BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

BAB 1 : PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan kesehatan tersebut difokuskan pada usaha promotif dan

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010). Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox).

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia telah menurun, dimana rata-rata

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan pembangunan nasional jangka panjang tersebut (Ranuh, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mempersiapkannya diperlukan anak-anak Indonesia yang sehat baik fisik

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. golongan usia memiliki resiko tinggi terserang penyakit-penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kesehatan nasional (Budioro. B, 2010). Dalam lingkup pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan. tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin

BAB 1 : PENDAHULUAN. terbesar kedua dari negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. (1)

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dicegah dengan imunisasi, yakni masing-masing 3 juta orang atau setiap 10

BAB I PENDAHULUAN. ini mencakup 1,4 juta anak balita yang meninggal. Program Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit yang berujung pada kematian bayi (Achmadi, 2016). harus menyelesaikan jadwal imunisasi (Kemenkes RI, 2010).

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang berkembang dimana keadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2011).

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Lienda Wati, FKM UI, 2009 UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

Christopher A.P, S. Ked Yayan A. Israr, S. Ked

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap status gizi anak. upaya kesehatan masyarakat lainnya.

Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Selama proses pertumbuhan dan perkembangan, anak memerlukan asupan

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab utama kematian anak-anak di dunia. Pada negara berkembang hampir

BAB I PENDAHULUAN. bayi dan kematian ibu melahirkan. Menitik beratkan pada pembangunan bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian pada anak dibawah usia 5 tahun walaupun. tidak sebanyak kematian yang disebabkan oleh malnutrisi dan

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban

2. Apa saja program imunisasi dasar lengkap yang ibu ketahui? a. BCG b. DPT c. Polio d. Campak e. Hepatitis B

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

Gambaran Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Usia 0-12 Bulan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, selain indikator Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai ciri khas yang berbeda-berbeda. Pertumbuhan balita akan

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN INFORMASI IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS TITUE KABUPATEN PIDIE

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Campak merupakan penyakit pernafasan yang mudah menular yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. imunisasi antara lain untuk menurunkan kesakitan dan kematian akibat penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasan selanjutnya dalam penelitian ini yang dimaksud imunisasi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan seutuhnya untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. tanda-tanda awal berupa salesma disertai konjungtivitis, sedangkan tanda khas

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga sebagai unit terkecil dari kehidupan bangsa. Kemandirian keluarga dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. agar terhindar dari penyakit sehingga tercapai kekebalan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian bayi dan balita (bayi dibawah lima tahun) adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

CAKUPAN PROGRAM IMUNISASI DASAR TERHADAP STANDART PELAYANAN MINIMAL IMUNISASI (SPM) DI PUSKESMAS HELVETIA DAN PUSKESMAS PADANG BULAN MEDAN 2012

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

BAB I PENDAHULUAN. kelompok bayi dari difteri, pertusis, tetanus dan campak. Cakupan imunisasi di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

suatu penyakit, jika suatu saat dia terkena penyakit yang sama maka tubuhnya sudah kebal terhadap penyakit tersebut (Matondang & Siregar,

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. suatu tindakan memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penularan penyakit campak terjadi dari orang ke orang melalui droplet respiration

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Romy Wahyuny*, Linda Fadila**

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunisasi merupakan program pemerintah yang senantiasa digalakkan dalam upaya untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit dengan melakukan vaksinasi secara rutin. Pemberian imunisasi berguna untuk memberikan perlindungan menyeluruh terhadap penyakit yang berbahaya. Dengan memberikan imunisasi dasar lengkap sesuai jadwal, tubuh bayi dirangsang untuk memiliki kekebalan sehingga tubuhnya mampu bertahan melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan menghilangkan penyakit menular yang mengancam jiwa dan diperkirakan untuk mencegah antara 2 dan 3 juta kematian setiap tahun. Hal ini merupakan salah satu investasi yang paling hemat biaya kesehatan dengan strategi yang telah terbukti yang membuatnya dapat diakses bahkan populasi yang paling sulit dijangkau dan rentan (WHO, 2013). Penelitian epidemiologi di Indonesia dan negara-negara lain, ketika ada wabah campak, difteri atau polio, anak yang sudah mendapat imunisasi dasar lengkap sangat jarang yang tertular, bila tertular umumnya hanya ringan, sebentar dan tidak berbahaya. Tetapi anak yang tidak mendapat imunisasi, ketika ada wabah, lebih banyak yang sakit berat, meninggal atau cacat (Soedjatmiko, 2009). Tanpa imunisasi kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena campak, sebanyak 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk 1

2 rejan, 1 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus, dan dari setiap 200.000 anak, satu akan menderita penyakit polio (Proverawati & Andhini, 2010). Di dunia, selama dekade United Nations International Children s Emergensy Funds (UNICEF) telah menggalakkan program vaksinasi untuk anakanak di negara berkembang dengan pemberian bantuan vaksinasi Dipteria, Campak, Pertusis, Polio, Tetanus, dan TBC. Bila dibandingkan, risiko kematian anak yang menerima vaksin dengan tidak menerima vaksin kira-kira 1:9 sampai 1:4 (Nyarko et.al. 2001) dalam (Rukiyah & Yulianti, 2010). Bayi-bayi di Indonesia yang di imunisasi setiap tahun sekitar 90% dari sekitar 4,5 juta bayi yang lahir. Hal itu karena masih ada hambatan geografis, jarak, jangkauan layanan, transportasi, ekonomi dan lain-lain. Artinya setiap tahun ada 10% bayi (sekitar 450.000 bayi) yang belum mendapat imunisasi, sehingga dalam 5 tahun menjadi 2 juta anak yang belum mendapat imunisai dasar lengkap. Bila terjadi wabah, maka 2 juta balita yang belum mendapat imunisasi dasar lengkap akan mudah tertular penyakit berbahaya tersebut, akan sakit berat, meninggal atau cacat. Selain itu mereka dapat menyebarkan penyakit tersebut kemana-mana bahkan sampai ke negara lain, seperti kasus polio yang sangat merepotkan dan menghebohkan seluruh dunia (Soedjatmiko, 2009). Secara global masih ada 1 dari 4 orang anak yang belum mendapatkan vaksinasi dan 2 juta anak meninggal setiap tahunnya karena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) ( IDAI, 2011: Hal 6).

3 Di Indonesia pada tahun 2007 campak frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB) sebanyak 114 dari 2408 kasus, dipteri sebanyak 183 kasus dan 11 meninggal, serta polio sebanyak 1 dari 4 kasus (DepKes RI, 2007). Kementerian Kesehatan menargetkan pada tahun 2014 seluruh desa/kelurahan mencapai 100% UCI (Universal Child Immunization) atau 90% dari seluruh bayi di desa/kelurahan tersebut memperoleh imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio dan campak. Pencapaian UCI desa/ kelurahan tahun 2009 masih sangat rendah, yaitu 69,6%. Di Indonesia, cakupan imunisasi dasar pada bayi per September 2014 sebesar 48%. Sedangkan berdasarkan cakupan UCI pada tahun 2013 sebesar 80,23%, hal ini belum mencapai target rencana strategi (Renstra) tahun 2013 yaitu sebesar 95% (Kemenkes RI, 2013: hal 106). Berdasarkan Laporan Riskesdas 2013, persentase imunisasi campak pada anak usia 12-13 bulan secara nasional sebesar 82,1%. Capaian tersebut belum memenuhi target 90% yang menjadi komitmen Indonesia pada lingkup regional. Menurut Riskesdas 2013 pada tingkat provinsi, hanya 8 provinsi yang telah berhasil mencapai target 90% yaitu Yogyakarta sebesar 98,1%, Gorontalo sebesar 94,9%, Sulawesi Utara 94,4%, Bali sebesar 93,5%, Jawa Tengah 92,6%, Kepulauan Riau sebeesar 91,9%, Nusa Tenggara Barat 90,6%, dan Bengkulu 90,2%. Sedangkan untuk Provinsi Sumatera Utara sebesar 70,1%. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak provinsi di Indonesia yang belum mencapai target cakupan imunisasi campak yaitu sebesar 90% (Kemenkes RI, 2013: hal 104).

4 Drop Out Rate imunisasi DPT/HB1 campak di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 3,3%. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun 2011 sebesar 3,6%. DO Rate DPT/HB-1 campak menunjukkan kecenderungan penurunan sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2013 yang artinya semakin sedikit bayi yang tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. (Kemenkes RI, 2013: hal 106). Berdasarkan angka Provinsi Sumatera Utara, pencapaian UCI tingkat desa/kelurahan selama lima tahun terakhir mengalami penurunan yaitu 70,67% tahun 2008 menurun menjadi 69,42% di tahun 2009 menurun menjadi 69,26% di tahun 2010, 52,53% tahun 2011 dan pada tahun 2013 sebesar 75,78%, hasil ini belum mencapai target yang ditetapkan rencana strategi (Renstra) tahun 2013 sebesar 95% dari seluruh kabupaten/kota yang dipantau. Cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi menurut provinsi tahun 2013, Sumatera Utara sebesar 81,54%, hal ini belum mencapai target rencana startegi (Renstra) 2013 yaitu sebesar 88%. Rendahnya Cakupan ini dapat menjadi faktor predisposisi KLB PD3I di Sumatera Utara sehingga upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya KLB PD3I ini adalah dengan meningkatkan cakupan imunisasi sampai dengan diatas 95% (Depkes RI, 2011). Berdasarkan angka Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2013, pencapaian UCI tingkat desa/kelurahan sebanyak 73%, campak sebanyak 80,40%, dan untuk DO imunisasi sebanyak 83,20% (Profil Kesehatan Per Kabupaten, 2013). Reaksi Samping Imunisasi (RSI) adalah gejala yang sering menyertai imunisasi. Reaksi lokal maupun sistemik yang tidak diinginkan dapat terjadi pasca

5 imunisasi. Sebagian besar hanya ringan seperti demam dan bisa hilang dengan sendirinya atau diobati dengan obat penurun panas. Demam yang tinggi sering membuat ibu khawatir, rasa khawatir dan ketakutan terhadap efek samping vaksin menjadi lebih dominan dibanding ketakutan dan kekhawatiran terhadap penyakitnya, padahal akibat penyakit jelas lebih membahayakan dibanding dengan efek imunisasi (IDAI, 2011:hal 14). Menurut penelitian Nur Widyastuti (1998) tentang faktor faktor yang mempengaruhi drop out hasil cakupan imunisasi terhadap anak sebanyak 946 orang di dapatkan hasil antara lain : hampir seluruh responden (97,6%) mengatakan bahwa akibat efek samping yang terjadi setelah pemberian imunisasi adalah anak menjadi demam. Tentang penyebab demam pada anak setelah imunisasi 26,8% responden menjawab dengan benar sedangkan 73,2% responden menjawab tidak tahu. Dilaporkan juga responden yang menjawab dengan baik tentang vaksin yang bisa menyebabkan demam (DPT dan Campak) sebanyak 21,9%, yang menjawab DPT saja 17,1%, Campak saja 0,1% sedangkan yang tidak tahu atau menjawab salah 56,1%. Status kelengkapan imunisasi pada anak dipengaruhi oleh perilaku ibu dalam mengimunisasikan anaknya, terutama pada ibu yang memiliki anak usia bayi sebab pada usia bayi seorang anak bergantung kepada ibunya tidak terkecuali dalam melakukan imunisasi. Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan (Skinner 1939 dalam Notoatmodjo, 2007). Perilaku merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam menentukan derajat kesehatan, karena status kelengkapan imunisasi pada

6 bayi dipengaruhi oleh perilaku ibu dalam mengimunisasikan ke tempat pelayanan kesehatan. Menurut penelitian Rozalina (2012), diketahui perilaku ibu sangat dipengaruhi oleh hubungan pengetahuan, sikap dan praktek dalam mengimunisasikan anakanya. Rendahnya cakupan imunisasi adalah karena kurangnya pengetahuan ibu mengenai imunisasi. ibu juga kurang mendapat dukungan dari suami karena suami juga tidak mengetahui dengan baik pentingnya imunisasi dan takut anaknya sakit (demam) pasca imunisasi (Novita Dewi Iswandari, 2014). Menurut Penelitian Eva Yuswinta (2013), distribusi kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Desa Kota Pari dari 94 responden, mayoritas ibu tidak melengkapi imunisasi dasar pada bayi berjumlah 53 orang (56,4%) dan minoritas ibu yang mlengkapi imunisasi dasar pada bayi berjumlah 41 orang (43,6%). Berdasarkan target UCI secara nasional untuk tahun 2014 adalah 100% Desa/Kelurahan (Depkes 2010) dapat dilihat pencapaian target UCI di desa Kota Pari masih 75% yaitu < 90% dengan demikian dapat disimpulkan bahwa desa Kota Pari belum tercapai (Laporan Puskesmas Kota Pari, 2014). Dari data diatas cakupan imunisasi belum memenuhi UCI yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 90% secara merata pada bayi di 100% desa/kelurahan pada tahun 2014. Walaupun sudah diberikan gratis oleh pemerintah, target UCI di Desa Kota Pari masih dibawah target. Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 09 April 2016 di Desa Kota Pari Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai dari 20 anak usia 12-14 bulan, kelengkapan imunisasi yang dilihat dari buku KIA

7 cakupan BCG sebanyak 7 orang (35%), HB0 sebanyak 5 orang (25%), DPT-HB1 sebanyak 12 orang (60%), DPT-HB3 sebanyak 8 orang (40%), Polio 1 sebanyak 10 orang (50%), Polio 4 sebanyak 6 orang (30%), dan Campak sebanyak 15 orang (75%). Berdasarkan program Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio yang dilaksanakan pada tanggal 08-15 Maret 2016 di Desa Kota Pari, sebanyak 613 bayi yang ditargetkan ternyata hanya 250 bayi (40,78%) yang diimunisasikan ke pelayanan kesehatan yang ada di Desa Kota Pari (Laporan Puskesmas Kota Pari, 2016). Cakupan pelayanan yang berdampak pada penurunan angka kesehatan bayi masih menunjukkan nilai yang belum mencapai target cakupan imunisasi nasional, salah satu penyebabnya adalah pengetahuan ibu tentang imunisasi yang masih kurang sehingga mempengaruhi sikap ibu dalam melakukan imunisasi dasar lengkap pada bayinya. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Perilaku Ibu Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi di Desa Kota Pari Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, apakah ada hubungan perilaku ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi?.

8 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara perilaku ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Desa Kota Pari Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Desa Kota Pari Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai tahun. 2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi umur, pendidikan, dan pekerjaan ibu dengan imunisasi dasar pada bayi di Desa Kota Pari Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. 3. Untuk mengetahui pengetahuan ibu dengan imunisasi dasar pada bayi di Desa Kota Pari Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. 4. Untuk mengetahui sikap ibu dengan imunisasi dasar pada bayi di Desa Kota Pari Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. 5. Untuk mengetahui ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dengan imunisasi dasar pada bayi di Desa Kota Pari Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. 6. Untuk mengetahui jarak ke sarana pelayanan kesehatan dengan imunisasi dasar pada bayi di Desa Kota Pari Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

9 7. Untuk mengetahui dukungan petugas kesehatan dengan imunisasi dasar pada bayi di Desa Kota Pari Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. 8. Untuk mengetahui dukungan keluarga dengan imunisasi dasar pada bayi di Desa Kota Pari Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. 9. Untuk mengetahui hubungan perilaku ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Desa Kota Pari Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. 1.4 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. H a artinya ada hubungan yang signifikan antara umur, pendidikan, dan pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi H 0 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara umur, pendidikan, dan pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. 2. H a artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. H 0 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. 3. H a artinya ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. H 0 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.

10 4. H a artinya ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. H 0 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. 5. H a artinya ada hubungan yang signifikan antara jarak ke sarana pelayanan kesehatan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. H 0 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara jarak ke sarana pelayanan kesehatan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. 6. H a artinya ada hubungan yang signifikan antara dukungan petugas kesehatan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. H 0 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan petugas kesehatan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. 7. H a artinya ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. H 0 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi Kepala Desa Sebagai bahan referensi dan pertimbangan bagi Kepala Desa mengenai imunisasi sehingga dapat melakukan upaya untuk meningkatkan cakupan imunisasi di Desa Kota Pari dan bekerjasama dengan puskesmas.

11 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang imunisasi dengan variabel yang berbeda.