BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, dislipidemia, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya sebagai akibat penyakit degeneratif didunia. Di negara maju, kematian

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transformasi luar biasa dibidang ekonomi dan urbanisasi telah mengubah struktur demografi sosial di Indonesia sehingga menyebabkan pergeseran besar dalam pola makan dan penyebab kematian. Sebagai penyebab kematian utama, epidemik penyakit kardiovaskuler telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius. Penyakit kardiovaskuler berhubungan erat dengan beberapa faktor risiko yang dapat diubah seperti kebiasaan merokok, perubahan gaya hidup (mengkonsumsi makan yang tidak sehat, konsumsi buah dan sayur yang rendah, kurangnya aktivitas fisik), dan kelebihan berat badan. Hal ini menyebabkan kadar kolesterol tinggi (dislipidemia), hipertensi dan lain-lain sebagai faktor risiko yang bertanggung jawab terhadap penyakit jantung koroner (Kusmana, 2009;Tjang & Djap, 2009). Menurut data Riskesdas Nasional (2007), 31.9% dari seluruh angka kematian disebabkan oleh penyakit jantung( hipertensi, stroke). Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung koroner, dimana tingkat kejadian penyakit jantung koroner cenderung makin meningkat. Penyakit tersebut merupakan penyakit pembunuh nomor satu di Amerika dan negara-negara barat, kejadian tertinggi di dunia adalah Amerika, lebih dari 0.5 juta penduduk meninggal karena serangan jantung. World Health Organisation (WHO) melaporkan bahwa sekitar 16.2 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskular, dari jumlah tersebut diantaranya terjadi di negara berkembang (Kusmana, 2009). Di Indonesia penyakit degeneratif terutama penyakit jantung dan pembuluh darah menempati peringkat pertama pada tahun 1990 (16.5%) (Waspadji et al., 2010). Menurut SUSENAS (2007) terjadinya perubahan pola konsumsi penduduk ditandai oleh penurunan konsumsi makanan pokok dan beralih pada konsumsi makanan yang berprotein tinggi terutama di daerah perkotaan. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu propinsi yang penduduknya tergolong cukup tinggi mengkonsumsi makanan jadi/makan diluar rumah dan cukup beresiko terhadap kesehatan.menurut neraca bahan makanan (NBM 2008) DIY cukup tinggi mengkonsumsi bahan pangan sumber energi terutama karbohidrat. Perubahan gaya hidup yang terkait dengan perubahan pola konsumsi makanan yang tidak sehat (tidak mengkonsumsi menu makanan yang bergizi lengkap dan seimbang) dan aktivitas fisik dapat meningkatkan berbagai penyakit (obesitas,sindroma metabolik). Pola makan yang tidak seimbang berperan penting terhadap kejadian sindroma metabolik. Hal ini terkait pada

kandungan zat gizi pada makanan yang dapat meningkatkan kadar lemak dalam darah dan resistensi insulin. Beberapa penelitian melaporkan bahwa perubahan pola makan dapat mempengaruhi kadar lemak darah, obesitas, tekanan darah. Berarti pula jika mengkonsumsi kalori yang berlebih atau kurang dari angka kecukupan/kebutuhan gizi (AKG) yang dianjurkan dan melakukan aktivitas fisik yang kurang atau berlebih dapat menyebabkan berbagai penyakit (Sudarminingsih et al.,2007). Pada tahun 70-an komposisi asupan gizi tinggi karbohidrat kompleks, tinggi serat, cukup protein, terutama nabati dan rendah lemak. Dengan perbaikan status sosial ekonomi dan adanya intervensi budaya barat, komposisi tersebut berangsur-angsur berubah menjadi tinggi karbohidrat terutama karbohidrat sederhana tinggi lemak dan rendah kandungan serat serta ditambah kurangnya aktivitas fisik, maka perubahan pola makan berperan besar pada terjadinya peningkatan insiden Penyakit Jantung Koroner di Indonesia (Sugiani et al.,2004). Aktivitas fisik secara teratur bermanfaat dalam mengatur berat badan dan menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah secara bermakna yang akan menetap selama aktivitas fisik secara teratur terus dilakukan (Kusmana, 2009). Prevalensi kurangnya perilaku aktivitas fisik penduduk Indonesia pada usia10 tahun keatas sebesar 48.2% dan prevalensi di propinsi DIY sebesar 24% terutama di kota Yogyakarta sebesar 34.1% (Riskesdas Nasional, 2007 dan Riskesdas DIY, 2007). Obesitas (kelebihan berat badan) juga menjadi faktor risiko yang sering menimbulkan dislipidemia sekunder. Pada 30-50% orang obesitas menderita dislipidemia. Berdasarkan jumlah normal lemak tubuh sebesar 15-25% dari total berat badan pada laki-laki dewasa dan 20-25% dari total berat badan pada wanita dewasa maka kelebihan 10-20% lemak tubuh dapat dikatakan obesitas (Waspadji et al., 2010). Obesitas tidak berdiri sendiri sebagai faktor risiko penyakit jantung koroner, namun juga berpengaruh terhadap aterosklerosis melalui hubungannya dengan hiperlipidemia, hipertensi, dan diabetes melitus sebagai bagian dari kardio-metabolik risk. Prevalensi overweight dan obesitas meningkat tajam di Asia Pasifik, sebagai contoh 20.5% dari penduduk Korea Selatan tergolong overweight dan 15% obesitas. Di Thailand 16%penduduknya mengalami overweight dan 4% mengalami obesitas (Indra et al., 2006). Data tentang obesitas di Indonesia belum bisa menggambarkan prevalensi obesitas seluruh penduduk, tetapi data obesitas pada orang dewasa yang tinggal di kota propinsi seluruh Indonesia cukup untuk menjadi perhatian kita. Pada kelompok usia 40-49 tahun overweight

maupun obesitas mencapai puncaknya yaitu masing masing 24.4% dan 23%, pada laki laki 30.4% dan pada wanita 43% (Depkes RI, 2004, cit Indra et al., 2006). Prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk usia 15 tahun adalah 10.3%, pada pria sebesar 13.9% dan pada wanita 23.8%. Sedangkan prevalensi nasional obesitas abdominal pada penduduk usia 15 tahun sebesar 18.8% (Riskesdas nasional, 2007). Masalah obesitas dan overweight pada orang dewasa di propinsi DIY sudah terlihat tinggi, yaitu sebesar 15.5% terutama di daerah kota Yogyakarta dengan prevalensi 24.0%. Prevalensi obesitas abdominal di propinsi DIY sebesar 18.3% terutama dikota Yogyakarta sebesar 28.8%. Menurut WHO Asia Pasifik (2005), obesitas sentral dianggap sebagai faktor risiko yang erat kaitannya dengan beberapa penyakit degeneratif. Untuk laki laki dengan lingkar perut (LP) diatas 90 cm dan wanita dengan LP diatas 80 cm dapat dinyatakan mengalami obesitas abdominal (Riskesdas DIY, 2007). Dengan perubahan pola makan yang tidak seimbang asupan gizinya, kurangnya aktivitas fisik, dan meningkatnya prevalensi obesitas abdominal yang merupakan faktor risiko akan meningkatkan kejadian dislipidemia serta selanjutnya mengarah pada penyakit jantung koroner. Dari hasil penelusuran data awal didapatkan dislipidemia menduduki urutan ketiga dari sepuluh penyakit terbesar yang ada di Laboratorium Pramita Yogyakarta. Rata-rata kunjungan pasien dislipidemia terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis tertarik untuk meneliti apakah asupan zat gizi, obesitas abdominal, aktivitas fisik sebagai faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta. B. Rumusan Masalah 1. Apakah Asupan zat gizi (energi, lemak, serat) merupakan faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta? 2. Apakah obesitas abdominal merupakan faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta? 3. Apakah aktivitas fisik merupakan faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta? 1. Tujuan Umum C. Tujuan Penelitian

Mengetahui faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui apakah asupan zat gizi (energi, lemak, serat) merupakan faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta. b. Mengetahui apakah obesitas abdominal merupakan faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta. c. Mengetahui apakah aktivitas fisik merupakan faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta? D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Menambah pengetahuan tentang asupan zat gizi (energi, lemak, serat), aktivitas fisik, masalah gizi lebih/obesitas sebagai faktor risiko terjadinya dislipidemia yang nantinya dapat menjadi faktor risiko Penyakit Jantung Koroner. Diharapkan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat dapat mencegah dan menanggulangi masalah tersebut dalam upanya meningkatkan derajat hidup yang lebih sehat dan optimal. 2. Bagi institusi terkait. Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam usaha meningkatkan mutu pelayanan yang excellent dan berstandar ISO dalam pengabdiannya mewujudkan derajat hidup yang sehat bagi masyarakat luas. 3. Bagi penulis Meningkatkan wawasan/ilmu pengetahuan dalam melakukan penelitian sehingga dapat menerapkannya dikemudian hari untuk mewujudkan pengabdian yang tulus dalam masyarakat. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang asupan zat gizi,obesitas abdominal, aktivitas fisik yang merupakan faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta, belum pernah diteliti. Penelitian sejenis yang pernah dilakukan antara lain:

1. Sugiani et al (2004) asupan gizi sebagai faktor risiko penyakit infark miokard akut di RS Sanglah Denpasar Bali. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian case-control di RS Sanglah Denpasar Bali. Pada penelitian ini mengambil sampel dengan menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan tinggi lemak dan tinggi natrium juga rasio tinggi LDL/HDL merupakan faktor risiko terjadinya Infark Miokard Akut (IMA). Analis data secara statistik dengan menggunakan chi-square dan anova. a. Penelitian ini adalah melihat asupan zat gizi, obesitas abdominal, aktivitas fisik sebagai faktor risiko terjadinya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta. b. Subyek penelitian yang diteliti adalah pasien yang terdiagnosis dislipidemia. 2. Waspadji et al (2010) asupan energi dan beberapa zat gizi pada penderita hiperlipidemia di Kelurahan Kayu Putih Kecamatan Pulogadung Kota Madya Jakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif dan analitik. Analisis data secara statistik menggunakan odd ratio (OR) dan uji T α= 95%. a. Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian observasional dengan rancangan penelitian adalah case control. b. Subyek penelitian yang diteliti adalah pasien yang terdiagnosis dislipidemia. c. Penelitian ini adalah melihat asupan zat gizi (energi,lemak, serat) obesitas abdominal, aktivitas fisik,sebagai faktor risiko terjadianya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta. 3. Huriyati et al (2009) pengaruh lingkar pinggang dan kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak terhadap kejadian dislipidemia pada pasien rawat jalan di RS Panti Rapih Jogyakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian case control. Analisis data secara statistik menggunakan odd ratio (OR). a. Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian observasional dengan rancangan penelitian adalah case control b. Subyek penelitian yang diteliti adalah pasien yang terdiagnosis dislipidemia. c. Penelitian ini adalah melihat asupan zat gizi (energi,lemak, serat), obesitas abdominal,aktivitas fisik sebagai faktor risiko terjadianya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta. 4. Dancy et al (2008) hubungan risiko dislipidemia dengan tingkat aktivitas fisik diantara pekerja kantor dan pekerja professional Thai. Penelitian ini menggunakan rancangan

penelitian cross-sectional. Analisis data secara statistik menggunakan odd ratio (OR) dan uji T α= 95%. Data yang dikumpulkan antara lain tingkat aktivitas fisik, TG,T-Ch, HDL-C dan rasio T-Ch dibanding HDL-Ch. Subjek dalam penelitian ini adalah 1608 pekerja di Thailand. Pengukuran aktivitas fisik menggunakan Globa lphysical Activity Questionnare (GPAQ) a. Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian observasional dengan rancangan penelitian adalah case control. b. Subyek penelitian yang diteliti adalah pasien yang baru terdiagnosis dislipidemia. c. Penelitian ini adalah melihat asupan zait gizi (energi,lemak, serat) obesitas abdominal,aktivitas fisik sebagai faktor risiko terjadianya dislipidemia pada pasien di Laboratorium Pramita Yogyakarta.