BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

dokumen-dokumen yang mirip
Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah. satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan McMullin (1992) (dikutip dalam Siahaan, 2009: 47) mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam reaksi oleh lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi karena lesbian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sepeda, sepeda motor, becak, mobil dan lain-lain. Dari banyak

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu

COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. seksual kepada sesama jenisnya, disebut gay bila laki-laki dan lesbian bila

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam

CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE. pada penulisan skripsi ini. Teori yang ada pada bab ini adalah teori teori yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. penerima pesan atau yang biasa disebut dengan komunikan.manusia merupakan

I. PENDAHULUAN. yang dinyatakan oleh Aristoteles bahwa manusia yang hidup bersama dalam

BAB I PENDAHULUAN. hal ini dibuktikan dengan data yang didapatkan, dimana menurut survey yang

PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. pengarang mengenai berbagai hal. Hal-hal tersebut dapat berupa hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

I. PENDAHULUAN. dalam Hassan Shadily (1984:56) manusia adalah Zoon. mencari teman untuk hidup bersama. seperti yang diungkapkan oleh Hassan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bijaksana. Seiring dengan bergulirnya waktu, kini bermilyar-milyar manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. gambaran harga diri (self esteem) remaja yang telah melakukan seks di luar nikah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan oleh sang pencipta memiliki naluri dan hasrat atau

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis.

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan maka. kesimpulan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa tidak hanya dilihat dari aspek fisik

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pasangan muda yang usianya masih dibawah 15 tahun. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koeswinarno (2004: 7-8) dalam bukunya Hidup Sebagai. layaknya perempuan. Orang-orang yang berperilaku menyimpang dari

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam proses berkehidupan suatu kelompok masyarakat, dalam hal ini di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyesuaian diri manusia. Pada saat manusia belum dapat menyesuaikan diri

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era globalisasi telah mendorong timbulnya komunitas baru yakni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. survey BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja kota medan sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia yang mengglobal ini, media massa telah menjadi alat

KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi salah satu ruang penting penunjang terjadinya interaksi sosial

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal dan keberadaannya disadari sebagai sebuah realita di dalam masyarakat dan menimbulkan berbagai macam reaksi oleh lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi karena lesbi (perilaku homoseksual pada perempuan) secara umum masih dianggap sebagai perilaku seksual yang menyimpang. Penolakan dan marginalitas dari lingkungan sekitar dan lingkup luas membuat kaum lesbi terhimpit rasa takut, ragu, bahkan malu untuk menunjukkan identitas seksual mereka yang sebenarnya sahingga hal ini menjadi penghambat bagi mereka untuk berkomunikasi dalam interaksi sehari- hari. Perbedaan persepsi mengenai kewajaran hasrat seksual serta pola hidup antara masyarakat umum dengan kaum lesbi membuat jarak pemisah akan sebuah keberadaan dan pengakuan menjadi nyata dan tidak terpungkiri. Hal ini wajar saja terjadi mengingat masyarakat pada umumnya memiliki pandangan bahwa kaum lesbi adalah orang- orang berdosa dan tidak lazim. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menganggap kaum homoseksual dan lesbi sebagai penyimpangan seksual yang belum berlaku secara umum dan belum dapat diterima oleh masyarakat (Puspitorini dan Pujileksono, 2005:44).

Masyarakat secara umum memiliki persepsi kuat mengenai seksualitas tradisional dengan struktur yang sangat kaku di tengah masyarakat, seperti adanya kultur keperawanan, konsep aurat, perkawinan, paham-paham kepantasan pergaulan lelaki dan perempuan, larangan terhadap seks di luar nikah, incest dan juga homoseksualitas. Semua pola pikir itu berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan dan diinginkan oleh kaum lesbi sehingga pada akhirnya kaum lesbi memiliki dua pilihan di dalam hidupnya yakni berani membuka diri atau tetap menutup diri terhadap keluarga serta masyarakat tentang pilihan hidupnya. Seiring dengan perkembangan jaman dan perubahan pola hidup masyarakat terhadap kaum yang memiliki rasa tertarik dengan sejenis seperti lesbian mulai terbuka dan mengakui akan hasrat seksual mereka yang mungkin berbeda dengan orang lain di sekitarnya. Tetapi keterbukaan dan pengakuan dari kaum lesbi ini tidak terjadi begitu saja dan dibutuhkan proses yang panjang dan berliku hingga masyarakat dapat menerima keberadaan mereka secara perlahan. Penerimaan keberadaan kaum lesbian dan transseksual dalam masyarakat masih dianggap tabu/ tidak normal dikarenakan negara ini mengajarkan tentang nilai heteronormatif yang mengasumsikan bahwa heteroseksualitas merupakan satu- satunya norma yang normal dan juga pantas berperan penting dalam pembentukan Negara. Nilai heteronormatif inilah yang membuat kaum homoseksual dan lesbi biasanya tertutup dan enggan menonjolkan diri atau terbuka kepada masyarakat. Kaum lesbi cenderung lebih tertutup, akibatnya lesbian kurang begitu dikenal dan dipahami dibanding laki- laki homoseksual.

Sehingga banyak masyarakat yang menolak keberadaan kaum lesbi dan menganggap tabu pola pikir dan tatanan seksual mereka. Proses pengakuan dan pengukuhan diri agar diterima oleh masyarakat sebagai lesbi dilakukan oleh para wanita dengan gaya feminin dan maskulin ini dengan berbagai cara. Salah satunya dengan membentuk organisasi yang diharapkan dapat menjadi jembatan efektif untuk berkomunikasi dengan masyarakat pada umumnya terlebih yang menilai kaum lesbi adalah kaum yang harus dijauhi karena menyimpang dari faidah norma kesusilaan. Setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma akan disebut sebagai perilaku menyimpang dan setiap perilaku yang melakukan penyimpangan akan digambarkan sebagai penyimpangan (deviant). Secara sosiologis penyimpangan terjadi karena seseorang memainkan peranan sosial yang menunjukkan perilaku menyimpang. Cara orang memainkan peran sosial menyimpang membentuk proses menjadi penyimpangan. Penyimpangan ini dapat dininai dengan memahami cara seseorang mengadaptasi peran menyimpang perlu diteliti keadaan sosial manusia yang mencakup identifikasi diri para penyimpang dan proses sosialisasinya. Keyakinannya bahwa penyimpang berbeda secara alamiah dengan orang pada umumnya adalah keyakinan yang tidak benar. Semua perilaku menyimpang adalah perilaku manusia dan proses dasar yang menghasilkannya juga berlaku bagi para penyimpang maupun normal. Penyimpangan sosial yaitu situasi ketika masyarakat menganggap orang dan perilaku tertentu dianggap melanggar aturan dan konvensi sosial yang ada,

Sosiologi mempelajari perilaku menyimpang dalam rangka mencari dasar- dasar bagi keteraturan dan ketidakteraturan sosial sehingga dapat menetapkan batasan dan peraturan apa yang akan diteliti namun pada kenyataannya penyimpangan sosial terdapat dalam kehidupan sosial sehari- hari. Tidak ada perbedaan mendasar yang membedakan perilaku menyimpang dari perilaku normal tanpa mengacu pada norma dan oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penyimpangan bersifat relatif. Relativitas penyimpangan berarti bahwa suatu perilaku tersebut dianggap tidak menyimpang pada waktu dan situasi yang berbeda. Penyimpangan adalah ambigu dan manusia harus hidup dengan norma yang berubah, harapan atau norma yang mengatur perilaku juga berubah dan aplikasinya di dalam kehidupan juga harus berubah. Perilaku menyimpang ada banyak jenisnya dan secara generalisasi atas ciri perilaku menyimpang harus digunakan untuk membedakan perilaku yang satu dengan lainnya. Penyimpangan merupakan peran perilaku bagi seseorang, sebagaimana juga dengan peran sosial, norma menjadi avuan bagi peran menyimpang seseorang yang harus disosialisasikan. Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses kehidupan masyarakat, baik dengan keluarga, teman sebaya, sekolah maupun media massa. Unsur- unsur pengertian sosialisasi adalah, sosialisasi merupakan cara belajar atau suatu proses akomodasi, dan yang dipelajari adalah nilai- nilai dan norma, ide

atau gagasan, pola- pola tingkah laku dan adat istiadat serta keseluruhan yaitu di wujudkan dalam kepribadiannya (Farida Hanum, 2006:25). Cara belajar atau suatu proses akomodasi, dan yang dipelajari adalah nilainilai dan norma, ide atau gagasan, pola- pola tingkah laku dan adat istiadat merupakan segala aspek dari proses kehidupan manusia yang berhubungan erat dengan sosialisasi menyangkut keberhasilan ataupun kegagalan sosialisasi. Selain sosialisasi sebagai proses belajar individu dalam kehidupan bermasyarakat, kehidupan ini berpedoman pula pada norma- norma. Norma merupakan kaidah, pokok, kadar atau patokan yang di terima secara utuh oleh masyarakat guna mengatur kehidupan dan tingkah laku sehari- hari, agar hidup ini terasa nyaman dan menyenangkan (Kartini Kartono, 2007:14). Pengaruh tingkat kedekatan tidak bisa diukur dengan adanya kedekatan geografis terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok seperti membentuk kelompok bermain dengan orang- orang di sekitar kita serta bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu- individu yang saling berinteraksi, semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi sehingga kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan.

Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik tetapi juga kesamaan di antara anggota- anggotanya dan orang lebih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, atau karakter- karakter personal lain. Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk kelompok sosial yang disebut keluarga. Indonesia mempunyai bebrapa tipe keluarga baik yang dianggap normal maupun yang menyimpang dengan norma di masyarakat dan salah satu tipe keluarga yang dianggap menyimpang adalah tipe keluarga lesbi. Salah satu penyebab seseorang yang menjadi lesbian adalah karena faktor biologis, hal ini terjadi karena sejak lahir ia memiliki kelainan pada susunan syaraf otak dan memiliki kelainan genetik atau hormonal yang mengakibatkan memiliki kecenderungan untuk tertarik terhadap sesama jenis atau sejenis. Sementara itu, ada pula seseorang menjadi lesbian disebabkan oleh faktor psikologis yang mengalami penyimpangan karena pernah mencoba- coba melakukan seks sejenis dengan temannya. Para sosiolog memandang beberapa pentingnya pengetahuan tentang proses sosial, mengingat bahwa pengetahuan perihal struktur masyarakat saja belum cukup untuk memperoleh gambaran yang nyata mengenai kehidupan bersama manusia. Sosiologi mempelajari transaksi- transaksi sosial yang

mencakup usaha- usaha bekerja sama antar para pihak, karena semua kegiatankegiatan manusia didasarkan pada gotong- royong (Tamotsu Shibutani, 1986: 5). Interaksi sosial antara kelompok- kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota- anggotamya dan interaksi sosial secara kelompok- kelompok sosial tersebut tidak bersifat pribadi. Interaksi sosial antar kelompok- kelompok manusia terjadi pula dalam masyarakat. Interaksi tersebut lebih mencolok manakala terjadi perbenturan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok (Gillin, 1954:489). Pada umumnya, individu dalam interaksinya dengan individu atau kelompok lain dalam mencapai tujuan tertentu menyesuaikan dengan normanorma yang berlaku. Sebaliknya ada individu atau kelompok dalam mencapai tujuannya tidak dapat menyesuaikan norma yang berlaku di sebut deviasi. Perilaku- perilaku yang melanggar norma dan nilai disebut sebagai perilaku menyimpang. Deviasi atau penyimpangan diartikan sebagai tingkah laku yang menyimpang dari tendensi sentral atau ciri- ciri karakteristik rata- rata dari rakyat kebanyakan populasi (Kartini Kartono, 2007:11). Lesbi dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Menurut perspektif perilaku menyimpang, masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dan berbagai aturan- aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Seperti halnya keberadaan kaum lesbi, sampai saat ini masyarakat masih belum bisa menerima

keadaan tersebut. Alasan apapun yang menyataan bahwa seorang lesbian masih saja di tolak oleh masyarakat umum, karena menyukai sesama jenis adalah hal yang tidak wajar dan melanggar agama (Soerjono Soekanto, 1990:381). Banyaknya alasan yang menyebabkan seseorang menjadi lesbi, alasan biologis dan psikologis maupun lingkungan di sekitar. Komposisi gen, sifat kelaki- lakian, dan pengaruh lingkungan yang menjadikan seorang perempuan menyukai sesama jenisnya. Kecenderungan untuk menyukai sesama jenisnya dapat dirasakan mulai dari remaja bahkan dewasa atau sampai tua nantinya. Fenomena lain terjadi pada remaja lesbi, mereka lebih bisa menerima kelainan yang ada di diri mereka karena mereka lebih aktif mencari jaringan atau komunitas- komunitas yang sebagian besar kaumnya sebagai seorang lesbi semua sehingga mereka dapat menyukai sesama jenis. Salah satu bukti yang belum bisa diterima masyarakat dengan keberadaan kaum lesbi adalah tentang adanya pernikahan sesama jenis yang dilakukan di luar negeri yaitu salah satunya adalah Amerika dan Belanda. Selain itu pasangan lesbi adalah pasangan yang dianggap menjijikkan dan mencari kepuasan seks semata. Fenomena- fenomena kaum lesbian sudah banyak di temukan dan sudah terbukti dengan adanya komunitas lesbi Kota Klaten Jawa Tengah. Berdasarkan survey yang dilakukan peneliti pada bulan Mei 2012 di Kota Klaten terdapat banyak tempat- tempat hiburan, dan tempat- tempat lainnya di Klaten terdapat tempat perkumpulan anak- anak lesbi. Sangat mudah kita menjumpai kaum lesbi di

Klaten, namun tidak semua berasal dari Klaten, ada juga yang berasal dari luar kota bahkan luar pulau sekaligus. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap kaum lesbi tersebut ada yang berani menyatakan bahwa dirinya seorang lesbi dan ada juga yang sebagian belum berani menyatakannya baik secara langsung maupun melalui dunia maya. Banyak juga situs atau jaringan untuk mengakses perkumpulan- perkumpulan atau mencari komunitas lesbi, misalnya saja facebook khusus kaum lesbi, chatting khusus kaum lesbi dan masih banyak lagi situs- situs yang dkhususkan untuk komunikasi antar kaum lesbi. Fenomena lesbi di Kota Klaten sangat luas dari berbagai kalangan. Walaupun Klaten kota tidak begitu luas, tapi banyak sekali fenomena yang ada contohnya saja kaum lesbi. Tentunya fenomena tersebut berdampak pada kehidupan mereka sebagai kaum lesbi, misalnya cap negatif dari masyarakat sekitar. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang fenomena komunitas lesbi di Kota Klaten. B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Belum bisa dipahami sepenuhnya bahwa lesbi sebagai entitas masyarakat pada umumnya.

2. Masih longgarnya pengawasan terhadap tempat- tempat hiburan di Klaten sebagai sarana berkumpulnya kaum lesbi. 3. Masih longgarnya pengawasan pengaturan situs atau jaringan khususnya tentang lesbi. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: 1. Alasan memilih lesbi menjadi pilihan hidup?. 2. Bagaimana interaksi sesama kaum lesbi dan faktor penyebab lesbi?. 3. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap adanya kaum lesbi? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui fenomena komunitas kaum lesbi di kota Klaten. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mendeskripsikan alasan memilih lesbi sebagai pilihan hidup. b. Untuk mengetahui bagaimana interaksi sesama kaum lesbi dan faktor penyebab menjadi lesbi. c. Untuk mengetahui persepsi masyarakat masyarakat terhadap adanya kaum lesbi.

E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Hasil peenelitian ini diharapkan memperkaya kepustakaan pada bidang studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, khususnya mengenai fenomena komunitas kaum lesbi di Kota Klaten. b. Dapat memberikan pengetahuan mengenai bentuk penyimpangan seksual. c. Dapat menjadi referensi dan informasi untuk penelitian selanjutnya agar lebih baik. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan menambah koleksi bacaan dan informasi sehingga dapat digunakan sebagai sarana dalam membaca wawasan yang lebih luas. b. Bagi Mahasiswa

Peneliti ini diharapkan dapat digunakan untuk referensi dan sumber informasi mengenai penyebab berdirinya kaum lesbi sebagai bentuk perkumpulan kaum lesbi di Kabupaten Klaten. c. Bagi Peneliti 1) Peneliti ini dilaksanakan guna untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar sarjana (S1) pada program studi Pendidikan Sosiologi, FIS UNY. 2) Penelitian ini adalah untuk mengukur kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang didapatkan pada perkuliahan dan mengungkapkan tentang penyebab berdirinya Komunitas XX sebagai bentuk perkumpulan kaum lesbi di Kabupaten Klaten.