BAB III TRADISI TINGKEPAN PARI DI DESA PANDAN. tidak dapat dengan detail mengetahui semua fenomena-fenomena alam yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

DAFTAR PUSTAKA. Abdussomad, Muhyiddin. Hujjah NU: Akidah-Amaliah-Tradis. Surabaya: KA-JI Manteb, 2010.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

II. Tinjauan Pustaka. masyarakat (Johanes Mardimin, 1994:12). Menurut Soerjono Soekanto, tradisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo

MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO

Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB II PERANCANGAN MEDIA PROMOSI KULINER TRADISIONAL ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa termasuk agamapun banyak aliran yang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. hingga kini. Tingkepan Pari ini adalah hasil implementasi dari tiga fase

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI)

BAB VIII KELEMBAGAAN MAKANAN POKOK NON BERAS

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM TRADISI RASULAN (Studi Kasus di Dukuh Ngadipiro Desa Grajegan Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo)

BAB I PENGANTAR. I.I. Latar Belakang Masalah. secara kolektif dalam suatu masyarakat ( Mardimin, 1994: 55 ). Berdasarkan

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Upacara tradisional merupakan wujud dari suatu kebudayaan. Kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

TINGKAT PEMAHAMAN SISWA TENTANG MAKANAN LAUK PAUK DAN SAYUR TRADISIONAL DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dan dilestarikan agar tidak hilang ditelan waktu. Banyak

NILAI PENDIDIKAN RELIGI PADA UPACARA SELAPANAN DALAM TRADISI ADAT JAWA (Studi Kasus di Desa Talang Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

Inilah Resep Nasi Tumpeng yg Sedap

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB IV ANALISIS RITUAL MOLANG AREH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

SOSIALISASI KELUARGA DALAM MELESTARIKAN BUDAYA NAIK AYUN PADA ETNIS BUGIS

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

BAB V PENUTUP. masih dijalankan dalam masyarakatnya. Di Nagari Batu Gajah salah satu tradisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

NGOPI SEPULUH EWU. Ide festival ini terinspirasi dari kebiasaan minum kopi warga Kemiren, yakni tradisi ngopi bareng.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI REPENAN DALAM WALIMAH NIKAH DI DESA PETIS SARI KEC. DUKUN KAB. GRESIK

Untung Besar Modal Kecil. dari Bisnis. Jajanan Tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

BAB IV ANALISIS TENTANG UPACARA MANGANAN

MAKNA SIMBOL DALAM UPACARA SEDEKAH LAUT DI DESA TASIK AGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG TAHUN 2011

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesatuan dari berbagai pulau dan daerah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Written by Administrator Monday, 14 September :25 - Last Updated Monday, 14 September :28

BAB I PENDAHULUAN. tradisi di dalam masyarakat. Sebuah siklus kehidupan yang tidak akan pernah

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Namun, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk memulai bisnis nasi kuning.

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. dan doa-doa, manuk mira, dan boras pirma tondi oleh amang, inang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

I. PENDAHULUAN. sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia

: Klinggen Rt.05/II, Guwokajen, Sawit, Boyolali.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

Transkripsi:

BAB III TRADISI TINGKEPAN PARI DI DESA PANDAN A. Sejarah tradisi Tingkepan Pari Dalam kehidupan ini, disadari atau tidak pada dasarnya semua manusia tidak dapat dengan detail mengetahui semua fenomena-fenomena alam yang terjadi dan bahkan yang akan terjadi. Itu artinya ada hal yang sangat abstrak dan sulit diterima langsung oleh akal diantara terjadinya fenomena alam itu dan manusia merasakan adanya kekuatan lain yang mampu menggerakkan alam ini sekalipun sulit dideteksi dengan rasionalitas yang dimilikinya. Kenyataan ini menjadi keniscayaan karena manusia tetap memiliki keterbatasan dalam memahami fenomena-fenomena alam yang akan terjadi. Koentjaraningrat menjelaskan terkait dengan kepercayaan ini bahwa : Masalah asal muasal dari suatu unsur universal seperti agama, artinya masalah mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan ghaib yang dianggap lebih tinggi dari padanya, dan mengapa manusia itu melakukan berbagai hal dengan cara-cara yang beraneka ragam, untuk melakukan komunikasi dan mencari hubungan tadi. 1 1. Pengertian Tradisi Bangsa Indonesia memiliki kekayaan tradisi yang senantiasa dipelihara dan dikembangkan sejak zaman nenek moyang hingga sekarang. Tradisi sengaja diciptakan serta dipelihara secara terus menerus agar dapat memelihara ketentraman dalam mempertahankan hidup. Tradisi merupakan bagian dari kebudayaan yang diciptakan manusia dalam rangka mempertahankan dan 1 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1990), 376.

40 mengembangkan identitas atau jati diri dalam suatu kelompok masyarakat. Tradisi selalu dipertahankan agar dapat terciptanya ketentraman dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Jawa merupakan sebuah pulau yang masih memegang prinsip tentang adanya adat atau tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang pada zaman dahulu, karena masyarakat Jawa merupakan suatu kesatuan masyarakat yang diikat oleh norma-norma hidup karena sejarah, tradisi maupun agama. Hal itu dapat dilihat dari ciri-ciri masyarakat Jawa Secara kekerabatan. 2 Selain mempunyai ciri kekerabatan, masyarakat Jawa juga mempunyai ciri yang lainnya yaitu berketuhanan. Istilah tradisi mengandung pengertian tentang adanya kaitan masa lalu dengan masa sekarang. Ia menunjuk kepada sesuatu yang diwariskan dari generasi ke generasi, dan wujudnya masih ada hingga sekarang. Dalam kamus ilmiah, tradisi diartikan sebagai kebiasaan turun temurun. 3 Tradisi tentu tidak dapat terlepaskan dari ajaran-ajaran atau faham-faham kebudayaan dan keagamaan yang berkembang pada waktu itu. Istilah tradisi mempunyai banyak arti. Arti dari tradisi yang paling mendasar adalah traditum yang berarti sesuatu yang harus diteruskan dari masa lalu sampai sekarang. Tradisi bisa berupa tindak kelakuan atau benda sebagai unsur kebudayaan atau harapan masyarakat. 4 Tradisi juga bisa dikatakan sebuah kebiasaan kolektif dan kesadaran kolektif dalam sebuah masyarakat. Tradisi merupakan sebuah mekanisme yang dapat membantu untuk melancarkan perkembangan pribadi anggota masyarakat, 2 Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa (Yogyakarta: Gama Media, 2000), 04. 3 Pius Partanto, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 2001), 763. 4 Pujiwati Sajogyo, Sosiologi Pembangunan (Jakarta: Fakultas Sarjana IKIP, 1985), 90.

41 misalnya dalam hal membimbing anak menuju kedewasaan. W. S. Rendra dalam bukunya yang berjudul Mempertimbangkan Tradisi menekankan bahwa pentingnya Tradisi dengan mengatakan bahwa tanpa tradisi, pergaulan bersama akan menjadi kacau, dan hidup manusia akan menjadi biadab. 5 Namun Demikian, jika tradisi mulai bersifat absolut, nilainya sebagai pembimbing akan merosot. Jika tradisi mulai absolut bukan lagi sebagai pembimbing, melainkan merupakan penghalang kemajuan. Tradisi bukanlah suatu objek yang mati, melainkan alat yang hidup yang digunakan untuk melayani manusia yang hidup pula. Tradisi diciptakan manusia untuk kepentingan hidupnya. Oleh karena itu, tradisi seharusnya dikembangkan sesuai dengan kehidupan. Hal-hal yang paling mendasar dari sebuah tradisi ialah adanya sebuah informasi yang telah dilanjutkan dari tiap generasi baik dengan cara tertulis ataupun dengan cara lisan. Tanpa adanya sebuah informasi, maka tradisi tersebut akan menjadi terasingkan. Pengertian lain mengenai tradisi ialah suatu adat istiadat yang dilakukan oleh masyarakat secara turun temurun. Di dalam lingkup masyarakat, ada semacam penilaian yang muncul bahwa model tindakan yang telah ada merupakan sebuah pilihan yang baik untuk memenuhi segala macam kebutuhan dalam menyelesaikan suatu masalah. 5 Johanes Mardimin, Jangan Tangisi Tradisi (Yogyakarta: Kanisius, 1994), 13.

42 2. Asal mula Tingkepan Pari Istilah tingkep berarti selamatan bulan kandungan. 6 Secara umum tingkepan merupakan sebuah upacara yang dilakukan seorang perempuan untuk memperingati usia kehamilan yang telah mencapai tujuh bulan. Jadi Tingkepan Pari yang dimaksudkan dalam tradisi ini adalah ritual yang berkaitan dengan usia kehamilan padi. Yang mana tradisi Tingkepan Pari ini dilakukan ketika akan memperingati usia padi yang berusia 2 bulan sesudah di tanam di sawah atau padi yang akan mengeluarkan isinya. Tradisi Tingkepan Pari yang dilaksnakan oleh para petani yang dilatar belakangi oleh kondisi lahan persawahan di desa Pandan yang rawan terhadap banjir dan musim kemarau (musim kekeringan). Tingkepan Pari merupakan sebuah tradisi yang dihubungkan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari yang menyangkut kegiatan untuk mencari nafkah, dikarenakan tradisi tersebut merupakan sebuah adat yang dilakukan oleh sebagian golongan petani sebelum musim panen tiba. Sebagian besar masyarakat Jawa mengenal tradisi Tingkepan Pari ini, begitu juga dengan masyarakat desa Pandan, bahkan tradisi Tingkepan Pari masih dilestarikan oleh masyarakat desa Pandan sampai saat ini. Tingkepan Pari merupakan sebuah tradisi yang berwujud pemujaan terhadap Dewi Padi, yaitu Dewi Sri atau dewi Shri (bahasa jawa) Nyai Pohaci Sanghyang Asri (bahasa sunda) yang merupakan dewi pertanian, dewi padi dan sawah, serta dewi kesuburan di pulau Jawa dan Bali. Pemulian dan pemujaan terhadapnya berlangsung sejak zaman pra - hindu dan pra Islam di pulau Jawa. Tradisi ini 6 Partanto, Kamus Ilmiah, 758.

43 muncul karena masyarakat Jawa berpendapat bahwa Dewi Sri memberikan semangat dan daya hidup terhadap tanaman padi. 7 Pemujaan terhadap Dewi Sri sampai pada saat ini masih terus dilaksanakan oleh para petani yang tinggal di wilayah pedesaan guna mendapatkan hasil padi atau panen yang baik. Dewi Sri juga dipercaya sebagai Dewi yang menguasai kawasan dunia bawah tanah dan bulan. Perannya mencakup berbagai aspek, yaitu sebagai Dewi Ibu yang menjadi pelindung bagi kelahiran serta kehidupan manusia. Ia juga dapat mengendalikan bahan makanan yang ada di bumi terutama tanaman padi, yang mana padi merupakan sebuah tanaman yang menjadi bahan makanan pokok bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Ia mengatur kehidupan, kekayaan, serta kemakmuran bagi manusia yang ada di dunia ini. Dewi Sri juga dapat mengendalikan segala keburukan di balik kehidupan yang sejahtera seperti: kemiskinan, keterbatasan makanan (kelaparan), wabah hama penyakit, hingga sampai batas tertentu yang dapat memengaruhi terjadinya suatu hal yang buruk yaitu kematian. Selain menjadi simbol bagi padi, Dewi Sri juga dipandang sebagai ibu kehidupan yang seringkali dihubungkan dengan tanaman padi. Tradisi Tingkepan Pari ini berawal dari sebuah kisah dari Dewi Sri yang bertapa disebuah Gua selama beberapa bulan. Namun, belum mencapai satu bulan tiba-tiba Dewi Sri dikabarkan menghilang dari Gua dan didalam bekas pertapaannya muncul beberapa jenis tanaman salah satunya tanaman padi. 8 Setelah beberapa jenis dari tanaman tersebut akan mengeluarkan isi atau buah, 7 Hans J. Daeng, Manusia,Kebudayaan dan Lingkungan Tinjauan Antropologis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), 113. 8 As alul Karim, Wawancara, Bojonegoro, 1 Juni 2014.

44 para warga disekitar Gua tersebut melakukan sebuah ritual, yang mana para warga di sekitar Gua tersebut membawa sesajen ke pesarehan Dewi Sri dengan tujuan agar tanaman yang kelak akan tumbuh bisa menjadi tanaman yang bermanfaat bagi kehidupan serta kesejahteraan manusia. Oleh karena itu tradisi Tingkepan Pari dilakukan para petani dengan alasan agar padi yang ditanam menjadi tanaman yang subur dan bisa mendapatkan hasil panen yang baik, juga terhindar dari segala macam penyakit dan bahaya. Sistem mata pencaharian penduduk desa Pandan mayoritas adalah bertani dan tradisi ini dikalangan masyarakat desa Pandan yang tidak bisa lepas dari kehidupan keagamaan dan kepercayaan kepada sesuatu yang gaib. Ketika padi yang ditanam akan mengeluarkan isinya, terlebih dahulu masyarakat desa Pandan melaksanakan serangkaian kegiatan ritual seperti pembacaan doa secara bersamasama (slametan) serta meletakkan sesaji yang sudah disiapkan di area persawahan mereka. Tradisi Tingkepan Pari ini dilakukan agar padi yang ditanam menjadi tanaman yang subur dan bisa mendapatkan hasil panen yang baik, juga terhindar dari segala macam penyakit dan bahaya. 9 Masyarakat desa Pandan juga mempunyai keyakinan jika tradisi Tingkepan Pari ini tidak dilaksanakan, maka padi yang ditanam disawah ketika panen hasilnya tidak memuaskan dan padi yang akan dimasak hasilnya tidak akan bagus dan rasanya tidak enak. Begitupun sebaliknya, jika tradisi Tingkepan Pari ini dilakukan maka padi yang ditanam disawah akan memberikan keuntungan ketika panen dan pada waktu dimasak hasinya akan bagus dan rasanya enak. Selain itu, 9 Bustanudin Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia Pengantar Antropologi Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), 236.

45 masyarakat desa Pandan juga berkeyakinan jika salah satu warga mempunyai hajat baik itu pernikahan, khitanan, pengajian dan lain sebagainya, jika tidak melakukan Tingkepan Pari terlebih dahulu sebelum hajatan itu mulai, maka beras tersebut tidak layak untuk dimasak dan diberikan kepada warga ketika acara hajatan berlangsung. 10 Pada dasarnya, Tingkepan Pari merupakan sebuah tradisi warisan nenek moyang yang telah berjalan bertahun-tahun sebelum mengenal adanya agama. Hal ini merupakan sebuah aplikasi terhadap kepercayaan terhadap benda-benda yang memiliki kekuatan serta roh-roh yang dianggap juga mempunyai pengaruh terhadap perjalanan sehari-hari. Tradisi Tingkepan Pari ini mempunyai pengaruh yang sangat kuat bagi masyarakat desa Pandan, hingga pada akhirnya mereka percaya bahwa yang membawa dan mendatangkan rezeki ataupun musibah adalah roh-roh yang telah menguasai wilayah desa tersebut. Layaknya adat istiadat yang dilakukan masyarakat pada umumnya, tradisi Tingkepan Pari ini dilakukan oleh masyarakat desa Pandan dengan cara mengundang para tetangga untuk menghadiri acara tersebut. Sebagian besar masyarakat yang ikut serta dalam upacara tersebut ialah para petani, akan tetapi ada juga masyarakat yang ikut dalam upacara tersebut selain petani. Hal ini bertujuan agar dapat mempererat tali sillaturrahim antara warga satu dengan yang lainnya. Tradisi ini dipimpin oleh seorang sesepuh desa yang dianggap memiliki pemahaman dan wawasan yang lebih dalam hal keilmuan budaya. 10 Sarwiti, Wawancara, Bojonegoro, 1 Juni 2014.

46 B. Prosesi Tradisi Tingkepan Pari Tradisi Tingkepan Pari sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Oleh karena itu tradisi Tingkepan Pari merupakan sebuah tradisi yang diwariskan kepada masyarakat sejak zaman pra-sejarah, sehingga tradisi yang dilakukan sesuai dengan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat pada saat itu juga yang memuja roh nenek moyang. Yang mana masyarakat biasa menyebut dengan Danyang. Danyang merupakan roh penunggu yang ada di desa tersebut. 11 Pada saat masyarakat mayoritas menganut agama Islam, tradisi Tingkepan Pari masih tetap dilestarikan. Terjadinya suatu perubahan dalam tradisi tersebut pasti ada, namun perubahan yang terjadi hanya pada doa yang disampaikan, doa bukan hanya ditujukan kepada nenek moyang melainkan doa ditujukan kepada Allah SWT agar setiap kegiatan tradisi Tingkepan Pari yang dilakukan oleh masyarakat desa Pandan mendapatkan kemudahan serta kelancaran dalam menghasilkan panen yang berlimpah. 1. Peralatan upacara Sebelum pelaksanaan tradisi Tingkepan Pari, pihak keluarga yang mempunyai hajat sebaiknya mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam ritual tersebut guna melancarkan acara yang telah dilaksanakan dan salah satunya adalah hidangan makanan. Mengenai makan yang disuguhkan ketika pelaksanaan tradisi Tingkepan Pari, ada beberapa makanan yang disuguhkan dari pihak yang memunyai hajat, diantaranya sebagai berikut: 11 Nyari, Wawancara, Bojonegoro, 1 Juni 2014.

47 a. Menyiapkan Ambeng Masyarakat desa Pandan biasa menyebutnya dengan Ambeng merupakan nasi yang sudah dimasak dan dicetak berbentuk kerucut dan disajikan dengan beberapa lauk pauk. Alasan para warga desa Pandan membuat nasi Tumpeng atau Ambeng ini ialah memohon pertolongan kepada yang Allah SWT agar kita dapat terhindar dari keburukan dan dapat memperoleh kebaikan, serta memperoleh kemuliaan yang memberikan pertolongan. 12 Adapun isi dari Ambeng antara lain: 1) Nasi kuning bermakna wujud rasa syukur dan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas melimpahnya hasil panen dan berkah lainnya. Karena memiliki nilai rasa syukur dan perayaan. 2) Telur rebus yang disajikan secara utuh dengan kulitnya. Ketika akan makan, kulit dari telur harus dikupas terlebih dahulu. Hal tersebut mengandung makna bahwa semua tindakan yang dilakukan oleh manusia terlebih dahulu harus direncanakan agar tidak salah dalam menjalankan rencana tersebut, setelah itu baru dikerjakan sesuai dengan rencana yang telah direncanakan, kemudian hasilnya di evaluasi agar mencapai sebuah kesempurnaan. 3) Ayam Panggang. Dalam ritual selametan, Ayam Panggang merupakan lauk yang wajib ada ketika pembuatan ambeng, hal ini bermakna agar 12 Ja far Shodiq, Wawancara, Bojonegoro, 1 Juni 2014.

48 segala sesuatu yang diinginkan dapat terwujud tanpa adanya suatu halangan apapun itu. 4) Ikan Teri goreng mengandung makna bahwa hidupnya selalu berkelompok. Mengingat bahwa didalam sebuah kehidupan, manusia tidak bisa hidup sendiri atau individu. Dikarenakan manusia merupakan makhluk yang bersifat lemah serta sangat membutuhkan bantuan dari orang lain untuk mencapai sebuah kehidupan yang aman. Oleh sebab itu, ikan teri dapat disimbolkan sebagai suatu kerukunan serta hubungan kerjasama yang baik antar sesama manusia. 5) Urap urap yang terbuat dari rebusan kangkung dan kecambah dan dicampur dengan parutan kelapa muda yang sudah dicampuri beberapa bumbu seperti bawang merah dan bawang putih, laos, daun jeruk, cabe rawit, cabe besar dan terasi. Pembuatan urap-urap ini bermakna agar masyarakat Jawa tidak melupakan adat istiadat yang telah diwariskan oleh nenek moyang. Urap-urap bisa juga bermakna untuk menghidupi atau menafkahi keluarga. 6) Sangrai kelapa ( serundeng ) merupakan makanan khas yang dihidangkan ketika melaksanakan tradisi-tradisi slametan. Dalam tradisi Tingkepan Pari ini, serundeng dibuat dengan tujuan supaya padi yang ditanan disawah akan menumbuhkan benih yang banyak. 7) Sambal goreng tahu dan tempe. Pembuatan sambal goreng tahu dan tempe ini bertujuan agar dapat terciptanya panutan yang baik di lingkungan masyarakat desa Pandan serta berharap agar masyarakat

49 desa Pandan bisa memilih sesuatu yang ingin mereka lakukan berdasarkan dengan hati yang tulus dan bersungguh-sungguh. 8) Jajanan Pleret. Pleret merupakan kue yang terbuat dari tepung ketan yang di campur dengan santan kelapa dan dibalut dengan pelepah pisang atau gedebog 13 dan dikukus, kemudian pelepah pisang atau gedebog yang melekat di jajan pleret dilepaskan dari adonan dan pleret disajikan diatas daun pisang. Warga desa Pandan menggunakan Pleret ini sebagai makanan khas dalam tradisi Tingkepan Pari ini. Pleret ini terbagi menjadi dua macam warna, yaitu pleret warna putih dan pleret warna kuning. Adapun makna dari masing-masing pleret diantaranya sebagai berikut: a) Pleret warna putih melambangkan bahwa padi sudah berwarna putih dan mulai mengeluarkan isi. b) Pleret yang berwarna kuning melambangkan bahwa padi sudah mulai menguning dan siap untuk dipanen. 2. Tempat pelaksanaan Tempat pelaksanaan tradisi Tingkepan Pari ini dilakukan dirumah warga yang sedang mengadakan tradisi tersebut. Warga yang mempunyai hajat mengundang para tetangga dan kerabat terdekat guna ikut berpartisipasi dalam tradisi tersebut. Sedangkan pada zaman dahulu para masyarakat mengadakan tradisi Tingkepan Pari disawah tersebut. 13 Suparti, Wawancara, Bojonegoro, 1 Juni 2014.

50 Masyarakat melakukan tradisi Tingkepan Pari dengan mengadakan acara syukuran dan makan bersama. Setelah melakukan acara syukuran dan makan bersama, keesokan harinya para pelaku tradisi Tingkepan Pari pergi ke sawah dan membawa beberapa sesajen untuk di taburkan ke area persawahan. Sesuai dengan tradisi yang sudah dilakukan secara turun temurun, setiap melakukan tradisi Tingkepan Pari harus diadakan secara bersama-sama, hal ini dilakukan karena mengikuti sebuah kebiasaan yang telah dilakukan oleh nenek moyang pada zaman dahulu. 14 Ketika menjalankan sebuah tradisi keagamaan, sangatlah dibutuhkan adanya beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaannya, salah satunya adalah niat yang berasal dari dalam hati yang disertai dengan perasaan yang sungguhsungguh dengan penuh keyakinan. Hal ini dikarenakan ketika sebuah tradisi yang dilakukan tanpa adanya niat dalam hati yang disertai dengan perasaan atau keyakinan yang sungguh-sungguh, maka tradisi tersebut tidak akan menghasilkan sebuah keberhasilan dan kelancaran. 15 Adanya niat yang berasal dari dalam hati dan perasaan yang sungguhsungguh dengan penuh keyakinan telah ditunjukkan oleh masyarakat desa Pandan dalam melakukan tradisi Tingkepan Pari, krena mereka meyakini bahwa dengan dilaksanakannya tradisi tersebut akan membawa pengaruh yang baik dan akan membuahkan hasil yang baik pula. Adanya keyakinan yang sungguh-sungguh atau rasa keseriusan dalam masyarakat dapat dilihat dari jumlah warga yang ikut serta dalam acara syukuran tradisi Tingkepan Pari. 14 Data observasi di lapangan pada tanggal 1 Juni 2014. 15 Usup, Wawancara, Bojonegoro, 1 Juni 2014.

51 3. Waktu pelaksanaan Mengenai pelaksanaan tradisi Tingkepan Pari tidak dapat ditentukan secara detail, karena di desa Pandan sistem panennya tidak pasti. Akan tetapi waktu pelaksanaan tradisi Tingkepan Pari di desa Pandan ini sudah pasti dilakukan ketika padi yang berusia 2 bulan sesudah di tanam di sawah atau padi yang akan mengeluarkan isi. Tradisi Tingkepan Pari dilaksanakan para petani sehari sebelum meletakkan sesajen di area sawah dengan mengadakan acara syukuran dirumah warga yang laksanakan tradisi tersebut, hal ini bertujuan agar padi yang ditanam disawah dapat menghasilkan panen yang berlimpah ruah dan terhindar dari hama penyakit. Acara syukuran atau selametan Tingkepan Pari diadakan pada sore hari tepatnya setelah sholat Ashar. Acara dimulai dengan pembukaan. Dalam acara pembukaan tersebut dipimpin oleh petugas yang tidak lain adalah mbah Modin. 4. Kegiatan tradisi Tingkepan Pari Pelaksanaan tradisi tingkepan pari diawali dengan mengundang para warga serta kerabat untuk mengahadiri syukuran sehari sebelum para petani meletakkan sesajen di sawah. Acara syukuran ini dilaksanakan pada sore hari tepatnya setelah sholat ashar dan bertempat dirumah warga yang sedang melaksanakan tradisi tersebut. Selain dihadiri oleh warga desa yang mayoritas para petani, datang juga seorang tokoh adat yang menghadiri acara tersebut. Setelah semua warga sudah berkumpul semua, maka tradisi tersebut siap untuk dilakukan. Acara dibuka dengan pembacaan surat Al-Fatihah yang dibimbing oleh mbah Modin. Pembacaan surat Al-Fatihah ini dibaca sebanyak 3 kali. Setelah selesai membaca

52 surat Al-Fatihah, mbah Modin bergegas untuk membacakan beberapa doa tertentu yang berhubungan dengan keselamatan. 16 Sehari setelah pelaksanaan syukuran tradisi Tingkepan Pari, keesokan harinya para pelaku tradisi Tingkepan Pari yang tidak lain para petani bersiap-siap untuk pergi ke sawah guna meletakkan beberapa sesajen yang sudah disiapkan. Setelah sesajen sudah siap, maka para petani pergi ke sawah dengan membawa beberapa sesajen tersebut. Kemudian setelah para petani sampai di area persawahan, mereka meletakkan beberapa sesajen tersebut di sudut-sudut area persawahan mereka. Hal ini dilakukan guna mencegah padi yang ditanam tidak terserang hama dan padi yang ditanam menjadi tanaman yang subur dan bisa mendapatkan hasil panen yang baik dan memuaskan. Adapun sesajen yang harus dibawa ke sawah antara lain: a. Nasi putih lengkap dengan lauk pauknya b. Peyek c. Pleret d. Uler-uleran yang terbuat dari jajan pleret bertujuan agar padi yang ditanam di sawah tidak dimakan ulat. e. Pisang Unyil f. Daun pisang g. Lidi Sesajen yang terdapat diatas dikumpulkan jadi satu, kemudian diletakkan diatas lembaran daun pisang. Setelah sesajen diletakkan diatas lembaran daun 16 Data observasi lapangan di rumah ibu Surati pada tanggal 1 Juni 2014.

53 pisan, sesajen disatukan dengan dipincuk, kemudian sesajen yang sudah dibungkus segera dibawa ke sawah dan diletakkan di sudut-sudut sawah dengan tujuan untuk mencegah wabah hama yang menyerang pada tanaman padi. 17 C. Tujuan Tradisi Tingkepan Pari Semua aktivitas manusia baik dalam hal tingkah laku perbuatan pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu didalamya. Begitu juga dalam hal pelaksanaan tradisi Tingkepan Pari yang mempunyai tujuan didalamnya. Tradisi Tingkepan Pari merupakan suatu proses upacara yang yang dilakukan sebagai simbol wujud rasa syukur kepada Allah serta penghormatan terhadap Dewi Sri. radisi Tingkepan Pari merupakan salah satu syarat yang harus dilakukan warga desa Pandan sebelum waktu panen tiba. Adapun tujuan dilakukannya tradisi Tingkepan Pari diantaranya sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT supaya diberikan keberhasilan pada saat waktu panen tiba dan hasil panen akan memuaskan. Sedangkan menurut mbah Sagi, wujud rasa syukur terhadap Allah SWT ialah agar padi yang ditanam disawah terhindar dari serangan hama dan ketika waktu panen tiba hasilnya bisa mencukupi untuk kehidupan keluarga. 18 Tradisi Tingkepan Pari juga dilaksanakan sebagai sarana untuk syukuran, serta berşadaqah. Dikatakan syukuran karena merupakan suatu bentuk rasa syukur terhadap Allah SWT atas nikmat dan rezeki yang telah dibrikan, dan dikatakan selametan kerena dengan adanya syukuran maka warga menginginkan keselamatan bagi keluarga agar terhindar dari segala macam bahaya yang akan 17 Data observasi di sawah ibu Surati pada tanggal 1 Juni 2014. 18 Sagi, Wawancara, Bojonegoro,1 Juni 2014.

54 terjadi, terutama selametan ini juga ditujukan terhadap padi yang ditanam di sawah agar diberi keselamatan dan terhindar dari serangan hama supaya kelak waktu panen hasilnya akan berlimpah ruah. Dan dikatakan sebagai sarana untuk berşadaqah karena warga yang melaksanakan tradisi tersebut mengeluarkan sebagian hartanya untuk menyuguhkan makanan yang akan disuguhkan kepada para tamu yang telah hadir dalam acara tersebut. Selain itu, tradisi Tingkepan Pari juga dianggap sebagai sarana untuk menyambung tali sillaturrahmi antar sesama warga. Dengan diadakannya tradisi Tingkepan Pari ini antara warga satu dengan warga yang lainnya saling berdatangan kerumah warga yang sedang melaksanakan selametan Tingkepan Pari dan saling bertegur sapa, saling tolong menolong dan melaksanakan acara tasyakuran secara bersama-sama serta berdo a bersama dengan khusyuk. Semangat religius yang hidup dalam golongan petani tampak lebih jelas dalam pelaksanaan syukuran pertanian pada peristiwa penting. 19 Hal tersebut dikarenakan para golongan petani mempunyai jiwa religius yang relatif lebih besar dan jalannya kehidupan keagamaan mereka lebih stabil. Tujuan lain dari tradisi Tingkepan Pari ialah sebagai wujud penghormatan terhadap Dewi Sri, yang mana Dewi Sri merupakan seorang tokoh yang paling dekat dengan kehidupan para petani. Dewi Sri juga diyakini sebagai dewi pelindung serta penjaga padi para petani karena telah berjasa dalam memberikan kesuburan tanah di lingkungan masyarakat Jawa. 19 Hendropuspito, Sosiologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1991), 60-61.

55 Masyarakat pulau Jawa mempercayai bahwa Dewi Sri merupakan dewi kesuburan yang selalu memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi manusia. 20 Oleh karena itulah masyarakat desa Pandan mengungkapkan wujud rasa terima kasih dan penghormatan kepada Dewi Sri dengan cara membacakan doa secara bersama-sama. Selain sebagai bentuk penghormatan terhadap Dewi Sri, tradisi Tingkepan Pari juga bertujuan utuk menghormati tradisi, karena dengan menghadiri acara pelaksanaan tradisi Tingkepan Pari, maka ikut serta dalam melestarikan tradisi yang ada di lingkungan masyarakat pulau jawa khususnya di desa Pandan. 20 Muhammad Sany Ustman, Dewi Sri dan Masyarakat Agraris Jawa, dalam http://dinamikagurusd.blogspot.com/2013/12/dewi-sri-dalam-pandangan-masyarakat.html (2 Juni 2014).