PERUBAHAN PEMILIHAN PENOLONG DAN TEMPAT PERSALINAN IBU MULTIPARA DI DAERAH PERKOTAAN KABUPATEN BANTAENG

dokumen-dokumen yang mirip
PERUBAHAN PEMILIHAN PENOLONG DAN TEMPAT PERSALINAN IBU MULTIPARA DI DAERAH PEDESAAN KECAMATAN PA JUKUKANG KABUPATEN BANTAENG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

Determinants Of Labor Planning On Maternity Mother Urban Areas In North District Toraja

DETERMINAN PERENCANAAN PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI DAERAH PERDESAAN KABUPATEN TORAJA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan pelayanan maksimal dari petugas kesehatan. Salah satu bentuk

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMANFAATAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HARAPAN RAYA PEKANBARU

JURNAL ILMU BERBAGI PEMANFAATAN PENOLONG PERSALINAN DI KELURAHAN MULYAHARJA KOTA BOGOR TAHUN 2013

ANALISIS PENOLONG DAN TEMPAT PERSALINAN IBU MULTIPARA KECAMATAN MAROS BARU KEBUPATEN MAROS TAHUN 2013

Harto P. Simanjuntak 1, Heru Santosa 2, Maya Fitria 2. Abstract

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN PERILAKU IBU HAMIL DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS ANTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penolong Persalinan dan Kejadian Komplikasi Persalinan di Jawa Barat

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN ANTENATAL CARE

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebab kecelakaan atau incidental) (CIA, 2014). AKI (Angka Kematian Ibu)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA TENAGA KESEHATAN DI DESA LOLU KECAMATAN BIROMARU KABUPATEN SIGI. Abd.

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

DETERMINAN PEMILIHAN JENIS PENOLONG DAN TEMPAT PERSALINAN DI DAERAH PERKOTAAN KABUPATEN TORAJA UTARA

DETERMINAN PEMILIHAN JENIS PENOLONG DAN TEMPAT PERSALINAN DI DAERAH PERDESAAN KABUPATEN TORAJA UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN TEMPAT BERSALIN PADA IBU HAMIL (Studi Kasus di Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang)

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar

DETERMINAN PERENCANAAN PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DENGAN STATUS EKONOMI RENDAH DI KAB. TORAJA UTARA

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN IBU HAMIL TERHADAP PELAYANAN PERSALINAN DI PUSKESMAS LEMPO TORAJA UTARA

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

ANALISIS SPASIAL JARAK TEMPAT PERSALINAN DI KELURAHAN BATUA KOTA TAHUN Analysis of Spatial Distance Delivery Places in Batua of Makassar 2013

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, STATUS PENDIDIKAN, DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

SIKAP IBU HAMIL DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PERTAMA (K1) COMPLIANCE WITH THE ATTITUDE OF PREGNANT WOMEN PRENATAL CARE FIRST VISIT

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESIAPAN PERSALINAN DI PUSKESMAS SEDAYU I BANTUL YOGYAKARTA

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI,

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN JAMPERSAL DI PUSKESMAS RUMPIN KABUPATEN BOGOR

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS ANTARA KOTA MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Faktor resiko kematian ibu dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi,

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan Di Desa Moyongkota Baru Kecamatan Modayag Barat

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.

Determinan Pemilihan Tempat Persalinan di Kabupaten Cirebon, Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara mandiri atau bersama-sama dalam satu organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

Determinan Kunjungan K4 pada Ibu Hamil Trimester III di Poli Kebidanan RSUD Berkah Kabupaten Pandeglang. Susi Irianti *

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu prioritas

HUBUNGAN PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL PUSKESMAS TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut

DETERMINAN PEMILIHAN JENIS PENOLONG DAN TEMPAT PERSALINAN PADA KELUARGA EKONOMI RENDAH DI KABUPATEN TORAJA UTARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian ibu setiap tahun kurang lebih orang dan mayoritas kematian terjadi di negara berkembang (WHO et

TESIS. Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S2. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU POSTPARTUM TERHADAP PELAKSANAAN KUNJUNGAN MASA NIFAS DI BIDAN PRAKTIK SWASTA NURACHMI PALEMBANG

FAKTOR RISIKO IBU HAMIL KUNJUNGAN PERTAMA DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PAJANGAN KABUPATEN BANTUL Ayu Cahyaningtyas 1, Sujiyatini 2,Nur Djanah 3

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

ABSTRAK. Yuliana Elisabeth Eluama, 2015 Pembimbing I : dr. Dani, M.Kes Pembimbing II: dr. Jeanny E. Ladi, M.Kes., PA

EVALUASI PROSES PELAKSANAAAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target

Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Rendahnya Kunjungan (K4) Ibu Hamil di Puskesmas Bambu Apus, Jakarta Timur

Nurhapipa, Analisis Faktor Determinan Yang Memengaruhi Ibu Dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I

KARYA TULIS ILMIAH. Karakteristik Ibu Hamil yang Melahirkan Bayi Prematur Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Pada Tahun 2012.

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MGD s) atau tujuan pembangunan milenium

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BALITA DI KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2010 SKRIPSI.

ANALISIS FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI IBU DALAM MEMILIH PENOLONG PERSALINAN DI PUSKESMAS XIII KOTO KAMPAR I KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2013 TESIS

GAMBARAN IBU HAMIL RISIKO TINGGI DI DESA ROWOSARI, KECAMATAN TEMBALANG, KOTA SEMARANG BIMA UTAMA

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

PENDAHULUAN Kehamilan merupakan proses alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita. Lama kehamilan sampai aterm adalah 280 sampai 300 hari atau 39

HUBUNGAN ANTENATAL CARE DENGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI DI KLINIK BERSALIN LINDA SILALAHI KECAMATAN PANCUR BATU

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERATURAN PEMANFAATAN ANTENATAL CARE (K1-K4) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAMASA

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

HUBUNGAN TINGKAT EKONOMI DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENOLONG PERSALINAN IBU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBUNG MAKMUR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE (ANC) KUNJUNGAN 1 KUNJUNGAN 4 (K1 K4) PADA IBU HAMIL DI RSUD KOTA KENDARI TAHUN 2016

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : ANANG RIASMOKO J

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Subjek Penelitian...

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TAMALANREA KOTA MAKASSAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN OLEH IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAROMBONG KELURAHAN BAROMBONG

FACTORS-FACTORS WITH ROLE RELATED MIDWIFE VILLAGE IN EFFORT DERIVE MATERNAL MORTALITY WORKING WOMEN HEALTH REGION LHOONG DISTRICT OF ACEH BESAR

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KEPATUHAN PERIKSA KEHAMILAN DI PUSKESMAS 1 TOROH KABUPATEN GROBOGAN

KARAKTERISTIK IBU BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN TENAGA PENOLONG PERSALINAN

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) ini adalah mengacu pada deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

**) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Jl Nakula I N Semarang ABSTRACT

HUBUNGAN PERILAKU IBU HAMIL TERHADAP PEMANFAATAN ANC DI PUSKESMAS MAMAJANG KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PERILAKU IBU DENGAN STATUS PERSALINAN DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN TALLO MAKASSAR

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi cakupan Program Pemeriksaan Pertama dan Ke-empat Kehamilan di Puskesmas Teluk Lingga Kabupaten Kutai Timur

Transkripsi:

PERUBAHAN PEMILIHAN PENOLONG DAN TEMPAT PERSALINAN IBU MULTIPARA DI DAERAH PERKOTAAN KABUPATEN BANTAENG Pattern Types of Delivery Assistance and Place of Delivery Among Multiparous Women in Urban Areas, Bantaeng District Virna Auliasih, Ansariadi, Rismayanti Bagian Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin (Virnaauliasih@rocketmail.com, 08550077) ABSTRAK Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan atau persalinan di fasilitas kesehatan adalah kunci dalam penurunan angka kematian ibu (AKI). Berbagai kebijakan telah diimplementasi untuk meningkatkan cakupan persalinan pada tenaga kesehatan atau persalinan di fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perubahan penolong dan tempat persalinan dengan menggunakan design cross sectional study yang membandingkan pola dua persalinan terakhir ibu multipara. Sebanyak 77 ibu multipara di daerah perkotaan Kabupaten Bantaeng yang diwawancara. Daftar ibu multipara diperoleh dari kohort ibu bersalin dan menggunakan teknik snowball. Chi-square test digunakan untuk menilai hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Penelitian ini mendapatkan sebanyak 35,% ibu multipara yang sebelumnya bersalin didukun beralih ke tenaga kesehatan. Berdasarkan tempat persalinan, 5,% ibu multipara beralih dari rumah ke fasilitas kesehatan. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa pendidikan ibu, kepemilikan asuransi kesehatan, kunjungan antenatal care dan komplikasi persalinan memiliki hubungan dengan perubahan penolong persalinan dari dukun ke tenaga kesehatan. Pekerjaan suami, dukungan suami dan komplikasi persalinan memiliki hubungan dengan perubahan tempat persalinan yang dilakukan oleh ibu multipara dari rumah ke fasilitas kesehatan (p < 0,05). Kunjungan ANC dapat dijadikan sebagai sarana untuk memberikan anjuran kepada ibu untuk bersalin oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Peningkatan pendidikan perempuan dapat membantu beralih bersalin dari tenaga dukun ke tenaga kesehatan. Kata Kunci : Perubahan penolong dan tempat persalinan, Multipara, Perkotaan ABSTRACT Delivery in health and in health care facilities is very important. Bantaeng which is one of regencies in South Sulawesi province increased maternity coverage from 00 to 0 amounted to.%. This study aims to determine how much change a helper and changes made multiparous mothers and factors associated with these changes by comparing two recent births by mother multipara, where the last delivery in 0 after the implementation jampersal. The research was carried out in urban areas Bantaeng Bantaeng District, South Sulawesi Province Year 03. This type of research is cross sectional study. Interviews were conducted in 77 multiparous mothers last delivery in 0. Samples obtained by proportional stratified random sampling. The statistical test used is the Chi square with p 0.05. This study found that the amount (35.%) mothers mutlipara with distance delivery of two last was years birth attendant change from shaman to midwives. Ownership of health insurance, visits to health care and childbirth complications are related factors. While 5.% of multiparous mothers do change home delivery of non faskes to faskes. related factor is the husband's job, family income, spousal support and childbirth complications.it is expected that more local health workers to strive for the factors related to one of the foundations to improve delivery of health workers at faskes. By making a visit ANC as a container to provide advice to the mother to give birth by health workers at faskes. Key Words : pattern of types delivery assistance, place delivery, multiparous, urban areas.

PENDAHULUAN Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan merupakah salah satu indikator untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) sesuai dengan tujuan Millenium Development Goals 5 (MDG). Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan memberikan kontribusi sebesar 45% dan persalinan yang dilakukan di fasilitas kesehatan berkontribusi terhadap penurunan AKI sebesar 39% terhadap kematian ibu (Herawati,0). Di Afrika ketersediaan penolong persalinan terlatih saat persalinan merupakan acuan utama dalam mengurangi angka kematian ibu dan bayi dan merupakan indikator kunci untuk MDG5 (Adegoke et all, 0). Pemerintah di Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan yaitu pada tahun 989 program bidan desa mulai dilaksanakan. Di lanjutkan dengan, Gerakan Sayang Ibu (GSI) tahun 99, dan pada tahun 000 pemerintah RI mencanangkan program Making Pregnancy Safer (MPS) yang merupakan kelanjutan dari program Safe Motherhood. Untuk mengurangi hambatan keuangan dalam memilih tenaga kesehatan untuk bersalin, pada tahun 005 DepKes mengeluarkan kebijakan program pelayanan kesehatan masyarakat miskin (Askeskin). Program ini pada 008 berubah nama menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Kebijakan ini kemudian di perluas menjadi Jaminan Persalinan (Jampersal) yang diperuntukkan untuk semua ibu hamil yang belum memiliki asuransi pemeliharaan kesehatan pada bulan April 0. Terjadinya perubahan pola persalinan setelah penerapan berbagai kebijakan program pemerintah terutama jaminan persalinan yang diperuntukkan untuk ibu hamil perlu diketahui. Selain itu, diketahui AKI di Indonesia khususnya Sulawesi Selatan mengalami penurunan dan terjadi peningkatan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih (Dinkes Sul-Sel, 009). Peningkatan cakupan penolong persalinan tersebut menunjukkan telah terjadi perubahan pola persalinan pada ibu hamil. banyak informasi dalam literatur mengenai siapa yang mengalami perubahan pola persalinan. Secara teoritis, perubahan ini dapat terjadi karena perempuan yang bersalin pertama memilih ke tenaga kesehatan untuk bersalin, akan tetapi bisa juga terjadi karena ibu multipara yang mengubah penolong dan tempat persalinannya. Penelitian yang ada sebagian besar melihat bagaimana ibu hamil memilih penolong persalinannya. Penelitian sebelumnya tidak melihat faktor yang berhubungan ibu hamil terkhusus multipara dalam golongan masyarakat miskin yang mengubah pola persalinannya, serta tidak menunjukkan seberapa besar ibu multipara yang mengubah pemilihan penolong persalinannya terkhusus setelah implementasi berbagai pelayanan KIA gratis. Sehingga kurangnya informasi mengenai ibu hamil yang mengubah pola persalinannya. Penelitian ini

dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang ibu hamil multipara yang mengubah pemilihan penolong persalinannya serta faktor yang mendasari perubahan tersebut. BAHAN DAN METODE Populasi penelitian ini adalah Semua ibu multipara di Kecamatan Bantaeng tahun 0 sebanyak 388 orang. Sedangkan sampel penelitian sebanyak 77 orang ibu multipara yang pernah melahirkan sebelum tahun 0 dan melahirkan kembali pada tahun 0 dan dipilih dengan metode proportional stratified random sampling. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional study. Pengumpulan data diperoleh dengan dua cara, yakni data primer (wawancara langsung kepada responden yang menjadi sampel) dan data sekunder berupa data yang diperoleh dari buku kohort ibu bersalin pada bidan puskesmas dan bidan desa. Data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan sistem komputerisasi program SPSS melalui editing, coding, entry, cleaning serta analisis data dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan narasi. HASIL Karakteristik Responden Dari hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa sebagian besar ibu multipara berumur 30-34 tahun yaitu sebanyak 4,9%. Dalam hal pendidikan terakhir, ibu multipara memiliki pendidikan terakhir yaitu tamat SD atau tamat SMA dengan jarak persalinan antara persalinan kedua terakhir dari ibu multipara adalah tahun (39,0%). Sebagian besar suami berumur 30-34 tahun yaitu sebanyak 45,5% dimana sebagian besar memiliki pendidikan terakhir tamat SMP atau SMA yang pada umumnya bekerja sebagai petani/nelayan/buruh (44.%). Perubahan Penolong dan Tempat Persalinan Ibu Multipara Kurang dari setengah responden yang melakukan perubahan penolong persalinan dari dukun lalu ditolong oleh bidan (35,%). Sebagian besar responden tidak melakukan perubahan pemilihan penolong persalinan (4,9%), jenis penolong persalinan yang tidak dirubah oleh responden berupa tetap tenaga dukun (,%), tetap tenaga bidan (37,7%) dan ada pula sebagian kecil yang mengubah namun perubahannya berjenis dari tenaga bidan beralih ke tenaga dukun (5,%). Hampir sepenuhnya ibu multipara di daerah perkotaan Kab. Bantaeng tidak melakukan perubahan pemilihan tempat persalinan (84,4%) hanya sebagian kecil yang melakukan perubahan pemilihan tempat, umunya masih memilih untuk tetap bersalin dirumah (80,5%). Adapun jenis pemilihan tempat bersalin ibu multipara dari persalinan terakhir yang

ditemukan dalam penelitian ini adalah terdapat (,3%) yang memilih tetap bersalin di fasilitas kesehatan, (,%) melakukan perubahan tempat bersalin dari fasilitas kesehatan beralih ke rumah, (5,%) beralih dari bersalin di rumah lalu ke fasilitas kesehatan di persalinan berikutnya. Determinan Perubahan Penolong dan Tempat Persalinan Pendidikan ibu memiliki hubungan dengan perubahan penolong dan tempat persalinan (p=0,07) namun pendidikan suami (p=0,079), umur suami (p=0,873) tidak memiliki hubungan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pekerjaan suami dengan perubahan pemilihan tempat persalinan dari non faskes ke faskes oleh ibu multipara di daerah perkotaan Kab. Bantaeng Tahun 03 dengan nilai (p=0,048) sedangkan karakteristik pekerjaan dari ibu multipara tidak dilakukan uji statistik terhadap perubahan penolong persalinan karena hampir semua responden (97%) tidak bekerja. Responden yang mendapatkan dukungan oleh suaminya dalam memilih penolong hanya 8,5% dan tempat,7% sehingga tidak ada hubungan dengan perubahan pemilihan penolong dan tempat persalinan ibu multipara. Demikian pula dengan variabel pengetahuan mengenai adanya program persalinan gratis dan keberadaan bidan desa yang ada didaerah tersebut juga tidak mempengaruhi pemilihan penolong dan tempat persalinan ibu multipara. Namun kepemilikan asuransi kesehatan memiliki hubungan dengan perubahan penolong persalinan ibu multipara dimana ibu multipara yang memiliki asuransi kesehatan dan melakukan perubahan pemilihan penolong persalinan sebesar (48,%) dan memiliki nilai p=0,000 sehingga sedangkan pada perubahan pemilihan tempat persalinan, kepemilikan asuransi kesehatan tidak ada hubungan (p=0,07). Pada penelitian ini, responden yang melakukan kunjungan ke tenaga kesehatan lebih dari 4 kali kunjungan sebagian besar melakukan perubahan pemilihan penolong persalinan (40,9%) dan variabel ini memiliki nilai p=0,03 yang berarti ada hubungan dengan perubahan pemilihan penolong persalinan. Namun tidak untuk perubahan pemilihan tempat persalinan. Variabel ini memiliki nilai p=0,4 yang berarti kunjungan ke tenaga kesehatan tidak ada hubungan dengan perubahan pemilihan tempat persalinan ibu multipara. Ibu multripara yang memiliki hambatan atau komplikasi dalam persalinan sebagian besar melakukan perubahan penolong persalinan (75,0%) dengan nilai p=0,0) sehingga komplikasi persalinan memiliki hubungan dengan perubahan penolong persalinan oleh ibu multipara. Sama halnya pada perubahan tempat persalinan yang dilakukan oleh responden dalam penelitian ini, sebagian besar responden yang mengalami komplikasi persalinan melakukan perubahan pemilihan tempat persalinan (75,0%) dan nilai p=0,000 yang berarti

komplikasi persalinan memiliki hubungan dengan perubahan tempat persalinan ibu multipara di daerah perkotaan Kabupaten Bantaeng tahun 03. PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan ada beberapa hal yang menjadi alasan ibu mengubah pemilihan penolong persalinan dari dukun ke bidan, yakni karena merasa aman dengan tenaga kesehatan, gratis jika bersalin di tenaga kesehatan, komplikasi saat bersalin, anjuran bidan untuk bersalin ke tenaga kesehatan. Hampir semua responden lebih memilih untuk bersalin dirumah dengan alasan lebih nyaman dan tidak merepotkan. Terdapat sebagian kecil yang mengubah persalinannya dari rumah ke fasilitas kesehatan. Sebagian besar karena pada saat melakukan kunjungan ke tenaga kesehatan (ANC) ibu multipara mendapatkan anjuran dari bidan mengenai persalinan aman di fasilitas kesehatan, sehingga ibu mengubah pemilihan tempat persalinannya. Berdasarkan hubungan antara umur dan pendidikan ibu multipara secara keseluruhan sesuai hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan ibu ada hubungan dengan perubahan pemilihan penolong persalinan, namun dalam. Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan tolak ukur seseorang dalam hal pemilihan pelayanan pemeliharaan kesehatan. Hal yang sama dilaporkan oleh Yenita (0) di Kabupaten Pasaman Barat yang melaporkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu bersalin dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Setiap pemilihan penolong persalinan yang dipilih oleh ibu hamil memiliki alasan tersendiri. Alasan pengalaman pertolongan persalinan sebelumnya dan pada ibu multipara lokasi tempat pelayanan dekat dengan tempat tinggal juga merupakan beberapa alasan ibu dalam menentukan pola persalinannya (Suryawati, 007) Penempatan bidan dalam tiap desa berdasarkan jumlah populasi dapat menyebabkan semua persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, namun dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada atau tidaknya bidan yang bertugas dan tinggal bukan menjadi faktor dalam kecenderungan seorang ibu multipara mengubah penolong dan tempat persalinannya dari dukun ke bidan serta dari non faskes ke faskes. Hal ini dikarenakan di daerah perkotaan, memiliki fasilitas pelayanan kesehatan sangat bervariasi, bukan hanya bidan desa. Namun terdapat pula bidan praktek swasta, bidan delima, bahkan rumah sakit. Sehingga di lingkungan tempat tinggal ibu multipara ada atau tidak bidan yang tinggal bukan merupakan hal yang mendasari perubahan. Pada dasarnya salah satu hal yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih tempat pelayanan kesehatan adalah masalah biaya. Responden sebagian besar berasumsi bahwa jika

bersalin di fasilitas kesehatan akan membutuhkan lebih banyak biaya sehingga inilah salah satu alasan mengapa responden hanya sebagian kecil yang melakukan perubahan tempat persalinan dari rumah ke fasilitas kesehatan. Sebagian besar lebih memilih bersalin dirumah selain nyaman juga karena tidak ingin direpotkan oleh masalah pembiayaan. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Arda (009) yang mengatakan bahwa pendapatan keluarga yang tinggi akan cenderung mengarahkan seorang ibu untuk bersalin di tenaga kesehatan dan di fasilitas kesehatan. Selain itu hal ini juga dilaporkan sama oleh Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Abdi (009) mengemukakan bahwa pendapatan mempunyai kontribusi yang besar dalam pemanfaatan pelayanan persalinan karena akan berhubungan dengan kemampuan membayar seseorang dalam pembiayaan kesehatannya. Sehingga hal yang dapat meningkatkan cakupan persalinan di fasilitas kesehtan dengan meningkatkan pendapata rumah tangga. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa dalam kunjungan ibu hamil ke tenaga kesehatan mampu menjadi wadah bagi seorang tenaga kesehatan dalam hal ini bidan untuk memberikan anjuran atau sosialisasi kepada bumil akan penting dan amannya bersalin di tenaga kesehatan yang professional. Disisi lain, dari jenis pekerjaan suami yang juga ada hubungan dengan perubahan pemilihan penolong persalinan terlihat bahwa 50% suami yang memiliki pekerjaan sebagai PNS/pegawai cenderung melakukan perubahan penolong persalinan dari dukun ke tenaga kesehatan pada istrinya. Sebagian besar responden lebih merasa nyaman melangsungkan persalinannya dirumah namun karena masalah komplikasi membuat ibu multipara harus melakukan persalinannya di fasilitas kesehatan sehingga dapat tertolong dengan cepat dan aman. Oleh karena itu keberadaan puskesmas PONED dan PONEK di daerah perkotaan Kab. Bantaeng turut mengambil andil dalam hal perubahan penolong dan tempat persalinan bagi ibu multipara bila mengalami hambatan atau komplikasi persalinan karena bila ada komplikasi, ibu cenderung untuk beralih bersalin ke nakes dan faskes apabila sebelumnya hanya di dukun dan non faskes. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Annisa (00) menyatakan bahwa Ibu hamil yang pernah mengalami komplikasi selama masa kehamilan dan persalinan membutuhkan akses perawatan yang tepat karena komplikasi yang terjadi dapat menjadi risiko untuk persalinan berikutnya sehingga pemilihan penolong persalinan dan tempat sangat mempengaruhi kelancaran proses persalinan selanjutnya.

KESIMPULAN Terjadi perubahan pemilihan penolong persalinan dari tenaga non kesehatan (dukun) ke tenaga kesehatan (bidan) sebesar 35,% dan tempat persalinan sebesar 5,% oleh ibu multipara di daerah perkotaan, Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng Tahun 03. Diantara variabel-variabel yang diteliti, yang memiliki hubungan dengan perubahan pemilihan penolong persalinan adalah pendidikan ibu, kepemilikian asuransi kesehatan dan komplikasi persalinan. Sedangkan variabel yang memiliki hubungan dengan perubahan pemilihan tempat persalinan adalah pekerjaan suami, dukungan suami, dan komplikasi persalinan. SARAN Setelah melihat faktor yang berhubungan dengan terjadinya perubahan pemilihan penolong dan tempat, sebaiknya kunjungan ANC dijadikan sebagai wadah untuk memberikan informasi kepada ibu hamil mengenai penolong dan tempat bersalin yang aman sesuai dengan standar Kementrian Kesehatan RI. DAFTAR PUSTAKA Abdi, Telapa. 008. Determinan Pemanfaatan Dukun Bayi oleh Masyarakat dalam Pilihan Pertolongan Persalinan di Desa Anak Talang Kecamatan Batang Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 008.Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan Adegoke et al, 0. Skilled Birth Attendants: Who is Who? A Descriptive Study of definitions and Roles from Nine Sub Saharan African Countries. PLoS ONE 7(7): e400. doi:0.37/journal.pone.00400, 0 Juli 0 Arda, 009.Faktor ng Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Bontoharu Kabupaten Selayar Tahun 009.Skripsi. Fakultas Kesehatan MAsyarakat Unhas, 009. Makassar Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan, 009.Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 009. Makassar Hernawati, Ina. 0. Analisis Kematian Ibu Di Indonesia Tahun 00.Bandung: Bina Kesehatan Ibu Bakti Husada Latifah, Nur. 00. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Pertolongan Persalinan oleh Dukun Bayi. Skripsi. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang Suryawati, Chriswardani. 005. Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional.Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang, JMPK Vol. 08/No.03/September/005

Yenita, Sri. 0. Faktor Determinan Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas desa Baru Kabupaten Pasaman Barat Tahun 0. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Andalas, Padang

LAMPIRAN TABEL Tabel. Karakteristik Responden Di Wilayah Perkotaan Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng Tahun 03 Jumlah Karakteristik Responden n % Umur Ibu (Tahun) 0-4 5-9 30-34 35-39 Pendidikan Terakhir Ibu Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Perguruan Tinggi Pekerjaan Ibu Bekerja PNS/Pegawai Wiraswasta/Pedagang Lainnya Paritas 3 4 >4 Umur Suami (Tahun) 0-4 5-9 30-34 35-39 PendidikanTerakhir Suami Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Perguruan Tinggi Pekerjaan Suami PNS/Pegawai Wiraswasta/Pedagang Petani/Nelayan/Buruh 4 9 33 5 9 9 4 73 39 30 35 5 33 9 34 8 8, 37,7 4,9,3 3,5 4,7 37,7 5, 94,8,3,,3 50, 39,0 7,8,,3 33,8 45,5 9,5 0,8 8, 4,9 7,8 7,8 4,7 44, 3,4 Lainnya Total 77,0 Sumber : Data Primer

Tabel. Persentase Perubahan Jenis Penolong dan Tempat Persalinan Jenis Perubahan Penolong Persalinan Dukun-dukun Dukun-Bidan Bidan-Bidan Bidan-Dukun Tempat Persalinan Rumah-rumah Rumah-Faskes Faskes-faskes Jumlah n % 7 7 9 4, 35, 37,7 5, 80,5 5,,3, Faskes-rumah Total 77 Sumber : Data primer, 03 Tabel 3. Hubungan Variabel Independen dengan Perubahan Pemilihan Penolong Persalinan di Wilayah Perkotaan Kabupaten Bantaeng Tahun 03 dukun ke bidan Variabel Independen N % P n % n % Pendidikan Ibu 7, 78,8 33 Pendidikan Tinggi 0.07* 0 45,5 4 54,5 34 Pendidikan Rendah Dukungan Suami Mendukung Mendukung Kepemilikan Asuransi Kesehatan Pengetahuan Tentang Program Kesehatan Keberadaan bidan Desa Bidan bertugas dan tinggal Bidan bertugas tapi tidak tinggal Kunjungan ke tenaga kesehatan Cukup Kurang Komplikasi Persalinan Jumlah Sumber : Data Primer 5 8 9 5 7 0 7 Keterangan : *Bermakna pada p<0,05 8,5 8,5 48, 4,3 3,7 40,9 9,4 3,7 40,9 0 75,0 30,4 35, 9 4 8 37 3 38 39 48 50 8 8 5,9 95,7 7,3 59, 70, 3,3 59, 5,0 9, 4,9 4 3 54 3 55 7 0 8 9 77 0,70 0,000* 0,497 0,580 0,03* 0,0*

Tabel 4.Hubungan Variabel Independen dengan Perubahan Pemilihan Tempat Persalinan di wilayah Perkotaan Kabupaten Bantaeng Tahun 03 Non Faskes-Faskes Variabel Independen n % P n % n % Pekerjaan Suami PNS/Pegawai Wiraswasta/Pedagang Petani/Nelayan/Buruh Lainnya 3 4 4 50,0 5,3,8, 3 8 30 4 50,0 94,7 88, 77,8 9 34 8 Dukungan Suami Mendukung Mendukung Kepemilikan Asuransi Kesehatan Pengetahuan Tentang Program Kesehatan Keberadaan bidan Desa Bidan bertugas dan tinggal Bidan bertugas tapi tidak tinggal Kunjungan ke tenaga kesehatan Cukup Kurang Komplikasi Persalinan Jumlah Sumber : Data Primer 8 0 0 4 4,9,7 0,4 4,3 0,9 7,3 Keterangan : *Bermakna pada p<0,05,8,7 8, 0 75,0 8,7 8, 8 55 43 49 5 50 54 3 3 57, 87,3 79, 95,7 89, 7,7 88, 83,3 8,8 5,0 9,3 8,8 4 3 54 3 55 7 0 8 9 77 0,048* 0,008* 0,07 0,074 0,3 0,4 0,000*