yang menuntut perubahan paradigma pembelajaran harus pula diikuti oleh guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaran pendidikan di sekolah. Guru seharusnya mengubah paradigma pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teachers centered), menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (students centered). Selain itu, kurikulum juga menghendaki suatu pembelajaran yang tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori, dan fakta, tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, materi pembelajaran tidak hanya

2 tersusun atas hal-hal sederhana, tetapi juga tersusun atas materi yang kompleks, yang memerlukan analisis, aplikasi, dan sintesis. Biologi merupakan salah satu ilmu yang mempunyai peranan penting bagi siswa dalam menghadapi tantangan kehidupan saat ini maupun di masa mendatang, terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi. Materi pokok sistem peredaran darah adalah salah satu materi pokok pada mata pelajaran Biologi di sekolah. Berdasarkan standar isi yang oleh ditetapkan BSNP (2006), materi pokok ini menuntut siswa untuk mencapai standar kompetensi (SK) menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas, dan kompetensi dasar (KD) menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah. Melihat SK dan KD yang harus dicapai, materi pokok ini mengandung konsep dan teori yang kompleks, serta erat kaitannya dengan permasalahan yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mencapai SK dan KD tersebut, siswa memerlukan contoh permasalahan yang nyata dari apa yang sedang mereka pelajari, sehingga mereka terbiasa melakukan proses pemecahan masalah. Untuk menguasai materi yang kompleks sebagaimana yang dikehendaki kurikulum, seorang siswa membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi termasuk keterampilan berpikir kritis. Dengan keterampilan berpikir kritis, siswa dapat melakukan pemecahan masalah secara tepat meskipun informasi yang dimiliki terbatas. Selain itu, keterampilan berpikir kritis juga dapat

3 diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu meskipun dikembangkan melalui satu disiplin ilmu tertentu saja. Itulah sebabnya penting sekali seorang siswa memiliki keterampilan berpikir kritis. Guru memegang peranan penting dalam mewujudkan siswa dengan keterampilan berpikir kritis. Namun, realisasinya akan sulit apabila proses pembelajaran masih didominasi oleh guru. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan siswa kurang dapat memaknai apa yang ia pelajari. Seorang guru seharusnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya. Dengan demikian, keterampilan berpikir yang dibutuhkan siswa dalam proses pemecahan masalah akan meningkat, sehingga siswa dapat menerapkan materi yang dipelajari di sekolah dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Setiap individu memiliki sudut pandang yang beragam dalam menilai sesuatu. Namun jika seorang guru memandang siswa ibarat gelas setengah kosong, maka yang dilakukan guru adalah mengisinya dengan pengetahuan, yaitu dengan memberikan banyak sekali informasi atau konsep. Menurut Trianto (2010:6), konsep merupakan suatu hal yang sangat penting, namun bukan terletak pada konsep itu sendiri, melainkan terletak pada bagaimana konsep itu dapat dipahami oleh siswa. Penumpukan konsep justru kurang bermanfaat apabila hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru kepada siswa melalui satu arah seperti menuang air ke dalam gelas.

4 Hasil observasi di SMA Negeri 7 Bandar Lampung menunjukkan bahwa ratarata hasil belajar aspek kognitif siswa pada materi pokok sistem peredaran darah sebesar 53,9. Hasil belajar tersebut belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah, yaitu 70. Meskipun keterampilan berpikir kritis siswa di sekolah tersebut belum pernah diukur, namun hasil belajar tersebut mengindikasi kurang dikembangkannya keterampilan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini diduga karena proses pembelajaran masih didominasi dengan metode ceramah yang kurang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa, sehingga siswa belum dapat mencapai kompetensi dasar yang ada. Menurut Dasna dan Sutrisno (2007:79), keterampilan berpikir kritis siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan model problem based learning (PBL). Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Biologi di sekolah tersebut diketahui bahwa guru belum pernah menggunakan model PBL untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa model PBL berpengaruh nyata terhadap keterampilan berpikir kritis dan meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian Supriadi (2010:45) menunjukkan bahwa penggunaan model ini pada materi pokok sistem reproduksi manusia berpengaruh nyata terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Sedangkan hasil penelitian Rindu (2009:39) menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa meningkat setelah menggunakan model PBL.

5 Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa model PBL merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dengan harapan siswa mampu menerapkan materi yang telah diberikan guru dalam menghadapi permasalahan di kehidupan nyata terutama yang berkaitan dengan materi tersebut. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan model PBL pada materi pokok sistem peredaran darah terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah penerapan model PBL pada materi pokok sistem peredaran darah berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung semester ganjil TP. 2010/2011? 2. Apakah keterampilan berpikir kritis siswa dengan menggunakan model PBL pada materi pokok sistem peredaran darah lebih tinggi daripada tanpa menggunakan model PBL? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji:

6 1. Pengaruh penerapan model PBL pada materi pokok sistem peredaran darah terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung semester ganjil TP. 2010/2011. 2. Perbandingan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang menggunakan model PBL pada materi pokok sistem peredaran darah dengan siswa yang tidak menggunakan model PBL. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi pendidikan, khususnya bagi: 1. Peneliti, yaitu untuk menambah wawasan dan pengalaman sebagai calon guru dalam memilih model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. 2. Guru, yaitu sebagai informasi mengenai alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. 3. Siswa, yaitu untuk mendapat pengalaman belajar yang berbeda pada materi pokok sistem peredaran darah, dan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis. 4. Sekolah, yaitu sebagai masukan dalam meningkatkan mutu proses dan hasil belajar dalam mata pelajaran biologi.

7 E. Ruang Lingkup Penelitian Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran, maka ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. PBL yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah yang nyata dalam menyajikan materi pelajaran sehingga siswa dapat menggunakan dan mengembangkan berbagai keterampilan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah tersebut. Langkah-langkah dalam model PBL adalah orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 2. Keterampilan berpikir kritis siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan berpikir yang digunakan dalam memecahkan masalah yang kompleks dengan melakukan refleksi terhadap fakta-fakta yang terjadi, kemudian menganalisis fakta-fakta tersebut menuju suatu kesimpulan atau pemecahan masalah. Indikator keterampilan berpikir kritis dalam penelitian ini (Ennis dalam Achmad, 2007:3), yaitu memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan lanjut, dan mengatur strategi dan teknik. 3. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA3 sebagai kelas kontrol di SMA Negeri 7 Bandar Lampung. 4. Materi pokok dalam penelitian ini adalah sistem peredaran darah.

8 F. Kerangka Pemikiran Perubahan kurikulum menuntut guru untuk mengubah paradigma pendidikan. Pembelajaran yang semula berpusat pada guru berubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Perkembangan kondisi kehidupan juga menuntut guru untuk membekali siswa dengan berbagai keterampilan, termasuk keterampilan berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah agar siswa dapat menerapkan materi yang diterima di sekolah dalam menghadapi permasalahan di kehidupan nyata, terutama yang berkaitan dengan materi tersebut. Untuk menghadapi tantangan kehidupan tersebut, guru seharusnya dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dengan menerapkan model pembelajaran yang mampu menghadirkan permasalahan autentik dalam proses pembelajaran. PBL merupakan model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Melalui lima langkah pembelajaran dalam model PBL, keterampilan berpikir kritis siswa yang terdiri dari lima indikator dapat dikembangkan. Pada saat guru mengorientasi siswa pada masalah, maka akan terjadi interaksi antara siswa dengan guru yang membahas tentang permasalahan apa yang akan dipecahkan oleh siswa dan bagaimana siswa memecahkan masalah tersebut. Siswa akan termotivasi untuk menganalisis pertanyaan yang diberikan oleh guru dan menjawab pertanyaan tersebut. Selanjutnya guru mengorganisasi siswa untuk belajar, sehingga interaksi tidak hanya terjadi

9 antara siswa dengan guru, tetapi juga antarsiswa. Dalam hal ini siswa berinteraksi dalam menentukan tindakan yang akan mereka putuskan sebagai solusi terhadap masalah yang mereka hadapi. Untuk memperoleh pemecahan masalah, siswa akan saling bertukar pendapat, memberikan penjelasan lanjut mengenai masalah yang sedang mereka diskusikan berdasarkan pengetahuan mereka masing-masing. Pada langkah selanjutnya, guru membimbing penyelidikan kelompok dengan mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan permasalahan. Saat mengumpulkan informasi, siswa akan mempertimbangkan apakah sumber yang mereka gunakan dapat dipercaya atau tidak. Setelah mempertimbangkan berbagai informasi yang mereka miliki dan beberapa pendapat atau asumsi dari masing-masing anggota kelompok, akhirnya siswa akan sampai pada suatu kesimpulan, yang merupakan solusi dari permasalahan yang mereka hadapi. Setelah memperoleh pemecahan masalah, siswa masih harus berdiskusi dalam mengembangkan dan menyajikan hasil pemecahan masalah tersebut. Siswa akan kembali menggunakan keterampilan berpikir kritisnya dalam memutuskan tindakan apa yang akan mereka lakukan untuk mengomunikasikan hasil pemecahan masalah tersebut kepada siswa lain. Pada langkah akhir pembelajaran, yaitu saat siswa melakukan refleksi terhadap proses pemecahan masalah yang mereka gunakan, sekali lagi keterampilan berpikir kritis siswa dapat dikembangkan. Siswa akan berlatih memberikan penjelasan, beradu pendapat, melakukan pertimbangan-

10 pertimbangan, membuat kesimpulan, dan menentukan tindakan. Interaksi yang terjadi pada langkah ini juga melibatkan lebih banyak siswa. Dari uraian di atas tampak jelas bahwa keterampilan berpikir kritis siswa dapat dikembangkan dalam setiap langkah pembelajaran dalam PBL. Selain dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa, PBL juga sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran guna mencapai kompetensi dasar pada materi pokok sistem peredaran darah. Dengan demikian, model pembelajaran ini dapat diterapkan pada materi pokok sistem peredaran darah untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini. X Y Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Keterangan: X = Model problem based learning (PBL); Y = Keterampilan berpikir kritis siswa G. Hipotesis Penelitian 1. H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dari penerapan model PBL terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. H1 : Ada pengaruh yang signifikan dari penerapan model PBL terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.

11 2. H0 : Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan model PBL pada materi sistem peredaran darah sama dengan siswa yang tidak menggunakan model PBL. H1 : Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan model PBL pada materi sistem peredaran darah lebih tinggi daripada siswa yang tidak menggunakan model PBL.