PROFIL MENTAL COMPUTATION SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KONTEKSTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

P 85 KOMPUTASI MENTAL UNTUK MENDUKUNG LANCAR BERHITUNG OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

IDENTIFIKASI MENTAL COMPUTATION SISWA DISLEKSIA DALAM MELAKUKAN OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT

PROFIL PEMECAHAN SOAL MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN TAHAP BELAJAR DIENES DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA SISWA SMP

Kemampuan Number Sense Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VII pada Materi Bilangan

STRATEGI SOLUSI DALAM PEMECAHAN MASALAH POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PONTIANAK. Nurmaningsih. Abstrak. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari. Mengingat

MENGATASI HAMBATAN BERHITUNG MENCONGAK MENGGUNAKAN STRATEGI MENTAL DALAM MATERI OPERASI BILANGAN BULAT

1 Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika di Universitas Negeri Yogyakarta

Bella Agustin Hariyanto Bambang Soerjono. Program Sarjana, STKIP PGRI Sidoarjo Jalan Kemiri Sidoarjo. Abstak

BAB I PENDAHULUAN. 1 Khoerul Umam, Makalah Pengajaran Matematika 2012, diakses dari

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar tersebut, sudah dapat dipastikan pengetahuan-pengetahuan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII 3 SMP NEGERI 26 MAKASSAR.

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

PROSES SCAFFOLDING BERDASARKAN DIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DENGAN MENGGUNAKAN MAPPING MATHEMATICS

Amira Yahya. Guru Matematika SMA N 1 Pamekasan. & Amira Yahya: Proses Berpikir Lateral 27

KEMAMPUAN NUMBER SENSE SISWA SMP NEGERI 5 PONTIANAK DALAM MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI PECAHAN

BERPIKIR ALJABAR MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

Profil Proses Kognitif Siswa SMP Laki-laki dalam Investigasi Matematik Ditinjau dari Perbedaan Kemampuan Matematika

DAFTAR PUSTAKA. Bell, Frederick H. (1978). Teaching and Learning Mathematics (the secondary schools). USA: Wm. C. Brown Company Publisher.

KETERAMPILAN DASAR GEOMETRI SISWA KELAS V DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA DI MI AL ISTIQOMAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Majid. (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

BAB I PENDAHULUAN. Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003),

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika 2 Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Potensi Utama

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

IMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN

KEMAMPUAN ESTIMASI GURU SEKOLAH DASAR DALAM OPERASI HITUNG

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN MELALUI MODEL KOOPERATIF TPS DENGAN PENDEKATAN INQUIRY

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENERAPKAN ATURAN EKSPONEN

PROFIL KOMPUTASI MENTAL MAHASISWA CALON GURU SD DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF REFLEKSIF-IMPULSIF

POLA PENALARAN MATEMATIS SISWA DALAM MATERI BILANGAN BULAT DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Vera Mandailina Dosen Program Studi Pendidikan matematika, Universitas Muhammadiyah Mataram

Analisis Kesalahan Konten Matematika pada Buku Siswa Tematik Sekolah Dasar Kelas V Semester I Kurikulum 2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DENGAN PENDEKATAN CRA (Concrete Representational Abstract)

Jurnal Saintech Vol No.04-Desember 2014 ISSN No

Pembelajaran Matematika dengan Pemecahan Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE

JURNAL. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing

PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA USIA TAHUN DI BANDA ACEH. Intan Kemala Sari 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sarbaini, Identifikasi Tingkat Berpikir Siswa Berdasarkan Teori Van

PROSES BERPIKIR SISWA KELAS VIII SMPN 2 BLITAR DALAM PEMECAHAN MASALAH HIMPUNAN DENGAN PEMBERIAN SCAFFOLDING

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN-BANGUN SEGIEMPAT MELALUI PENGGUNAAN JARINGAN KONSEP. Sri Tresnaningsih 1) Dosen Universitas Terbuka-UPBJJ Surabaya

ISSN Jurnal Exacta, Vol. IX No. 1 Juni 2011

KEMAMPUAN BERPIKIR REFLEKTIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL (SPLDV) BERDASARKAN GENDER

ANALISIS KESULITAN SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI PERSAMAAN GARIS LURUS DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

Fraenkel, J.R & Wallen, N. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education. Singapore: Mc. Graw Hill.

Analisis Kesulitan Matematika Siswa SMP Negeri Di Pacitan Pada Ujian Nasional Tahun 2009/2010

Kata Kunci: pemecahan masalah, masalah nonrutin, kesalahan siswa.

PROFIL KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERBENTUK OPEN-START PADA MATERI BANGUN DATAR

PROSES BERNALAR SISWA DALAM MENGERJAKAN SOAL-SOAL OPERASI BILANGAN DENGAN SOAL MATEMATIKA REALISTIK

MENINGKATKAN PENGUASAAN BILANGAN DENGAN MENTAL ARITMATIKA SEMPOA. Ismarti Dosen Tetap Prodi Matematika UNRIKA Batam

LAPORAN TUGAS AKHIR. Topik Tugas Akhir : penelitian pendidikan matematika

POTENSI NUMBER SENSE SISWA PADA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MATRIKS DI SMA

REPRESENTASI VISUAL DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KONTEKSTUAL

IDENTIFIKASI TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF (TKBK) SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED PADA MATERI SEGIEMPAT DI KELAS VIII SMP

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 4, No.2, September 2015

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Amam, 2013

Unnes Journal of Mathematics Education

Kata Kunci: Pohon Matematika, Berpikir kreatif

ANALISIS PERILAKU PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT KELAS VII SMPN 7 SURABAYA

Pemahaman Siswa terhadap Konsep Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

BAB I PENDAHULUAN. setiap jenjang pendidikan di Indonesia. Pendidikan merupakan salah satu hal

OPERASI BILANGAN DENGAN MATHEMAGICS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Oleh Nila Kesumawati FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang

BAB I PENDAHULUAN. ilmu-ilmu eksak. Suherman menjelaskan bahwa pelajaran matematika mempunyai

PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DAN RELEVANSINYA DENGAN KTSP 1. Oleh: Rahmah Johar 2

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PENDEKATAN PROBLEM POSING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkup persekolahan. Suherman mendefinisikan pembelajaran adalah proses

Susda Heleni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Riau

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta

PEMBELAJARAN DENGAN PERMAINAN TRADISIONAL JIRAK TERMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 9 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

UPAYA MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM OPERASI PERKALIAN DENGAN METODE LATIS

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

Affandi*) Kartini, Susda Heleni**) Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UR

PROFIL KREATIVITAS GURU SMP DALAM MEMBUAT MASALAH MATEMATIKA KONTEKSTUAL BERDASARKAN KUALIFIKASI AKADEMIK

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA

DAYA MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

PROSIDING ISSN:

ANALISIS KESALAHAN PESERTA DIDIK PADA MATERI PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN NILAI MUTLAK LINEAR SATU VARIABEL DI KELAS X SMA NEGERI 1 BANGKINANG KOTA

PERKALIAN BINER BILANGAN N DIGIT DENGAN 3, 4, 5 DAN 6

PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA PEMBELAJARAN DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING

BAB I PENDAHULUAN. dan bermutu di sekolah adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi.

Pendahuluan. Sekar Tyas Asih et al., Analisis Kesalahan Siswa Dalam Memecahkan...

Transkripsi:

PROFIL MENTAL COMPUTATION SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KONTEKSTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA Yusuf Ansori 1, Prof. Dr. Mega Teguh Budiarto, M.Pd 2 Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya 60231 Email: y.ansory@gmail.com 1, megatbudiarto@yahoo.com 2 ABSTRAK Mental computation didefinisikan sebagai suatu proses perhitungan aritmatika tanpa menggunakan alat bantu. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kesulitan siswa dalam melakukan operasi hitung, termasuk operasi hitung penjumlahan tanpa menggunakan alat bantu. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan profil mental computation siswa SMP dalam menyelesaikan masalah kontekstual. Profil mental computation yang diteliti adalah tentang strategi mental computation pada operasi penjumlahan. Terdapat empat strategi mental computation pada operasi penjumlahan yaitu aggregation, wholistic, separation dan separation left to right. Hasil penelitian mental computation siswa berkemampuan matematika tinggi yang terdiri dari dua subyek yaitu R1 dan R4 yaitu R1 mengunakan strategi separation dan separation left to right. Sedangkan R4 mengunakan strategi aggregation dan separation left to right. Profil mental computation siswa berkemampuan matematika sedang terdiri dari dua subyek yaitu R2 dan R5yaitu R2 hanya mengunakan satu strategi yaitu separation left to right. Sedangkan R5 mengunakan strategi aggregation dan separation left to right. Profil mental computation siswa berkemampuan matematika rendah yaitu R3 mengunakan strategi wholistic dan separation left to right. Sedangkan R6 mengunakan strategi aggregation dan separation left to right. Dari hasil penelitian ini, tingkat kemampuan subyek tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap strategi mental computation yang digunakan oleh subyek. Siswa yang berkemampuan lebih rendah juga melakukan strategi pemisahan yang lebih efisien. Hal ini sesuai dengan pendapat Beishuzen s (dalam Rogers, 2009) yang menjelaskan bahwa siswa yang mempunyai kemampuan lebih lemah akan cenderung melakukan strategi pemisahan yang lebih efisien. Kata Kunci: Mental computation, aggregation, wholistic, separation, separation left to right, masalah kontekstual 1. PENDAHULUAN Mental computation ialah proses melakukan perhitungan tanpa menggunakan alat bantu lain, seperti kalkulator, komputer, pensil dan kertas. McIntosh, dkk (dalam Ghazali, dkk: 2010) menyatakan bahwa mental computation dan computational estimation merupakan dua aspek penting dalam number sense. perhitungan dengan menggunakan mental computation dalam operasi penjumlahan dan pengurangan mulai menjadi tren di sekolah-sekolah di berbagai Negara. Ghazali, dkk (2010) mengemukakan bahwa di USA, Australia, UK, Selandia Baru, dan Belanda mulai memasukkan mental computation sebagai aspek penting dalam pembelajaran matematika dasar. Salah satu tujuan kurikulum dalam pembelajaran matematika baik di Indonesia maupun di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia adalah mengembangkan penguasaan siswa mengenai bilangan (number sense). Penekanan akan pentingnya penguasaan bilangan ini pada tingkatan sekolah dasar, tercantum dalam kurikulum sekolah di Indonesia, Amerika Serikat, Inggris, maupun Australia (dalam Herman: 2001). Muslich (2007) mengemukakan bahwa kemampuan mental computation siswa juga harus disertai kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah kontekstual yang ada di kehidupan sehari-hari. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah merupakan salah satu kompetensi penting yang harus dimiliki oleh siswa SMP (Depdiknas, 2003). Oleh karena itu mental computation sangat penting untuk melatih kemahiran siswa dalam melakukan perhitungan aritmatika terutama dalam menyelesaikan masalah-masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari.

KAJIAN TEORI DAN METODE PENELITIAN 2.1 Perhitungan Tertulis Perhitungan tertulis biasa (written computation) adalah perhitungan dengan menggunakan alat bantu kertas dan pensil. Rogers (2009) mengemukakan bahwa masing-masing perhitungan tersebut mempunyai peran yang berbeda di dalam matematika dan kemampuankemampuan lain yang terkait dengan keduanya dapat berhubungan satu sama lain. Rogers (2009) juga menjelaskan bahwa dalam melakukan perhitungan tertulis selalu terjadi proses secara mental. Kemampuan untuk melakukan perhitungan secara tertulis bisa menjadi lebih baik apabila kemampuan melakukan perhitungan secara mental terasah dengan baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan olah Kamii tahun 1994 (dalam Rogers, 2009), memaksa siswa untuk mempelajari algoritma tertulis sejak kecil dapat menghambat siswa untuk menemukan sendiri pemikiran tentang bilangan dan menghambat perkembangan number sense siswa, serta menambah kebingungan siswa mengenai nilai tempat suatu bilangan. 2.2 Mental Computation Heirdsfield, dkk (1999) mengemukakan bahwa mental computation defined as arithmetic calculation without the aid of external devices (eg, pen and paper, calculator), with numbers greater than 10. Jadi, mental computation adalah perhitungan aritmetika tanpa bantuan dari luar atau alat bantu, misalnya pensil dan kertas, komputer ataupun kalkulator. Reys, Nohda, dan Emori (dalam Tsao, 2004) mengemukakan bahwa mental computation dapat dipandang sebagai kemampuan dasar dan di sisi lain dapat dipandang sebagai higher-order thinking. Reys (dalam Tsao, 2004) percaya bahwa mental computation memberikan pemahaman lebih besar pada struktur bilangan dan sifatsifatnya. Selain itu mental computation juga dapat meningkatkan kreativitas dan kebebasan beerpikir dan juga mendukung siswa untuk menemukan cara-cara pintar dalam menyelesaikan permasalahan mengenai bilangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Reys dan Barger (dalam Tsao, 2004) yang menyatakan bahwa Mental computation assists in developing number sense because it makes students think. Terdapat strategi untuk melatih mental computation (Rogers, 2009) yang dapat digunakan untuk melakukan penjumlahan hingga tiga digit. Berikut contoh strategi mental computation dalam operasi penjumlahan. a. Aggregation adalah strategi penjumlahan dengan cara menjumlahkan bilangan pertama dengan sebagian nilai dari bilangan kedua. Contoh: 28+35= 28 + 5 = 33 33 + 30 = 63 b. Wholistic adalah strategi penjumlahan dengan membulatkan salah satu bilangan ke puluhan atau ratusan terdekat, kemudian hasilnya dijumlahkan dengan bilangan kedua yang dikurangi selisih bilangan pertama dengan hasil pembulatannya. Contoh: 28 + 35 = 30 + 35 =65 65 2 = 63 c. Separation adalah strategi penjumlahan dari kanan ke kiri atau dari nilai terkecil ke nilai terbesar. Contoh: 28 + 35= 8 + 5 = 13 20 + 30 = 50 13 + 50 = 63 d. Separation Left to Right adalah strategi penjumlahan dari kiri ke kanan atau dari nilai terbesar ke nilai terkecil. Contoh: 28 + 35 = 20 + 30 = 50 8 + 5 = 13 50 + 13 = 63 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Beishuzen s (dalam Rogers, 2009) dijelaskan bahwa siswa yang mempunyai kemampuan lebih lemah akan cenderung melakukan strategi pemisahan yang lebih efisien. 2.3 Pemecahan Masalah Kontekstual Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, masalah yaitu sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan). Newell & Simon (dalam Kadir, 2009) mengemukakan bahwa masalah adalah suatu situasi dimana individu ingin melakukan sesuatu tetapi tidak tahu cara atau tindakan yang diperlukan untuk memperoleh apa yang ia inginkan. Dyndal (dalam Kadir, 2009) mengemukakan bahwa masalah muncul jika terdapat beberapa kendala pada kemampuan pemecahan masalah yang menyebabkannya tidak dapat menentukan pemecahan masalah tersebut secara langsung. Sedangkan Bell (1981) berpendapat bahwa suatu situasi merupakan suatu masalah bagi seseorang jika dia menyadari keberadaannya, mengakui bahwa situasi tersebut memerlukan

tindakan, ingin atau perlu untuk bertindak dan mengerjakannya, tetapi tidak dengan segera dapat menemukan pemecahannya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa masalah adalah soal-soal tidak rutin yang tidak dapat diselesaikan secara langsung dengan prosedur rutin. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kontekstual berhubungan dengan konteks, sedangkan konteks adalah situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian. Jadi, masalah kontekstual adalah soalsoal tidak rutin yang ada hubungannya dengan kejadian sehari-hari dimana tidak secara langsung dapat diselesaikan dengan prosedur rutin untuk memecahkannya. 2.4 Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan profil mental computation siswa SMP dalam menyelesaikan masalah kontekstual. Profil mental computation yang diteliti adalah tentang strategi mental computation pada operasi penjumlahan. Terdapat empat strategi mental computation pada operasi penjumlahan yaitu aggregation, wholistic, separation dan separation left to right. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratif kualitatif. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 22 Surabay. Subjek penelitian merupakan masingmasing 2 siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Dalam penelitian ini diawali dengan pemilihan subyek penelitian yang dibantu oleh guru mitra yang juga sebagai guru matematika di kelas tersebut berdasarkan nilai matematika dan kemampuan komunikasi maka terpilih masing-masing dua siswa dnegan kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah yang kemudian mengikuti tes mental computation dan wawancara. Pada penelitian ini menggunakan triangulasai waktu untuk mengecek kevalidan data. Penelitian kedua dilakukan satu minggu setelah penelitian pertama. Selain itu ada wawancara pada setiap selesai tes yang digunakan untuk mengklarifikasi jawaban siswa. Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi, memperjelas informasi, mendukung data hasil tes mental computation, dan menggali apa-apa yang ada dipikiran siswa. Data yang didapatkan berupa kata-kata yang terkadang ada dipikiran siswa tetapi tidak ada ditulisan. setelah melakukan analisis data tes pemecahan soal matematika dilakukan penarikan kesimpulan. 3. HASIL Berdasarkan hasil penelitian pertama dan kedua menunjukkan bahwa subyek dengan kemampuan tinggi yaitu T1 dan T2 menggunakan strategi mental computation yang berbeda. T1 menggunakan strategi separation dan separation left to right (SLR). Sedangkan T2 menggunakan strategi aggregation dan separation left to right (SLR). Berikutnya yaitu subyek dengan kemampuan sedang yaitu S1 dan S2. Keduanya menggunakan strategi mental computation yang berbeda. S1 hanya menggunakan strategi separation left to right (SLR). Sedangkan S2 menggunakan strategi aggregation dan separation left to right (SLR). Pada subyek dengan kemampuan rendah yaitu T1 dan R2 juga menggunakan strategi mental computation yang berbeda. T1 menggunakan strategi wholistic dan separation left to right (SLR). Sedangkan R2 menggunakan strategi aggregation dan separation left to right (SLR). Dari penelitian pertama dan kedua, terdapat persamaan dan perbedaan pada keenam subyek. Persamaannya adalah semua subyek menggunakan satu strategi yang sama yaitu separation left to right (SLR) yaitu strategi menjumlahkan dari kiri. Misalkan : 55 + 38, maka mereka menjumlahkan 50 + 30 = 80, 5 + 8 = 13, kemudian hasilnya dijumlahkan yaitu 80 + 13 = 93. Untuk persamaan yang kedua, mereka selalu berusaha menjumlahkan seperti strategi bersusun ke bawah. meskipun hal ini telah dilarang oleh peneliti. Hal ini karena strategi menjumlahkan bersusun ke bawah adalah strategi yang sering mereka gunakan untuk menghitung penjumlahan dimana mereka menghitung menggunakan kertas dan pensil. Strategi inilah satu-satunya strategi yang diajarkan pada tingkat sekolah dasar. T1 yang tergolong berkemampuan tinggi, menjadi satu-satunya subyek yang menggunakan strategi separation yang merupakan kebalikan dari separation left to right. Hal ini terlihat dari jawaban T1 ketika menjawab pertanyaan 55 + 38 dan jawabannya adalah sebagai berikut : Saya jumlahkan dulu angka satuan dan puluhan secara terpisah, 5+8 = 13, 50+30= 80, Jadi hasilnya 13+80= 93. Keunikan yang lain yaitu T1 yang menjadi satu-satunya subyek yang menggunakan strategi wholistic yaitu pembulatan ke puluhan terdekat untuk mempermudah perhitungan. Hal ini terlihat dari jawaban wawancara dari T1 ketika menjawab 55 + 38 yaitu sebagai berikut. saya bulatkan ke atas ke puluhan terdekat 53+40= 93. Jadi bilangan 38 dibulatkan ke puluhan terdekat yaitu 40, sedangkan bilangan yang lain yaitu 55 dikurangi sebanyak penambahan yang ditambahkan ke bilangan 38, sehingga 55 dikurangi 2 menjadi 53.

Jadi didapatkan hasil 53 + 40 = 93. Hal ini terbilang unik karena yang menggunakan strategi ini adalah subyek T1 dimana termasuk golongan rendah. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa perbedaan strategi mental computation yang digunakan antara kelompok tinggi, sedang dan rendah terlihat begitu signifikan. Lima subyek yaitu T1, T2, S2, R1 dan R2 menggunakan dua strategi. T2, S2 dan R2 menggunakan strategi yang sama yaitu aggregation dan separation left to right. T1 menggunakan strategi separation dan separation left to right sedangkan R1 menggunakan strategi wholistic dan separation left to right. S1 yang tergolong berkemampuan sedang hanya dapat menggunakan satu strategi yaitu separation left to right. 4. SIMPULAN Deskripsi lengkap tentang profil mental computation siswa ditinjau dari kemampuan matematika adalah sebagai berikut. 1. Profil Mental Computation Siswa Berkemampuan Matematika Tinggi Siswa berkemampuan matematika tinggi terdiri dari dua subyek yaitu T1 dan T2. T1 menggunakan strategi separation dan separation left to right. Sedangkan T2 separation left to right. 2. Profil Mental Computation Siswa Berkemampuan Matematika Sedang Siswa berkemampuan matematika sedang terdiri dari dua subyek yaitu S1 dan S2. S1 hanya menggunakan satu strategi yaitu separation left to right. Sedangkan S2 separation left to right. Selain strategi yang digunakan, kedua subyek ini memiliki beberapa perbedaan yaitu kecepatan berhitung dan kemampuan komunikasi S2 lebih baik dari S1. 3. Profil Mental Computation Siswa Berkemampuan Matematika Rendah Siswa berkemampuan matematika rendah terdiri dari dua subyek yaitu R1 dan R2. R1 menggunakan strategi wholistic dan separation left to right. Sedangkan R2 separation left to right. Lima subyek yaitu T1, T2, S2, R1 dan R2 menggunakan dua strategi mental computation, sedangkan S1 hanya menggunakan satu strategi mental computation. Dari hasil penelitian ini, tingkat kemampuan subyek tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap strategi mental computation yang digunakan oleh subyek. Hal ini bisa dilihat dari strategi yang digunakan oleh S1. S1 yang tergolong berkemampuan sedang hanya menggunakan satu strategi sedangkan R1 dan R2 yang berkemampuan rendah dapat menggunakan dua strategi mental computation. Siswa yang berkemampuan lebih rendah melakukan strategi pemisahan yang lebih efisien. Hal ini sesuai dengan pendapat Beishuzen s (Rogers) yang menjelaskan bahwa siswa yang mempunyai kemampuan lebih lemah akan cenderung melakukan strategi pemisahan yang lebih efisien. REFERENSI [1]Bell, Fredick H. 1981. Teaching and Learning Mathematics (In Secondary Schools) Dubuque. Lowa: Wm.C. Brown Company Publisher. [2] Budiarto, Mega Teguh. 2006. Profil Abstraksi Siswa SMP dalam Mangonstruk Hubungan antar Segiempat. Disertasi (tidak diterbitkan). Surabaya: Program Pascasarjana Unesa. [3] Fajar, Shadiq. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Makalah Pengembang Matematika SMA Yogyakarta. [4] Ghazali,dkk. 2010. Identification of Students Intuitive Mental computation Strategies for 1,2, and 3 Digits Addition and Substraction: Pedagogical and Curricular Implications. Journal of Science and Mathematics. Education in Southeast Asia. 2010, Vol.33 No.1, 17-38 [5] Heirdsfield, Ann M. 2004. Enhancing Mental computation Teaching and Learning in Year 3. Queensland University of Technology [6] Hudojo, Herman. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: UM Press. [7] Kadir. 2010. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Potensi Pesisir sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik, Komunikasi Matematik, dan

Keterampilan Sosial Siswa SMP. Disertasi Doktor, Universitas Pendidikan Indonesia [8] Muslich, Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. [11] Tsao, Yea-Ling. 2004. Categorisation of Mental computation Strategies to Support Teaching and to Encourage Classroom Dialogue. Mathematics: Essential Research, Essential Practice. Brisbane Chatolic Education. MERGA Inc.: Australasia [9] Reys, R.E. 1984. Mental Computation and Estimation: Past, present and future. Elementary School Journal [10] Rogers, Angela. 2009. Mental computation in the Primary Classroom. St. Monica s Primary School, Moonee Ponds