BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. maupun manfaat untuk dimiliki oleh penerima wasiat sebagai pemberian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat

BAB II WASIAT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. Pada waktu manusia dilahirkan ke dunia ini telah tumbuh tugas baru

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya manusia tetap bergantung pada orang lain walaupun sampai

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB I PENDAHULUAN. milik mawhub lah (yang menerima hibah). Dalam Islam, seseorang dianjurkan

BAB V. KOMPARASI PEMBAGIAN WARIS DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI, CLD KHI DAN KUHPerdata

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ANGKAT ATAS HARTA YANG DIPEROLEH DARI HIBAH SETELAH ORANG TUA ANGKATNYA MENINGGAL DUNIA RESUME TESIS

BAB I PENDAHULUAN. badan hukum dengan menyerahkan sebagian dari harta bendanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang selanjutnya timbul dengan adanya peristiwa kematian

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. WASIAT MENURUT KETENTUAN-KETENTUAN KOMPILASI HUKUM ISLAM 1 Oleh: Fiki Amalia Baidlowi 2

Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI

BAB IV PEMBAGIAN WARIS AHLI WARIS PENGGANTI. A. Pembagian waris Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam

BAB IV ANALISIS DATA A. Persamaan dan Perbedaan Hukum Islam dan Hukum Perdata Indonesia Tentang Hibah dalam Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Manusia

Lex Privatum, Vol.I/No.5/November/2013

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB I PENDAHULUAN. menurut Mr.A.Pitlo adalah rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana,

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, yang diwujudkan dalam bentuk hubungan hukum yang mengandung hak-hak dan

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

STATUS HUKUM PERKAWINAN TANPA AKTA NIKAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN RELEVANSINYA DENGAN HUKUM ISLAM

ialah sebagai Negara yang berdasarkan pancasila, sila pertamanya ialah

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. hukum tersebut memiliki unsur-unsur kesamaan, walaupun dalam beberapa

RESUME. HAK ISTRI BERBEDA AGAMA ATAS WASIAT WAJIBAH HARTA WARISAN SUAMINYA BERAGAMA ISLAM (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 16 K/AG/2010)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB IV WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF. dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan dalam negara

BAB I PENDAHULUAN. pembayarannya bersifat wajib untuk objek-objek tertentu. Dasar hukum

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya, selain itu kematian tersebut

TINJAUAN HUKUM SURAT WASIAT MENURUT HUKUM PERDATA M. WIJAYA. S / D

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

HIBAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEWARISAN MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. hubungannya dengan kewarisan. Hal ini secara gamlang ditegaskan dalam hukum

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT)

BAB III PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF CLD KHI

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling ketergantungan antara manusia yang satu dengan manusia yang

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

ANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL. Oleh

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap

BAB II PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan aktivitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, ketika seorang anggota dari

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

HAK ANAK TIRI TERHADAP WARIS DAN HIBAH ORANG TUA DITINJAU DARI HUKUM WARIS ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat mencegah permasalahan mengenai harta warisan tersebut, hukum

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

BAB III KETENTUAN KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG WASIAT. Sistem-sistem wasiat tersebut memiliki perbedaan dalam melaksanakannya.

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Komanditer atau sering disebut dengan CV (Commanditaire. pelepas uang (Geldschieter), dan diatur dalam Kitab Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini karena hampir sebagian besar aktivitas dan kehidupan manusia

Lex Privatum Vol. V/No. 5/Jul/2017

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pemberi Wasiat adalah seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang

STUDI ANALISIS ISTINBATH HUKUM IBNU QUDAMAH TENTANG SAKSI DALAM WASIAT

BAB I PENDAHULUAN. Islam ini mendapat perhatian besar karena pembagian warisan sering

BAB I PENDAHULUAN. Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur pembagian warisan,

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

WASIAT DAN HIBAH. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Perdata Islam Indonesia. Dosen Pengampu : Rozikan, S.E.I., M.S.I

Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

BAB I PENDAHULUAN. itu, kebijakan pembangunan pertanahan haruslah merupakan bagian yang tidak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum kewarisan sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia. Bahwa setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa yang sangat penting dalam hidupnya, yang merupakan peristiwa hukum dan lazim disebut meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang mengakibatkan keluarga dekatnya kehilangan seseorang yang mungkin sangat dicintainya sekaligus menimbulkan pula akibat hukum, yaitu tentang bagaimana caranya kelanjutan pengurusan hak-hak kewajiban seseorang yang telah meninggal dunia itu. Penyelesaian dan pengurusan hak-hak dan kewajiban seseorang sebagai akibat adanya peristiwa hukum karena meninggalnya seseorang diatur oleh Hukum Kewarisan. Jadi hukum kewarisan itu dapat dikatakan sebagai himpunan peraturan-peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya pengurusan hak-hak dan kewajiban seseorang yang meninggal dunia oleh ahli waris atau badan hukum lainnya. 5 Hukum kewarisan memiliki permasalahan yang begitu kompleks, dimana hukum waris itu sendiri dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu hukum waris Islam, hukum waris KUHPerdata dan hukum waris adat. Ketiga hukum waris tersebut memiliki persamaan dan perbedaan di dalam pengaturannya, akan tetapi secara garis besar mengatur hal yang sama seperti halnya ketentuan mengenai pewaris atau orang 5 M. Idris Ramulyo, 1994, Perbandingan Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam Dengan Kewarisan Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW), Cetakan Pertama, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 2-3. 1

2 yang mewariskan dan memiliki harta warisan, ahli waris atau orang yang berhak menerima harta warisan dari pewaris, harta warisan atau harta peninggalan serta hal lain seperti sebab terjadinya warisan, syarat mewaris, penghalang warisan, ketentuan bagian ahli waris, hibah, wasiat dan lain sebagainya. Hal-hal yang diatur dalam hukum waris di dalam praktiknya terdapat permasalahan yang tidak sederhana, seperti wasiat yang dalam ketiga hukum waris tersebut masing-masing telah mengaturnya. Wasiat di dalam hukum barat disebut juga testament. Sedangkan di dalam hukum adat misalnya di Jawa, ada yang menyebutnya dengan istilah weling yang artinya pesan. Disini penulis memfokuskan pembahasan tentang wasiat yang diatur dalam hukum Islam dan pelaksanaannya pada masyarakat Islam. Praktik wasiat yang dilakukan oleh masyarakat Islam belum tentu memperhatikan dan menggunakan ketentuan hukum Islam sebagai acuannya. Untuk itu perlu diadakan penelitian langsung di lapangan berkenaan dengan praktik wasiat di kalangan masyarakat Islam. Penelitian ini dilakukan penulis pada masyarakat Islam di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Ketentuan wasiat dalam hukum waris Islam diatur secara tegas dalam Al- Qur an, yakni Al- Qur an Surat Al- Baqarah ayat 180 dan Al-Qur an Surat Al- Maidah ayat 106. 6 QS. Al-Baqarah ayat 180, artinya sebagai berikut: Diwajibkan atasmu, apabila salah seorang dari kamu akan mati, jika ia meninggalkan harta, (bahwa ia membuat) wasiat bagi kedua orang tua dan 6 Moh. Muhibbin, Abdul Wahid, 2009, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan Hukum Positif Di Indonesia, Cetakan Pertama, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 145.

3 kerabatnya dengan cara yang baik (ini adalah) kewajiban bagi orang yang takwa (kepada Tuhan). Pelaksanaan ketentuan yang terdapat dalam ayat tersebut di atas, lebih lanjut diatur dalam ayat 240 dan Al-Qur an Surat Al-Maidah ayat 106. 7 QS. Al-Baqarah ayat 240, artinya: Orang yang akan meninggal di antara kamu, dan meninggalkan isteri-isteri, (hendaklah membuat) wasiat untuk isteri-isterinya, memberinya nafkah sampai setahun, tanpa mengeluarkannya (dari rumah). Tetapi apabila mereka keluar (dari rumah) maka tiada dosa bagimu mengenai apa yang mereka lakukan dengan dirinya, asalkan baik. Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. QS. Al-Maidah ayat 106, artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil diantara kamu, atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian, kamu tahan kedua saksi itu sesudah sembahyang (bersumpah), lalu mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah, jika kamu ragu-ragu: (Demi Allah) kami tidak akan membeli dengan sumpah ini harga yang sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib kerabat, dan tidak (pula) kami menyembunyikan persaksian Allah; Sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang yang berdosa. (ialah: mengambil orang lain yang tidak seagama dengan kamu sebagai saksi dibolehkan, bila tidak ada orang Islam yang akan dijadikan saksi. Pengaturan wasiat juga terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), yaitu dalam Pasal 194-206 Bab V Buku II Tentang Hukum Kewarisan. Di dalam KHI tersebut diatur mengenai syarat-syarat wasiat, batalnya wasiat, peran penting notaris dalam pembuatan dan pencabutan wasiat, batas pelaksanaan wasiat, larangan wasiat, serta wasiat wajibah. Wasiat merupakan bagian dalam hukum kewarisan. Persoalan wasiat apabila dihubungkan dengan persoalan pembagian harta warisan, maka terlebih dahulu 7 Suhrawardi K. Lubis, Komis Simanjuntak, 2004, Hukum Waris Islam (Lengkap & Praktis), Cetakan Keempat, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 42.

4 dikeluarkan apa-apa yang menjadi wasiat dari si meninggal, barulah kemudian (setelah dikeluarkan wasiat) harta tersebut dibagikan kepada para ahli waris. 8 Hal tersebut dikarenakan dalam pembagian warisan telah diatur mengenai tahap-tahap yang seharusnya dilakukan sebelum harta warisan itu dibagi diantara para ahli waris yang berhak. Ada 4 (empat) hal yang harus diperhatikan atau dikeluarkan dari harta peninggalan sebelum dibagi, diantaranya: 9 1. Biaya-biaya perawatan pewaris. 2. Hibah pewaris. 3. Wasiat pewaris. 4. Utang pewaris. Yang dimaksud dengan wasiat ialah pernyataan kehendak oleh seorang mengenai apa yang akan dilakukan terhadap hartanya sesudah dia meninggal kelak. 10 Dengan demikian menurut ketentuan hukum Islam, bagi seseorang yang merasa telah dekat ajalnya dan ia meninggalkan harta yang cukup (apalagi banyak) maka diwajibkan kepadanya untuk membuat wasiat bagi kedua orang tuanya (demikian juga bagi kerabat yang lainnya), terutama sekali apabila ia telah pula dapat memperkirakan harta mereka (kedua orang tuanya dan kerabat lainnya) tidak cukup untuk keperluan mereka. 11 8 Ibid, hlm. 45. 9 Ibid, hlm. 39. 10 M. Idris Ramulyo, 1994, op.cit, hlm. 132. 11 Suhrawardi K. Lubis, Komis Simanjuntak, op.cit, hlm. 42.

5 Pelaksanaan wasiat tentunya harus memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat tertentu dalam berwasiat agar wasiat tersebut tidak menjadi batal. Ada 4 (empat) macam rukun wasiat, yaitu: 12 1. Harus ada orang yang berwasiat (mushi) 2. Harus ada seseorang atau badan hukum yang menerima wasiat (musha-lahu) 3. Sesuatu yang diwasiatkan (musha-bihi) 4. Lafaz atau ucapan wasiat (sighat) Sedangkan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pewasiatan disebutkan dalam Pasal 194 dan 105 Kompilasi Hukum Islam yaitu: 13 1. Pewasiat harus orang yang telah berumur 21 tahun, berakal sehat dan didasarkan pada kesukarelaannya. 2. Harta benda yang diwasiatkan harus merupakan hak si pewasiat. 3. Peralihan terhadap barang/ benda yang diwasiatkan adalah setelah si pewasiat meninggal dunia. Selain rukun dan syarat yang tersebut di atas, terdapat beberapa ciri dan prinsip wasiat dalam Islam yang perlu dipatuhi, diantaranya: 14 1. Harta yang hendak diwasiatkan mestilah tidak lebih dari pada sepertiga (1/3) dari harta pusaka bersih kecuali mendapat persetujuan dari ahli-ahli waris. 12 M. Idris Ramulyo, 1994, op.cit, hlm. 136-137. 13 Suhrawardi K. Lubis, Komis Simanjuntak, op.cit, hlm. 44. 14 http://www.warisanmukmin.com, diakses tanggal 28 Maret 2019, 20:15:57

6 2. Penerimanya hendaklah bukan waris yaitu mereka yang tiada hak faraidh atas pusaka si mati kecuali mendapat persetujuan dari pada ahli-ahli waris yang lain. 3. Jika penerima wasiat meninggal dunia semasa hayat pewasiat, maka wasiat tersebut adalah batal. 4. Jika penerima wasiat meninggal dunia selepas menerima wasiat dan selepas kematian pewasiat, maka haknya boleh diwarisi oleh waris penerima. 5. Selepas kematian pewasiat, perlu ditolak dahulu ongkos perbelanjaan pengebumian dan pembayaran hutang si mati. 6. Wasiat boleh ditarik kembali sewaktu-waktu karena ia berbuat kuasa selepas kematian pewasiat dan wasiat tersebut perlu dibuat secara sukarela. Berdasarkan Pasal 195 KHI, wasiat dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis dihadapan dua orang saksi atau Notaris. Jadi, Notaris mempunyai peranan penting dalam hal pembuatan wasiat. Wasiat juga dapat ditarik kembali oleh orang yang membuat wasiat. Hal ini diatur dalam Pasal 199 KHI. Pencabutan wasiat dapat dilakukan secara lisan dengan disaksikan oleh dua orang saksi atau tertulis dengan disaksikan oleh dua orang saksi atau berdasarkan akta notaris bila wasiat terdahulu dibuat secara lisan. Tetapi apabila wasiat dibuat secara tertulis, maka hanya dapat dicabut dengan cara tertulis dengan disaksikan oleh dua orang saksi atau berdasarkan akta notaris.

7 Keterlibatan seorang Notaris terhadap pelaksanaan wasiat terdapat dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yang mengatur tentang kewajiban Notaris. Kewajiban notaris dalam kaitannya dengan pelaksanaan wasiat yaitu: - huruf h : membuat daftar akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan waktu pembuatan akta setiap bulan. - huruf i : mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud dalam huruf h atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke Daftar Pusat Wasiat Departemen yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kenotariatan dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya. - huruf j : mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada setiap akhir bulan. Dalam pelaksanaan wasiat juga diatur ketentuan mengenai besarnya harta yang boleh diwasiatkan, yaitu maksimal 1/3 (sepertiga) dari harta warisan. Aturan hukum ini disandarkan kepada tafsiran dari hadits Rasulullah dalam peristiwa Sa ad Ibnu Abi Waqas, sewaktu dikunjungi Rasulullah SAW pada waktu sakitnya. Timbul dialog antara Sa ad Ibnu Abi Waqas dengan Rasulullah SAW sebagai berikut: Sa ad Ibnu Abi Waqas bertanya kepada Rasulullah SAW, Dapatkah saya wasiatkan seluruh harta saya? Jawab Rasulullah: jangan. Sa ad Ibnu Abi Waqas bertanya lagi, bagaimana kalau saya wasiatkan separuh? jangan jawab Rasulullah, bagaimana kalau 1/3 (sepertiga)? Rasulullah menjawab, juga terlalu besar, tetapi apabila kamu tinggalkan anak-anak kamu dalam kecukupan, maka bolehlah sepertiga itu.

8 Para ulama atau para sarjana Islam sepakat bahwa besarnya wasiat maksimal 1/3 (sepertiga). 15 Selain berdasarkan sabda Rasulullah tersebut, penyebutan batas yang diperbolehkan dalam wasiat ada pada Pasal 201 KHI, yaitu apabila wasiat melebihi sepertiga dari harta warisan, sedangkan ada ahli waris yang tidak menyetujuinya, maka wasiat hanya dilaksanakan sampai batas sepertiga harta warisan. Jadi dapat diasumsikan bahwa apabila ada wasiat yang melebihi sepertiga harta warisan, dapat diperbolehkan asalkan mendapat persetujuan dari semua ahli waris. Pernyataan persetujuan ahli waris dibuat secara lisan atau tertulis dengan dua orang saksi atau dihadapan Notaris. Dalam pelaksanaan wasiat, harus ada penerima wasiat. Akan tetapi tidak semua orang dapat menjadi penerima wasiat. Terdapat larangan bagi beberapa pihak untuk menerima wasiat. Pihak yang dilarang menerima wasiat diantaranya: 1. Orang yang melakukan pelayanan perawatan bagi seseorang. 2. Orang yang memberi tuntunan kerohanian sewaktu sakit sampai meninggalnya kecuali ditentukan dengan jelas dan tegas untuk membalas jasa. 3. Notaris dan saksi-saksi pembuat akta. Pada dasarnya, tidak ada wasiat bagi ahli waris, karena ahli waris itu telah memiliki hak bagiannya. Hal ini dapat dilihat dari Abu Umamah al-bahili ra, ia menyatakan: Saya pernah mendengar Rasulullah SAW menegaskan dalam khutbahnya pada waktu haji wada : Sesungguhnya Allah benar-benar telah 15 Sajuti Thalib, 1982, Hukum Kewarisan Islam, Bina Aksara, Jakarta, hlm. 102.

9 memberi setiap orang yang mempunyai hak akan haknya. Oleh karena itu, tak ada wasiat bagi ahli waris. 16 Akan tetapi, wasiat kepada ahli waris dapat berlaku apabila disetujui oleh semua ahli waris. Dalam Al-Qur an telah dijelaskan pokok-pokok kewarisan dan hak-hak ahli waris menurut bagian yang tertentu, maka adalah keharusan ahli waris atau orang lain yang ikut menyelesaikan pembagian warisan untuk mengikuti norma yang telah ditetapkan Allah tersebut. 17 Berdasarkan hal-hal di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang praktik wasiat yang dilakukan oleh masyarakat Islam di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dituliskan perumusan masalah yang akan penulis uraikan pada bab-bab selanjutnya, yaitu: 1. Bagaimana praktik wasiat yang dilakukan oleh masyarakat Islam di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali dilihat dari perspektif Kompilasi Hukum Islam? 2. Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi seseorang dalam membuat wasiat? 3. Siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan wasiat tersebut? 16 http://alislamu.com/index, tanggal 28 Maret 2010, 19:43:18 17 Amir Syarifuddin, 2008, Hukum Kewarisan Islam, Edisi 1, Cetakan Ketiga, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 287.

10 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui praktik wasiat yang dilakukan oleh masyarakat khususnya masyarakat Islam di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. 2. Untuk menjabarkan faktor-faktor serta hal-hal yang melatarbelakangi seseorang dalam membuat wasiat. 3. Untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan wasiat oleh masyarakat Islam di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. D. Manfaat Penelitian Penulis sangatlah berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihakpihak yang membutuhkannya baik secara teoritis maupun secara praktis dalam kehidupan bermasyarakat. 1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat: a. Menjadi sumbangan pemikiran mengenai praktik wasiat terutama dalam kaitannya dengan pelaksanaan wasiat yang diterapkan oleh masyarakat Islam. b. Menjadi bahan untuk penelitian lanjutan, baik sebagai bahan awal maupun sebagai bahan perbandingan untuk penelitian yang lebih luas yang berhubungan dengan praktik wasiat oleh masyarakat Islam di lapangan.

11 2. Secara praktis hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak yang terkait dengan persoalan wasiat yaitu: a. Para praktisi di bidang hukum termasuk juga notaris, mempedomani hasil penelitian ini guna membandingkan dengan persoalan yang dihadapinya berkaitan dengan wasiat di dalam praktiknya oleh masyarakat. b. Pihak-pihak lain yang berhubungan langsung dengan wasiat seperti halnya pewasiat selaku pihak yang membuat wasiat, penerima wasiat, serta saksi atas dibuatnya wasiat. Selain manfaat yang telah disebutkan di atas, diharapkan hasil penelitian juga bermanfaat bagi segenap masyarakat pemeluk agama Islam khususnya agar kepastian hukum tentang pelaksanaan wasiat dapat tercipta seperti yang telah ditentukan di dalam pengaturannya. E. Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahuan penulis, penelitian mengenai praktik wasiat yang dilakukan oleh masyarakat Islam di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali belum pernah dilakukan, akan tetapi berdasarkan penelusuran perpustakaan, terdapat beberapa penulisan tentang hukum yang relevan dengan pokok bahasan yang diangkat oleh penulis, diantaranya yaitu: 1. Tesis oleh Wardiaty WS. dari Universitas Gadjah Mada tahun 2008 yang berjudul Tinjauan Yuridis Terhadap Anak Angkat Dalam Hubungannya Dengan Wasiat Wajibah Menurut Kompilasi Hukum Islam. Penelitian ini

12 merupakan penelitian yang bersifat normatif yuridis, dengan mengangkat perumusan masalah mengenai hubungan anak angkat dengan wasiat wajibah dalam Kompilasi Hukum Islam. Penelitian tersebut dilaksanakan di Kantor Pengadilan Agama Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. 18 2. Skripsi atau penulisan hukum oleh Astuti Dewiningrat dari Universitas Gadjah Mada tahun 2002 yang berjudul Peranan Notaris Dalam Pembuatan Surat Wasiat di Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini lebih cenderung membahas mengenai peran penting seorang Notaris dalam kaitannya dengan pembuatan surat wasiat. 19 3. Skripsi atau penulisan hukum oleh Noor Indah Fitriany dari Universitas Gadjah Mada tahun 2009 yang berjudul Analisis Kedudukan Surat Wasiat Dalam Pembagian Harta Warisan Menurut Hukum Islam. Skripsi tersebut merupakan penelitian yang bersifat normatif dengan menggunakan pendekatan undang-undang dan studi kepustakaan. Penelitian ini lebih menekankan pada kedudukan surat wasiat dalam pembagian harta warisan, ditinjau dari segi pengaturannya. 20 Beberapa penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang diangkat oleh penulis, akan tetapi ada keterkaitan yaitu mengenai wasiat dalam konteks hukum 18 Wardiaty WS, Tinjauan Yuridis Terhadap Anak Angkat Dalam Hubungannya Dengan Wasiat Wajibah Menurut Kompilasi Hukum Islam, Skripsi Program Studi Sarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 2008. 19 Astuti Dewiningrat, Peranan Notaris Dalam Pembuatan Surat Wasiat di Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi Program Studi Sarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 2002. 20 Noor Indah Fitriany, Analisis Kedudukan Surat Wasiat Dalam Pembagian Harta Warisan Menurut Hukum Islam, Skripsi Program Studi Sarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 2009.

13 Islam. Oleh karenanya dalam penelitian ini penulis mengangkat hal yang sekiranya belum terlalu banyak diteliti. Dari permasalahan tersebut, maka penulis merumuskannya dalam judul PRAKTIK WASIAT OLEH MASYARAKAT ISLAM DI KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI. Jadi penelitian ini adalah penelitian asli yang dilakukan oleh penulis sendiri, dan diharapkan penelitian ini dapat melengkapi pengetahuan hukum khususnya tentang praktik wasiat dalam bidang hukum kewarisan Islam.