BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

BAB I PENDAHULUAN. MDGs lainnya, seperti angka kematian anak dan akses terhadap pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

TINGKAT PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DAN IMPLEMENTASI PROGRAM GIZI DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI BALITA. Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah mengumpulkan. dan menganalisis data indikator MDG s kesehatan dan faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa dan berbicara, bertingkah laku sosial dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena konsumsi makanan yang tidak seimbang, mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. mewujudkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang sehat,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2013). Walaupun Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian negara berkembang di dunia termasuk Indonesia menjadi salah satu

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB 1 : PENDAHULUAN. kembang. Gizi buruk menyebabkan 10,9 Juta kematian anak balita didunia setiap tahun. Secara

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi. Bila tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika

BAB I PENDAHULUAN. mampu berperan secara optimal dalam pembangunan. Karena peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan, karena masa balita

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi.

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari-hari. Makanan atau zat gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB I PENDAHULUAN. apabila prasyarat keadaan gizi yang baik terpenuhi. Masalah gizi yang sering

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama khususnya di Indonesia. Kondisi balita kurang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia atau lebih dari 100 juta jiwa mengalami beraneka masalah

BAB I PENDAHULUAN. Istilah kembang berhubungan dengan aspek diferensiesi bentuk atau fungsi,

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. banyak perhatian. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang bermutu. Menurut data United Nations Development Program

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan kesehatan di seluruh dunia. Keberhasilan pelaksanaan program gizi tidak hanya menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan di suatu negara tapi juga merupakan hal yang penting dalam usaha peningkatanan sumber daya manusia untuk masa yang akan datang. Status gizi anak merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan sebagai prasyarat untuk kemajuan sosial ekonomi masyarakat dalam jangka panjang (de Onis, 2000). Kekurangan gizi berkontribusi terhadap tingginya tingkat kecacatan, penyakit dan kematian. Kurang gizi juga mempengaruhi pertumbuhan fisik jangka panjang dan perkembangan anak-anak, dan dapat menyebabkan tingginya penyakit kronis dan cacat dalam kehidupan dewasa. Selain itu, tingginya tingkat kurang gizi membahayakan pertumbuhan ekonomi di masa depan dengan mengurangi potensi intelektual dan fisik dari seluruh penduduk (Kabubo-Mariara et al., 2008). Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi dapat timbul karena berbagai faktor, oleh karena itu penanggulangan masalah gizi ini harus melalui pendekatan yang melibatkan berbagai sektor yang terkait. Kekurangan gizi bukan hanya sekedar hasil dari ketersediaan pangan yang tidak memadai atau kurangnya akses ke pelayanan kesehatan dan sanitasi. Masalah gizi utama di Indonesia saat ini antara lain ; 1) Kekurangan Energi Protein 2) Anemi gizi 3) Kurang Vitamin A dan 4) Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan angk a prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) memperlihatkan gambaran yang fluktuatif. Jika pada Riskesdas tahun 2010 prevalensi balita gizi kurang berhasil diturunkan dari 18,4 persen ( 2007) menjadi 17,9 persen ( 2010) namun angka tersebut 1

2 meningkat menjadi 19,6 pada 2013 dan hasil itu secara nasional semakin jauh dari target prevalensi gizi kurang yang ditetapkan tujuan Milinium Development Goals (MDGs) yaitu 15,5 persen pada tahun 2015. Balita yang tidak aktif ditimbang berat badanya perbulan akan mengalami kendala dalam pemantauan tumbuh kembangnya atau keadaan status gizinya. Tidak terpantaunya tumbuh kembang balita dapat menjadi salah satu sebab meningkatnya angka kejadian balita gizi kurang, hal ini dikarenakan perubahan keadaan gizi balita tidak terdeteksi sedini mungkin. Data Riskesdas menunjukkan kecenderungan proporsi balita yang tidak pernah ditimbang enam bulan terakhir semakin meningkat dari 23,8 persen (2010 ) menjadi 34,3 persen (2013). Frekuensi anak yang ditimbang 4 kali dalam enam bulan terakhir mengalami sedikit penurunan dari 45,4 persen (2007) menjadi 44,6 persen (2010). Angka tersebut menunjukkan makin menurunnya tingkat keaktifan ibu dalam kegiatan penimbangan balita. Keseimbangan antara energi yang masuk dan energi yang keluar akan menghasilkan keadaan berat badan yang normal atau ideal. Asupan makanan yang baik (beragam dan bergizi seimbang) bukan hanya berpengaruh pada bertumbuhan fisik tetapi juga berpengaruh pada perkembangan otaknya (kecerdasan). Secara nasional penduduk Indonesia yang mengkonsumsi energi dibawah kebutuhan minimal (kurang dari 70 persen dari Angka Kecukupan Gizi) bagi orang indonesia masih sebanyak 40,7% (Riskesdas 2010). Sanitasi dan sumber air bersih merupakan salah satu faktor penyebab tidak langsung terhadap status gizi. Sanitasi dan air bersih yang baik akan berdampak pada keadaan kesehatan terutama pengendalian penyakit infeksi. Perbaikan keadaan sanitasi dan air bersih yang baik akan berpengaruh pada peningkatan status gizi. Riskesdas 2010 menunjukkan akses rumah tangga terhadap kualitas air minum yang terlindungi sesuai kriteria MDGs masih rendah sebesar 45,1% ( target MDGs 2015 sebesar 66,7%) sengkan adkses rumah tangga terhadap pembuangan tinja layak sesuai kriteria MDGs sebesar 55,5%. Tingkat sosial ekonomi keluarga berupa pendidikan ibu, status ekonomi dan jumlah Anggota Rumah Tangga (ART) menjadi faktor yang berpengaruh

3 secara tidak langsung terhadap status gizi balita. Pendidikan ibu merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki seorang ibu menjadi lebih baik. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat, serta tingkat pendidikan yang tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan menerapkannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari. Status sosial ekonomi memiliki peranan terhadap keadaan kesehatan termasuk gizi suatu rumah tangga, hal ini berkaitan dengan kemampuan rumah tangga dalam menyediankan pangan dan kemampuan akses kelayanan kesehatan bagi anggota rumah tangga. Rumah tangga dengan pendapatan yang rendah akan mengalami kesulitan dalam penyedian pangan dan ini berdampak pada keadaan gizi anggota rumah tangga terutama anak balita. Jumlah Anggota Rumah tangga (ART) yang besar akan berpengaruh pada keadaan kesehatan dan akses pangan tiap ART. Dengan jumlah ART yang besar upaya untuk memenuhi kebutuhannya layanan kesehatan dan pangan tiap ART akan terhamba dan pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi ART. Zat giziyang diperlukan oleh anak-anak dan anggota keluarga yang masih muda pada umumnya lebih tinggi dari kebutuhan orang dewasa karena mereka sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat (Sediaoetama, 2008) Salah satu usaha untuk menanggulangi masalah gizi pada tingkat masyarakat yang ada saat ini yaitu dengan menggiatkan peran posyandu. Program gizi dan kesehatan dilaksanakan di posyandu memiliki dampak yang signifikan terhadap status gizi anak. Aktif di posyandu memiliki dampak positif pada status gizi anak di bawah lima tahun, semakin sering kunjungan ke Posyandu, maka status gizi akan baik (Anwar et al., 2010). Kegiatan posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat, posyandu sebagai wadah peran serta masyarakat, yang menyelenggarakan sistem pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar, peningkatan kualitas manusia, secara nyata telah dapat memeratakan pelayanan bidang kesehatan.

4 Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) merupakan riset berkala yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tiap 3 tahun sejak tahun 2007. Data hasil riskesdas dapat dimanfaatkan untuk memberikan gambaran keadaan kesehatan penduduk indonesia dari berbagai program kesehatan yang ada. Data hasil Riskesdas diharapkan dapat menghasilkan rumusan kebijakan dan program guna mempercepat upaya pencapaian target pembangunan nasional dibidang kesehatan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana status gizi balita berdasarkan keaktifan ibu ke posyandu, determinan status gizi dan faktor sosial ekonomi demografi dari data Riskesdas 2010? 2. Bagaimana hubungan keaktifan ibu ke posyandu dengan status gizi balita? 3. Bagimana hubungan asupan makanan dan sanitasi dan air bersih dengan status gizi anak balita? 4. Bagaimana hubungan pendidikan ibu, status ekonomi, jumlah anggota rumah tangga dengan status gizi balita? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk menganalisa status gizi balita berdasarkan data Riskesdas 2010. 2. Tujuan Khusus a. Untuk menganalisa bagaimana hubungan keaktifan ibu ke posyandu dengan status gizi balita. b. Untuk menganalisa bagaimana hubungan asupan makanan dan sanitasi dan air bersih dengan status gizi anak balita. c. Untuk menganalisa bagaimana hubungan pendidikan ibu, status ekonomi, jumlah anggota rumah tangga dengan status gizi balita.

5 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan keadaan status gizi balita di Indonesia. b. Sebagai langkah awal bagi penelitian berikutnya yang terkait dengan masalah keadaan gizi balita di indonesia. 2. Manfaat praktis Sebagai masukan bagi pihak pembuat dan pengambil kebijakan dalam membuat kebijakan tentang masalah gizi balita di Indonesia E. Keaslian Penelitian Menurut pengetahui penulis, penelitian mengenai keaktifan ibu ke Posyandu dengan status gizi Balita (Analisa Data Riskesdas 2010) yang telah dilakukan, antara lain : 1. Dadang Sukandar dan Ali Khomsan (2007) penelitiannya berjudul Perception of Mother and Children s Participation in The Nutritional Programs. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui persepsi masyarakat terhadap pelayanan gizi serta menganalisa partisipasi dalam program posyandu. Penelitian mendapatkan hasil bahwa partisipasi balita dalam mengunjungi posyandu relatif baik. Persamaan penelitian ini pada desain penelitiannya yang cross sectional namun berbeda dalam tujuan dan lokasi penelitian. 2. Faisal Anwar, Ali Khomsan, Dadang S, Hadi Riyadi and Eddy Mudjajanto (2010) melakukan penelitian yang berjudul High participation in the Posyandu nutrition program improved children nutritional status di dua kecamatan di Kabupaten Cianjur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis status gizi dan konsumsi makanan anak-anak yang berpartisipasi dalam program gizi Posyandu, dengan metode desain crosssectional. Dari penelitian ini diperoleh hasil Semakin sering kunjungan ke Posyandu, akan semakin baik status gizi balita. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan desain cross sectiona, namun berbeda dalam tujuan dan lokasi penelitiannya.

6 3. Tjetjep Syarif Hidayat dan Abas Basuni Jahari (2011) dengan penelitian yang berjudul Perilaku Pemanfaatan Posyandu Hubungannya dengan Status Gizi dan Morbiditas Balita Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pemanfaatan pelayanan kesehatan di posyandu hubungannyan dengan status gizi dan morbiditas balita. Data yang dianalisis adalah data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007. Hasil yang didapat rumah tangga balita yang memanfaatkan pelayanan kesehatan, lebih banyak balitanya berstatus gizi baik dan angka kesakitan rendah dibandingkan dengan yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan. Persamaanya dengan penelitian ini adalah menggunakan data sekunder dari hasil Riskesdas namun berbeda dalam tujuan dan tahun sumber data Riskesdas yang dipakai. 4. Debby Yurike, Satria Putra Utama dan Agus M.H Putranto (2012) melakukan penelitian yang bejudul Hubungan antara Sosial Ekonomi, Higene Sanitasi Lingkungan dengan Status Gizi Anak usia 2-5 Tahu di Kecamatan Segimin Kabupaten Bengkulu selatan. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan antara sosial ekonomi, higene sanitasi lingkungan dengan status gizi anak usia 2-5 Tahun. Dari penelitian ini didapati hasil bahwa pendidikan dan pendapatan mempunyai hubungan dengan status gizi anak usia 2-5 tahun. Persamaan dengan penelitian ini pada desain penelitian dengan cross sectional dan variabel penelitian pendidikan dan sanitasi lingkungan. Sedangkan perbedaannya pada lokasi tempat penelitian.