BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, PT. Rieneka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 2-3.

BAB I PENDAHULUAN. Binti Maunah, Landasan Pendidikan, Sukses Offset, Yogyakarta, 2009, hlm. 3 2

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. 2015, hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia (human resources development) untuk

Oleh : AMINUDIN NIM

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga karena setiap manusia besar dan dididik di dalamnya. Tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia sejalan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. umat manusia merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi sepanjang hayat.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan di dalam GBHN tahun 1973 yang dikutip oleh (Fuad Ihsan,

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya,Bandung, 2003, hlm 3-4 2

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. juga sangat pesat. Belum lagi pada tahun 2010 kita dihadapkan pada pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, 2005), hlm Jalaluddin, Psikologi Agama, edisi revisi 2005, (Jakarta: Raja

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), hlm. 86.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis dan bercita-cita ingin meraih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. proses-proses perwujudan pilar-pilar penyangga masyarakat. Pendidikan. diperlukan dalam perkembangan kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan peran yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB I PENDAHULUAN. kemasyarakat industri dan nantinya ke masyarakat informasi, dimana untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) 2003, Sinar Grafika, Jakarta, 2006,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dalam dirinya. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB II KAJIAN TEORI. pembangkit tenaga munculnya satu tingkah laku tertentu 8. motivation dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin motivum yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

BAB I PENDAHULUAN. dia pimpin memiliki tugas yang tidak ringan. Sebab baik buruknya lembaga. tersebut tidak lepas dari pengawasan kepala sekolah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah guru. Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

PRESTASI BELAJAR IPS TERPADU DITINJAU DARI SEGI MOTIVASI BELAJAR DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA PADA KELAS VIII DI SMP IT ABU BAKAR YOGYAKARTA

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Republik. demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL SISWA. DI MTs HASBULLAH KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Robiah Adawiyah, 2014 Usaha Instruktur Dalam Optimalisasi Motivasi Belajar Bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Hamzah B Uno dan Nurdin Mohammad, Belajar dengan pendekatan PAILKEM, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlm. 138.

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 1. nasional (sisdiknas), pasal 1 ayat 1. hlm. 43.

BAB I PENDAHULUAN. Jogjakarta, 2013, hlm Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Cv Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 168.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm.5

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang menata bagaimana cara berhubungan antara. mengabdi kepada Allah. Dengan mengamalkan ajaran agama, itu

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

BAB I PENDAHULUAN. Muslich, Etika Bisnis Pendekatan Substansi dan Fungsional, Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Cetakan Ke 1, 1998, hlm. 61.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PPKn OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

Jurnal Siliwangi Vol. 3. No.1, 2017 ISSN Seri Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2000, hlm 38 2 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesioanalisme

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT.

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya saat ini pendidikan anak usia dini. baik dalam aspek fisik-motorik, kognitif, bahasa, moral dan agama, sosial

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. diperlukannya sumber daya manusia yang berkualitas yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sutau proses mendidik, membina, mengendalikan, mengawasi, memengaruhi, dan mentransmisikan ilmu pengetahuan yang dilaksanakan oleh para pendidik kepada peserta didik untuk membebaskan suatu kebodohan, meningkatkan pengetahuan, dan membentuk kepribadian yang lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupan sehari hari baik bagi dirinya sendiri ataupun masyarakat. Pendidikan juga merupakan suatu usaha dan upaya para pendidik yang bekerja secara interaktif dengan para peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan serta memajukan kecerdasan dan keterampilan semua orang yang terlibat dalam sebuah pendidikan. Dengan demikian, yang dikembangkan dan ditingkatkan ilmu pengetahuan dan kecerdasan bukan hanya peserta didik, melainkan pendidik dan semua orang yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pendidikan.1 Secara sederhana pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan yang mutlak, yang haru dipenuhi sepanjang hayat. Karena tanpa adanya sebuah pendidikan sama sekali mustahil seseorang atau sebuah kelompok manusia dapat hidup hidup berkembang dan sejalan dengan citacitanya, sejahtera, dan bahagia menurut konsep dan pandang hidup mereka masing-masing. Dalam hal ini pendidikan bermakna salah satu usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik secara jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menannamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskan kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dala kehidupan dan kehidupan yang terjadi dalam suatu masyarakat, yang di dalamnya berlangsung dan terjadinya suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia dalam melestarikan hidupnya. Maka dari 1 Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2011, hlm. 22. 1

2 itulah, maka pendidkan menjadi sarana utama yang perlu dikelola, secara sistematis dan konsisten berdasarkan berbagai pandangan teoritukal dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan manusia itu sendiri. Karena manusia merupakan makhluk yang dinamis, dan bercita-cita ingin meraih sebuah kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahiriah maupun batiniah, duniawi dan ukhrawi.namun cita-cita itu tidak mungkin dicapai jika manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan kemampuanya secara optimal melalui sebuah proses pendidikan, karena proses pendidikan merupakan suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk mencapai sebuah tujuan atau cita-cita tersebut. Oleh karena itu pelaksanaan pendidikan tidak mungkin terlepas dari faktor biologis manusia, di samping faktor lingkungan sekitar, maka proses pendidikan perlu, bahkan wajib berpegang pada petunjuk-petunjuk dari para psikologi.2 Dalam sebuah pendidikan, perkembangan kemandirian dalam peserta didik merupakan sebuah masalah yang perlu diperhatikan sepanjang rentang waktu dalam kehidupan manusia. Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan fisik, yang pada giliranya dapat memicu terjadinya perubahan emosional, perubahan kognitif yang memberikan pemikiran logis tentang cara berfikir yang mendasari tingkah laku, serta perubahan nilai dalam peran sosial melalui pengassuhan orang tua dan aktivitas individu. Secara spesifik, masalah kemandirian menuntut suatu kesiapan individu, baik kesiapan fisik maupun emosional untuk mengatur, mengurus, dan melakukan aktivitas atas tanggung jawabnya sendiri tanpa banyak bergantung kepada orang lain.3 Karena pada dasarnya pembelajara yang mandiri adalah mengembangkan nilai-nilai, sikap-sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dibutuhkan dalam membuat dan mengambil sebuah keputusan dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam proses tersebut, pembelajaran dibantu dengan mencipatakan kesempatan dan pengalaman yang 2 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 2-3. Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm. 184. 3

3 mendorong motivasi belajar, keingintahuan, kepercayaan diri, konsep diri positif belajar, didasarkan pada sebuah pemahaman atas minat dan sebuah nilai-nilai mereka sendiri. Proses pembelajaran yang menekankan kemandirian belajar merupakan bagian dari proses pendidikan berkelanjutan yang mendorong lebih besar pada pertumbuhan kemampuan dan kekuatan pembelajaran dalam membuat pembelajaran lebih bermakna bagi dirinya sendiri.4 Dengan demikian kemandirian dapat diartikan suatu sikap yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi suatu permasalahan atau situasi di lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berfikir dan bertinda sendiri. Dengan adanya kemandirian, seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat berkembang dengan manatap. Untuk dapat mandiri, seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan, dan dorongan dari keluarga serta lingkungan di mana mereka berada. Kesempatan dan dukungaan dapat menjadi penguat untuk setiap perilakunya.5 Manusia selama hidupnya akan mendapat pengaruh baik dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Lingkungan seperti itu dapat dikatakan sebagai tripusat pendidikan, yang akan mempengaruhi peserta didik secara bervariasi. Seperti diketahui bahwa, peserta didik dilahirkan dalam lingkungan tertentu, yang merupakan lingkungan pendidikan terpenting sampai anak mulai masuk taman kanak-kanak ataupun sekolah. Oleh karena itu sebuah keluarga dapat dikatakan sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama.6 Telah dijelaskan dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas, peranan ketiga tripusat pendidikan itu menjiwai berbagai ketentuan di dalamnya. Pasal 1 Ayat 3 menetapkan bahwa Sisdiknas adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua kesatuan dan kegiatan pendidikan yang 4 Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011, hlm. 145. Eti Nurhayati, Bimbingan Kkonseling dan Psikoterapi Inovatif, Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2011, hlm. 56. 6 Umar Tirtarahardja, La Sula, Pengantar Pendidikan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 162. 5

4 berkaitan satu dengan lainya. Untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan Nasional. Pasal selanjutnya, menetapkan tentang dua jalur pendidikan yakni jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah (meliputi keluarga, kelompok belajar, kursus, dan sebagainya). Sedangkan penjelasan UU No 2 Tahun 1989 itu menetapkan tentang tanggung jawab bersama antara kelurga, masyarakat, dan pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu, kajian tentang peranan dan fungsi setiap pendidikan tersebut sangatlah penting, karena akan memberikan wawasan yang tepat serta pemahamaan yang luas dan menyeluruh tentang lingkup dan upaya pendidikan.7 Manusia memiliki sejumplah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkunganya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial manusia secara efisien dan efektif itulah yang disebut dengan pendidikan. Dan latar tempat berlangsungnya pendidikan itulah yang disebut lingkungan pendidikan, khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Seperti diketahui, lingkungan pendidikan pertama dan utama adalah keluarga. Semakin bertambahnya usia manusia, peranan lingkungan juga semakin penting meskipun pengaruh lingkungan keluarga masih tetap berlanjut.8 Karena jika dilihat dari fungsi lingkungan pendidikan secara umum adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya adalah berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal. Penataan lingkungan itu dimaksudkan agar proses pendidikan dapat berkembang efisien dan efektif. Sepeerti diketahui, proses pertumbuhan dan perkembangan manusia sebagai akibat interaksi dengan lingkunganya akan berlangsung secara ilmiah dengan konsekuensi bahwa tumbuh kembang itu mungkin berlangsung lambat dan menyimpang dari tujuan pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan berbagai usaha sadar untuk mengatur dan mengendalikan 7 Umar Tirtarahardja, La Sula. Loc. Cit. Ibid., hlm. 163. 8

5 lingkungan dengan sedemikian rupa agar dapat diperoleh peluang pencapaian tujuan pendidikan secara optimal, dan dalam waktu yang seminimal mungkin.9 Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar merupakan perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensian terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar timbul karena faktir intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan sebuah cita-citanya. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus tetap diingat bahwa kedua faktor tersebut disebabkan adanya rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.10 Persoalan motivasi ini, dapat juga dikaitkan dengan persoalan minat. Minat diartikan sebagai sesuatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat situasi yang dihubungkan dengan keinginan atau kebutuhanya sendiri. Kemudian hubunganya dengan kegiatan belajar adalah bagaimana cara menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan peserta didik dalam melakukan aktivitas belajarnya. Memberikan motivasi kepada peserta didik, berarti mrnggerakan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.11 Dalam suatu proses belajar, motivasi sangatlah diperlukan, sebab seseorang yang tidak memiliki motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan suatu aktivitas belajar. Penggunaan bentuk-bentuk motivasi ini sangatlah diperlukan, karena motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong peserta didik untuk semngat dalam belajar. Dalam hal pembelajaran motivasi mempunyai peranan yang sangat strategis dalam aktivitas seseorang. Karena sesunggunya tidak ada seseorang belajar tanpa didasari motivasi.12 9 Ibid., hlm. 164. Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukuranya, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hlm. 10 23. 11 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 77. 12 Haryu Islamudin, Psikologi Pendidikan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2012, hlm. 263.

6 Motivasi dalam belajar sangatlah penting, bahkan dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan syarat mutlak dalam belajar. Di sekolah sering kali terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos, dan sebagainya. Dalam hal demikian, berarti seorang pendidik tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong peserta didik. Dalam hubungan ini, perlu diingat bahwa nilai buruk pada suatu mata pelajaran bukan berarti peserta didik tersebut bodoh terhadap mata pelajaran tersebut, bisa jadi hal tersebut karena seorang pendidik yang kurang mampu memotivasi peserta didiknya. Bahkan selama ini, bakat peserta didik tidak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang memperoleh motivasi yang tepat, maka terciptalah pembelajaran yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang telah direncanakan sesuai tujuan.13 Berdasarkan wawancara terhadap salah satu pendidik di SD Negeri I Tanjung Karang Kecamatan Jati Kabupaten Kudus diperoleh sebuah kesimpulan bahwa kemandirian dan lingkungan juga merupakan suatu hal yang penting dalam mengembangkan motivasi belajar sorang peserta didik. Hubungan antara kemandirian dan lingkungan, belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidkan Agama Islam adalah merupakan upaya meningkatkan motivasi belajar peserta didik agar dapat menjadi anak yang berkualitas dan berahlak.14 Berdasarkan pengamatan, penulis memelih SD Negeri 1 Tanjung Karang Kecamatan Jati Kabupaten Kudus sebagai lokasi penelitian, karena di SD tersebut terdapat pembelajaran yang di dalamnya mengajarkan tentang kemandirian dan didukung dengan lingkungan belajar yang menyenangkan sehingga siswa secara otomatis akan menumbuhkan motivasi dalam belajarnya. Dari beberapa paparan di atas penulis ingin mencoba mengetahui lebih mendalam tentang Pengaruh Kemandirian Dan Lingkungan Belajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan 13 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hlm. 60. 14 Hasin Maulana, SD Negeri 1 Tanjung Karang, 15 Desember 2015.

7 Agama Islam Di SD Negeri 1 Tanjung Karang Kecamatan Jati Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh kemandirian terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 1 Tanjung Karang Kecamatan Jati Kabupaten Kudus tahun pelajaran 2015/2016? 2. Bagaimana pengaruh lingkungan belajar terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 1 Tanjung Karang Kecamatan Jati Kabupaten Kudus tahun pelajaran 2015/2016? 3. Bagaimana pengaruh kemandirian dan lingkungan belajar terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 1 Tanjung Karang Kecamatan Jati Kabupaten Kudus tahun pelajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Dalam pembahasan proposal ini, tujuan yang ingin dicapai penulis adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh kemandirian terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 1 Tanjung Karang Kecamatan Jati Kabupaten Kudus tahun pelajaran 2015/2016. 2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan belajar terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 1 Tanjung Karang Kecamatan Jati Kabupaten Kudus tahun pelajaran 2015/2016. 3. Untuk mengetahui pengaruh antara kemandirian dan lingkungan belajar terhadap motivassi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 1 Tanjung Karang Kecamatan Jati Kabupaten Kudus tahun pelajaran 2015/2016.

8 D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Menambah kajian keilmuan dalam bidang pendidikan yang berkaitan dengan pengaruh antara kemandirian dan lingkungan belajar terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 2. Secara Praktis : a. Bagi Sekolah Dasar Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pengaruh kemandirian dan lingkungan belajar terhadap motivasi belajar siswa Sekolah Dasar. b. Bagi Pendidik Memberikan informasi dan membantu mengidentifikasi kemandirian dan lingkungan belajar terhadap motivasi belajar siswa untuk jenjang Sekolah Dasar. c. Bagi Penenliti Dapat menambah pengetahuan penulis dan penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga yang dapat dijadikan sebagai bekal bagi peneliti. d. Bagi Kalangan Umum Penelitian ini diharapkan mampu memberikan perbandingan dan tambahan wacana dalam bidang pendidikan.

9 E. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk lebih memudahkan dalam memahami, penulis akan menjabarkan sistematika penulisan sebagai berikut : 1. Bagian Muka Pada bagian muka memuat halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman pernyataan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, halaman daftar isi dan abstrak. 2. Bagian Isi Pada bagian isi terdiri dari 5 (lima) bab, meliputi: Bab I: Pendahuluan, memuat tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab II: Kemandirian dan lingkungan belajar terhadap motivasi belajar memuat tentang: kemandirian belajar, lingkungan belajar, motivasi belajar, penelitian terdahulu dan kerangka berpikir. Bab III: Metode penelitian, memuat tentang: jenis dan pendekatan penelitian, populasi dan sempel, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas instrumen, dan teknis analisi data. Bab IV: Hasil penelitian dan pembahasan, meliputi: kajian historis, letak geografis, visi, misi, dan tujuan, keadaan guru dan tenaga kependidikan, dan struktur organisasi, uji validitas dan reliabilitas, meliputi: hasil uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik, meliputi: uji multikolinieritas, normalitas, autokorelasi, dan heteroskedasitas analisis data, dan pembahasan meliputi: pengaruh kemandirian belajar terhadap motivasi belajar, pengaruh lingkungan belajar terhadap motivasi belajar, dan pengaruh kemandirian dan lingkungan belajar terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 1 tanjung karang kecamatan jati kabupaten kudus tahun pelajaran 2015/2016

10 Bab V: Penutup, yang berisi simpulan, saran-saran dan penutup. 3. Bagian Akhir Terdiri dari daftar pustaka, daftar riwayat pendidikan dan lampiranlampiran.