BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transformasi luar biasa dibidang ekonomi dan urbanisasi telah mengubah struktur demografi sosial di Indonesia sehingga menyebabkan pergeseran besar dalam pola makan dan penyebab kematian. Sebagai penyebab kematian utama, epidemik penyakit kardiovaskuler telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius. Penyakit kardiovaskuler berhubungan erat dengan beberapa faktor risiko yang dapat diubah seperti kebiasaan merokok, perubahan gaya hidup (mengkonsumsi makan yang tidak sehat, konsumsi buah dan sayur yang rendah, kurangnya aktivitas fisik), dan kelebihan berat badan. Hal ini menyebabkan kadar kolesterol tinggi (dislipidemia), hipertensi dan lain-lain sebagai faktor risiko yang bertanggung jawab terhadap penyakit jantung koroner (Kusmana, 2009;Tjang & Djap, 2009). Menurut data Riskesdas Nasional (2007), 31.9% dari seluruh angka kematian disebabkan oleh penyakit jantung( hipertensi, stroke). Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung koroner, dimana tingkat kejadian penyakit jantung koroner cenderung makin meningkat. Penyakit tersebut merupakan penyakit pembunuh nomor satu di Amerika dan negara-negara barat, kejadian tertinggi di dunia adalah Amerika, lebih dari 0.5 juta penduduk meninggal karena serangan jantung. World Health Organisation (WHO) melaporkan bahwa sekitar 16.2 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskular, dari jumlah tersebut diantaranya terjadi di negara berkembang (Kusmana, 2009). Di Indonesia penyakit degeneratif terutama penyakit jantung dan pembuluh darah menempati peringkat pertama pada tahun 1990 (16.5%) (Waspadji et al., 2010). Menurut SUSENAS (2007) terjadinya perubahan pola konsumsi penduduk ditandai oleh penurunan konsumsi makanan pokok dan beralih pada konsumsi makanan yang berprotein tinggi terutama di daerah perkotaan. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu propinsi yang penduduknya tergolong cukup tinggi mengkonsumsi makanan jadi/makan diluar rumah dan cukup beresiko terhadap kesehatan.menurut neraca bahan makanan (NBM 2008) DIY cukup tinggi mengkonsumsi bahan pangan sumber energi terutama karbohidrat. Perubahan gaya hidup yang terkait dengan perubahan pola konsumsi makanan yang tidak sehat (tidak mengkonsumsi menu makanan yang bergizi lengkap dan seimbang) dan aktivitas fisik dapat meningkatkan berbagai penyakit (obesitas,sindroma metabolik). Pola makan yang tidak seimbang berperan penting terhadap kejadian sindroma metabolik. Hal ini terkait pada
kandungan zat gizi pada makanan yang dapat meningkatkan kadar lemak dalam darah dan resistensi insulin. Beberapa penelitian melaporkan bahwa perubahan pola makan dapat mempengaruhi kadar lemak darah, obesitas, tekanan darah. Berarti pula jika mengkonsumsi kalori yang berlebih atau kurang dari angka kecukupan/kebutuhan gizi (AKG) yang dianjurkan dan melakukan aktivitas fisik yang kurang atau berlebih dapat menyebabkan berbagai penyakit (Sudarminingsih et al.,2007). Pada tahun 70-an komposisi asupan gizi tinggi karbohidrat kompleks, tinggi serat, cukup protein, terutama nabati dan rendah lemak. Dengan perbaikan status sosial ekonomi dan adanya intervensi budaya barat, komposisi tersebut berangsur-angsur berubah menjadi tinggi karbohidrat terutama karbohidrat sederhana tinggi lemak dan rendah kandungan serat serta ditambah kurangnya aktivitas fisik, maka perubahan pola makan berperan besar pada terjadinya peningkatan insiden Penyakit Jantung Koroner di Indonesia (Sugiani et al.,2004). Aktivitas fisik secara teratur bermanfaat dalam mengatur berat badan dan menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah secara bermakna yang akan menetap selama aktivitas fisik secara teratur terus dilakukan (Kusmana, 2009). Prevalensi kurangnya perilaku aktivitas fisik penduduk Indonesia pada usia10 tahun keatas sebesar 48.2% dan prevalensi di propinsi DIY sebesar 24% terutama di kota Yogyakarta sebesar 34.1% (Riskesdas Nasional, 2007 dan Riskesdas DIY, 2007). Obesitas (kelebihan berat badan) juga menjadi faktor risiko yang sering menimbulkan dislipidemia sekunder. Pada 30-50% orang obesitas menderita dislipidemia. Berdasarkan jumlah normal lemak tubuh sebesar 15-25% dari total berat badan pada laki-laki dewasa dan 20-25% dari total berat badan pada wanita dewasa maka kelebihan 10-20% lemak tubuh dapat dikatakan obesitas (Waspadji et al., 2010). Obesitas tidak berdiri sendiri sebagai faktor risiko penyakit jantung koroner, namun juga berpengaruh terhadap aterosklerosis melalui hubungannya dengan hiperlipidemia, hipertensi, dan diabetes melitus sebagai bagian dari kardio-metabolik risk. Prevalensi overweight dan obesitas meningkat tajam di Asia Pasifik, sebagai contoh 20.5% dari penduduk Korea Selatan tergolong overweight dan 15% obesitas. Di Thailand 16%penduduknya mengalami overweight dan 4% mengalami obesitas (Indra et al., 2006). Data tentang obesitas di Indonesia belum bisa menggambarkan prevalensi obesitas seluruh penduduk, tetapi data obesitas pada orang dewasa yang tinggal di kota propinsi seluruh Indonesia cukup untuk menjadi perhatian kita. Pada kelompok usia 40-49 tahun overweight
maupun obesitas mencapai puncaknya yaitu masing masing 24.4% dan 23%, pada laki laki 30.4% dan pada wanita 43% (Depkes RI, 2004, cit Indra et al., 2006). Prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk usia 15 tahun adalah 10.3%, pada pria sebesar 13.9% dan pada wanita 23.8%. Sedangkan prevalensi nasional obesitas abdominal pada penduduk usia 15 tahun sebesar 18.8% (Riskesdas nasional, 2007). Masalah obesitas dan overweight pada orang dewasa di propinsi DIY sudah terlihat tinggi, yaitu sebesar 15.5% terutama di daerah kota Yogyakarta dengan prevalensi 24.0%. Prevalensi obesitas abdominal di propinsi DIY sebesar 18.3% terutama dikota Yogyakarta sebesar 28.8%. Menurut WHO Asia Pasifik (2005), obesitas sentral dianggap sebagai faktor risiko yang erat kaitannya dengan beberapa penyakit degeneratif. Untuk laki laki dengan lingkar perut (LP) diatas 90 cm dan wanita dengan LP diatas 80 cm dapat dinyatakan mengalami obesitas abdominal (Riskesdas DIY, 2007). Dengan perubahan pola makan yang tidak seimbang asupan gizinya, kurangnya aktivitas fisik, dan meningkatnya prevalensi obesitas abdominal yang merupakan faktor risiko akan meningkatkan kejadian dislipidemia serta selanjutnya mengarah pada penyakit jantung koroner. Dari hasil penelusuran data awal didapatkan dislipidemia menduduki urutan ketiga dari sepuluh penyakit terbesar yang ada di Laboratorium Pramita Yogyakarta. Rata-rata kunjungan pasien dislipidemia terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis tertarik untuk meneliti apakah asupan zat gizi, obesitas abdominal, aktivitas fisik sebagai faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta. B. Rumusan Masalah 1. Apakah Asupan zat gizi (energi, lemak, serat) merupakan faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta? 2. Apakah obesitas abdominal merupakan faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta? 3. Apakah aktivitas fisik merupakan faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta? 1. Tujuan Umum C. Tujuan Penelitian
Mengetahui faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui apakah asupan zat gizi (energi, lemak, serat) merupakan faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta. b. Mengetahui apakah obesitas abdominal merupakan faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta. c. Mengetahui apakah aktivitas fisik merupakan faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta? D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Menambah pengetahuan tentang asupan zat gizi (energi, lemak, serat), aktivitas fisik, masalah gizi lebih/obesitas sebagai faktor risiko terjadinya dislipidemia yang nantinya dapat menjadi faktor risiko Penyakit Jantung Koroner. Diharapkan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat dapat mencegah dan menanggulangi masalah tersebut dalam upanya meningkatkan derajat hidup yang lebih sehat dan optimal. 2. Bagi institusi terkait. Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam usaha meningkatkan mutu pelayanan yang excellent dan berstandar ISO dalam pengabdiannya mewujudkan derajat hidup yang sehat bagi masyarakat luas. 3. Bagi penulis Meningkatkan wawasan/ilmu pengetahuan dalam melakukan penelitian sehingga dapat menerapkannya dikemudian hari untuk mewujudkan pengabdian yang tulus dalam masyarakat. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang asupan zat gizi,obesitas abdominal, aktivitas fisik yang merupakan faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta, belum pernah diteliti. Penelitian sejenis yang pernah dilakukan antara lain:
1. Sugiani et al (2004) asupan gizi sebagai faktor risiko penyakit infark miokard akut di RS Sanglah Denpasar Bali. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian case-control di RS Sanglah Denpasar Bali. Pada penelitian ini mengambil sampel dengan menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan tinggi lemak dan tinggi natrium juga rasio tinggi LDL/HDL merupakan faktor risiko terjadinya Infark Miokard Akut (IMA). Analis data secara statistik dengan menggunakan chi-square dan anova. a. Penelitian ini adalah melihat asupan zat gizi, obesitas abdominal, aktivitas fisik sebagai faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta. b. Subyek penelitian yang diteliti adalah pasien yang terdiagnosis dislipidemia. 2. Waspadji et al (2010) asupan energi dan beberapa zat gizi pada penderita hiperlipidemia di Kelurahan Kayu Putih Kecamatan Pulogadung Kota Madya Jakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif dan analitik. Analisis data secara statistik menggunakan odd ratio (OR) dan uji T α= 95%. a. Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian observasional dengan rancangan penelitian adalah case control. b. Subyek penelitian yang diteliti adalah pasien yang terdiagnosis dislipidemia. c. Penelitian ini adalah melihat asupan zat gizi (energi,lemak, serat) obesitas abdominal, aktivitas fisik,sebagai faktor risiko terjadianya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta. 3. Huriyati et al (2009) pengaruh lingkar pinggang dan kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak terhadap kejadian dislipidemia pada pasien rawat jalan di RS Panti Rapih Jogyakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian case control. Analisis data secara statistik menggunakan odd ratio (OR). a. Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian observasional dengan rancangan penelitian adalah case control b. Subyek penelitian yang diteliti adalah pasien yang terdiagnosis dislipidemia. c. Penelitian ini adalah melihat asupan zat gizi (energi,lemak, serat), obesitas abdominal,aktivitas fisik sebagai faktor risiko terjadianya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta. 4. Dancy et al (2008) hubungan risiko dislipidemia dengan tingkat aktivitas fisik diantara pekerja kantor dan pekerja professional Thai. Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian cross-sectional. Analisis data secara statistik menggunakan odd ratio (OR) dan uji T α= 95%. Data yang dikumpulkan antara lain tingkat aktivitas fisik, TG,T-Ch, HDL-C dan rasio T-Ch dibanding HDL-Ch. Subjek dalam penelitian ini adalah 1608 pekerja di Thailand. Pengukuran aktivitas fisik menggunakan Globa lphysical Activity Questionnare (GPAQ) a. Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian observasional dengan rancangan penelitian adalah case control. b. Subyek penelitian yang diteliti adalah pasien yang baru terdiagnosis dislipidemia. c. Penelitian ini adalah melihat asupan zait gizi (energi,lemak, serat) obesitas abdominal,aktivitas fisik sebagai faktor risiko terjadianya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta.