STRATEGI SEKOLAH DAN GURU DALAM MENANAMKAN SIKAP RELIGIUS DAN KEJUJURAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 4 Sambi)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

STRATEGI SEKOLAH DAN GURU DALAM MENANAMKAN SIKAP RELIGIUS DAN KEJUJURAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 4 Sambi)

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

Oleh: RIAN PUTERI SAYEKTI WIBOWO A

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

PENANAMAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB SISWA PADA PELAKSANAAN ULANGAN HARIAN DALAM MATA PELAJARAN

PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN MELALUI PRORGAM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus Pada Siswa Di MTs Negeri Surakarta 1 Tahun Pelajaran 2013/2014)

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dan guru dewasa ini dihadapkan pada tuntutan. yang semakin berat terutama untuk mempersiapkan anak didik agar

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB 1 PENAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN PEMAHAMAN TENTANG KEDISIPLINAN PENGARUHNYA TERHADAP KETAATAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB DAN HASIL BELAJAR DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN QUIZ TEAM. ( PTK Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII F Semester Genap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

ANALISIS MUATAN KARAKTER PADA BUKU TEKS PELAJARAN MATEMATIKA SMP/MTS KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

NASKAH PUBLIKASI KONTRIBUSI TATA TERTIB SEKOLAH TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 3B DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan nasional...bertujuan untuk

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. patriotisme, dan ciri khas yang menarik (karakter) dari individu dan masyarakat bangsa

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat. Sarjana S-1. Pendidikan Matematika. Oleh: MA UNAH A

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI PROGRAM PAGI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: RATIH SILVIANA A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB IV ANALISIS PERAN GURU DALAM PROSES PENGEMBANGAN KECERDASAN. Peran Guru dalam Proses Pengembangan Kecerdasan Spiritual siswa di MI Walisongo

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan tuntutan baru dalam masyarakat. Perubahan tersebut. terlebih jika dunia kerja tersebut bersifat global.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Kewarganegaraan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

KEDISIPLINAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Banyudono, Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013)

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

PENGIMPLEMENTASIAN PENDIDIKAN KARAKTER OLEH GURU SEJARAH

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN 2008/2009

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI SD NEGERI TEGALSARI 01 KANDEMAN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

STRATEGI SEKOLAH DAN GURU DALAM MENANAMKAN SIKAP RELIGIUS DAN KEJUJURAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 4 Sambi) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika BRILIAN MEILANA DEWI A 410 100 084 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

STRATEGI SEKOLAH DAN GURU DALAM MENANAMKAN SIKAP RELIGIUS DAN KEJUJURAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 4 Sambi) Oleh: Brilian Meilana Dewi 1 dan Masduki 2. 1 Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta, brilianmeilanadewi@gmail.com 2 Staf Pengajar Universitas Muhammadiyah Surakarta, masduki@ums.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan strategi sekolah dan guru dalam menanamkan sikap religius dan kejujuran dalam pembelajaran matematika. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru matematika, dan siswa SMP Muhammadiyah 4 Sambi. Metode pengumpulan data adalah observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi. Analisis data secara kualitatif yaitu reduksi data, sajian data, dan penyimpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi sekolah dan guru dalam menanamkan sikap religius dalam pembelajaran matematika adalah (1) sekolah mengutamakan praktek-praktek keagamaan, (2) kepala sekolah selalu mengingatkan siswa melalui dokumen tertulis, pembinaanpembinaan lisan dan keteladanan, (3) kepala sekolah memberikan hukuman meliputi praktek sholat dan pelaporan kepada wali murid kepada siswa yang tidak sholat berjama ah, tidak berpakaian sopan, tidak mengikuti kegiatan keagamaan, (4) kegiatan yang dilakukan sekolah yaitu penertiban rutin untuk pelaksanaan sholat, mengadakan bimbingan keagamaan, dan mengadakan kelas BTA, (5) guru memberi keteladanan seperti selalu berdoa sebelum dan sesudah proses pembelajaran matematika, membaca surat pendek, memberi salam, (6) guru mengatasi siswa yang berdoa tidak khusyu, tidak membaca surat pendek dengan pembacaan surat pendek di depan kelas. Strategi sekolah dan guru dalam menanamkan sikap kejujuran dalam pembelajaran matematika adalah (1) kepala sekolah selalu mengingatkan siswa dengan keteladanan, (2) kepala sekolah mengatasi siswa yang yang ketahuan tidak membayar di kantin, membawa alatalat komunikasi di sekolah, membawa suatu barang milik siswa lain dengan sanksi misalnya hukuman membersihkan ruangan kelas, pelaporan kepada wali murid, dan pemberian skors, (3) kegiatan yang dilakukan sekolah yaitu memberikan bimbingan konseling tentang kejujuran, (4) guru mengingatkan siswa untuk tidak curang dalam mengerjakan soal ujian, berkata jujur apabila belum jelas mengenai materi, mengatakan dengan jujur jumlah nilai yang didapatkan, (5) guru selalu menegur dan memberi sanksi meliputi pengurangan nilai, pengerjaan ulang jawaban ujian, dan dikeluarkan dari kelas agar belajar di perpustakaan. Kata kunci: strategi sekolah dan guru; sikap religius; sikap kejujuran; pembelajaran matematika

PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan penting dalam proses perkembangan mutu suatu bangsa. Pendidikan berlangsung di lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah. Selain pendidikan akademik, pendidikan karakter juga diperlukan dalam membentuk watak seseorang. Seperti yang termuat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal 3 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Akan tetapi pada kenyataannya proses pendidikan tahap tertentu dianggap selesai dengan hasil ujian dan selesainya pemberian materi, padahal tujuan pendidikan lebih menekankan pada karakter bukan dalam bentuk skor yang tidak mencerminkan atau bertolak belakang dengan perilaku nyata peserta didik/lulusan. Menurut Sunaryo Kartadinata dalam Dharma, Cepi, dan Johar (2011: 4) bahwa ukuran keberhasilan pendidikan yang berhenti pada angka ujian, seperti halnya ujian nasional, adalah sebuah kemunduran, karena dengan demikian pembelajaran akan menjadi sebuah proses menguasai keterampilan dan mengakumulasi pengetahuan. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan karakter di sekolah yang bertujuan untuk memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilainilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah). Salah satu indikator penting dalam keberhasilan proses pembelajaran di sekolah adalah sikap siswa dalam pembelajaran, karena diperlukan sikap siswa yang baik dalam menerima, memahami, dan mengaplikasikan pelajaran. Terlebih pada pembelajaran matematika yang membutuhkan ketelitian dan ketepatan harus diimbangi dengan sikap siswa yang berkarakter.

Sikap religius merupakan landasan hidup yang penting dalam bertingkah laku menurut kepercayaan kepada Allah SWT dan diperlukan dalam membentuk kepribadian seseorang yang taat kepada seluruh ajaran Allah SWT. Untuk itu dalam membentuk kepribadian siswa diperlukan penanaman sikap religius terutama pada sekolah yang berlandaskan keislaman seperti sekolah Muhammadiyah. Dalam sekolah Muhammadiyah, sikap religius merupakan dasar atau ruh dari setiap proses pembelajaran yang dilaksanakan seperti proses pembelajaran matematika. Segala sesuatu yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran matematika harus didasarkan pada sikap religius yang bertujuan untuk membentuk siswa yang berakhlak mulia. Di SMP Muhammadiyah 4 Sambi, nilai religius tertuang dalam misi antara lain (1) Meletakkan pendidikan agama Islam yang berdasarkan pada Al-Qur an dan Sunnah sebagai pembentukan moral, (2) Menumbuhkan kegiatan yang bernuansa religius, berbudaya dan berbudi pekerti luhur yang berwawasan IPTEK dan IMTAQ, (3) Mengaktualisasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan di sekolah, di rumah dan di dalam masyarakat. Dari misi tersebut dapat disimpulkan bahwa semua kegiatan berlandaskan nilai religius. Selain itu, sikap kejujuran juga merupakan sikap yang penting dalam membentuk kepribadian siswa dalam proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran matematika siswa dituntut untuk menunjukkan sikap sebagai seseorang yang dapat dipercaya dalam perkataan dan tindakan tanpa melakukan kecurangan yang bertujuan untuk membentuk siswa yang berprestasi. Dari pernyataan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul Strategi Sekolah dan Guru dalam Menanamkan Sikap Religius dan Kejujuran dalam Pembelajaran Matematika (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 4 Sambi). Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan strategi sekolah dan guru dalam pembelajaran matematika di SMP Muhammadiyah 4 Sambi. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan strategi sekolah dan guru dalam menanamkan sikap religius dalam pembelajaran matematika di SMP Muhammadiyah 4 Sambi dan mendiskripsikan strategi

sekolah dan guru dalam menanamkan sikap kejujuran dalam pembelajaran matematika di SMP Muhammadiyah 4 Sambi. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu mendiskripsikan data atau fenomena yang dapat ditangkap oleh peneliti dengan menunjukkan bukti-buktinya. Penelitian dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 4 Sambi. Waktu penelitian selama 6 bulan dengan rincian kegiatan meliputi perencanaan, pelaksanaan, analisis data, dan pelaporan. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru matematika, dan siswa SMP Muhammadiyah 4 Sambi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah (1) observasi yaitu mengobservasi kegiatan yang berlandaskan sikap religius dan kejujuran yang telah dilakukan di sekolah dan dalam proses pembelajaran matematika, (2) wawancara untuk mendapatkan informasi secara langsung dari orang-orang yang bertanggung jawab dalam menanamkan sikap religius dan kejujuran, (3) angket untuk mengetahui tanggapan siswa, (4) dokumentasi untuk memperkuat hasil dari wawancara. Keabsahan data dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Pada triangulasi sumber dilakukan wawancara dengan sumber yang berbeda meliputi kepala sekolah dan guru matematika. Pada triangulasi teknik dilakukan wawancara dengan kepala sekolah dan guru matematika kemudian dicek dengan observasi, dokumentasi, dan angket siswa untuk mengetahui kebenaran dari hasil wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah (1) reduksi data adalah proses memilih, menyederhanakan, memokuskan, mengabstraksi dan mengubah data kasar. Peneliti mencatat hasil wawancara, observasi serta mengumpulkan data angket dan dokumentasi yang berhubungan dengan strategi sekolah dan guru dalam menanamkan sikap religius dan kejujuran dalam pembelajaran matematika, (2) sajian data merupakan suatu cara merangkai data dalam suatu organisasi yang memudahkan untuk pembuatan kesimpulan atau tindakan yang diusulkan. Peneliti menyusun data yang telah dikumpulkan sehingga menjadi informasi yang dapat

disimpulkan dan memiliki makna tertentu, (3) verifikasi data adalah penjelasan tentang makna data dalam suatu konfigurasi yang secara jelas menunjukkan alur kausalnya, sehingga dapat diajukan proposisi-proposisi yang terkait dengannya. Peneliti menyimpulkan dan menghubungkan semua data yang telah disusun dari hasil penelitian yang membentuk suatu kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Strategi sekolah dan guru dalam menanamkan sikap religius dalam pembelajaran matematika adalah sekolah mengutamakan praktek-praktek keagamaan yang menjadikan siswa lebih memahami pentingnya mengamalkan sikap religius dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kenyataannya, praktek-praktek keagamaan yang dilakukan siswa sudah berjalan dengan baik. Seperti yang dijelaskan kepala sekolah bahwa siswa telah mengenal sikap religius di sekolah dibuktikan dengan budi pekerti, ucapan, dan tindakannya sehari-hari. Selain itu, di sekolah siswa juga telah melakukan praktek-praktek keagamaan secara baik seperti waktunya sholat maka siswa sholat berjama ah di masjid, dalam berpakaian siswa juga berdasarkan norma-norma keagamaan seperti siswa putri harus berjilbab, setiap jum at ada gerakan infaq sebagai wujud dari bentuk sikap religius. Dengan praktek-praktek keagamaan tersebut akan menjadikan siswa lebih memahami pentingnya mengamalkan sikap religius dalam kehidupan seharihari. Sesuai dengan Mecit Aslan (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Handbook of Moral and Character Education meneliti tentang pendidikan moral dan karakter yang menyimpulkan bahwa pentingnya pendekatan moral dan pendidikan karakter dalam pertumbuhan interaksi sosial bagi siswa dan pendidikan didefinisikan praktek sekolah dan guru untuk mempengaruhi belajar siswa dan perkembangan moral. Kepala sekolah selalu mengingatkan siswa melalui dokumen tertulis berupa tata tertib yang terpampang di setiap kelas, pembinaan-pembinaan lisan pada waktu upacara atau pada saat masuk kelas dan yang lebih penting dengan cara keteladanan. Selain itu, kepala sekolah memberikan efek jera kepada siswa yang melanggar sikap religius dengan cara menegur dengan lisan, mengingatkan,

menasehati di ruang guru, kesiswaan dan kepala sekolah atau jika lisan sudah tidak bisa membuat siswa jera dan sudah dua kali melanggar biasanya dengan tindakan. Dalam kenyataannya, sekolah telah melakukan teguran pada siswa yang melanggar dengan hukuman yang bervariasi sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan siswa. Pada saat observasi terdapat kasus siswa yang minum-minuman keras di sekolah dan sekolah langsung menyelidiki dan memberikan skorsing pada siswa yang menjadi dalang terjadinya kasus tersebut. Dari kenyataan tersebut sesuai dengan penelitian Lukman Hakim (2012) yang berjudul Internalisasi Nilai-Nilai Agama Islam dalam Pembentukan Sikap dan Perilaku Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya yang menyimpulkan bahwa pendekatan untuk menanamkan nilai-nilai agama Islam kepada siswa dilakukan melalui proses pendekatan secara bertahap yaitu: pertama dengan ajakan dan pembiasaan, kedua dengan proses penyadaran emosi, dan ketiga dengan proses pendisiplinan dan penegakan aturan bagi siswa yang melanggar. Kegiatan yang dilakukan sekolah dalam menanamkan sikap religus yaitu penertiban rutin untuk pelaksanaan sholat Dhuha pada saat istirahat pertama dan sholat Dhuhur pada saat istirahat kedua, mengadakan bimbingan keagamaan pada hari Jum at, dan mengadakan kelas BTA yang dilakukan setiap hari senin setelah jam pelajaran selesai. Semua kegiatan telah dilakukan sekolah dengan baik dan rutin yang ditunjukkan dengan semakin sadar dan rajinnya siswa dalam mengikuti kegiatan tanpa ada paksaan. Namun, dalam kegiatan tersebut peran guru serta karyawan masih kurang dalam pengkondisian siswa yang ditunjukkan dengan hanya beberapa guru yang selalu mengkondisikan siswa. Tanggapan dari siswa juga menyatakan sekolah telah melakukan semua kegiatan meliputi penertiban rutin untuk pelaksanaan sholat, mengadakan bimbingan keagamaan, dan kelas BTA. Siswa menjadi lebih disiplin dalam pelaksanaan sholat dan semakin fasih dalam membaca Al-Qur an. Guru mengingatkan siswa dengan cara lisan untuk selalu jujur dan bertanggung jawab terhadap ilmu matematika dalam proses dan hasil mendapatkan ilmu tersebut. Siswa selalu diingatkan dan diberi keteladanan atau contoh agar terbiasa bersikap religius dalam pembelajaran matematika seperti

selalu berdoa sebelum dan sesudah proses pembelajaran matematika secara khusyuk dan serius. Selain itu, guru mengatasi siswa yang melanggar sikap religius dalam pembelajaran matematika dengan menegur dan menasehati tentang pentingnya pengetahuan dan praktek keagamaan dalam kehidupan sehari-hari agar tidak melanggar seluruh ajaran Allah SWT. Siswa menjadi berpikir dua kali untuk melakukan pelanggaran dalam pembelajaran matematika dikarenakan siswa mengerti bahwa Allah SWT selalu mengamati sikap atau perbuatan yang dilakukan. Guru juga harus berperan dalam proses pembelajaran dengan selalu mengutamakan sikap religius. Sesuai dengan Cheng dan Lee Ro Yu (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Character Education and Character-trait Development: An Enrichment for College Students yang menyimpulkan bahwa guru harus melakukan metode pengajaran karakter misalnya topik metode pengayaan serta pengajaran terintegrasi menekankan karakter, dan karakter menggembirakan yang membuat siswa bersedia untuk menunjukkan karakter yang baik dan tidak hanya fokus pada keberhasilan dan prestasi. Tanggapan siswa SMP Muhammadiyah 4 Sambi menyatakan bahwa guru menerapkan sikap religius pada proses pembelajaran matematika seperti selalu berdoa pada saat sebelum dan sesudah proses pembelajaran matematika dan guru selalu mengingatkan pentingnya sikap religius pada proses pembelajaran matematika. Strategi sekolah dan guru dalam menanamkan sikap kejujuran dalam pembelajaran matematika adalah kepala sekolah selalu mengingatkan siswa dengan nasehat pada waktu upacara bendera yakni dengan lisan dan tindakan atau keteladanan. Keteladanan memang cara yang efektif dalam mengingatkan dan mengajarkan siswa karena dalam masa perkembangan yang dialami siswa diperlukan sosok yang menjadi panutan terutama seseorang yang berada di sekeliling siswa. Sesuai dengan Eka Fitriah dalam Agus Wibowo (2013: 165) menyatakan kepala sekolah harus memiliki komitmen yang kuat untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan positif misalnya kebiasaan memberikan teladan yang baik kepada guru dan warga sekolah lainnya dan kebiasaan berdisiplin.

Kepala sekolah mengatasi siswa yang kurang memiliki sikap kejujuran di sekolah dengan pengertian lisan kemudian sanksi misalnya siswa terbukti membawa suatu barang bukan miliknya maka siswa akan diberikan tindakan. Tindakan yang pertama dengan lisan terlebih dahulu dan itu harus bertahap seperti dari awal harus diingatkan dengan tata tertib yang ada tetapi apabila siswa masih bersikap tidak jujur maka akan diberikan sanksi. Di setiap kelas telah ditempelkan tata tertib sebagai acuan dalam melaksanakan semua tindakan di sekolah agar tidak terjadi suatu pelanggaran. Peran seluruh warga sekolah memang diperlukan untuk menimimalkan pelanggaran yang dilakukan siswa dengan selalu mengawasi dan memperingatkan siswa. Kegiatan yang dilakukan sekolah dalam menanamkan sikap kejujuran yaitu sekolah memberikan bimbingan konseling tentang kejujuran pada hari Jum at atau pada saat pembinaan siswa dan memberikan teguran apabila siswa berbohong. Sekolah belum memberikan penghargaan untuk siswa yang jujur dikarenakan belum ada pemikiran dari pihak sekolah untuk memberikan penghargaan atau hadiah untuk siswa yang jujur. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa pemberian penghargaan atau hadiah untuk siswa yang jujur dapat memberikan motivasi, menghindari rasa bosan bahkan kepuasaan tersendiri untuk siswa. Tanggapan siswa SMP Muhammadiyah 4 Sambi menyatakan bahwa sekolah memberikan bimbingan konseling tentang kejujuran, sekolah belum memberikan penghargaan untuk siswa yang jujur, sekolah memberikan teguran apabila siswa berbohong. Siswa bersikap jujur, berkata dan bertindak apa adanya dalam proses pembelajaran matematika tetapi pada kenyataannya siswa benar-benar serius mengerjakan soal apabila guru hadir di kelas. Hal tersebut dapat diartikan bahwa siswa belum sepenuhnya menerapkan sikap kejujuran dalam pembelajaran matematika. Siswa masih terpaku pada pentingnya nilai akhir daripada proses dalam pembelajaran yang meliputi sikap dan hati nurani. Sesuai dengan Harfan Laskar Pelangi dalam Muhammad Rohmadi (2012: 13) menunjukkan bahwa sekolah ini adalah sekolah dimana pendidikan agama, pendidikan budi pekerti

bukan sekedar pelengkap kurikulum, kecerdasan bukan diukur dari nilai-nilai atau angka-angka itu, bukan itu tetapi dari hati. Guru belum melakukan pengawasan yang ketat agar siswa tidak mencontek pada saat tes tertulis. Guru terkadang mengawasi siswa sambil menulis atau membaca buku. Padahal dengan pengawasan yang ketat akan melatih siswa untuk belajar mandiri dan merasa puas dengan baik atau tidaknya hasil yang diperoleh pada saat ujian matematika. Sesuai dengan Aynur Pala (2011) dalam penelitiannya yang berjudul The Need For Character Education yang menyimpulkan bahwa pengembangan keterampilan sosialisasi dan integrasi pendidikan karakter adalah merupakan bagian penting dari keberhasilan akademis anak. Upaya pendidikan karakter dapat menjadi efektif bila dilaksanakan secara ketat dan dengan dasar ilmiah. Sekolah harus fokus pada pengajaran karakter dalam kurikulum reguler. Guru selalu mengingatkan siswa bahwa sikap jujur dapat bermanfaat sepanjang hidup dan selalu jujur terutama saat evaluasi pembelajaran atau ujian. Dari manfaat tersebut, siswa akan berusaha melaksanakan sikap kejujuran dalam pembelajaran matematika sehingga siswa akan berprestasi. Sesuai dengan Dindin Jamaluddin (2013) dalam jurnal internasional yang berjudul Character Eduation in Islamic Perspective menyimpulkan bahwa pendidikan karakter sangat penting untuk kurikulum pendidikan nasional yang dilaksanakan. Pendidikan karakter digunakan untuk mempersiapkan manusia bertahan hidup di masa sekarang dan masa depan dengan pendidikan non formal sebagai salah satu cara untuk mengatasinya. Guru selalu menegur dan memberi sanksi ketika siswa curang dan belum membiasakan siswa ditunjuk untuk presentasi dalam pemecahan masalah. Dalam kenyataannya, masih kurang pembiasaan yang dilakukan siswa, karena guru masih mendominasi dalam pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika. Sesuai dengan Sue Winton (2010) dalam jurnal internasional yang berjudul Character Education: Implications for Critical Democracy menyimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah upaya yang disengaja oleh sekolah-sekolah untuk mengajarkan nilai-nilai kepada siswa. Metode pengajaran yang disarankan

meliputi instruksi langsung, pemodelan, praktek dan melayani orang lain. Jadi, praktek pembiasaan kepada siswa harus didukung dan selalu dilakukan agar siswa tidak menyepelekan dan berusaha menyelesaikan soal dalam pembelajaran matematika. Tanggapan siswa SMP Muhammadiyah 4 Sambi menyatakan bahwa guru selalu mengingatkan pentingnya sikap kejujuran dalam proses pembelajaran matematika, guru belum mengawasi secara cermat pada saat tes matematika, dan guru memberikan sanksi kepada siswa yang curang selama proses pembelajaran matematika. SIMPULAN DAN SARAN Strategi sekolah dan guru dalam menanamkan sikap religius dalam pembelajaran matematika adalah (1) sekolah mengutamakan praktek-praktek keagamaan yang menjadikan siswa lebih memahami pentingnya mengamalkan sikap religius dalam kehidupan sehari-hari, (2) kepala sekolah selalu mengingatkan siswa melalui dokumen tertulis berupa tata tertib yang terpampang di setiap kelas, pembinaan-pembinaan lisan pada waktu upacara atau pada saat masuk kelas dan yang lebih penting dengan cara keteladanan, (3) kepala sekolah memberikan efek jera kepada siswa yang melanggar sikap religius dengan cara menegur dengan lisan, mengingatkan, menasehati di ruang guru, kesiswaan dan kepala sekolah atau apabila siswa belum jera dan sudah dua kali melanggar biasanya dengan tindakan, (4) kegiatan yang dilakukan sekolah dalam mengimplementasikan sikap religus yaitu penertiban rutin untuk pelaksanaan sholat Dhuha, mengadakan bimbingan keagamaan, dan mengadakan kelas BTA, (5) guru mengingatkan siswa dengan cara lisan untuk selalu jujur dan bertanggung jawab terhadap ilmu matematika dalam proses dan hasil mendapatkan ilmu tersebut. Siswa selalu diingatkan dan diberi keteladanan atau contoh agar terbiasa bersikap religius dalam pembelajaran matematika seperti selalu berdoa sebelum dan sesudah proses pembelajaran matematika, (6) guru mengatasi siswa yang melanggar sikap religius dalam pembelajaran matematika dengan menegur dan

menasehati tentang pentingnya pengetahuan dan praktek keagamaan dalam kehidupan sehari-hari agar tidak melanggar seluruh ajaran Allah SWT. Strategi sekolah dan guru dalam menanamkan sikap kejujuran dalam pembelajaran matematika adalah (1) kepala sekolah selalu mengingatkan siswa dengan nasehat pada waktu upacara bendera yakni dengan lisan dan tindakan atau keteladanan, (2) kepala sekolah mengatasi siswa yang kurang memiliki sikap kejujuran di sekolah dengan teguran yakni secara lisan kemudian sanksi, (3) kegiatan yang dilakukan sekolah dalam mengimplementasikan sikap kejujuran yaitu sekolah memberikan bimbingan konseling tentang kejujuran, (4) guru selalu mengingatkan siswa bahwa sikap jujur dapat bermanfaat sepanjang hidup dan selalu jujur terutama saat evaluasi pembelajaran atau ujian, (5) guru selalu menegur dan memberi sanksi ketika siswa curang. Guru telah menanamkan sikap religius pada proses pembelajaran dengan selalu mengingatkan, mengatasi siswa yang melanggar, dan selalu berdoa pada saat sebelum dan sesudah proses pembelajaran matematika. Namun, dalam inti proses pembelajaran guru belum menghubungkan materi pelajaran dengan sikap religius. Sekolah dan guru harus mengutamakan praktek pembiasaan agar siswa terbiasa dalam melakukan sikap religius dan kejujuran di sekolah maupun dalam proses pembelajaran matematika. Selain itu, sekolah dan guru harus bekerjasama dalam pengkondisian siswa sehingga semua strategi dapat berjalan lancar dan teratur. DAFTAR PUSTAKA Aslan, Mecit. 2011. Handbook of Moral and Character Education. International Journal of Instruction, Vol. 4, No. 2, July 2011. Cheng dan Lee Ro Yu. 2007. Character Education and Character-trait Development: An Enrichment for College Students. China: Kao Yuan University Hakim, Lukman. 2012. Internalisasi Nilai-Nilai Agama Islam dalam Pembentukan Sikap dan Perilaku Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al- Muttaqin Kota Tasikmalaya. Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta lim Vol. 10 No. 1 2012.

Jamaluddin, Dindin. 2013. Character Education in Islamic Perspective. International Journal of Scientific & Technology Research Volume 2, Issue 2, February 2013. Kesuma, Dharma dan Cepi Triatna. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Pala, Aynur. 2011. The Need for Character Education. International Journal of Social Sciences and Humanity Studies, Vol 3, No 2, 2011. Rohmadi, Muhammad. 2012. Menjadi Guru Profesional dan Berkarakter. Surakarta: Yuma Pustaka. Wibowo, Agus. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Winton, Sue. 2010. Character Education: Implications for Critical Democracy. International Critical Childhood Policy Studies, Vol 1(1).