PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PUPUK ZA SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT (CaCO 3 ) Oleh Sri Risnojatiningsih Teknik Kimia FTI-UPNV Jawa Timur

dokumen-dokumen yang mirip
KINETIKA REAKSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI LIMBAH PUPUK ZA DENGAN PROSES SODA. Suprihatin, Ambarita R.

KINETIKA REAKSI PEMBENTUKAN KALIUM SULFAT DARI EKSTRAK ABU JERAMI PADI DENGAN ASAM SULFAT

PENGGUNAAN SUSU KAPUR DARI LIMBAH GAS ACETYLEN SEBAGAI PENJERNIH NIRA MENTAH. Sri Risnojatingsih Progdi Teknik Kimia FTI-UPNV Jatim ABSTRACT

PEMANFAATAN BONGGOL PISANG UNTUK PEMBUATAN ASAM PHOSPAT *)

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING

II. DESKRIPSI PROSES. Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses:

PEMANFAATAN AIR LAUT PADA PEMBUATAN Mg(OH) 2 DENGAN PENAMBAHAN Ca(OH) 2 DARI DOLOMIT

PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI SEKAM PADI

PABRIK CAUSTIC SODA DARI LIMESTONE DAN SODA ASH DENGAN PROSES CONTINUOUS DORR CAUSTICIZING PRA RENCANA PABRIK

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

Prarancangan Pabrik Gipsum dengan Proses Desulfurisasi Gas Buang PLTU dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Jurnal Teknologi Kimia Unimal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat - Natrium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses

Prarancangan Pabrik Kalsium Klorida dari Kalsium Karbonat dan Asam Klorida Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

PEMBUATAN PUPUK KALIUM DARI EKSTRAK ABU PELEPAH BATANG PISANG, BELERANG DAN UDARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pendirian Pabrik

PEMBUATAN PUPUK FOSFAT DARI BATUAN FOSFAT ALAM SECARA ACIDULASI. Faleh Setia Budi, Aprilina Purbasari *)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdirinya Pabrik

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat-Sodium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

PRARANCANGAN PABRIK DIBUTYL PHTHALATE DARI PHTHALIC ANHYDRIDE DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN

HIDROLISIS KOLAGEN PEMBUATAN LEM DARI KULIT SPLIT DENGAN KATALISATOR H 2 SO 4

Prarancangan Pabrik Trisodium Fosfat dari Asam Fosfat, Sodium Karbonat, dan Sodium Hidroksida dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

SEMINAR TUGAS AKHIR PENYISIHAN KESADAHAN DENGAN PROSES KRISTALISASI DALAM REAKTOR TERFLUIDISASI DENGAN MEDIA PASIR OLEH: MYRNA CEICILLIA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Prarancangan Pabrik Magnesium Oksid dari Bittern dan Batu Kapur dengan Kapasitas 40.

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, yaitu pada saat perkembangan teknologi maju pesat, limbah

PENGARUH PERBANDINGAN SEMEN POZOLAN DAN SEMEN PORTLAND TERHADAP KEKEKALAN BENTUK DAN KUAT TEKAN SEMEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

BAB II LANDASAN TEORI

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan dalam menghadapi persaingan perdagangan internasional.

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN

ILMU KIMIA ANALIT. Dr. Ir. Dwiyati Pujimulyani, MP

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Katalis Pada Proses Esterifikasi Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (DALMs) Menjadi Biodiesel

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara

LEMBAR AKTIVITAS SISWA ( LAS )_ 1

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amonia dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/Tahun

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN FURNACE

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

LEMBARAN SOAL 5. Pilih satu jawaban yang benar!

BAB III METODE PENELITIAN

Pemurnian Garam Lokal Untuk Konsumsi Industri Syafruddin dan Munawar ABSTRAK

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

Pembuatan Kristal Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO 4.5H 2 O) dari Tembaga Bekas Kumparan

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KALSIUM FERIT MENGGUKAN PASIR BESI DAN BATU KAPUR

PRARANCANGAN PABRIK GIPSUM DARI KALSIUM HIDROKSIDA DAN ASAM SULFAT KAPASITAS TON PER TAHUN

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

PEMBUATAN NATRIUM SULFAT ANHIDRAT (NA 2 SO 4 )

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI

SKL 2 RINGKASAN MATERI. 1. Konsep mol dan Bagan Stoikiometri ( kelas X )

Prarancangan Pabrik Disodium Phosphate Heptahydrate Dari Sodium Carbonate dan Phosphoric Acid Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:

8. ASIDI-ALKALINITAS

Penentuan Kesadahan Dalam Air

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

BAB III METODE PENELITIAN

Prarancangan Pabrik Disodium Phosphate Heptahydrate Dari Sodium Carbonate dan Phosphoric Acid Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

KESADAHAN DAN WATER SOFTENER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka

industri farmasi dan makanan terutama untuk ekstrasi dan pemurnian pada

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PABRIK PUPUK KALIUM SULFAT DENGAN PROSES DEKOMPOSISI KALSIUM SULFAT DAN KALIUM KLORIDA DENGAN MENGGUNAKAN KRISTALIZER SINGLE STAGE Disusun oleh :

Prarancangan Pabrik Isopropanolamin dari Propilen Oksida dan Amonia Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

PEMBENTUKAN PRECIPITATED CALCIUM CARBONATE (PCC) DENGAN PENAMBAHAN HNO 3 DALAM PROSES SLAKING PADA METODA KARBONASI

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

PENGARUH KONSENTRASI SUSPENSI PATI TERHADAP HIDROLISIS PATI YANG TERKANDUNG DALAM TEPUNG PATI RAJAWALI

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SEKAM PADI MENJADI NATRIUM SILIKAT

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR DAN KONSENTRASI KATALIS PADA KINETIKA REAKSI HIDROLISIS TEPUNG KULIT KETELA POHON

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia

Prarancangan Pabrik Etilen Glikol dari Etilen Oksida dan Air Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

38 Pemanfaatan Limbah Padat Pupuk ZA Sebagai Jurnal Bahan Penelitian Baku (Sri Ilmu Risnojatiningsih) Teknik Vol. 9, No.1 Juni 2009 : 38-47 24 PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PUPUK ZA SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT (CaCO 3 ) Oleh Sri Risnojatiningsih Teknik Kimia FTI-UPNV Jawa Timur Abstract This research aims to study the initial study in using ZA industrial solid wastes, as raw material for the manufacture of calcium carbonate (CaCO3) with the addition of carbon dioxide gas (CO2). Materials - The materials used include: Solid Waste, Gas, Carbon dioxide (CO2), HCl, sakarosa PP Indicator (Phenol Phtalein) The instrument used is a CO2 gas cylinders, safety tubes, three-neck flask as a batch reactor, mixer, electric mixer motor, stative + holder, thermometer, regulator, electric heaters, Orifice meter, electric ovens, Furnace, Glass Beaker, Measuring cup, Balance Sheet analytic. The process of research to produce CaCO3 with raw materials ZA industrial solid waste through 3-stage process, namely process kaisinasi, hidratasi process and the process of carbonation. The results can be concluded that the products produced by the process of CaCO3 kaisinasi, hidratasi and carbonation, the optimum conditions of high, namely 94.1%. The increasing concentration of Ca(OH)2 then the conversion will tend to rise. But the concentration of Ca(OH)2 that the conversions generated are too thick will tend to fall. The longer the reaction time the higher the conversion. But at a certain reaction time the conversion will continue with increasing time (constant). Carbonation process shows the best conditions on concentration of Ca (OH) 2 35 gram/500 ml. 120 minutes reaction time and reaction temperature 30oC so that the conversion obtained at 96.44438% PENDAHULUAN Indonesia adalah negara agraris, swasembada pangan telah dicanangkan, telah dicapai dan bahkan selalu diupayakan akan peningkatannya. Usaha untuk meningkatkannya antara lain dengan ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi yakni dengan membuka lahan baru khususnya diluar Jawa. Intensifikasi misalnya : pemilihan bibit unggul tahan hama, pengairan dengan pembuatan saluran dan waduk baru, pemberantasan hama, pengolahan lahan dan yang tidak kalah pentingnya adalah pemupukan. Dengan semakin majunya bidang pertanian maka kebutuhan akan pupuk pada umumnya, pupuk ZA pada khususnya semakin meningkat sehingga tuntutan akan kemampuan penyediaan dan pengadaannya semakin meningkat pula. Pupuk ZA telah mampu diproduksi dan bahkan jumlahnya semakin bertambah, sehingga kebutuhan akan pupuk dewasa ini telah mampu dicukupi dari produk di dalam negeri. Kapasitas produksi pupuk ZA yang semakin bertambah jumlahnya menghasilkan ratusan dan bahkan ribuan ton limbah yang berupa tepung berbentuk kristal calcite. Limbah tersebut belum bisa dimanfaatkan sehingga perlu segera diupayakan kemungkinan pemanfaatannya. Disisi lain diamati, kebutuhan Kalsium karbonat (CaCO 3 ) sejak tahun 1983 terus meningkat seiring dengan berkembangnya industri pemakaiannya, antara lain industri cat, industri plastik, PVC compound, ban, sepatu karet, kosmetik, kulit imitasi, pasta gigi dan industri yang lain. Berdasarkan data impor

Pemanfaatan Limbah Padat Pupuk ZA Sebagai Bahan Baku (Sri Risnojatiningsih) 39 Biro Pusat Statistik, yang terus meningkat dari tahun ketahun, data pada tahun 1988, impor light CaCO 3 sebesar 20.000 ton (Husaini dan Hadi purnomo, 1992 ). Berbagai persyaratan kadar CaCO 3 yang diperhatikan antara lain : Untuk industri karet dan plastik, kadar CaCO 3, minimum 98%, spesifik grafity antara 2,6-2,94 dan beberapa persyaratan yang lain.untuk industri Sol karet kadar CaCO 3 kurang lebih 40 %, ban 10-20%, karet profil 10-20 %, plastik PVC 30-60%, kertas Padalarang Bandung dalam pemakaiannya memperhatikan ketentuan antara lain : CaO aktif kurang lebih 55 %, kecepatan pengendapan 12-13 menit, derajat putih minimum 90 ( Sudjarno,1994 ). Dari komposisi limbah padat industri pupuk ZA, ternyata limbah tersebut belum bisa dimanfaatkan secara langsung. Pengolahan mutlak diperlukan agar kemurnian dan kehalusan CaCO 3 mencapai nilai yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan untuk bahan baku berbagai industri. Pembuatan Kalsium karbonat murni (CaCO 3 ) termasuk proses yang tidak sulit. Reaksi antara suspensi kapur (Ca(OH) 2 ) dengan gas Karbon dioksida ( CO 2 ) akan dapat berjalan dengan baik dan waktu yang diperlukan tidak terlalu lama. Disamping itu di Indonesia terdapat sumber-sumber gas Karbon dioksida yang cukup murni dan umumnya dibuang begitu saja, seperti pada pabrik alkohol. Bila pembuatan Kalsium karbonat (CaCO 3 ) ini dapat dilakukan di Indonesia, maka devisa negara akan dapat sedikit dihemat oleh adanya pengurangan dan bahkan mungkin penghapusan import Kalsium karbonat serta dapat menambah tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran yang ada di Indonesia. Kalsium karbonat (CaCO 3 ) adalah senyawa yang terdapat dalam batuan kapur dalam jumlah besar. Senyawa ini merupakan mineral paling sederhana yang tidak mengandung silikon dan merupakan sumber pembuatan senyawa kalsium terbesar secara komersial (Othmer, 1965). Endapan halus Kalsium karbonat (CaCO 3 ) yang dibutuhkan industri ini dapat diperoleh secara kimia, sedang secara fisika hanya didapatkan batuan gamping saja. Secara umum, pembuatan Kalsium karbonat (CaCO 3 ) secara kimia dilakukan dengan mengalirkan gas Karbon dioksida (CO 2 ) ke dalam slurry Kalsium hidroksida (Ca(OH) 2 ) dengan memperhatikan suhu, waktu, kepekatan suspensi, dan kecepatan pengadukan (Othmer,1965) Kalsinasi merupakan proses penguraian batu kapur menjadi kapur tohor. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : CaCO 3 CaO + CO 2 Reaksi diatas merupakan reaksi bolak- balik untuk itu diusahakan agar CO 2 yang keluar tidak terhambat, sehingga keseimbangan reaksi dapat bergeser kekanan. CaO hasil kalsinasi ditambahkan air untuk menghasilkan kapur padam. Agar reaksi yang terjadi berjalan sempurna maka berat CaO adalah dua kali dari berat air yang ditambahkan (Kobe,1957). Reaksi yang terjadi adalah : CaO + H 2 O Ca(OH) 2 Pemadaman dilakukan dalam tempat tertutup. Hal ini dikarenakan dalam pemadaman kapur tohor terjadi reaksi eksoterm yang menimbulkan panas sehingga dapat mengakibatkan terjadinya penguapan air. Pengaliran gas CO 2 ke dalam slurry kalsium hidroksida merupakan peristiwa absorbsi yang disertai reaksi kimia dan dapat menghasilkan kalsium karbonat dan air. Persamaan reaksinya sebagai berikut : Ca(OH) 2 + CO 2 CaCO 3 + H 2 O Persamaan reaksi diatas dapat dilihat, bahwa reaksi akan dapat berjalan dengan baik, karena daya larut CaCO 3 dalam air jauh lebih kecil dari daya larut Ca(OH) 2 dalam air. Dengan kenaikan suhu kelarutan kalsium hidroksida [Ca(OH) 2 ] dalam air makin berkurang, sedangkan kelarutan CaCO 3 dalam air makin bertambah. Kelarutan Ca(OH) 2 dalam air pada suhu 25 C = 0,158 gr/100 ml, pada suhu 100 C = 0,077 gram/ 100 ml. Kelarutan CaCO 3 pada suhu 25 C =

40 Pemanfaatan Limbah Padat Pupuk ZA Sebagai Jurnal Bahan Penelitian Baku (Sri Ilmu Risnojatiningsih) Teknik Vol. 9, No.1 Juni 2009 : 38-47 40 0,0014gr/ 100 ml, pada suhu 100 o C = 0,002 gram/100 ml (Perry, edisi VI). Pembuatan Kalsium karbonat (CaCO 3 ) dari limbah industri pupuk Amonium sulphat ( (NH 4 ) 2 SO 4 ) yang masih banyak mengandung kalsium ini dapat dilakukan dengan cara karbonatasi yang senantiasa diaduk secara semibatch dengan memperhatikan faktor suhu, waktu, konsentrasi slurry dan kecepatan pengadukan. Kristal Kalsium karbonat terbentuk pada suhu dibawah 30 C (Othmer,1965). Kenaikan suhu dari kira-- kira 40 C sampai 50 C mengakibatkan penurunan konversi dengan pesat (Agra,1971) Selain suhu hal yang perlu diperhatikan pada proses karbonatasi ini adalah waktu, konsentrasi slurry dan kecepatan pengadukan. Selain suhu ketiga faktor diatas juga sangat mendukung. Waktu reaksi antara Ca(OH) 2 dan CO 2 sangat berpengaruh pada pembentukan CaCO 3, karena derajat konversi tergantung pada waktu pembentukan yang ditetapkan (Kobe,1957). Disini dapat diterangkan bahwa makin lama waktu reaksi, maka makin bertambah konversi yang diperoleh. Menurut Agra dalam waktu sekitar 2 jam konversi CaCO 3 telah mencapai + 98% (Agra,1971). Tetapi selain terbentuknya CaCO 3, pada reaksi ini juga membentuk Kalsium Bikarbonat yang mudah larut dalam air. Terbentuknya Kalsium bikarbonat ini terjadi bila CaCO 3 yang telah terbentuk diatas terus bereaksi dengan air yang mengandung gas CO 2, menurut reaksi: CaCO 3 + CO 2 + H 2 O Ca (HCO 3 ) 2 (Othmer,1965) Pada proses karbonatasi ini terjadi reaksi kimia antara Ca(OH) 2 dan CO 2 yang melibatkan dua fase yaitu larutan dan bentuk gas. Untuk melarutkan padatan Ca(OH) 2 dalam air diperlukan suatu reaktor yang mampu mempercepat larutnya Ca(OH) 2 dalam air, sehingga dipilih proses penggelembungan dengan menggunakan reaktor berpengaduk. Pengadukan bertujuan memperbesar gerakan molekul-molekul zat pereaksi, sehingga kemungkinan tumbukan yang terjadi juga bertambah, dengan demikian kecepatan reaksi juga naik. Pada Proses karbonatasi, sampai kecepatan pengadukan 250 putaran per menit, kenaikan konversi sebanding dengan penambahan kecepatan pengadukan (Agra, 1971). Konsentrasi slurry Ca(OH) 2 yang didapat. Konsentrasi slurry yang seimbang akan meningkatkan laju pembentukan Kalsium Karbonat (Kobe,1957). Pada konsentrasi slurry yang terlalu rendah konversi akan menurun karena terlalu banyak mengandung air, demikian pula pada konsentrasi slurry yang terlalu tinggi konversi juga menurun karena tumbukan antara molekul- molekul zat pereaksi agak terganggu (Agra,1971). METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kajian awal dalam memanfaatkan limbah padat industri pupuk ZA, sebagai bahan baku untuk pembuatan Kalsium karbonat (CaCO 3 ) dengan penambahan gas Karbon dioksida (CO 2 ). Bahan - Bahan yang digunakan antara lain; 1. Limbah Padat, diperoleh dari limbah industri pupuk Amonium sulphat ((NH 4) 2 SO 4 ), P.T. Petrokimia Gresik, Sifat warna coklat keabu-abuan dan berbentuk lumpur padat. 2. Gas Karbon dioksida (CO 2 ), diperoleh dari pabrik gas CO 2, P.T. Aneka Gas Surabaya, mempunyai tekanan 1000 psig dengan konsentrasi 98,25 %. 3. HCl, di peroleh dari Laboratorium Bio Analitika Surabaya. 4. Sakarosa diperoleh dari Laboratorium Bio Analitika Surabaya. 5. Indikator PP (Phenol Phtalein), di peroleh dari Laboratorium Bio Analitika Surabaya. Alat yang digunakan adalah tabung gas CO 2, Tabung pengaman, Labu Leher tiga sebagai reaktor batch, Pengaduk, Motor pengaduk listrik, Statif + holder, Thermometer, Regulator, Pemanas listrik, Orifice meter, Oven listrik, Furnace, Beaker

Pemanfaatan Limbah Padat Pupuk ZA Sebagai Bahan Baku (Sri Risnojatiningsih) 41 glass, Gelas ukur, Neraca analitik. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dari hubungan antara waktu reaksi dan konversi pada berbagai suhu dan berbagai konsentrasi Ca (OH) 2, seperti tersebut pada gambar di bawah

42 Pemanfaatan Limbah Padat Pupuk ZA Sebagai Jurnal Bahan Penelitian Baku (Sri Ilmu Risnojatiningsih) Teknik Vol. 9, No.1 Juni 2009 : 38-47 42 Pembahasan : Dari gambar IV.2.1.1.yang menunjukkan hubungan antara waktu reaksi dengan konversi pada suhu 20 C dan berbagai konsentrasi Ca(OH) 2 dapat dilihat bahwa pada konsentrasi Ca(OH) 2 35 tertinggi, yaitu sebesar 96,49276 %. pada waktu reaksi 120 menit. Dari gambar IV.2.1.2.yang menunjukkan hubungan antara waktu reaksi dengan konversi pada suhu 30 C dan berbagai konsentrasi Ca(OH) 2 dapat dilihat bahwa pada konsentrasi Ca(OH) 2 35 tertinggi, yaitu sebesar 96,44438 %. pada waktu reaksi 120 menit. Dari gambar IV.2.I.3.yang menunjukkan hubungan antara waktu reaksi dengan konversi pada suhu 40 C dan berbagai konsentrasi Ca(OH) 2 dapat dilihat bahwa pada konsentrasi Ca(OH) 2 35 tertinggi, yaitu sebesar 93,65431 pada waktu reaksi 120 menit. Dari gambar IV.2.1.4.yang menunjukkan hubungan antara waktu reaksi dengan konversi pada suhu 50 C dan berbagai konsentrasi Ca(OH) 2 dapat dilihat bahwa pada konsentrasi Ca(OH) 2 35 tertinggi, yaitu sebesar 90,81501 pada waktu reaksi 120 menit. Dari keempat grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin lama waktu reaksi yang diperlukan untuk proses, akan semakin besar nilai konversi CaCO 3 yang diperoleh. Hal ini disebabkan antara lain karena, untuk pembentukan CaCO 3 dari reaksi : Ca(OH) 2 + CO 2 CaCO 3 akan dipengaruhi oleh waktu reaksi. Semakin lama waktu reaksi semakin besar konversi yang diperoleh. Tetapi setelah proses berlangsung selama 120 menit atau lebih diperoleh konversi yang hampir konstan. Gambar IV.2.1.5.menunjukkan hubungan antara waktu reaksi dengan konversi pada konsentrasi Ca(OH) 2 gram/500 ml dan berbagai suhu. Grafik ini merupakan grafik gabungan dari grafik yang memiliki konversi tertinggi pada keempat grafik dengan berbagai suhu diatas. Pada gambar ini terlihat bahwa konsentrasi Ca(OH) 2 yang menghasilkan konversi tertinggi adalah 35 gram/500m1. Serta terlihat bahwa suhu proses sangat

Pemanfaatan Limbah Padat Pupuk ZA Sebagai Bahan Baku (Sri Risnojatiningsih) 43 mempengaruhi hasil konversi CaCO 3 yang terbentuk. Pada suhu 20 C dan 30 C konversi yang diperoleh hampir sama (konstan). Sedangkan pada suhu 40 C atau lebih diperoleh konversi yang lebih rendah, hal ini disebabkan karena pada suhu ini CaCO 3 sebagian akan melarut ( daya larut CaCO 3 akan naik bila suhunya naik ), sehingga konversi yang diperoleh akan lebih rendah. dari gambar tersebut didapat kondisi optimum akan diperoleh pada suhu proses 30 C suhu kamar ), dengan besar konversi 96,44438 %.

44 Pemanfaatan Limbah Padat Pupuk ZA Sebagai Jurnal Bahan Penelitian Baku (Sri Ilmu Risnojatiningsih) Teknik Vol. 9, No.1 Juni 2009 : 38-47 44 Dari gambar IV.2.2.1.yang menunjukkan hubungan antara suhu dengan konversi pada waktu reaksi 30 menit dan berbagai konsentrasi Ca(OH) 2 dapat dilihat bahwa pada konsentrasi Ca(OH) 2 35 gram/500 ml diperoleh konsentrasi optimum, yaitu sebesar 91,77447 % pada suhu proses 30 C. Dari gambar IV.2.2.2.yang menunjukkan hubungan antara suhu dengan konversi pada waktu reaksi 60 menit dan berbagai konsentrasi Ca(OH) 2 dapat dilihat bahwa pada konsentrasi Ca(OH) 2 35 optimum, yaitu sebesar 94,91013 % pada suhu proses 30 C. Dari gambar IV.2.2.3. yang menunjukkan hubungan antara suhu dengan konversi pada waktu reaksi 90 menit dan berbagai konsentrasi Ca(OH) 2 35 gram/500 ml diperoleh konsentrasi optimum, yaitu sebesar 96,19094 % pada suhu proses 30 C. Dari gambar IV.2.2.4.yang menunjukkan hubungan antara suhu dengan konversi pada waktu reaksi 120 menit dan berbagai konsentrasi Ca(OH) 2 dapat dilihat bahwa pada konsentrasi Ca(OH) 2 35 optimum, yaitu sebesar 96,44438 % pada suhu proses 30 C. Dari gambar IV.2.2.5.yang menunjukkan hubungan antara suhu dengan konversi pada waktu reaksi 150 menit dan berbagai konsentrasi Ca(OH) 2 dapat dilihat bahwa pada konsentrasi Ca(OH) 2 35 optimum, yaitu sebesar 96,35005 %. pada suhu proses 30 O C. Dari keempat tersebut diatas dapat dilihat terlihat bahwa suhu proses sangat mempangaruhi hasil konversi CaCO 3 yang terbentuk. Pada suhu 20 o C dan 30 o C konversi yang diperoleh hampir sama (konstan). Sedangkan pada suhu 40 o C dan suhu 50 O C diperoleh konversi yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena CaCO 3 mulai terbentuk pada suhu dibawah 30 o C, dan pada suhu 40 o C dan 50 o C sebagian CaCO 3 yang ada akan melarut (daya larut CaCO 3 akan naik bila suhunya naik), sehingga konversi yang diperoleh akan lebih rendah. Dari gambar tersebut didapat kondisi optimum akan diperoleh pada suhu proses 30 O C (suhu kamar), walaupun pada suhu 20 o C konversi sedikit lebih tinggi dari suhu 30 o C. hal ini karena untuk proses pada suhu 20 o C diperlukan pendinginan sehingga tidak efisien. Gambar IV.2.2.6. menunjukkan hubungan antara suhu dengan konversi optimum pada kelima gafik dengan berbagai waktu reaksi di atas. Grafik ini merupakan grafik gabungan dari grafik yang memiliki konversi optimum pada kelima grafik dengan berbagai waktu reaksi

Pemanfaatan Limbah Padat Pupuk ZA Sebagai Bahan Baku (Sri Risnojatiningsih) 45 di atas. Pada gambar IV.2.2.6. ini terlihat bahwa waktu reaksi yang menghasilkan konversi tertinggi adalah 120 menit. Hal ini dapat dijelaskan karena semakin lama waktu reaksi hasil konversi yang diperoleh semakin tinggi. Tetapi setelah waktu reaksi mencapai 120 menit atau lebih konversi CaCO 3 akan mulai konstan (konversi tetap dengan bertambahnya waktu). Hal ini disebabkan karena semua Ca(OH) 2 telah berubah menjadi CaCO 3. Pada kondisi ini konversi optimum yang diperoleh adalah 96,44438 %.

46 Pemanfaatan Limbah Padat Pupuk ZA Sebagai Jurnal Bahan Penelitian Baku (Sri Ilmu Risnojatiningsih) Teknik Vol. 9, No.1 Juni 2009 : 38-47 46 Pembahasan : Dari gambar IV.2.3.1 sampai dengan gambar IV.2.3.5. terlihat bahwa semakin besar konsentrasi Ca(OH) 2 yang direaksikan, semakin besar hasil konversi CaCO 3 atau dapat dikatakan bahwa konsentrasi Ca(OH) 2 akan mempengaruhi hasil konversi CaCO 3. Tetapi pada konsentrasi Ca(OH) 2 40 gram/500 ml hasil konversi CaCO 3 yang diperoleh lebih rendah. Hal ini dapat disebabkan karena pada konsentrasi Ca(OH) 2 40 gram/500 ml larutan menjadi jenuh dengan Ca(OH) 2, sehingga akan menjadi hambatan pada reaksi antara Ca(OH) 2 dan CO 2 yang ditambahkan karena tumbukan antara molekul-molekul zat pereaksi tersebut agak terganggu hingga mengakibatkan konversi menjadi rendah. Gambar IV.2.2.6.menunjukkan hubungan antara konsentrasi Ca(OH) 2 dengan konversi pada suhu 30 C dan berbagai waktu reaksi. Grafik ini merupakan grafik gabungan dari grafik yang memiliki konversi optimum pada kelima grafik dengan berbagai.waktu reaksi diatas. Pada gambar IV.2.2.6. ini terlihat bahwa konsentrasi Ca(OH) 2 yang menghasilkan konversi tertinggi adalah 35 gram/500 ml. Dan waktu reaksi yang memberikan hasil tertinggi adalah 120 menit. Hal ini dapat dijelaskan karena semakin lama waktu reaksi hasil konversi yang diperoleh semakin tinggi. Tetapi setelah waktu reaksi mencapai 120 menit atau lebih konversi CaCO 3 akan mulai konstan (konversi tetap dengan bertambahnya waktu ). Hal ini disebabkan karena semua Ca(OH) 2 telah berubah menjadi CaCO 3. Pada grafik ini dapat dilihat bahwa konversi optimumnya 96,44438 %. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Produk CaCO 3 yang dihasilkan dengan proses kaisinasi, hidratasi dan karbonatasi, pada kondisi optimum yang tinggi, yaitu 94,1 %. Semakin meningkatnya konsentrasi Ca(OH) 2 maka konversinya akan cenderung naik. Tetapi pada konsentrasi Ca(OH) 2 yang terlalu pekat konversi yang dihasilkan akan cenderung turun. karena adanya hambatan pada reaksi antara Ca(OH) 2 dan gas CO 2. Semakin lama waktu reaksi maka semakin tinggi konversinya. Tetapi pada waktu reaksi tertentu konversi akan tetap dengan bertambahnya waktu (konstan). Karena

Pemanfaatan Limbah Padat Pupuk ZA Sebagai Bahan Baku (Sri Risnojatiningsih) 47 semua Ca(OH) 2 telah berubah menjadi CaCO 3. Proses karbonatasi ini memperlihatkan kondisi terbaik pada konsentrasi Ca(OH) 2 35 gram/500 ml. waktu reaksi 120 menit dan suhu reaksi 30 o C sehingga didapatkan konversi sebesar 96,44438 %. Saran Untuk meningkatkan kemurnian CaCO 3 yang dihasilkan dan mengoptimalkan kondisi operasi dapat dilakukan dengan cara penelitian lanjutan mengenai peubahpeubah lainnya yang mempengaruhi jalannya reaksi, misalnya: Penambahan tekanan operasi di atas 1 atm, Penggunaan kecepatan pengadukan sebagai variabel peubah, Penggunaan perbedaan diameter orifice dan kecepatan aliran gas CO 2 sebagai variabel berubah, Menggunakan reaktor dengan sistem continue, Agar CaCO 3 yang dihasilkan dari proses percobaan dapat diketahui kegunaannya untuk berbagai jenis industri, maka dapat dilakukan analisa menyeluruh mengenai kandungan yang ada di dalam hasil dan syarat-syarat yang harus di penuhi. DAFTAR PUSTAKA Husaini, Hadipurnomo, 1992, Percontohan Pembuatan Kapur Ringan Dengan Menggunakan P,isfem Pr=nonr-=lembundan Eultin PPTM, Vol.No. 10. Kirk, R.E.and Othmer, D.F., 1957," Inorganic Process industries ", p.p. 107-115, The Macmillan Company, New York. Perry, J.H., 1984, "Chemical Engineers Handbook", Edisi ke 6, p.p. 3-11, Mc Graw Hill Book Company, New York, Toronto, Koclakusna. Sax, N. Irving and Lewis Richaed J. 7 1987, "Hawley's Condensed Chemical Dictionery", Edisi ke 11, Van Nastran Reinhold Co. Int., New York. Shreve, R.N.,1996, "Chemical Process industries", edisi 2, Mc. Graw Hill, Kogakusha, Tokyo. "Standard industri Indonesia" SII No. 0337/1988.,1980, Mutu dan Cara Uii Tepung Kalsium Karbonat Berat dan Ringan, Departemen Perindustrian Republik Indonesia. Sudjana, M.A.,1992, " Metode Statistik, edisi Tarsito, Bandung. Agra I.E., Warniati S., dan Sukotjo, 1971, Flarbonatasi Calsium Hidroxida Menjadi Calsium Carbonat, Forum Teknik, jilid I,no 3, p.p.155-169,uom Jogjakarta Day, R.A., Underwood, A.L.,1990, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi 4, Erlangga, Jakarta. W.L.,Keyes,D.B.and Chlack, R.L., 1975, Industrial Chemical, Edisi 4.,PP 103-108.John Willey and Sons Inc., New York. Harry, Katz and Milewski, J.V.,1978, Handbook of Miller info Rein for Plastik, Van Nastrand Reinhold Coy.