BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

03FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB I PENDAHULUAN. hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia kaya keragaman budaya. Keragaman budaya yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

MENGEMBANGKAN KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Dr. Agus Mulyana, M.Hum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dihadirkan mempunyai tujuaan dan manfaat di samping menyampaikan buah

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang,

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Violeta Inayah Pama, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang unik pula. Selain itu, di setiap daerah tersebut memiliki suatu cerita atau

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Drs. Suprijatna

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lisan yang telah lama ada,lahir dan muncul dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

I. PENDAHULUAN. terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA

PERSEPSI MASYARAKAT DESA MERDEKA KECAMATAN MERDEKA KABUPATEN KARO TERHADAP CERITA RAKYAT KARO BEGU GANJANG KAJIAN RESEPSI SASTRA.

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Sumatera dan Suku Mandailing adalah salah satu sub suku Batak

Kemampuan Siswa Kelas VII A SMP Negeri 11 Kota Jambi dalam Mengidentifikasi Tema Amanat, dan Latar Cerita Rakyat. Oleh: Desi Nurmawati A1B109078

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. antaranya yaitu: Asparaga, Batuda a, Batuda a Pantai, Bilato, Biluhu, Boliyohuto,

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. emosional (Nurgiyantoro: 2007:2). Al-Ma ruf (2010:3) berpendapat bahwa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Katalog Profil Daerah Kota Padang (2012: 8) keadaan topografi wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi lokal ini sering disebut dengan kebudayaan lokal (local culture), yang

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

BAB I PENDAHULUAN. ungkapannya (Sudjiman, 1990:71). Sastra juga dapat digunakan oleh semua yang

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Malinowyki mengemukakan bahwa cultural determinan berarti segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan negara berkembang lainnya, yaitu terdiri dari banyak. suku, adat, kebiasaan, dan budaya yang sangat beragam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Gayo adalah kesenian Didong. Kata didong mendekati pengertian dendang adalah

CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih berkisar pada sastra lisan saja. Sastra itu sebagian tersimpan didalam ingatan orang-orang yang mempunyai keahlian khusus dalam menceritakan sastra tersebut, yang jumlahnya semakin berkurang karena dimakan usia. Sastra sebagian lisan merupakan bagian dari folklor. Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun-temurun diantara macam kolektif apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda-beda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh-contoh yang disertai dengan gerak, isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device), (Danandjaya. 1991: 2) Folklor sebagian lisan, boleh dinyatakan folklor campuran. Di dalamnya ada yang berupa lisan (verbal) dan bukan lisan (gerak, materal). Karena itu, teori penelitian yang digunakanpun sebenarnya fleksibel. Sastra tidak dapat dilepaskan dari budaya karena sastra merupakan suatu fenomena yang hidup berkembang dalam bermasyarakat. Untuk kebudayaan yang secara universal meliputi: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan, dan tekhnologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian, (Koentjaranigrat, 980 : 217). Kepercayaan rakyat, atau yang sering disebut takhyul adalah tidak berdasarkan logika sehingga secara ilmiah tidak dapat dipertanggungjawabkan. Berhubung kata takhyul mengandung arti merendahkan dan

menghina, maka folklor modern lebih mempergunakan istilah kepercayaan rakyat (folk belief). Dalam kehidupan masyarakat Batak kata takhyul ini sering diartikan dengan kata-kata larangan yang disebut dengan hata tongka. Kebiasaan kebiasaan masyarakat Batak Toba adalah dengan memakai hata tongka di dalam mengucapkan sebuah larangan yang seharusnya tidak diucapkan dan dilakukan. Dapat dinyatakan bahwa kebudayaan meliputi segala bentuk tingkah laku, karya manusia, pikiran dan cita-citanya yang dipelajari dan diteruskan dari generasi ke generasi lainya. Meskipun terdapat kemampuan kreasi kebudayaan di zaman modern ini, namun tidak dapat disangkal bahwa kebudayaan sekarang ini mempunyai koherensi yang padu dengan kebudayaan yang leluhur masyarakat pemilik suatu kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan pada satu sisi dapat dilihat sebagai suatu penyelesaian kelompok atas berbagai persoalan hidup manusia yang pola pada hubungan manusia yang satu dengan yang lain, dan manusia pada lingkungannya. Penerusan pola dapat diungkapkan dengan berbagai cara atau sistem transformasi budaya yang vertikal yang dapat dilaksanakan melalui sastra sebagian lisan. Suku-suku di Indonesia pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri termasuk suku Batak yang mendiami daerah Sumatera Utara. Nilai budaya yang dimaksud dipandang suatu sistem yang hidup dan dianut oleh masyarakat. Dalam masyarakat yang sedang membangun seperti halnya Indonesia saat ini, berbagai bentuk Sastra Daerah itu tidak mustahil akan terabaikan dan mungkin lama kelamaan akan hilang tanpa bekas. Diakui bahwa ada diantara Sastra Daerah itu tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat sekarang ini. Namun banyak diantara Sastra Daerah itu banyak mengandung ide-ide yang sangat besar, buah pikiran

yang luhur, pengalaman jiwa yang berharga dan sebagainya. Semuanya itu masih dapat dimanfaatkan pada masa sekarang dan pada masa yang akan datang. Karya sastra dapat berguna karena memancarkan pengalaman jiwa yang tinggi, hebat, agung sehingga dapat bermanfaat dalam memberikan pengalaman jiwa kepada penikmatnya. Dalam kaitan ini, kita dapat berkiblat pada pendapat Brunvand ( Suwardi Endaswara, 2009 : 20) yang memberikan ciri folklor sebagai berikut : a. bersifat lisan ( oral ) b. bersifat tradisional c. keberadaanya sering memiliki varian atau versi d. selalu anonim e. cendrung memiliki formula atau rumus yang jelas Ciri-ciri tersebut menandakan bahwa folklor memang sebuah budaya asli. Namun, perlu diresapi bahwa ciri tersebut seringkali juga untuk menjebak. Maksudnya, jika hanya berpegang pada aspek lisan. Adapun ciri-ciri pengenal utama folklor menurut Danandjaya (1991:3) yaitu: a. Penyebaran dan pewarisanya biasanya secara lisan, yakni disebarkan melalui tutur kata dari mulut (atau dengan suatu contoh yang disertai dengan gerak,/isyarat, dan alat pembantu pengingat) dari suatu generasi ke generasi selanjutnya. b. Folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar. Disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama. c. Folklor ada (exist) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh cara penyebaranya dari mulut ke mulut (lisan), biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman, sehingga oleh proses lupa diri manusia atau proses interpolasi (penambahan atau pengisisn unsurunsur baru pada bahan folklor degan mudah dapat mengalami perubahan. d. Folklor bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi e. Folklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola f. Folklor biasanya mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu kolektif. g. Folklor bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri pengenal ini terutana berlaku bagi foklor lisan dan sebagian lisan. h. Folklor menjadi milik bersama (collective) dari kolektif tertentu. Hal ini sudah tentu diakibatkan karena penciptanya yang pertama sudah tidak

diketahui lagi, sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya. Sebagian kekayaan sastra berlandaskan ciri-ciri folklor yang disebutkan diatas, sastra daerah khususnya kepercayaan rakyat tak hanya berfungsi sebagai alat hiburan belaka, melainkan juga dapat menjadi alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, proyeksi keinginan terpendam, dan alat untuk memelihara atau menurunkan buah pikiran suatu suku atau bangsa pemilik sastra itu. Dalam kaitan itu, amat mungkin penelitian folklor dalam rangka menggali budaya nusantara sebagai lambang kebudayaan nasional. Menggali folklor Nusantara dapat dimanfaatkan sebagai upaya menemukan nilai-nilai pemersatu budaya bangsa. Keinginan semacam ini pun boleh-boleh saja. Hal ini dilandasi asumsi bahwa kebudayaan nasional Indonesia sudah mempunyai aspek kebudayaan yang dapat mempengaruhi perilaku bangsa Indonesia yakni, aspek tata kelakuan. Suatu kebudayaan dapat dilestarikan dengan menghubungkan dengan karya sastra. Kebudayaan suatu suku bangsa dapat dilihat dari segi kesusastraanya, sebab sastra merupakan bagian dari kebudayaan. Hal ini berkaitan dengan karya sastra sebagai penuangan ekspresi jiwa. Sastra mampu juga sebagai wadah penyampaian, penuangan ide-ide pengarang mengenai kehidupan manusia. Karya sastra tersebut diciptakan berdasarkan kenyataan sosial selanjutya dituangkan dalam pemakaian bahasa-bahasa yang indah. Dari sekian pola atau sistem yang hidup dan berlangsung adalah sastra. Sastra yang trampil kepermukaan adalah untuk mengisi pranata lainya. Sastra memiliki nilai budaya yang tercermin dalam pemberian arti berbagai jenis perilaku atau tindakan antar individu maupun golongan. Karya sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya, dengan segala kelebihannya. Melalui bahasa dapat ditampung semua pernyataan kegiatan

manusia, misalnya berusaha untuk memahami diri sendiri, orang lain, dan kemudian menggunakan bahasa untuk menghasilkan sebuah pemikiran. Karya sastra bukan hanya mengungkapkan kenyataan saja, melainkan juga nilai-nilai yang lebih tinggi atau lebih agung dari sekedar kenyataan hidup, misalnya menceritakan tentang keagungan atau kebesaran Tuhan. Karya sastra itu sendiri bukanlah semata-mata tiruan hidup, tetapi merupakan merupakan penafsiran tentang alam dan kehidupan Folklor sebagian Batak Toba misalnya, sastra daerah sebagian lisan daerah Batak Toba yang kalau dilihat dari isi dan kegunaanya sangat bermanfaat bagi masyarakat. Tapi sangat disayangkan sekali bahwa sastra sebagian lisan yang terdapat di daerah Batak Toba hampir punah, bukan hanya itu saja faktor penyebab punahnya sastra sebagian lisan diantaranaya adalah masyarakat yang menceritakanya hanya orang-orang yang sudah tua usianya dan jumlahnya sangat sedikit. Ada juga yang beranggapan bahwa sastra sebagian lisan itu tidak perlu dikembangkan lagi karena zaman semakin berkembang. Hal ini disebabkan oleh adanya anggapan bahwa segala sesuatunya yang tidak modern, apalagi yang bersifat pribumi, termasuk sastra sebagian lisan dan sastra lama kurang mendapat perhatian. Diakui bahwa ada diantara sastra daerah itu yang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat sekarang ini. Namun banyak diantara sastra daerah itu yang mengandung ide yang besar, buah pikiran yang luhur, pengalaman jiwa yang berharga, dan sebagainya. Semuanya itu masih dimanfaatkan pada masa sekarang dan pada masa yang akan datang. Karya sastra dapat berguna karena memancarkan pengalaman jiwa kepada penikmatnya. Dengam demikian fungsi karya sastra adalah menyenangkan dan berguna (Badrun,1983:20). Harus kita ketahui juga bahwa fungsi tersebut tergantng pada manusia dan masyarakat. Oleh sebab itu, dalam

menentukan fungsi karya sastra adalah tergantung dari sikap kita dalam menempatkan karya sastra sebagai karya imajinatif. Latar belakang takhyul dapat bertahan terus sampai saat ini, dapat diberikan contoh sebagai berikut : Disebabkan oleh cara berfikir yang salah, prelideksi (kegemaran) serta psikologi umat manusia untuk percaya kepada yang gaib-gaib ritus peralihan hidup, teori keadaan dapat hidup terus (survival), perasaan ketidaktentuan, akan tujuan yang sangat didambakan, ketakutan akan hal-hal yang tidak normal atau penuh resiko dan takut akan kematian pemodernisasian takhyul, serta pengaruh kepercayaan bahwa tenaga gaib dapat tetap hidup berdampingan dengan ilmu pengetahuan dan agama. Brunvand (dalam Danandjaya 1968:191). Jika kita meninjau suatu masyarakat, maka akan terlihatlah pada kita di dalam masyarakat tersebut terdapat kelompok-kelompok manusia yang dari individu-individu sebagai anggota masyarakat, yang mana sudah tentu tiap individu itu akan saling berhubungan satu sama lainya. Dengan mengetahui struktur sosial dari suatu masyarakat, maka dapat pula kita ketahui organisasi masyarakat yang berlaku di dalam suatu masyarakat pula. Baik organisasi masyarakat tersebut maupun struktur sosial dari suatu suku bangsa akan berlangsung hidup tidak berobah, sedangkan individu yang bergerak didalamnya sudah tentu akan berubah dan berganti. Hubunganya dengan budaya sangat berkaitan erat karena sebagian dari kebudayaan yang tercermin di dalam kehidupan masyarakat Batak yang menghargai dasar filsafatnya. Sejarah kebudayaan dan pergolakan suku bangsa Batak, jelas sekali termasuk salah satu bagian daripada sejarah kebudayaan dan pergolakan bangsa Indonesia. Tetapi sayang dewasa ini sejarah dan kebudayaan daripada masing-masing suku bangsa Indonesia, masih banyak lagi yang belum dapat diterapkan satu sama lain, karena belum

tergali atau tersusun, diantaranya selain karena akibat politik kolonialisme Belanda dulu, juga karena akibat revolusi kemerdekaan Indonesia pada masa-masa yang lalu. Sejarah kebudayaan dan pergolakan masing-masing suku bangsa Indonesia, memang mempunyai titik-titik perbedaan juga sesuai dengan asal usulnya, situasi dan kondisi yang dialami dan dilaluinya dalam peredaran zaman beberapa abad yang telah lampau. Sistem sosial pada masyarakat Batak di desa Gorat Pallombuan berdasarkan perundang-undangan formal seperti yang telah tercantum dalam Pancasila dan Undang- Undang Dasar1945 dan juga masyarakat Batak di desa Gorat Pallombuan tentang hukumhukum yang ada dalam agama serta adat istiadat yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Batak Toba. Sistem sosial yang sesuai dengan perundang-undangan digunakan pada masyarakat Batak di desa Gorat Pallombuan, setelah Indonesia menjadi sebuah Negara yang merdeka dari penjajah pada tanggal 17 Agustus 1945. Oleh karena itu, masyarakat Batak Toba khususnya di desa Gorat Pallombuan, berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, bahwa sosial dan budaya masih ada dan masih sampai sekarang. Manakala sistem sosial budaya dari satu masyarakat mempunyai identitas tersendiri, yang meliputi : a. Sistem pemerintahan b. Sistem kepercayaan dan agama c. Sistem kekerabatan d. Sistem adat istiadat 1.2 Rumusan Masalah Masalah merupakan suatu bentuk keterangan yang memerlukan suatu jawaban, penyelesaian atau pemecahan. Bentuk perumusan masalah biasanya berupa kalimat

pertanyaan atau kalimat yang kiatnya menarik atau mengugah perhatian. Rumusan pokok permasalahan sebenarnya merupakan batasan-batasan dari ruang lingkup topik yang diteliti. Adapun masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah: 1. Jenis-jenis hata tongka pada masyarakat Batak Toba 2. Fungsi hata tongka pada masyarakat Batak Toba 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui jenis-jenis hata tongka pada masyarakat Batak Toba 2. Untuk mengetahui fungsi hata tongka pada masyarakat Batak Toba 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menambah informasi kepada pembaca tentang salah satu sastra sebagian lisan yang terdapat di Samosir 2. Sebagai alternatife dalam menyampaikan ajaran-ajaran moral yang sekarang ini sudah semakin menipis 3. Mengetahui adanya hata tongka (takhyul) di Samosir 4. Untuk menambah wawasan, khususnya mengenai kebudayaan pada masyarakat Batak Toba di Samosir.

5. Mengajak segenap lapisan masyarakat Batak Toba untuk tetap sadar bahwa suatu saat sastra daerah itu akan punah jika tidak ada kesadaran untuk melestarikanya. 6. Bagi generasi muda khususnya suku Batak Toba, penelitian ini untuk menggungah hati mereka dalam pengenalan kembali tentang hata tongka sebagai suatu kebudayaan. 7. Bagi masyarakat awam (masyarakat yang kurang/tidak mengetahui adat suku batak Toba) dengan adanya penelitian ini maka akan tertarik untuk mengenal hata tongka pada masyarakat Batak Toba lebih dalam. 1.5 Anggapan Dasar Anggapan Dasar ini merupakan titik tolak pemikiran untuk penyelidikan tertentu yang sebenarnya dapat diterima tanpa perlu dibuktikan lagi ( Anwarsyah, 1993). Anggapan dasar atau asumsi merupakan pokok pikiran yang menjadi landasan atau yang dijadikan titik tolak dalam mendekati masalah. Landasan ini perlu ditegakkan agar mempunyai dasar yang pokok untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai hal yang diinginkan bagi masyarakat maupun suku-suku lain. Salah satu pelaksanaan atau kebiasaan yang dilakukan masyarakat Batak Toba dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan menggunakan hata tongka (kata larangan) khususnya masyarakat Samosir.