II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan jenis tanaman polong-polongan

PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara.

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

REGENERASI EKSPLAN MELALUI ORGANOGENESIS DAN EMBRIOGENESIS SOMATIK

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Fabaceae. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Kultur Jaringan Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

KULIAH DASAR BIOTEKNOLOGI

TINJAUAN PUSTAKA Botani Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

BAB II TINJAUNAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Melon (Cucumis melo L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN

TEKNOLOGI KULTUR JARINGAN PERBANYAKAN TANAMAN SELAIN BENIH. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Pertama BBP2TP Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

TINJAUAN PUSTAKA. pertama adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar- akar cabang yang lurus.

TINJAUAN PUSTAKA. Mansur (2006) menyebutkan bahwa Nepenthes ini berbeda dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae. Orchidaceae merupakan famili

Teknik Kultur In Vitro Tanaman. Bab I : Pendahuluan 9/16/2012

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

Kombinasi Embriogenesis Langsung dan Tak Langsung pada Perbanyakan Kopi Robusta. Reny Fauziah Oetami 1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

KULTUR JARINGAN TANAMAN

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D.

I. TINJAUAN PUSTAKA. Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah termasuk ke dalam devisi Spematophyta, famili Papilionaceae, genus Arachis, species Arachis hypogaea L.

Regenerasi Tanaman secara In Vitro dan Faktor-Faktor Yang Mempenaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS

TINJAUAN PUSTAKA Botani

13/10/2012 PENDAHULUAN. REVIEW KULTUR JARINGAN CENDANA (Santalum album L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Suhadirman (1997) menyebutkan bahwa Musa acuminata ini berdasarkan. klasifikasi tumbuhan ini sebagai berikut : Kingdom : Plantae;

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Deptan (2006) sistematika tumbuh-tumbuhan, kacang tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman panili termasuk famili Orchidaceae, yang terdiri dari 700 genus

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengatnatan terhadap parameter saat muncul tunas setelah dianalisis. Saat muncul tunas (hari)

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. zat pengatur tumbuh memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Hal tersebut sesuai

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman manggis merupakan tanaman tropis yang berasal dari Asia Tenggara,

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

II. TINJAUAN PUSTAKA

KALIN merangsang pembentukan organ. Rhizokalin Filokalin Kaulokalin Anthokalin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

TINJAUAN PUSTAKA. Kenaf (Hibiscus cannabinus L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Kacang Tanah Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi Sub divisi Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) : Angiospermae (berbiji tertutup) : Dicotyledoneae (biji berkeping dua) : Rosales : Papilonaceae/Leguminosae : Arachis Spesies : Arachis hypogaea L. 2.1.1 Akar (Radix) Perakaran tanaman kacang tanah terdiri atas akar lembaga (radikula), akar tunggang (radix primaria), dan akar cabang (radix lateralis). Pertumbuhan akar menyebar ke semua arah sedalam lebih kurang 30 cm dari permukaan tanah. Akar berfungsi sebagai organ penghisap unsur hara dan air untuk pertumbuhan tanaman. Akar tanaman kacang tanah bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium radicicola. Bakteri ini terdapat pada bintil-bintil (nodula-nodula) akar tanaman kacang dan hidup bersimbiosis saling menguntungkan. Tanaman kacang tanah

10 tidak dapat menambat (mengambil) nitrogen bebas (N 2 ) dari udara tanpa bakteri Rhizobium. Sebaliknya, bakteri Rhizobium tidak dapat mengikat nitrogen tanpa bantuan tanaman kacang tanah. Pada bintil-bintil akar terdapat unsur nitrogen yang berguna untuk pertumbuhan tanaman dan ketersediaan unsur N dalam tanah (Rukmana, 2003). 2.1.2 Batang (Caulis) Batang tanaman kacang tanah berukuran pendek, berbuku-buku, dengan tipe pertumbuhan tegak atau mendatar. Pada mulanya batang tumbuh tunggal, kemudian lambat laun bercabang banyak seolah-olah merumpun. Panjang batang berkisar antara 30 cm 50 cm atau lebih, tergantung jenis atau varietas kacang tanah dan kesuburan tanah. Buku-buku (ruas-ruas) batang yang terletak di dalam tanah merupakan tempat melekat akar, bunga, dan buah. Ruas-ruas batang yang berada di atas permukaan tanah merupakan tempat tumbuh tangkai daun (Rukmana, 2003). 2.1.3 Daun (Folium) Daun berbentuk lonjong, terletak berpasangan (majemuk) dan bersirip genap. Tiap tangkai daun terdiri atas empat helai anak daun. Helaian daun bersifat nititropic, yaitu mampu menyerap cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Permukaan daun memiliki bulu yang berfungsi sebagai penahan atau penyimpan debu (Rukmana, 2003).

11 2.1.4 Bunga (Flos) Bunga tanaman kacang tanah berbentuk kupu-kupu, berwarna kuning, dan bertangkai panjang yang tumbuh dari ketiak daun. Fase berbunga biasanya berlangsung setelah tanaman berumur 4-6 minggu. Bunga kacang tanah menyerbuk sendiri (self pollination) pada malam hari. Dari semua bunga yang tumbuh, hanya 70%-75% yang membentuk bakal polong (ginofora). Bunga mekar selama sekitar 24 jam, kemudian layu, dan gugur. Ujung tangkai bunga akan berubah bentuk menjadi bakal polong, tumbuh membengkok ke bawah, memanjang, dan masuk ke dalam tanah (Rukmana, 2003). 2.2 Kultur Jaringan Secara umum, teknik kultur jaringan atau teknik kultur in vitro adalah teknik untuk mengisolasi bagian-bagian tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan, atau organ, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan aseptik yang kaya nutrisi serta zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya dengan tujuan agar bagian-bagian tersebut memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap (Gunawan, 1995 dalam Karyanto, 1997). Berdasarkan bagian tanaman yang dikulturkan, secara lebih spesifik terdapat beberapa tipe kultur, yaitu kultur halus, kultur suspensi sel, kultur akar, kultur pucuk tunas, kultur embrio, kultur ovul, kultur anter, kultur kuncup bunga. Teknik kultur jaringan mempunyai beberapa kelebihan yaitu: (1) dapat menghasilkan bibit tanaman yang banyak dalam waktu yang relatif singkat sehingga lebih ekonomis, (2) tidak memerlukan tempat yang luas, (3) dapat

12 dilakukan sepanjang tahun tanpa bergantung pada musim, (4) bibit yang dihasilkan lebih sehat, (5) memungkinkan dilakukannya manipulasi genetik. Namun, teknik ini juga memiliki kelemahan, antara lain: (1) dibutuhkan biaya awal yang relatif tinggi, (2) dibutuhkan keahlian khusus untuk melaksanakannya, (3) tanaman yang dihasilkan berukuran kecil, aseptik, dan terbiasa hidup di tempat yang berkelembaban tinggi sehingga memerlukan aklimatisasi ke lingkungan eksternal (Yusnita, 2003). 2.4 Embriogenesis Somatik Perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan organogenesis dan embriogenesis. Organogenesis artinya proses terbentuknya organ-organ (seperti pucuk dan akar) baik secara langsung dari eksplan maupun secara tidak langsung melalui pembentukan kalus terlebih dahulu. Sedangkan embriogenesis adalah proses terbentuknya embrio somatik. Embriogenesis mempunyai beberapa tahap spesifik, yaitu (1) induksi sel dan kalus embriogenik, (2) pendewasan, (3) perkecambahan, dan (4) hardening. Pada tahap induksi kalus embriogenik dilakukan isolasi eksplan dan penanaman pada media tumbuh. Untuk induksi kalus embriogenik kultur umumnya ditumbuhkan pada media yang mengandung auksin yang mempunyai daya aktivitas kuat atau dengan konsentrasi tinggi (Bhojwani dan Razdan, 1989 dalam Purnamaningsih, 2002). Cara embriogenesis somatik banyak mendapat perhatian karena jumlah propagula yang dihasilkan tidak terbatas dan dapat diperoleh dalam waktu yang lebih

13 singkat. Di samping itu, untuk mendukung program pemuliaan tanaman melalui rekayasa genetika, penggunaan embrio somatik dapat mempercepat keberhasilan dengan peluang transformasi yang lebih tinggi karena embrio somatik dapat berasal dari satu sel somatik. Untuk penyimpanan jangka pendek maupun jangka panjang, embrio somatik dianggap merupakan bahan tanaman yang ideal untuk disimpan karena bila diregenerasikan dapat membentuk bibit somatik (Purnamaningsih, 2002). Keberhasilan akan tercapai bila kalus atau sel yang digunakan bersifat embriogenik, yang dicirikan oleh sel yang berukuran kecil, sitoplasma padat, inti besar, vakuola kecil-kecil dan mengandung butir pati. Embrio somatik dapat dihasilkan dalam jumlah besar dari kultur kalus, namun untuk tujuan perbanyakan dalam skala besar, jumlahnya kadang-kadang dapat lebih ditingkatkan melalui inisisasi sel embrionik dari kultur suspensi yang berasal dari kalus primer (Wiendi et al., 1991 dalam Purnamaningsih, 2002). Embriogenesis somatik merupakan suatu proses dimana sel somatik (baik haploid maupun diploid) berkembang membentuk tumbuhan baru melalui tahap perkembangan embrio yang spesifik tanpa melalui fusi gamet (William dan Maheswara, 1986 dalam Sukmadjaja, 2005). Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan embrio somatik adalah jenis eksplan, sumber nitrogen dan gula, serta zat pengatur tumbuh. Pembentukan embrio somatik secara in vitro (embriogenesis) dapat dilakukan dengan menginkubasikan eksplan (bahan tanaman yang dikulturkan) dalam media yang diperkaya dengan zat pengatur tumbuh (ZPT). Tersedianya ZPT dalam

14 kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam pembentukan embrio somatik. Pola perkembangan eksplan via embriogenesis memerlukan ZPT (zat perngatur tumbuh) untuk merangsang potensi yang ada (Edy dan Pujisiswanto, 2008). Tahap perkembangan embrio somatik terdiri dari tahap globular, hati dan torpedo (Gambar 1). Penggunaan media yang tepat dapat menginduksi terjadinya seluruh tahap perkembangan embrio, sebaliknya pada media yang kurang sesuai tidak terlihat perkembangan embrio. Penggunaan auksin dikombinasikan dengan sitokinin dapat menginduksi pembentukan kalus embriogenik, tetapi tidak dapat menginduksi perkembangan embrio somatik. A B C Gambar 1. Beberapa tahap perkembangan embrio somatik. (A) globular, (B) hati, dan (C) terpedo.

15 2.5 Zat Pengatur Tumbuh Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan kultur. ZPT yang digunakan antara lain auksin (2,4-D, 3,5-T, pikloram, dan NAA), sitokinin (BA, kinetin, dan adenine sulfat), GA3, dan inhibitor ABA. Konsentrasi zat pengatur tumbuh yang diguna-kan tergantung pada tahap perkembangan yang terjadi. Zat pengatur tumbuh berperan dalam merangsang, mengatur, menghambat dan menentukan arah perkembangan suatu kultur in vitro. Ada beberapa jenis ZPT yang digunakan dalam kultur jaringan tanaman, namun efisiensi dan efektivitasnya berbeda terhadap jenis tanaman yang berbeda. Sebagai contoh, kinetin sangat efektif untuk kultur buku batang (Carimi et al., 1995 dalam Nurwahyuni dan Elimasni, 2006), sementara sitokinin konsentrasi rendah dapat memacu perkembangan tunas sedangkan konsentrasi tinggi merangsang penggandaan tunas (Nurwahyuni, 2004 dalam Nurwahyuni dan Elimasni, 2006). Auksin pada konsentrasi rendah dapat memacu pertumbuhan akar dan pada konsentrasi tinggi dapat merangsang pertumbuhan kalus (Magoon dan Singh, 1995; Goh et al., 1995 dalam Nurwahyuni dan Elimasni, 2006). Dengan demikian, pengaturan zat pengatur tumbuh di dalam media sangat menentukan terhadap keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan kultur. Dalam perbanyakan tanaman dibutuhkan pemilihan perbandingan konsentrasi auksin, sitokinin dan suplemen yang tepat, karena hal ini akan menentukan dalam derajat keberhasilan pembentukan tanaman baru (Nurwahyuni dan Tjondronegoro, 1994 dalam Nurwahyuni dan Elimasni, 2006).

16 Dalam kultur jaringan auksin berperan dalam merangsang pertumbuhan kalus, serta suspensi sel dan organ. Sitokinin berperan penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis (Gunawan, 1988). Berdasarkan teori keseimbangan sitokinin dan auksin (Gambar 2), jika nisbah sitokinin dan auksin tinggi maka akan merangsang terbentuknya tunas, begitu pula sebaliknya jika nisbah sitokinin dan auksin rendah maka akan merangsang terbentuknya akar. Embriogenesis terjadi ketika jumlah auksin pada eksplan lebih tinggi dibandingkan dengan sitokinin (George and Sherrington, 1984) Tunas Embriogenesis Akar Auksin Sitokinin Gambar 2. Posisi embriogenesis dalam segitiga keseimbangan auksin dan sitokinin. Tersedianya ZPT dalam kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam pembentukan embrio somatik. Pola perkembangan eksplan melalui jalur embriogenesis memerlukan ZPT untuk merangsang potensi yang ada, sehingga regenerasi tanaman secara in vitro via embriogenesis memerlukan informasi yang tepat mengenai jenis dan konsentrasi ZPT yang perlu ditambahkan dalam media induksi (Gunawan, 1988).

17 George dan Sherrington (1984) mengatakan bahwa penambahan auksin ke dalam media regenerasi in vitro berfungsi untuk menginduksi kalus, pembentukan kalus dan embrio somatik. Jenis ZPT 2,4-D, pikloram, dicamba dan NAA efektif untuk menginduksi pembentukan embrio somatik. Sedangkan IBA, IAA, 4-CPA dan 2.4.5-T diketahui tidak efektif (Edy dan Pujisiswanto, 2008). Bentuk rumus bangun pikloram (Gambar 3). Gambar 3. Rumus bangun pikloram. 2.6 Lingkungan Tumbuh Kondisi lingkungan tumbuh yang dapat mempengaruhi regenerasi tanaman meliputi : a. Keasaman (ph) Sel-sel tanaman yang dikembangkan dengan teknik kultur jaringan mempunyai toleransi ph yang cukup kecil dengan titik optimal antara ph 5,0 dan 6,0. Bila eksplan sudah mulai tumbuh, ph dalam lingkungan kultur jaringan umumnya akan naik apabila nutrien habis terpakai (Daisy et al., 1994).

18 b. Kelembaban Kelembaban relatif (RH) lingkungan biasanya mencapai 100%. RH sekeliling kultur mempengaruhi pola perkembangan. Jadi, pengaturan RH pada keadaan tertentu memerlukan suatu bentuk diferensiasi khusus (Daisy et al., 1994). c. Cahaya Intensitas cahaya yang rendah dapat mempertinggi embriogenesis dan organogenesis. Cahaya ultra violet dapat mendorong pertumbuhan dan pembentukan tunas dari kalus pada intensitas yang rendah. Sebaliknya, pada intensitas yang tinggi proses ini akan terhambat. Pembentukan kalus maksimum sering terjadi di tempat yang gelap (Daisy et al., 1994). d. Temperatur Temperatur yang dibutuhkan agar terjadi pertumbuhan yang optimum umumnya adalah berkisar antara 20ºC-30ºC. Sedangkan pertumbuhan yang optimum untuk pembentukan kalus endosperm adalah sekitar 25ºC. Faktor lingkungan, disamping faktor makanan (media tanam) yang cocok, dapat mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi (Daisy et al., 1994).

19 2.7 Eksplan Eksplan yaitu bagian tanaman sebagai bahan inokulum awal yang ditanam dalam media, yang akan menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan tertentu. Umumnya bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah jaringan muda yang sedang tumbuh aktif (Yusnita, 2003). Dalam hal perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, eksplan merupakan faktor penentu keberhasilan. Umur fisiologis, umur ontogenetik, ukuran eksplan, serta bagian tanaman yang diambil merupakan hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih eksplan yang akan digunakan sebagai bahan awal kultur (Yusnita, 2003). Sumber asal eksplan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan potensial morfogenetiknya. Eksplan yang berasal dari satu jenis organ misalnya, juga ditemukan adanya keragaman dalam regenerasinya. Ukuran eksplan untuk dikulturkan juga mempengaruhi keberhasilannya. Ukuran yang terlampau kecil akan kurang daya tahannya bila dikulturkan, sementara bila terlampau besar akan sulit mendapatkan eksplan yang steril. Setiap jenis tanaman maupun organ memiliki ukuran eksplan yang optimum untuk dikulturkan (Armini et al., 1992).