1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pengolahan merupakan sektor yang mempunyai konstribusi cukup besar bagi struktur perekonomian di Kabupaten Magelang. Data pada tahun 2012 menunjukkan bahwa industri pengolahan merupakan penyumbang Produk Domestik Regional Bruto terbesar kedua setelah sektor pertanian dengan nilai sebesar 18,59%. Sebagai penggerak ekonomi di Kabupaten Magelang, sudah sepantasnya bahwa industri pengolahan mendapatkan perhatian khusus sehingga dapat mengoptimalkan kinerjanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Salah satu upaya yang ditempuh Pemerintah Kabupaten Magelang adalah dengan menyediakan kawasan peruntukan industri bagi industri besar dan menengah. Pengertian industri menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 1984 tentang Perindustrian adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri, pengertian kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang mempunyai Izin Usaha Kawasan Industri. Adapun kawasan peruntukan 1
2 industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kawasan peruntukan industri ditetapkan berdasarkan kriteria-kriteria sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Pasal 69 yaitu bahwa kawasan peruntukan industri berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri, tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup dan/atau tidak mengubah lahan produktif. Penetapan kawasan peruntukan industri dimaksudkan untuk mengarahkan agar kegiatan industri dapat berlangsung secara efisien dan produktif, mendorong pemanfaatan sumber daya setempat, pengendalian dampak lingkungan, dan sebagainya. Kecamatan Tempuran sebagai Kawasan Peruntukan Industri (KPI) ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Magelang Tahun 2010-2030. Beberapa pertimbangan dalam penetapan kawasan peruntukan industri di Kecamatan Tempuran adalah lokasi yang strategis karena dilalui jalan propinsi dan kondisi tanah yang relatif datar. Di samping itu, Kecamatan Tempuran berada cukup dekat dengan Kota Magelang sebagai lokasi awal berdirinya beberapa industri yang sekarang berada di Tempuran. Sebagai wujud implementasi RTRW Kabupaten Magelang, selanjutnya disusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Tempuran yang mempunyai tujuan untuk mewujudkan ruang kecamatan yang didukung sektor
3 industri dan pertanian melalui pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Berdasarkan rencana pola ruang Kecamatan Tempuran disebutkan bahwa zona industri berada di Desa Tempurejo, Girirejo, Sidoagung, Tanggulrejo, Kalisari, Jogomulyo, dan Sumberarum. Namun pada kenyataannya, hanya empat desa yang sudah dikembangkan untuk kegiatan industri yaitu meliputi Desa Tempurejo, Girirejo, Sidoagung, dan Tanggulrejo. Keberadaan industri seringkali menjadi kutub pertumbuhan (growth pole) bagi perkembangan wilayah. Sebagaimana dikemukakan oleh Perroux (dalam Muta ali 2011: 153) bahwa pertumbuhan ekonomi tidak menyebar dengan sendirinya secara merata ke seluruh wilayah, melainkan harus ada tenaga pendorong berupa industri-industri yang cenderung beraglomerasi di tempattempat tertentu yang pada umumnya merupakan suatu kota. Keberadaan industri tidak hanya dapat menarik masyarakat untuk tinggal dan melakukan kegiatan usaha di sekitar lokasi industri namun juga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar daerah belakangnya. Dalam perkembangannya, teori dari Perroux tersebut sangat mempengaruhi pandangan negara-negara di dunia bahwa industrialisasi merupakan cara terbaik untuk memajukan pembangunan dan mencapai kemakmuran secara cepat dibandingkan apabila tanpa melalui proses tersebut (Yustika, 2000: 59). Beberapa penelitian mengenai perkembangan industri menunjukkan pengaruh yang berbeda antara industri yang terpusat dalam satu kawasan (enclave industry) dengan industri yang bersifat terbuka. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Priyandono (2001) menyimpulkan bahwa adanya suatu kawasan industri
4 yang bersifat enclave mempunyai keterkaitan yang sangat lemah dengan perkembangan kawasan di sekitarnya. Sedangkan industri yang berkembang secara terbuka memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap sistem aktivitas dan pengembangan lahan di sekitar kawasan industri sehingga menyebabkan pola pemanfaatan lahan yang tidak teratur (Yuliawati, 2003). Kegiatan industri di Kecamatan Tempuran pada awalnya berkembang secara alamiah, dalam artian industri muncul lebih dulu tanpa adanya penataan kawasan yang direncanakan dengan baik. Bermula dari adanya industri tekstil kemudian diikuti perkembangan industri-industri lainnya. Pada saat ini industri yang ada di KPI Kecamatan Tempuran adalah industri menengah dan besar dengan jenis yang beragam mulai dari industri tekstil, karoseri bus, pengolahan kayu, daur ulang plastik, pembuatan jamu, genteng beton, payung kain, dll. Hal yang berbeda dari kawasan industri pada umumnya adalah bahwa industri-industri yang berkembang di Kecamatan Tempuran tidak berada pada satu kawasan khusus sebagai industrial estate tetapi menyebar pada beberapa desa. Keberadaan industri bercampur dengan fungsi-fungsi lain seperti permukiman, perdagangan dan jasa, serta lahan pertanian. Kondisi demikian ini memberi peluang untuk terjadinya alih fungsi lahan yang bersifat sporadis dan membentuk pola yang tidak teratur. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan pola alih fungsi lahan yang terjadi di KPI Kecamatan Tempuran dan mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pola tersebut sehingga kemungkinan munculnya pengaruh negatif dapat diantisipasi dengan kebijakan penataan ruang yang tepat.
5 1.2 Perumusan Masalah Penetapan kawasan peruntukan industri di Kecamatan Tempuran didasarkan pada munculnya industri-industri secara alamiah, dalam artian industri muncul lebih dulu tanpa adanya penataan kawasan yang direncanakan dengan baik. Perkembangan kegiatan industri ini semakin lama jumlahnya semakin banyak dan didukung oleh lokasi yang strategis karena dilalui oleh jalan propinsi yang menghubungkan kota Magelang dan Kabupaten Purworejo. Di samping itu, lokasi industri ini juga tidak jauh dengan Kota Mungkid sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Magelang dan Kecamatan Mertoyudan sebagai kawasan cepat tumbuh. Jarak Kecamatan Tempuran dengan Kota Mungkid adalah 8 km sedangkan dengan Kecamatan Mertoyudan berjarak 6 km. Kebijakan pemerintah dalam menetapkan kawasan peruntukan industri di Kecamatan Tempuran sebagai kawasan industri yang bersifat terbuka dan berbaur dengan fungsi-fungsi lain memberi peluang untuk terjadinya alih fungsi lahan yang bersifat sporadis. Peralihan yang sporadis ini memuat karakter individual atau oleh sekelompok masyarakat sehingga luasan lahan yang beralih fungsi tidak dapat diprediksi, menyebar tidak terkonsolidasi (Nugroho dan Dahuri, 2004:155). Hal ini pastinya akan menimbulkan kesulitan bagi pemerintah dalam mengelola dan mengarahkan perkembangan wilayah termasuk dalam hal penyediaan infrastruktur dan fasilitas penunjang.
6 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yang nantinya akan dibahas. Adapun pertanyaan penelitian yang muncul adalah sebagai berikut: a. Bagaimana pola alih fungsi lahan yang terjadi di Kawasan Peruntukan Industri (KPI) Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang tahun 2006 sampai 2013 yang meliputi empat desa yaitu Desa Tempurejo, Girirejo, Sidoagung, dan Tanggulrejo? b. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi terbentuknya pola alih fungsi lahan tersebut? 1.4 Tujuan Penelitian Selaras dengan pertanyaan penelitian maka tujuan dari penelitian Pola Alih Fungsi Lahan Tahun 2006-2013 di Kawasan Peruntukan Industri Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang adalah : a. Mendeskripsikan pola alih fungsi lahan yang terjadi di KPI Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang tahun 2006 sampai 2013 yang meliputi empat desa yaitu Desa Tempurejo, Girirejo, Sidoagung, dan Tanggulrejo. b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola alih fungsi lahan tersebut. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini secara umum diharapkan akan dapat bermanfaat dalam perencanaan pengembangan wilayah terutama pada suatu wilayah yang menjadi
7 lokasi perkembangan industri menengah dan besar. Secara spesifik, dengan penelitian ini diharapkan akan diperoleh beberapa manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan gambaran yang jelas mengenai pola alih fungsi lahan yang terjadi selama kurun waktu 2006 sampai 2013 di KPI Kecamatan Tempuran meliputi empat desa yaitu Desa Tempurejo, Girirejo, Sidoagung, dan Tanggulrejo. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu pola alih fungsi lahan di KPI Kecamatan Tempuran. 3. Memberi masukan bagi pemerintah terkait kebijakan penataan ruang terutama pada wilayah yang menjadi pusat perkembangan kegiatan industri menengah dan besar. 1.6 Batasan Penelitian Ruang lingkup penelitian terdiri dari ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi. Ruang lingkup wilayah penelitian ini meliputi empat desa di Kecamatan Tempuran yang ditetapkannya sebagai lokasi KPI dan terlihat adanya perkembangan kegiatan industri yang signifikan, yaitu meliputi Desa Tempurejo, Girirejo, Sidoagung, dan Tanggulrejo. Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.1. Ruang lingkup materi penelitian ini adalah pola alih fungsi lahan yang terjadi di KPI Kecamatan Tempuran selama kurun waktu delapan tahun yaitu tahun 2006 sampai dengan 2013 dan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola alih fungsi lahan tersebut. Mengingat konteks penelitian ini adalah kawasan peruntukan industri, maka pola alih fungsi lahan yang akan dibahas adalah alih fungsi lahan untuk kegiatan industri dan permukiman yang ikut berkembang akibat adanya peningkatan aktivitas industri.
Gambar 1.1 Peta Lokasi Penelitian Sumber: Bappeda Kabupaten Magelang, diolah 2014 8
9 1.7 Keaslian Penelitian Keaslian penelitian dimaksudkan untuk memberikan keterangan atau penjelasan mengenai persamaan atau perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari judul penelitian, tujuan, lokasi, metode analisis yang digunakan maupun hasil akhir dari penelitian. Penelitian mengenai alih fungsi lahan pada wilayah yang menjadi kawasan pekembangan kegiatan industri telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Hal yang membedakan dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa penelitian ini membahas lokasi penelitian yang berbeda dan mempunyai tujuan yang berbeda pula, yaitu untuk mendeskripsikan pola alih fungsi yang terjadi di suatu kawasan peruntukan industri. Suatu keunikan tersendiri bahwa lokasi penelitian ini bukan merupakan kawasan industri yang dipersiapkan oleh pemerintah dan dikelola secara khusus oleh perusahaan pengelola kawasan industri tetapi berupa kawasan-kawasan untuk kegiatan industri yang berkembang tanpa didahului dengan adanya perencanaan tata ruang yang baik. Untuk melihat perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya secara lebih rinci akan ditampilkan pada Tabel 1.1.
10 Tabel 1.1 Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya No. Peneliti Judul Lokasi Tujuan Hasil 1. Hasvia Kajian faktorfaktor penentuan lokasi industri di Klaten - 2000 Kab. Klaten, Jawa Tengah Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi industri Faktor yang paling mempengaruhi penentuan lokasi industri adalah tenaga kerja, keahlian, perkembangan teknologi, daya dukung lahan, ketersediaan lahan, harga lahan, aksesibilitas dan tata ruang 2. Pramu Sigit Priyandono Kajian Pengaruh Perkembangan Kawasan Industri SIER terhadap Perubahan Guna Lahan Kawasan Sekitarnya - 2001 Kab. Sidoarjo, Jawa Timur Mengetahui ada tidaknya keterkaitan antara perkembangan kawasan industri SIER dengan perubahan guna lahan kawasan sekitarnya Tidak terdapat keterkaitan antara perkembangan kawasan industri SIER dengan perubahan guna lahan kawasan sekitarnya karena kawasan industri SIER berkembang secara enclave. 3. Yuliawati Perubahan Pemanfaatan Lahan Akibat Perkembangan Industri di Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo - 2003 Kec. Gedangan, Kab. Sidoarjo, Jawa Timur Mengetahui keterkaitan perkembangan industri dengan perubahan pemanfaatan lahan di Kec. Gedangan Industri yang berkembang secara terbuka mempengaruhi sistem aktivitas dan pengembangan lahan di sekitar kawasan industri sehingga menyebabkan pola pemanfaatan lahan yang tidak teratur. 4. Abdullah Pengaruh Perkembangan Industri Terhadap Pola Pemanfaatan Lahan di Wilayah Kecamatan Bergas - 2010 Kec. Bergas, Kab. Semarang, Jawa Tengah Mengkaji pengaruh perkembangan industri terhadap perubahan pola pemanfaatan lahan Perkembangan industri telah merubah pola pemanfaatan lahan yang semula berbentuk rantai yang terputus menjadi rantai tidak terputus dan membentuk gurita/bintang Sumber: Penelitian terdahulu dihimpun tahun 2014
11 1.8 Sistematika Penulisan Sistematika yang dipakai dalam penulisan penlitian ini adalah sebagai berikut: BAB I Pendahuluan yang memuat latar belakang, perumusan masalah yang kemudian disusun pertanyaan, tujuan, dan manfaat penelitian. Selanjutnya disampaikan pula mengenai batasan penelitian meliputi ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi untuk memberikan batasan substansi pembahasan agar lebih fokus dalam mencapai tujuan penelitian. BAB II Menyajikan dasar-dasar teori yang berkaitan dengan topik masalah yang diteliti diantaranya teori mengenai lokasi industri, lahan dan pola tata guna lahan, perubahan penggunaan lahan yang menyangkut pola alih fisik, proses alih fungsi, dan proses perembetan kenampakan fisik kota, serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan. Pada bagian akhir dari bab ini menyajikan proposisi penelitian yang merupakan refleksi perkembangan teori terbaru mengenai kasus yang sedang diteliti dan juga disertai definisi operasional penelitian. BAB III Metode penelitian yang menjelaskan mengenai metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian, alasan pemilihan kasus dan lokasi penelitian, kisi-kisi penelitian yang memuat pertanyaan lebih rinci untuk mencapai tujuan penelitian, tahapan penelitian meliputi desain, teknik pengumpulan dan analisa data, serta yang terakhir adalah penyusunan protokol penelitian.
12 BAB IV Memberikan gambaran umum mengenai wilayah penelitian berkaitan dengan kondisi fisik, kependudukan, dan penggunaan lahan. Sesuai dengan topik penelitian, maka disajikan pula data yang memberikan informasi tentang jenis dan sebaran industri. BAB V Hasil dan pembahasan memuat analisis perkembangan kegiatan industri di wilayah penelitian meliputi karakteristik, jenis dan sebaran industri. Analisis perubahan penggunaan lahan untuk kegiatan industri dan permukiman dilakukan melalui tumpangsusun (overlay) peta pola ruang tahun 2006, 2009, dan 2013 untuk kemudian dicermati dan dideskripsikan secara jelas pola alih fungsi lahan yang terjadi. Hasil anasilis ini selanjutnya dikaitkan dengan fenomena di lapangan untuk mengidentifikasi dan menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi pola alih fungsi lahan yang terbentuk pada lokasi penelitian tersebut. BAB VI Memuat kesimpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi yang diusulkan sebagai implikasi kebijakan bagi pemerintah dan juga menyampaikan rekomendasi penelitian lebih lanjut.