BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan hak bagi setiap orang. Untuk mewujudkannya pemerintah bertanggung

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 menyatakan bahwa. upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang ditetapkan dalam UU nomor 40 tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan secara merata dengan mengutamakan penyembuhan penyakit serta pemulihan

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya kualitas pelayanan, maka fungsi pelayanan di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2015). Sedangkan kesehatan menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009

dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Jaminan Kesehatan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis (UU No. 36 Tahun 2009). Maka kesehatan merupakan kebutuhan dasar. manusia untuk dapat hidup layak dan produktif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemanfaatan pelayanan kesehatan secara umum bisa dikaitkan baik. di beberapa daerah yang mengalami kendala dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional pada Pelayanan Kesehatan Primer

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek

BAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGELOLAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. itu dari segi kebutuhan sandang, kebutuhan pangan, maupun kebutuhan papan

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara 2 Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

BAB I PENDAHULUAN. atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan. kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Timbal baliknya setiap

BAB I PENDAHULUAN. Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat wajib (mandatory) dan dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang teramanat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. aktifitas sehari harinya. Kesehatan yang dimiliki seseorang tidak hanya ditinjau dari

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya sehari-hari. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. (Yustina, 2015). Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, dan terjangkau. Hak warga negara dijamin oleh pemerintah dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat hidup masyarakat, sehingga semua negara berupaya

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dalam melaksanakan pembangunan kesehatan. Dalam upaya menuju

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

BAB I PENDAHULUAN. setelah krisis ekonomi melanda Indonesi tahun 1997/1998. Sebagian besar

MANFAAT DALAM PENGATURAN PERPRES NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh warga Negara termasuk fakir miskin dan orang tidak mampu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa jaminan kesehatan bagi masyarakat, khususnya

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pengetahuan Tentang Jaminan Kesehatan Nasional pada Mahasiswa Tingkat IV Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

BAB I PENDAHULUAN. lainnya baik pemerintah maupun swasta. Puskesmas merupakan upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini, penulis akan menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2013 telah tersedia Puskesmas, sekitar Puskesmas

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia, perlu diketahui

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1.1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Amanat Pasal 28-H dan Pasal 34 UUD 1945, Program Negara wajib

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hak-hak sipil dan kebutuhan hajat hidup orang banyak itu harus atau

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Mengingat pentingnya

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 22

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomis (Perpres no. 72 Tahun 2012). Menurut UU no. 36 Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Pada era JKN

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sejahtera. Seluruh kepentingan masyarakat dalam rangka

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Dae

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

KONDISI TERKINI PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28 H dan UU Nomor 36/2009 tentang kesehatan). Oleh karenanya setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya dan negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhinya hak hidup sehat bagi penduduknya (Depkes RI,2009) Pelayanan kesehatan menurut H L Blum merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan, dan perawatan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Kondisi pelayanan kesehatan sangat menunjang derajat kesehatan masyarakat sehingga pelayanan kesehatan yang berkualitas sangat dibutuhkan. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan suatu kebutuhan masyarakat dan sering kali menjadi ukuran dalam keberhasilan pembangunan. Melalui pembangunan di bidang kesehatan diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat secara memadai (Dinas Kesehatan, 2007) Menyadari bahwa pelayanan kesehatan menjadi kebutuhan setiap warga negara, maka pemerintah berupaya dari waktu ke waktu untuk menghasilkan program-program yang dapat meningkatkan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

Salah satu program yang diselenggarakan oleh Pemerintah Indonesia adalah penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sesuai Undang-Undang (UU) nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Rumengan dkk, 2015). Program jaminan kesehatan dijalankan secara nasional dengan prinsip asuransi sosial, prinsip ekuitas dan sistemnya berupa sistem gotong royong dimana peserta mampu dan sehat akan membantu peserta yang miskin dan sakit (UU NO 40/2004). Menurut data BPJS (2016), Jumlah peserta program JKN sampai tanggal 18 November 2016 berjumlah 170.954.111 orang. Peserta JKN terdiri dari Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) dan Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI). Menurut Peraturan Pemerintah nomor 101 tahun 2012, peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) adalah fakir miskin dan orang tidak mampu sedangkan yang termasuk peserta Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI) adalah setiap orang yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu, yang membayar iuran secara sendiri ataupun kolektif ke BPJS Kesehatan, seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS), Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta dan Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja menerima upah. Puskesmas dalam sistem JKN memiliki peran yang besar kepada peserta BPJS kesehatan. Puskesmas merupakan salah satu fasilitas kesehatan tingkat pertama milik pemerintah. Puskesmas yang tersebar di Indonesia pada tahun 2014 berjumlah 9.601, terdiri dari 3.320 puskesmas perawatan dan 6.281 puskesmas non perawatan. Provinsi Sumatra Barat memiliki 263 Puskesmas dan 22 Puskesmas diantaranya

terdapat di Kota Padang. Puskesmas dalam implementasi di era JKN, harus menyiapkan pelayanan kesehatan sesuai kriteria teknis yang ditetapkan oleh BPJS kesehatan seperti tercantum dalam PERMENKES no 71 tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan pada jaminan kesehatan Nasional. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Indonesia, selain itu agar eksistensi puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama pemerintah tetap dimanfaatkan oleh masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang nomor 40 tahun 2004, Pelayanan kesehatan yang ditawarkan BPJS Kesehatan berupa pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan non kesehatan yang bersifat menyeluruh. Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan, sedangkan pelayanan non kesehatan yang bersifat menyeluruh terdiri dari akomodasi dan ambulans. Salah satu pelayanan kesehatan perorangan yang diberikan yaitu pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut. Pelayanan Kesehatan yang ditawarkan BPJS Kesehatan khususnya di puskesmas tak sepenuhnya dimanfaatkan oleh masyarakat, walaupun pelayanan kesehatan yang ditawarkan BPJS Kesehatan telah mencakup layanan preventif, kuratif, serta rehabilitatif. Target Nasional Angka Utilisasi Pelayanan Kesehatan Puskesmas di Indonesia minimal 15% (Depkes,2005). Berdasarkan data Riskesdas 2013, Pemanfaatan atau Utilisasi Pelayanan Kesehatan Puskesmas di Indonesia hanya 10,4%, sedangkan di Sumatra Barat hanya 0,8% yang menfaatkan Pelayanan Kesehatan Puskesmas. Hal ini menunjukkan bahwa minimnya persentase penduduk yang memanfaatkan Pelayanan Kesehatan.

Menurut penelitian Purba di Puskesmas Tarok (2013) mengatakan bahwa masyarakat dalam Pemanfaatan Puskesmas Tarok sebesar 13% dari seluruh responden, dan juga menurut penelitian Junaidi dkk (2014) menyatakan bahwa sebanyak 50% masyarakat yang memanfaatkan Puskesmas Guguak Panjang sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Hal ini juga menunjukan masih kurangnya angka pemanfaatan Puskesmas bagi penduduk di sekitar Puskesmas. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Padang, data kunjungan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Kota Padang yang Paling tinggi adalah Puskesmas Lubuk Buaya dengan 13,1%, sedangkan kunjungan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang termasuk terendah adalah Puskesmas Pemancungan dengan kunjungan 2,4%. Data kunjungan pasien yang menggunakan kartu JKN di Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Pemancungan yaitu Bulan Oktober 2016 hanya 106 pasien, Bulan November menurun yaitu 89 pasien, Bulan Desember 112 Pasien, dan rata-rata kunjungan per hari di Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Pemancungan hanya 5-8 orang. Data ini menunjukkan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas pemancungan termasuk yang sangat rendah di Puskesmas se-kota Padang. Pemanfaatan pelayanan kesehatan di tingkat Puskesmas memiliki beberapa faktor yang mempengaruhinya. Menurut Anderson (1975) faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah seperti demografi, tingkat pendidikan, kepercayaan kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan, tingkat pengetahuan, persepsi dan penilaian terhadap keluhan penyakit dan sebagainya. Penelitian Rumengang dkk (2015) menunjukan bahwa faktor yang paling dominan hubungannya dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas pada era JKN

adalah tingkat pengetahuan masyarakat terhadap sistem JKN yang masih rendah yaitu sebanyak 23,5%. Masyarakat masih kurang mengetahui sistem dan pelayanan kesehatan sehingga kurang memanfaatkan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget Kota Manado. Selain itu, penelitian dari Septianingrum dan ajeng tahun 2015 juga menunjukan faktor yang paling dominan hubungannya dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan pada era JKN yaitu tingkat pengetahuan masyarakat rendah tentang JKN sebesar 66,7% di desa Sobokerjo ngemplak, Boyolali. Berdasarkan masalah di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang JKN dengan utilisasi (pemanfaatan) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Wilayah Kerja Puskesmas Pemancungan Kota Padang. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu Adanya Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang JKN dengan Utilisasi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di wilayah kerja Puskesmas Pemancungan Kota Padang? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan Umum penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan

tingkat pengetahuan masyarakat tentang JKN dengan utilisasi pelayanan kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja Puskesmas Pemancungan Kota Padang. 1.3.2 Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang JKN terkait Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di wilayah kerja Puskesmas Pemancungan Kota Padang. 2. Mengetahui Utilisasi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Pemancungan Kota Padang. 3. Mengetahui hubungan Pengetahuan Masyarakat tentang JKN dengan Utilisasi Pemancungan Kota Padang. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang JKN dengan utilisasi (pemanfaatan) pelayanan kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja Puskesmas Pemancungan Kota Padang selaku Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). 2. Bagi Puskesmas a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak Puskesmas khususnya dalam mengevaluasi efektifitas pelayanan

gigi dan mulut yang diberikan. b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Puskesmas untuk maupun kesehatan lebih meningkatkan kinerja baik dalam hal promosi pelaksanaan program JKN khususnya untuk pelayanan gigi dan mulut. 3. Bagi Penyelenggara JKN Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak penyelenggara JKN dalam menilai dan mengevaluasi efektifitas kebijakan yang telah diterapkan oleh pemerintah dan dapat memberi gambaran kinerja pada periode berikutnya. 4. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan penerapan kebijakan JKN terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut di lingkup Puskesmas. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada masyarakat yang menggunakan asuransi kesehatan JKN di Wilayah Kerja Puskesmas Pemancungan Kota Padang yaitu Kelurahan Bukit Gado-Gado, Kelurahan Pasa Gadang, Kelurahan Batang Arau, dan Kelurahan Sabarang Palinggam.