PANCASILA Modul ke: Makna dan Aktualisasi Sila Persatuan Indonesia dalam Kehidupan Bernegara Fakultas Ekonomi dan Bisnis Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id
Pendahuluan Sila Persatuan Indonesia mengandung nilai bahwa Indonesia menempatkan persatuan, kesatuan serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Persatuan Indonesia terkait dengan paham kebangsaan untuk mewujudkan tujuan nasional. Persatuan dikembangkan atas dasar Bhinneka Tunggal Ika dengan memajukan pergaulan demi kesatuan dan persatuan bangsa. Bagi bangsa Indonesia yang majemuk, semangat persatuan yang bersumber pada Pancasila menentang praktik-praktik yang mengarah pada dominasi dan diskriminasi social, baik karena alasan perbedaan suku, asal-usul maupun agama. Asas kesatuan dan persatuan selaras dengan kenyataan bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman. Semangat persatuan Indonesia menentang segala bentuk separatism dan memberikan tempat pada kemajemukan. Sila Persatuan Indonesia, mengandung pemahaman hukum bahwa setiap peratutan hukum mulai undang-undang hingga putusan pengadilan harus mengacu pada terciptanya sebuah persatuan warga bangsa. Dalam tataran empiris, munculnya nilai baru berupa demokratisasi dalam bernegara melalui pemilihan langsung harus selaras dengan sila Persatuan Indonesia.
Persatuan Indonesia merupakan implementasi Nasionalisme, bukan Chauvinisme dan bukan kebangsaan yang menyendiri. Nasionalisme menuju pada kekeluargaan bangsa-bangsa, menuju persatuan dunia, menuju persaudaraan dunia. Nasionalisme dengan internasionalisme menjadi satu terminologi, yaitu Sosio Nasionalisme. Kata persatuan juga menggambarkan konsep menyatunya unsur-unsur yang berbeda dalam satu derap langkah bersama karena memiliki impian atau cita-cita dan ingin mencapainya secara bersama-sama pula. Keikaan yang bergerak dinamis dalam ke-bhinneka-an dan sebaliknya ke-bhinnekaa-an tumbuh subur dalam keikaan secara seimbang. Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai negara adalah merupakan persekutuan hidup bersama di antara elemen-elemen yang membentuk Negara seperti, suku, ras, kelompok, golongan maupun agama.
Dalam mengaktualisasikan sila Persatuan Indonesia dapat dipertimbangkan beberapa prinsip pemikiran implementatif, antara lain : Mampu menempatkan persatuan, kesatuan serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Makna dan Aktualisasi Sila Persatuan Indonesia dalam Pembangunan Bidang Politik Dalam nilai Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualisme, yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk social. Negara merupakan suatu persekutuan hidup bersama di antara elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa suku, ras, kelompok, golongan, maupun kelompok agama. Oleh karena itu, perbedaan adalah merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemen-elemen yang membentuk negara. Konsekuensinya negara adalah beraneka ragam tetapi tetap satu, mengikatkan diri dalam suatu persatuan yang dilukiskan dalam suatu seloka Bhineka Tunggal Ika. Nilai Persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Hal ini terkandung nilai bahwa nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme religius, yaitu nasionalisme yang bermoral Ketuhanan Yang Maha Esa. Nasionalisme yang humanistik yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan. Oleh karena itu nilai-nilai nasionalisme ini harus tercermin dalam segala aspek penyelenggaraaan negara termasuk dalam era reformasi dewasa ini.
Dalam mengaktualisasikan sila Persatuan Indonesia di bidang politik dapat dipertimbangkan beberapa prinsip pemikiran implementatif, antara lain : Mampu menempatkan persatuan, kesatuan serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan. Mengembangkan rasa cinta kepada Tanah Air dan bangsa. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. Mengembanglam persatuan Indonesia atas dasar Bhineka Tunggal Ika. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Makna dan Aktualisasi Sila Persatuan Indonesia dalam Pembangunan Bidang Ekonomi Paham Nasionalisme dengan kegiatan ekonomi suatu negara sungguh terkait erat. Globalisasi sebagai suatu isme yang mulai dianut sebagian besar negara di dunia ini telah menjadi suatu keniscayaan historis yang tidak terbantahkan meski tersimpan agenda kepentingan nasional negara maju di dalamnya. Motor paling kuat di balik globalisasi adalah kepentingan ekonomi murni, yaitu hasrat memaksimalkan profit. Dalam mengaktualisasikan sila Persatuan Indonesia dalam bidang ekonomi dapat dipertimbangkan beberapa prinsip pemikiran implementatif, antara lain Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan. Mengembangkan rasa cinta kepada Tnaah Air dan bangsa. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. Mengembanglam persatuan Indonesia atas dasar Bhineka Tunggal Ika. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Makna dan Aktualisasi Sila Persatuan Indonesia dalam Pembangunan Sosial Budaya Implementasi sila Persatuan Indonesia dalam kehidupan social budaya dapat dilakukan melalui : Bidang Pendidikan Pendidikan adalah salah satu piranti untuk membentuk kepribadian. Penanaman kepribadian yang baik harus dilakukan sejak dini. Terutama penanaman rasa cinta tanah air dan rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia. Kepribadian yang baik para penerus bangsa akan menentukan nasib dan kemajuan Indonesia di masa mendatang. Nilai-nilai Pancasila harus ditanamkan kuat pada generasi penerus bangsa. Tujuan pendidikan nasional adalah menciptakan manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Iptek harus memenuhi etika ilmiah, yang paling berbahaya adalah yang menyangkut hidup mati, orang banyak, masa depan, hakhak manusia dan lingkungan hidup. Di samping itu ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila karena Iptek pada dasarnya adalah untuk kesejahteraan umat manusia. Nilai-nilai Pancasila sila ketiga bilamana dirinci dalam etika yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sebagai berikut : Sumber ilmiah sebagai sumber nasional bagi warga negara seluruhnya. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi harus mendahulukan kepentingan bangsa dan negara. Alokasi pemerataan sumber dan hasilnya. Pentingnya individualitas dan kemanusiaan dalam Catur Dharma ilmu pengetahuan yaitu penelitian, pengajaran, penerapan dan pengamalannya.
Dalam mengaktualisasikan sila Persatuan Indonesia dalam bidang social budaya dapat dipertimbangkan beberapa prinsip pemikiran implementatif, antara lain : Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan. Mengembangkan rasa cinta kepada Tnaah Air dan bangsa. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. Mengembanglam persatuan Indonesia atas dasar Bhineka Tunggal Ika. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Makna dan Aktualisasi Sila Persatuan Indonesia dalam Pembangunan Bidang Hankam Dalam rangka membangun pertahanan dan keamanan nasional (Hankamnas) memiliki suatu prinsip yang tegas dengan suatu pernyataan : Bahwa ancaman terhadap suatu pulau atau daerah pada hakikatnya merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara. Bahwa tiap-tiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam rangka menunaikan tanggung jawab masingmasing dalam rangka pembelaan negara. Realisasi penghayatan dan pengisian wawasan nusantara menjamin kesatuan wilayah nasional dan melindungi sumbersumber kekayaan alam beserta pengelolaannya serta menjaga kedaulatan Negara Republik Indonesia.
Hankamnas pada hakikatnya merupakan hasil upaya total yang mengintegrasikan segenap potensi dan kekuatan politik, ekonomi, social budaya dan militer bagi kepentingan nasional. Pembangunan pertahanan dan keamanan dilakukan melalui program pengembangan pertahanan negara, program pengembangan dukungan pertahanan, program pengembangan pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, serta program pengembangan keamanan dalam negeri. Upaya penanggulangan permasalahan penyalahgunaan dan pengedaran gelap narkoba, pada tahun 2002 telah dibentuk Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan kewenangan menyusun kebijakan, strategi, dan melaksanakan program yang meliputi pencegahanm, terapi rehabilitasi, penegakan hukum. Keberhasilan penanggulangan penyalahgunaan dan pengedaran gelap narkoba bukan hanya ditentukan oleh kebijakan dan programnya, tetapi juga oleh kesadaran, komitmen, dan partisipasi semua pihak yang saat ini telah menampakkan kepeduliannya terhadap masalah narkoba.
Dalam usaha memecahkan persoalan bangsa dalam bidang pertahanan dan keamanan perlu kita memahami butir-butir dalam sila Pancasila Indonesia, antara lain : Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. Cinta Tanah Air dan Bangsa. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-bhineka Tunggal Ika.
Makna dan Aktualisasi Sila Persatuan Indonesia dalam Pembangunan Bidang Hukum dan HAM Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara hukum juga harus menempatkan hukum sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keberadaan Indonesia sebagai negara Hukum dapat ditemukan dalam penjelasan UUD 1945 sebelum amandemen disebutkan bahwa Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat), yang berarti Indonesia berdasarkan hukum dan tidak berdasarkan pada kekuasaan semata (Machtsstaat). Hal tersebut kembali dipertegas pada amandemen UUD NRI Tahun 1945 dalam Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Berdasarkan ketentuan konstitusi tersebut, maka negara Indonesia diperintah berdasarkan hukum yang berlaku, termasuk penguasa pun harus tunduk pada hukum yang berlaku. Akan tetapi, bekerjanya hukum di Indonesia saat ini menggambarkan bahwa implementasi konsep negara hukum hanya sebatas formalitas belaka. Dimana, pada satu sisi muncul berbagai kecenderungan perilaku masyarakat yang sering menyimpang dari berbagai aturan yang dihasilkan oleh negara. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya kriminalitas, dan yang mencemaskan ialah bahwa meningkatnya kriminalitas bukan hanya dalam kuantitas atau volume saja, tetapi juga dalam kualitas dan intensitas. Kejahatan-kejahatan lebih terorganisir, lebih sadis serta di luar perikemanusiaan seperti perampokan-perampokan yang dilakuka secara kejam terhadap korban-korbannya tanpa membedakan apakah mereka anak-anak atau perempuan, serta pembunuhan-pembunuhan dengan mutilasi bagian tubuh korban.
Selain itu, banyaknya kasus korupsi yang kata orang sudah membudaya di Indonesia, serta praktek suap tidak terbilang banyaknya, sehingga sudah dikatakan membudaya juga, sehingga orang mengikuti saja apa yang dilakukan oleh orang lain asal tercapai tujuannya. Sementara itu, pada sisi yang lain praktek penegakan hukum yang terjadi di negeri ini juga mengalami penyakit yang serius. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya isu-isu yang dialamatkan kepada aparta penegak hukum, baik itu polisi, jaksa maupun hakim. Misalnya, tentang banyaknya para koruptor yang dibebaskan oleh pengadilan, dan kalau pun dihukum hanya sebanding dengan hukuman pencuri ayam. Kenyataan yang berbeda terjadi pada masyarakat biasa, dimana orang miskin akan sangat kesulitan mencari keadilan di ruang pengadilan. Dengan demikian, dapat dihasilkan kesimpulan bahwa praktik hukum di Indonesia berjalan dengan diskriminatif dan seakan-akan hanya memihak golongan tertentu saja. Dampak kehidupan hukum menjadi tidak terarah dan terpuruk. Keterpurukan hukum di suatu negara akan berdampak negatif yang akan mempengaruhi sektor kehidupan lain misalnya kehidupan ekonomi, politik dan budaya.
Bagaimanapun upaya para pakar ekonomi maupun politik dalam mengatasi masalah dan ketimpangan ekonomi dan politik akan sia-sia belaka jika keterpurukan hukum masih terjadi. Untuk itu, hendaknya hukum menjadi panglima dalam setiap dimensi kehidupan bernegara. Berbagai hal tersebut kemudian menimbulkan persoalan bagaimana implementasi penegakan hukum dan HAM di Indonesia, mengingat NKRI adalah negara hukum yang wajib memberikan perlindungan terhadap seluruh masyarakatnya secara menyeluruh tanpa adanya pengecualian. Persoalan hukum dan HAM harus mendapat perhatian bagi segenap warga negara tanpa kecuali dengan menaati hukum yang berlaku berlandaskan kepada nilai-nilai Pancasila, khusus sila Persatuan Indonesia dengan mengaktualisasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, antara lain : Mengembangkan sikap saling menghargai antar suku, agama, ras, dan antar golongan. Mengembangkan sikap saling asah, saling asih, dan saling asuh. Tidak menbeda-bedakan warna kulit, suku dan etnik. Membina persatuan dan kesatuan demi terwujudnya kemajuan bangsa dan negara.
Terima Kasih Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.