BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang memiliki karakteristik adanya perubahan penting dalam fungsi kognitif, perilaku, sosial, dan emosional sesuai perkembangan biologis, serta adanya fungsi dan tuntutan baru dalam lingkungan keluarga maupun sosial. Pada remaja terdapat perubahan dramatis dalam pola tidur-siaga selama remaja, termasuk berkurangnya durasi tidur, tertundanya waktu tidur, dan bertambahnya perbedaan pola tidur pada hari kerja dan akhir pekan. Kualitas tidur pada remaja juga cenderung berkurang. 1 National Institute of Health menyimpulkan bahwa remaja adalah kelompok beresiko tinggi mengalami gangguan tidur. 2 Prevalensi gangguan tidur pada remaja dari berbagai penelitian menunjukan hasil yang bervariasi. Liu dkk mendapatkan 21,2% anak usia 2 sampai 12 tahun di Beijing mengalami gangguan tidur. 3 Penelitian Ohida dkk terhadap siswa SMP dan SMU menunjukkkan prevalensi gangguan tidur bervariasi mulai 15,3% hingga 39,2% bergantung pada jenis gangguan tidur yang dialami. 4 Di Indonesia belum terdapat penelitian epidemiologi mengenai gangguan tidur pada remaja. Gangguan tidur merupakan suatu kumpulan kondisi yang dicirikan dengan adanya gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seorang individu. 5 Gangguan tidur dapat mengganggu pertumbuhan fisik, emosional, kognitif, dan sosial seorang remaja. Fakta tersebut
menunjukkan besarnya kemungkinan masalah akademis, emosional, kesehatan, dan perilaku pada remaja dapat dicegah atau diperbaiki secara signifikan melalui intervensi yang memperbaiki kualitas dan kuantitas tidur. 1 Gangguan tidur pada remaja dipengaruhi berbagai faktor medis maupun non-medis. Faktor-faktor non-medis yang mempengaruhi antara lain jenis kelamin, pubertas, kebiasaan tidur, sosioekonomi, keluarga, gaya hidup, dan lingkungan. Sedangkan faktor medis yang mempengaruhi antara lain berbagai gangguan neuropsikiatri dan penyakit kronis seperti asma dan dermatitis atopi. 4,6,7 Diagnosis gangguan tidur pada remaja sulit ditegakkan, karena keluhan gangguan tidur seringkali tidak disampaikan oleh remaja, selain itu di usia remaja pola tidur tidak lagi menjadi pusat perhatian orang tua. Hal tersebut menyebabkan gangguan tidur pada remaja seringkali tidak terdeteksi, dan pada akhirnya tidak ditangani dengan baik. Uji tapis gangguan tidur dapat dilakukan dengan bantuan berbagai metode, salah satunya dengan Sleep Disturbances Scale for Children (SDSC). SDSC merupakan kuesioner yang diisi oleh orangtua pasien dengan mengingat pola tidur anak mereka dalam keadaan sehat selama 6 bulan terakhir. Metode SDSC dapat digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan tidur dan juga jenis gangguan tidur yang dialami oleh anak usia 6 hingga 15 tahun. Metode ini dipakai karena prinsip analisis komponen yang kuat,
normalitas yang distandarisasi, dan usia yang dipakai sesuai dengan usia subjek yang diteliti. 8,9 Berdasarkan pola jam sekolah, gaya hidup, dan pola aktivitas remaja di luar jam sekolah, diperkirakan gangguan tidur merupakan masalah yang banyak dialami oleh remaja. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana gangguan tidur pada remaja dan melihat apakah ada perbedaan gangguan tidur pada remaja di daerah urban dan suburban. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui pola tidur dan jenis-jenis gangguan tidur yang dialami oleh remaja tersebut, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan tidur. Perbedaan tingkat sosial ekonomi keluarga, gaya hidup dan lingkungan urban dan suburban dapat mempengaruhi pola tidur pada remaja. Proses modernisasi di urban dimana media tehnologi informasi semakin berkembang dan kurangnya pemantauan orang tua terhadap remaja mengakibatkan terjadinya perubahan pola tidur pada remaja yang sehingga terjadi gangguan tidur. Diharapkan dengan mengetahui besarnya masalah gangguan tidur remaja di masyarakat beserta faktor-faktor yang berhubungan, dapat dilakukan deteksi serta tatalaksana dini oleh petugas kesehatan terkait, dan pada akhirnya kualitas hidup remaja dapat diperbaiki.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: - Bagaimana prevalensi gangguan tidur pada remaja di urban? - Bagaimana prevalensi gangguan tidur pada remaja di suburban? - Apakah terdapat perbedaan gangguan tidur pada remaja di urban dan suburban? 1.3. Hipotesis Ada perbedaan gangguan tidur pada remaja di urban dan suburban 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum : mengetahui perbedaan gangguan tidur pada remaja urban dan suburban 1.4.2. Tujuan Khusus : - mengetahui prevalensi gangguan tidur - mengetahui faktor yang paling mempengaruhi gangguan tidur 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Dibidang akademik/ilmiah : mengetahui prevalensi gangguan tidur pada remaja di Medan.
1.5.2. Dibidang pelayanan masyarakat : meningkatkan pelayanan kesehatan pada remaja yang mengalami ganguan tidur. 1.5.3. Dibidang pengembangan penelitian : dapat menjadi sumber referensi mengenai gangguan tidur di kota Medan untuk penelitian lainnya seperti dampak gangguan tidur terhadap prestasi belajar