BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Menurut Renwick dan Brown (1995), seseorang dikatakan memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah kalori yang dibakar dalam proses metabolisme (Hasdianah dkk, Obesitas juga dapat membahayakan kesehatan (Khasanah, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. obesitas yang meningkat terus-menerus. Obesitas ini menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. anak remaja yang dimulai pada usia 12 tahun yaitu pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade, terutama 10 tahun terakhir, prevalensi obesitas

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. ini anak lebih banyak menghabiskan waktu untuk kegiatan disekolah dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan era globalisasi saat ini telah. memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. mereka dan membangun citra tubuh atau body image). Pada umumnya remaja putri

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena overweight saat ini sedang menjadi perhatian. Overweight atau

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. buruk, gizi kurang, gizi lebih, masalah pendek, anemia kekurangan zat besi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB 1 PENDAHULUAN. negatif terhadap kehidupan. Dilihat dari dampak positif, teknologi membuat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam. peningkatan gizi remaja. Obesitas merupakan salah satu masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi abnormal atau berlebihnya lemak

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. epidemi global dan harus segera ditangani. Saat ini prevalensi obesitas di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang, maka akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

BAB I PENDAHULUAN. playstation, dan yang saat ini digemari anak dan remaja sekarang yaitu game

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Kanker payudara merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan. Artinya bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menyempit karena meningkatnya prevalensi di negara-negara berpendapatan

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini, masalah kegemukan ( overweigth dan obesitas) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Scottish Health Survey pada anak usia 2-15 tahun didapatkan persentasi anak lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada tubuh dapat menimbulkan penyakit yang dikenal dengan. retina mata, ginjal, jantung, serta persendian (Shetty et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas hidup merupakan sebuah konsep multidimensional yang mencerminkan persepsi diri seseorang akan kebahagiaan dan kepuasan dengan kehidupan. Menurut Renwick dan Brown (1995), seseorang dikatakan memiliki kualitas hidup yang baik apabila dapat menikmati potensi-potensi penting dalam hidupnya. Kualitas hidup bagi setiap individu menjadi penting seperti halnya pada kualitas hidup pada anak usia sekolah. Penilaian kualitas hidup anak meliputi penilaian atas fungsi fisik, fungsi emosi, fungsi sosial, dan fungsi sekolah anak (Varni et.al., 2006 cit. Khodaverdi et.al., 2011). Anak usia sekolah merupakan anak umur 6-12 tahun yang mempunyai karakteristik pertumbuhan dan perkembangan yang kuat. Karakteristik perkembangan anak usia sekolah antara lain secara fisik anak mengalami kenaikan tinggi badan 2-3 inci (5,1-7,6 cm) dan kenaikan berat badan sebanyak 3-6 lb (1,4-2,7 kg) per tahun. Sedangkan untuk perkembangan psikososial, menurut Erikson anak berada pada tahap industry versus inferiority dimana anak berfokus dalam mempelajari keterampilan yang bermanfaat dan mengembangkan harga diri positif (Taylor et al., 2011). Pada periode ini anak mulai memasuki dunia yang lebih luas dan perkembangan anak mulai dipengaruhi lingkungan sekolah (Hockenberry et al., 2011). 1

Kualitas hidup anak secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor (Lindstrom, 1995 cit Bulan 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pada anak antara lain kondisi global (seperti lingkungan makro yang berupa kebijakan pemerintah, asas-asas dalam masyarakat yang memberikan perlindungan pada anak), kondisi eksternal (seperti lingkungan tempat tinggal anak, cuaca, musim, polusi, kepadatan penduduk, status sosial ekonomi, pelayanan kesehatan, pendidikan orang tua), kondisi interpersonal (seperti hubungan sosial dalam keluarga, orang tua, saudara kandung, saudara lain yang serumah dan teman sebaya), dan kondisi personal (seperti genetik, umur, jenis kelamin, ras, hormonal, stress, gizi). Salah satu masalah kesehatan yang sering dialami anak usia sekolah adalah obesitas. Obesitas merupakan keadaan patologis sebagai akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhan sehingga terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh (Suandi, 2004). Menurut Kemenkes RI (2010), obesitas merupakan suatu keadaan berat badan yang lebih daripada standar kesehatan. Jika berat badan anak di atas normal maka dikatakan gemuk atau sangat gemuk (obesitas). Seorang anak mengalami obesitas jika nilai Z-Score indeks massa tubuh berdasarkan umur (IMT/U) terletak pada >+2SD. Prevalensi anak yang mengalami obesitas cukup tinggi. Prevalensi anak obesitas usia 2 sampai 19 tahun di Amerika Serikat dalam 3 dekade terakhir meningkat dari 27,5% menjadi 31,1 % (Ogden et al., 2006). Di Indonesia, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, prevalensi obesitas pada anak-anak usia 6-14 tahun adalah 10,7% untuk jenis kelamin laki- 2

laki dan 7,7% untuk jenis kelamin perempuan. Kasus obesitas pada anak usia 6-12 tahun lebih banyak ditemukan di daerah perkotaan daripada pedesaan (Danastri, 2008). Di Yogyakarta, berdasarkan data obesitas siswa baru kelas I SD di wilayah Kota Yogyakarta pada tahun 2012 didapatkan bahwa jumlah kasus obesitas pada anak usia sekolah yaitu sebanyak 204 anak. Kualitas hidup anak obesitas perlu mendapatkan perhatian dikarenakan dampak yang ditimbulkan dari obesitas itu sendiri bagi anak. Obesitas dapat menyebabkan gangguan pada fungsi fisik antara lain dapat menyebabkan risiko masalah sendi pada ekstremitas bawah, masalah ortopedik bermanifestasi sebagai nyeri panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan panggul. Anak juga mengalami penyakit yang mengganggu kemampuan olahraga seperti vara tibia bilateral (tungkai yang melengkung, sehingga menyebabkan nyeri lutut dan gangguan mobilitas) (Syarif, 2003). Gangguan emosional dan sosial pada anak obesitas yaitu cenderung merasa rendah diri, depresi dan menarik diri dari lingkungan. Anak obesitas umumnya jarang bermain dengan teman sebayanya, cenderung menyendiri, tidak diikut sertakan dalam permainan, persepsi diri yang negatif maupun rendah diri karena selalu menjadi bahan ejekan teman-temannya (Syarif, 2003). Kualitas tidur yang buruk pada anak obesitas sering menyebabkan mengantuk pada siang hari, dengan defek neurokognitif termasuk berkurangnya konsentrasi, daya ingat dan fungsi belajar (Loke, 2002). SD Tarakanita Bumijo merupakan salah satu sekolah dasar swasta Katholik yang terletak di Kota SD Tarakanita Bumijo memiliki jumlah siswa 3

yang cukup banyak dibandingkan sekolah dasar lain. Siswa obesitas di SD Tarakanita Bumijo jumlahnya cukup banyak. Berdasarkan penelitian Danastri (2008) didapatkan prevalensi obesitas pada siswa kelas 4,5 dan 6 di SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta adalah 17,98% atau 119 anak. Pada penelitian ini dipilih siswa kelas 4 dan kelas 5 sebagai sampel penelitian. Alasan pemilihan siswa kelas 4 dan 5 yaitu karena menurut penelitian Frisen (2007) dikatakan bahwa semakin meningkat umur seorang anak maka semakin negatif penilaian mereka terhadap kualitas hidup. Berdasarkan studi pendahuluan dengan menggunakan metode wawancara pada 2 anak dengan status gizi normal dan 2 anak obesitas siswa SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta mengenai kualitas hidup didapatkan bahwa terdapat perbedaan hasil jawaban untuk keduannya. Hasil wawancara pada 2 anak dengan status gizi normal didapatkan bahwa mereka tidak mengalami kesulitan untuk berlari, dapat melakukan olahraga di sekolah dan jarang merasakan nyeri di tubuh. Kedua anak dengan status gizi normal tersebut mengatakan bahwa mereka mempunyai banyak teman dan tidak mengalami kesulitan untuk bergaul dengan sesama anak. Kedua anak dengan status gizi normal mengatakan jarang sakit sehingga jarang tidak masuk sekolah. Sedangkan hasil wawancara pada 2 anak obesitas didapatkan bahwa mereka mengalami kesulitan untuk berlari terutama pada saat pelajaran olahraga, merasa kesulitan untuk mengangkat benda berat dan terkadang mereka merasa nyeri dan lemas. Selain itu kedua anak obesitas mengungkapkan sering diolokolok/diejek oleh temannya dengan sebutan gendut. Salah satu anak obesitas 4

mengungkapkan kesulitan berkonsentrasi saat pelajaran di kelas karena sering mengantuk. Sedangkan 1 anak obesitas lainnya mengatakan terkadang tidak masuk sekolah karena sakit. Anak tersebut mengatakan sering muntah-muntah ketika di rumah setelah selesai makan. Hasil penelitian Schwimmer et al. (2003) menyatakan bahwa rata-rata kualitas hidup anak yang mengalami obesitas lebih rendah daripada kualitas hidup anak yang tidak mengalami obesitas. Hasil penelitian William et al. (2005) mengemukakan bahwa rata-rata kualitas hidup anak yang obesitas lebih rendah dari anak yang overweight, dan anak yang overweight lebih rendah rata-rata kualitas hidupnya dari anak yang tidak mengalami obesitas. Hasil penelitian Khodaverdi et al. (2011) menyatakan bahwa kualitas hidup anak yang obesitas yaitu pada domain fungsi fisik, fungsi sosial, dan fungsi sekolah secara signifikan lebih rendah daripada anak dengan berat badan normal. Kualitas hidup merupakan sebuah indikator penting untuk menilai keberhasilan intervensi pelayanan kesehatan yang diberikan di samping morbiditas, mortalitas, fertilitas dan kecacatan (Murti, 1996). Sebagai perawat khususnya untuk perawat komunitas berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat terlebih pada kualitas hidup anak usia sekolah dimana periode ini merupakan awal dari masa pertumbuhan dan perkembangan anak. Banyak dimensi dan pandangan kualitas hidup menimbulkan masalah yang kompleks dalam hal konseptual dan pengukuran kualitas hidup, tetapi penelitian tentang kualitas hidup setidaknya mencakup dimensi peran sosial, fungsi fisik, fungsi emosional dan fungsi intelektual (Murti, 1996). 5

Di Kota Yogyakarta, belum pernah ada penelitian tentang perbedaan kualitas hidup antara anak dengan status gizi normal dan obesitas terutama pada anak sekolah dasar. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mulidiah (2008) meneliti tentang hubungan antara obesitas dengan kualitas hidup remaja pada siswa SMP di Mengingat prevalensi obesitas siswa sekolah dasar di Kota Yogyakarta cukup tinggi dan ditemukannya perbedaan hasil wawancara pada anak dengan status gizi normal dan anak obesitas serta dampak yang ditimbulkan terhadap kualitas hidup, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai perbedaan kualitas hidup pada anak usia sekolah dengan status gizi normal dan obesitas di SD Tarakanita Bumijo B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu, adakah perbedaan kualitas hidup pada anak usia sekolah dengan status gizi normal dan obesitas di SD Tarakanita Bumijo C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum : Untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup pada anak usia sekolah dengan status gizi normal dan obesitas di SD Tarakanita Bumijo 2. Tujuan khusus : a. Mengetahui prevalensi kejadian obesitas pada siswa kelas 4 dan 5 SD Tarakanita Bumijo 6

b. Mengetahui gambaran kualitas hidup pada domain fungsi fisik pada anak dengan status gizi normal dan obesitas di SD Tarakanita Bumijo c. Mengetahui gambaran kualitas hidup pada domain fungsi emosi pada anak dengan status gizi normal dan obesitas di SD Tarakanita Bumijo d. Mengetahui gambaran kualitas hidup pada domain fungsi sosial pada anak dengan status gizi normal dan obesitas di SD Tarakanita Bumijo e. Mengetahui gambaran kualitas hidup pada domain fungsi sekolah pada anak dengan status gizi normal dan obesitas di SD Tarakanita Bumijo f. Mengetahui total rata-rata kualitas hidup pada anak dengan status gizi normal dan obesitas di SD Tarakanita Bumijo D. Manfaat Penelitian Penelitian perbedaan kualitas hidup pada anak usia sekolah dengan status gizi normal dan obesitas di SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Manfaat teoritis a. Bagi ilmu pengetahuan Sebagai masukan dalam bidang ilmu kesehatan anak usia sekolah dasar. 7

b. Bagi peneliti Menambah pengetahuan mengenai perbedaan kualitas hidup pada anak usia sekolah dengan status gizi normal dan obesitas di SD Tarakanita Bumijo c. Bagi peneliti selanjutnya Dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan penelitian lanjutan tentang kualitas hidup pada individu yang mengalami obesitas dan tidak obesitas pada kelompok masyarakat lainnya. 2. Manfaat praktis a. Bagi tenaga kesehatan Memberikan gambaran mengenai kualitas hidup anak baik anak usia sekolah dengan status gizi normal maupun anak obesitas sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. b. Bagi siswa Memberikan gambaran mengenai status gizi pada masing-masing siswa dan memberikan pengetahuan mengenai pengaturan diet sehat bagi siswa yang mengalami obesitas pada tahap selanjutnya. c. Bagi sekolah dan instansi pemerintah Memberikan masukan terkait dengan gambaran prevalensi kejadian obesitas pada siswa SD khususnya di SD Tarakanita Bumijo 8

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang telah dilakukan yang hampir serupa dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Penelitian yang berjudul Health-related quality of life of overweight and obese children, oleh Williams et al. tahun 2005. Penelitian tersebut merupakan penelitian non-eksperimental menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian tersebut menggunakan sampel 1.456 anak umur 9-12 tahun. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti terletak pada variabel penelitian yaitu kualitas hidup anak. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada metode dan lokasi penelitian. Metode yang digunakan pada penelitian tersebut adalah cross sectional dengan kohort longitudinal. Sedangkan pada penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan metode cross sectional. Pada penelitian tersebut dilakukan di sekolah di Victoria, Australia sedangkan untuk penelitian ini dilakukan di SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta, Indonesia. 2. Penelitian yang berjudul Health-related quality of life of severely obese children and adolescents, oleh Schwimmer et al. (2003). Penelitian tersebut merupakan penelitian non-eksperimental menggunakan rancangan cross sectional dengan kelompok pembanding. Sampel penelitian melibatkan 106 anak-anak dan 56 remaja yang berumur antara 5 sampai dengan 18 tahun yang mengalami obesitas dan kelompok pembanding anak dan remaja sehat dan penderita kanker dengan jumlah dan kelompok umur yang sama. Persamaan 9

dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti terletak pada variabel penelitian yaitu kualitas hidup anak. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada karakteristik sampel dan lokasi penelitian. Pada penelitian tersebut sampel penelitian adalah anak-anak dan remaja obesitas dengan kelompok pembanding anak dan remaja sehat serta penderita kanker. Sedangkan pada penelitian ini sampel penelitian adalah hanya berfokus pada anak-anak usia sekolah dasar. Untuk lokasi penelitian, penelitian tersebut dilakukan di Children s Hospital and Health Center di California, sedangkan untuk penelitian ini dilakukan di SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta, Indonesia. 3. Penelitian yang berjudul Hubungan Obesitas dengan Kualitas Hidup Remaja pada Siswa SMP di Kota Yogyakarta oleh Mulidiah tahun 2008. Penelitian tersebut merupakan penelitian non-eksperimental menggunakan rancangan cross sectional. Sampel penelitian tersebut melibatkan 300 remaja siswa SMP di Kota Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti terletak pada variabel penelitian yaitu kualitas hidup anak. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada karakteristik sampel, metode, dan lokasi penelitian. Pada penelitian tersebut sampel penelitian adalah remaja atau siswa SMP yang mengalami obesitas. Sedangkan pada penelitian ini sampel penelitian adalah siswa SD. Untuk metode, penelitian tersebut merupakan penelitian korelasi menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti merupakan penelitian deskriptif analitik 10

menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Untuk lokasi penelitian, penelitian tersebut dilakukan di SMP di Kota Yogyakarta, sedangkan untuk penelitian ini dilakukan di SD Tarakanita Bumijo 11